• Tidak ada hasil yang ditemukan

penjualan senjata Amerika Serikat ke Tai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "penjualan senjata Amerika Serikat ke Tai"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENJUALANAN SENJATA AMERIKA SERIKAT KE TAIWAN

(2001-2010)

Oleh :

AMMAR FAZRI DZULFIQAR

2013230022

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

INSTITUT ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JAKARTA

JAKARTA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepentingan nasional Cina dalam menjaga kedaulatan dan integrasi wilayah dan kepentingan Cina untuk meningkatkan peranan di kawasan Asia Timur sehingga muncul sebagai pemimpin dikawasan tersebut merupakan upaya dan strategi Cina dalam mempertahankan kedaulatan dan hegemoninya. Sikap AS dalam menerapkan standar ganda terhadap Cina dan Taiwan membuat pemerintah Cina merasa terabaikan oleh perjanjian dan kesepakatan yang pernah dijalin antara Cina dan AS dalam komunike bersama tahun 1979. Melalui penandatanganan perjanjian tersebut AS mengakui kebijakan Cina dan menggangap Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Namun, pada tahun 1979 AS melanggarnya dengan meratifikasi Taiwan Relation Act sebagai langkah awal dalam memulai kerjasama penjualan senjata ke Taiwan. Hal inilah yang membuat Cina berang terhadap AS.

(3)

Jika Amerika berhasil menjual senjata ke Taiwan maka akan sulit bagi Cina untuk memasukan Taiwan menjadi bagian wilayah teritorialnya. Selain itu penjualan senjata akan mengganggu hubungan dan melanggar kesepakatan tiga komunike bersama Cina- AS tahun 1972, 1978, 1983. Tantangan yang dihadapi oleh Cina dengan ikut campurnya AS dalam penjualan senjata ke Taiwan. Disebabkan, karena kebijakan AS dalam penjualan senjata canggih ke Taiwan serta pemberian dukungan politik dan militer kepada kepulauan tersebut sebagai bentuk pengakuan adanya kedaulatan independen bagi Taiwan.

BAB II

2.1 Rumusan Masalah

1. Mengapa Amerika Serikat Menjual Senjata ke Taiwan (2001-2010) ?

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Teori Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional adalah kemampuan minimum negara untuk melindungi, dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Dari tinjauan ini para pemimpin negara menurunkan kebijakan spesifik terhadap negara lain yang sifatnya kerjasama atau konflik (Morgenthau, 1951).

(4)

Kepentingan nasional suatu Negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk kebutuhan Negara yang paling vital seperti, pertahanan, keamanan , militer dan kesejahteraan ekonomi. ( Agung, & Mochamad, 2005, h. 35).

Jika membahas tentang kepentingan nasional maka apa yg dilakukan Amerika Serikat dan China adalah implementasi dari kepentingan mereka masing masing dan tidak dapat dipungkiri bahwa kepentingan dua negara adidaya tersebut sangatlah bertolak belakang ditambah lagi dengan perbedaan ideologi kedua negara yang bersebrangan menambah rumit masalah yang terjadi di Taiwan. Sebagaimana jelasnya bahwa Amerika Serikat menjalin kesepakatan dengan Taiwan yang semata mata untuk membendung dominasi China di Asia Timur dan tidak ingin China menjadi hegemon di wilayah Asia.

3.2 Teori Balance of Power

Balance of Power merupakan manifestasi dari konsep power (Morgenthau, 1973). Karena pada dasarnya konsep ini merupakan kata lain bentuk equilibrium dalam sistem politik. Asumsi dasar perimbangan kekuatan adalah bahwa perang bisa dicegah jika kekuatan (power) setiap aktor berimbang, sehingga secara rasional peluang menang atau kalah sama besar dan mereka memilih untuk tidak saling menyerang. Sehingga perdamaian lebih mudah untuk dicapai, karena perdamaian tersebut secara tidak langsung muncul dari sisi internal pihak masing-masing. Dengan demikian, dunia akan tergeneralisasi kedalam dua pihak yang memiliki power yang kurang lebih sama sehingga mereka akan menghilangkan pertikaian mereka sendiri. Akan tetapi konsep perdamaian yang ditawarkan bersifat memaksa, dalam artian masing-masing pihak serta-merta melakukan perdamaian bukan dari inisiatif sendiri, melainkan paksaan dari satu pihak ke pihak yang lain secara tidak langsung.

(5)

Amerika Serikat menjual senjata ke Taiwan bukan semata mata untuk mencari keuntungan tetapi ada hal yang lebih besar dibanding keuntungan itu sendiri. Hal tersebut bertujuan untuk meredam dominasi China di Asia yang notabene China mempunyai kemampuan militer nomor dua dibelakang AS. tentu saja hal ini mengusik Amerika Serikat yang merasa kekuatannya akan tersaingi oleh China.

BAB IV

PEMBAHASAN

sebelum membahas permasalahan ini ada baiknya kita sedikit mengingat sejarah apa yg menyebabkan Taiwan menjadi daerah khusus yang mempunyai otoritas sendiri. Ada beberapa alasan mengapa Cina tetap mempertahankan Taiwan sebagai bagian integral dari Cina; Pertama, sejak perpecahan tahun 1949, Cina belum pernah menyatakan Taiwan sebagai suatu negara merdeka yang berdiri sendiri.Cina malah menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan belum waktunya saja untuk kembali reunifikasi dengan Cina Daratan; Kedua, Cina melihat Taiwan sebagai daerah kepulauan yang subur dan menyimpan banyak potensi ekonomi.Sumbangan pertumbuhan ekonomi Taiwan bagi pembangunan ekonomi Cina diperkirakan mencapai 20 persen.Sumbangan tersebut diperoleh melalui perdagangan bilateral. Dari 300 miliar dolar AS investasi langsung yang telah dimanfaatkan oleh Cina sejak tahun 1995.

(6)

mengindikasikan konflik Cina-Taiwan merupakan rivalitas nasionalisme, bukan lagi perkara kontadiksi ideologis.

Perselisihan diantara mereka tidak selesai begitu saja.Dalam politik hubungan internasional, mereka berdua masih saja bersikap bertentangan. Di satu sisi, Cina menganggap bahwa Taiwan adalah penghianat atau pemberontak terhadap Pemerintah Pusat (yaitu Republik Rakyat Cina) dan Cina masih menganggap bahwa Taiwan merupakan bagian dari wilayah Cina bukannya bagian Cina yang memerdekakan diri dan berdaulat. Di lain sisi, Taiwan menganggap bahwa dirinya telah berdiri sebagai sebuah negara yang berdaulat yang berhak melakukan hubungan dengan negara lain sebagai sebuah negara. Dan dapat dikatakan bahwa yang sangat mempengaruhi peruncingan perselisihan antara Cina dan Taiwan adalah Amerika.

Hubungan mereka masih tetap belum berubah, begitu pula Amerika sebagai pihak yang menjadi penggerak Taiwan, masih mengakui Taiwan sebagai representasi dari Cina dan dengan Doktrin Truman nya berusaha membendung komunis termasuk di wilayah Asia Timur. Pada saat pecah Perang Korea 1950, untuk mengamankan Taiwan dari usaha penaklukan komunis maka AS mengirim Pasukan ke-7 serta menghadang intervensi Cina di dalam perang tersebut. Kemudian pada tahun 1954 Amerika dan Republik Cina menandatangani pakta pertahanan bersama –dengan tujuan yang sama melindungi Formosa (Taiwan) dari komunis dengan dalih menjaga perdamaian dunia.

(7)

Semasa era Perang Dingin Republik China (Taiwan sekarang) dinilai sebagai “Negara China yang Bebas” dan suatu bentuk penentangan terhadap komunisme, sedangkan Republik Rakyat China disebut sebagai “China Merah”. Republik China terus berada dibawah pemerintahan darurat seperti yang dinyatakan didalam Undang Undang Darurat Selama Pemberontakan Komunis dan pemerintahan satu partai hingga empat dekade (1948-1987).

Taiwan pernah dijajah oleh belanda (1642), kemduian dibebaskan oleh Cheng Cheng-Kung pada 1662. Wilayah Taiwan yang sekarang de facto

merupakan wilayah Republik China yang pernah menjadi protektorat Jepang setelah peperangan China-Jepang pada (1894-1895), yaitu ketika China masih berada dibawah Dinasti Qing dari Manchuria yang berbuah kekalahan China dan perjanjian Shimonoseki (1895) sampai berakhirnya masa Perang Dunia II dan Taiwan diambil alih oleh pemerintahan Koumintang.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II Taiwan dikembalikan kepada China secara de jure maupun de facto. Ketika itu koumintang dibenci oleh rakyat dari semua etnis di seluruh negeri China karena tindakan kerasnya. Akibatnya, pemerintahan Republik China dan Koumintang pun runtuh. Pada 1 oktober 1949 Republik Rakyat China berdiri menjadi satu satunya pemerintah sah di China. Dan kelompok Koumintang pun dipaksa mundur ke Taiwan. Dengan dukungan pemerintah Amerika Serikat pada saat itu, terjadi situasi terpisah di Selat Taiwan.

Semakin bangkitnya posisi China di dunia internasional semakin membuat khawatir dan tidak dapat dipandang sebelah mata oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Apalagi setelah perpecahan persekutuan China dan Uni Soviet pada 1960an. Menyebabkan Amerika Serikat merasa perlu mendekati China untuk mengimbangi kekuatan Uni Soviet.

(8)

China. Seiring dengan pengucilan Republik China oleh dunia internasional, nasionalisme tumbuh di dalam Taiwan. Nasionalisme ini muncul karena adanya perasaan bahwa Koumintang adalah pemerintahan dari daratan China. Kemudia masyarakat mengusahakan perjuangan ke arah kemerdekaan Taiwan sebagai negara yg berdaulat.

Pembukaan hubungan diplomatik dilakukan pada masa Jimmy Carter, setelah AS menerima posisi China dalam masalah Taiwan. Namun pada masa pemerintaha Ronald Reagen, China-AS kembali terlibat dalam masalah Taiwan, dan pada 1982 China dengan AS menandatangani Komunike 17 Agustus yang berisi kesepakatan penyelesaian bertahap dalam masalah penjualan senjata ke Amerika Serikat kepada Taiwan. Ketiga Komunike tersebut antara lain Komunike Shanghai, Komunike tentang Pembukaan Hubungan Diplomatik, dan Komunike 17 Agustus. Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat di 2007. China dianggap telah meningkatkan suhu politik dan ancaman militer yang membahayakan dalam masalah Taiwan.

Kedua, dengan penempatan jumlah peluru kendali yang diarahakn ke Taiwan pada 2007. Namun China tidak terima dan menuduh balik Amerika Serikatlah yang telah meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan dengna rencana penjualan senjata dari Amerika Serikat senilai 2,2 miliyar dolar AS berupa satu lusin pesawat patroli anti kapal selam P-3 Orion, peluru kendali anti pesawat udara SM-2 kepada Taiwan. Dan China juga selalu menuduh AS selalu menggunakan standar ganda dalam masalah Taiwan dan selalu menunjukkan sikap keberpihakan ke Taiwan, seperti pernyataan Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat – Blair pada 2002 yang menyatakan “has received definite order” untuk membantu pertahanan Taiwan apabila terjadi konflik bersenjata dengan China.

(9)

menjatuhkan sanksi kepada delapan perusahaan China yang dituduh membantu pengembangan program nuklir Iran. Pada 20 Februari 2008 malam, Amerika Serikat telah menembakkan peluru kendali SM-3 dari kapal perang USS-J AKE ERIE dan menghancurkan satelit mata mata AS yg sudah tidak berfungsi. Dan atas sikap yang diambil oleh AS, China menuding ada sesuatu yang disembunyikan dibalik pernyataan bahwa satelit ini ada untuk melindungi manusia dari bahaya.

Keempat, perselisihan dalam perdagangan bilateral dan isu isu ekonomi lainnya. Nampaknya AS masih belum dapat menerima peran China sebagai salah satu aktor ekonomi dunia. Berbagai tekanan dilakukan yang ditunjukkan terhadap China bertujuan untuk menahan serbuan produk China yang mencemaskan Amerika Serikat. Dan usaha yang dilakukan Amerika Serikat adalah dengan menuduh China melakukan praktik dagang yang tidak jujur serta mendesak China untuk merevaluasi kurs mata uang Yuan-nya. Amerika Serikat juga melakukan gugatan terhadap China sebagai bentuk tekanan ke Badan Penyelesaian Sengketa (Disputes Settlement Body) karena China dianggap melakukan prakter dumping atau menjual barang dibawah harga.

(10)

negara yang berpotensi menjadi pesaing harus dibendung pengaruhnya dan dilemahkan dari dalam”.

persengketaan antara China, Taiwan dan Amerika Serikat berlangsung selama bertahun tahun yang mengakibatkan adanya ketegangan dan meningkatnya suhu politik diantara negara yang bertikai akhirnya bisa diredam dengan cara China yang meratifikasi kerjasama ECFA (Economic Cooperation Framework Agreement) bersama Taiwan pada tahun 2010 menjadikan sebuah batu loncatan yang diharapkan dapat meminimalisir dan menciptakan hubungan yang baik antar kedua negara. Menariknya, didalam kerjasama ekonomi ECFA tersebut, pihak China justru tidak mendapatkan keuntungan yang bersifat resiprokal dibandingkan dengan apa yang Taiwan dapatkan. Didalam draft ECFA yang telah disepakatidiantara pemerintah China dan Taiwan, dijelaskan bahwasanya pihak China telah bersedia menurunkan tarif impor 539 jenis barang yang berasal dari Taiwan dan sebaliknya, Taiwan melalui kesepakatannya hanya menurunkan tarif impor 267 jenis barang dari China.

Meskipun kesepakatan ECFA tidak memberikan keuntungan yang bersifat resiprokal bagi China, namunsecara politis, kerjasama ECFA merupakan sebuah strategi awal bagi China untuk dapatmencapai kepentingan nasionalnya di wilayah Taiwan melalui skema kerjasama integrasi ekonomi.

(11)

kepentingan China di wilayah Taiwan dilakukan melalui jalur-jalur secara damai salah satunya melalui kerjasama ekonomi ECFA.

Disadari oleh pemerintah China, dengan semakin berjayanya China dalam konstelasi ekonomi internasional, menjadikan instrumen ekonomi sebagai alat yang rasional bagi pemerintah China untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Pertumbuhan ekonomi China yang semakin pesat inilah yang pada akhirnya banyak mengubah pola kebijakan pemerintah China, termasuk kebijakannya terhadap Taiwan. Semenjak tahun 2000, fokus politik luar negeri China terhadap Taiwan lebih banyak diubah dari hard power menjadi

soft power melalui instrumen ekonomi, dengan bukti ditandatanganinya kesepakatan ECFA pada tahun 2010.

Perubahan kebijakan China ini, diakibatkan karena China mulai mengaggap bahwasanya kekuatan militer dengan strategi ofensif sudah tidak relevan untuk digunakan mengintervensi Taiwan agar tunduk dalam kebijakan China. Hal ini mengingat adanya peran AS (Amerika Serikat) di wilayah Taiwan yang berusaha membantu Taiwan menghadang perilaku agresif China yang berkeinginan untuk melakukan reunifikasi bersama Taiwan. Perubahan kebijakan China ini, diakibatkan China mulai menganggap kekuatan militer dengan strategi offensive sudah tidak relevan untuk digunakan mengintervensi Taiwan agar tunduk kepada China. Hal ini mengingat adanya peran Amerika Serikat di wilayah Taiwan yang berusaha membantu Taiwan dalam menghadang perilaku agresif China yang berkeinginan untuk melakukan reunifikasi bersama Taiwan. Semenjak tanggal 10 April 1979, Taiwan telah melakukan kerjasama dengan AS melalui Taiwan Relations Act (TRA) yang didalam kesepakatan tersebut selain terdapat kesepakatan perdagangan, pertukaran kebudayaan, juga terdapat kesepakatan penyediaan senjata oleh Amerika Serikat bagi pertahanan Taiwan.

(12)

yang merupakan kekuatan tunggal hegemon pasca Perang Dingin berupaya mempertahankan posisinya sebagai negara adikuasa di wilayah Taiwan, salah satunya melalui upaya balancing dengan Taiwan, namun disatu sisi lainnya muncul China sebagai kekuatan baru di dalam dinamika sistem internasional yang berusaha menghadang laju AS di Taiwan. Namun pertentangan antara China dan AS di wilayah Taiwan tersebut tidak direspon secara koersif oleh kubu China. Pemerintah China dalam upaya pencapaian kepentingan nasionalnya di wilayah Taiwan menganggap penggunaan kapabilitas militer sudah sangat tidak relevan semenjak Taiwan mengadakan perjanjian TRA dengan AS.

BAB V

Kesimpulan

Sebuah keadaan dimana Amerika Serikat berusaha membendung dominasi China dengan cara masuk melalu internal atau dengan kata lain masuk melalui Taiwan yang notabene masih bagian dari China. Pasca Perang Dingin berakhir hanya menyisakan satu kekuatan super power yaitu Amerika Serikat yang menjadi kekuatan unggul di dunia. Banyak negara negara di dunia ingin mengambil hati Amerika Serikat supaya AS mau menanamkan investasinya dan AS pun tidak menyianyiakan kesempatan emas ini untuk melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru dunia.

(13)

segala bidang dan harus dibendung kekuatannya. Sebagai contoh usaha yang dilakukan AS untuk membendung dominasi China adalah dengan menjegalnya pada masalah Historis yaitu dengan condong ke Taiwan. Karena kekuatan China yang terus merangkak naik bukan saja kekhawatiran biasa melainkan AS beranggapan bahwa jika China akan timbul sebagai negara yang mendominasi maka dengan bersamaan ajaran komunis akan tersebar.

Kehadiran investasi AS di Taiwan terus mengusik China namun AS mengatakan bahwa kerjasama dan kehadiran AS di Taiwan atas dasar faktor sejarah dan China melihat hal ini bukan masalah faktor sejarah melainkan ingin meredam dominasi China dengan cara masuk ke Taiwan. Namun perlu disadari bahwa intervensi yang dilakukan AS terhadap Taiwan dapat mendorong konflik kearah yang lebih meruncing, padahal secara jelas telah dipaparkan bahwa AS tidak ingin berperang dengan China karena dampak yang ditimbulkan akibat perang akan merugikan keduanya. Dalam usaha menjalankan “containment policy”-nya, AS lebih memperkuat lagi posisinya dengan menginfiltrasi lebih dalam tentang keadaan politik di Taiwan. Taiwan yang pernah melakukan kerjasama dengan AS tentu secara cepat dapat menangkap nilai-nilai demokrasi dan liberal yang dibawa AS ke wilayahnya. Lewat “penanaman kembali” ideologinya, AS kembali membina dan “menyetir” Taiwan. Dengan ini AS telah berhasil menggunakan Taiwan sebagai “Democratic Window” dengan tujuan untuk mempromosikan sebuah reformasi politik dengan mengangkat demokrasi ke wilayah Cina.

(14)

pertahanan luar negeri. Namun hal ini tetap sulit dijalankan karena hingga saat ini banyak negara yang belum mengakui status Taiwan sebagai negara yang berdaulat.

(15)

A.

Buku

Sutopo, FX. (2009). CHINA Sejarah Singkat. Jogjakarta:Garasi.

Sukarnaprawira SE, Aa Kustia. (2009). Cina Peluang atau Ancaman. Jakarta: Restu Agung.

DR. Perwita, Anak Agung Banyu & DR. Yanyan Mochamad Yani. (2005).

Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosda.

Steans, Jill & Lloyd Pettiford. (2009). Hubungan Internasional Prespektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jackson, Robert & Georg Sorensen. (2014). Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

B. Artikel Jurnal

Chang, Parris H. 2014. Beijing’s Unification Strategy Toward Taiwan and Cross-Strait Relations, Taylor & Francis Online. The Korean Journal of Defense Analysis, Vol. 25, No. 3, hal. 299-314.

C.

Website

Sucitra, Udayana. (2015) Konflik China dan Taiwan. Oktober 6, 2015.Kompasiana,

http://www.kompasiana.com/oedajanasoetjitra/konflik-china-taiwan_550115a6a333117f72512b0c

Guanqun, Wang. (2011) Full text: China’s National Defense in 2010. Diakses pada 6 oktober 2015. News.xinghua,

http://news.xinhuanet.com/english2010/china/2011-03/31/c_13806851.htm

O’ Hanlon, Michael E. (2005) The Risk Of War Over Taiwan is Real. Diakses pada 5 oktober 2015 .Brookings.edu,

http://www.brookings.edu/research/opinions/2005/05/01asia-ohanlon

Tsu, Lien-Kien. (2010) The ECFA Hoax and Chinese swindlers. Diakses pada 5 oktober 2015 .Taipetimes.

(16)

Economic Cooperation Framework Agreement. Diaksespada tanggal 28 Januari 2014.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian terdahulu dapat dinyatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan abu sekam padi sebagai bahan dasar pembuatan silika termodifikasi

(perhatian dari BPN RI dan Kanwil BPN Propinsi Jawa Barat dan kedudukan BPN dalam reforma agraria) [S1,S2,]; 2 terkait kebijakan yang ditempuh (hubungan baik dengan

Gambar 4.42 : Pola plafon yang mengikuti pola denah Crossing Gambar 4.43: Denah Lantai Gereja Sagrada Familia. Gambar 4.44 : Simbol pola lantai Gambar 4.45 : Pola lantai

Metode ini berfokus pada perangkingan dan memilih dari satu set alternatif, dan menentukan solusi kompromi untuk masalah kriteria yang bertentangan, yang dapat

Dikatakan sangat penting, karena penilaian dapat digunakan dalam memberikan informasi penting, diantaranya adalah menentukan hasil belajar peserta didik, mengukur

Tuntutan ekonomi yang terus mendesak keluarga nelayan di Muara Angke khususnya dengan pendapatan suami yang tidak menentu membuat wanita nelayan memiliki

Adapun saran-saran dalam penelitian ini adalah: (1) Diharapkan kepada guru maupun peneliti selanjutnya dapat menggunakan model pembelajaran memori sebagai alternatif

(2) Percobaan padat {hidrostatic test) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, tekanan uji 1,5 kali dari tekanan kerja yang diperbolehkan atau tekanan desain atau tercantum