• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN DI ALAM BEBAS bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEGIATAN DI ALAM BEBAS bagian "

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN DI ALAM BEBAS

1. Maksud dan Tujuan Hidup di Alam Bebas

Maksud clan tujuan hidup di alam terbuka adalah sebagai berikut:

a. Maksud dan tujuan

Hidup di alam terbuka adalah hidup sementara di luar rumah,

yang menganclung maksud dan tujuan sebagai berikut:

1) Mendekatkan diri pada Tuhan pencipta alam semesta.

2) Mengagumi keindahan tanah air sendiri.

3) Mengenclorkan tekanan-tekanan jiwa clan jasmani dari permasalahan-persalahan yang lama

dan terus-menerus diganti, supaya tidak mengalami kelelahan yang besar.

4) Mendapatkan ketenangan batin clan otak (pemikiran).

5) Menambah kesegaran rohani clan jasmani.

6) Menumbuhkan sifat percaya diri, clan tidak terlalu bergantung pada kedermawanan orang

lain.

7) Memperbaiki tingkah laku dan budi pekerti.

8) Mempertebal keakraban dan persaudaraan.

9) Melatih ketajaman pancaindera.

10) Mempertebal ketabahan diri clan ulet dalam menghadapi setiap tantangan.

11) Memupuk cinta kasih, kesanggupan, clan kecakapan/keterampilan.

12) Mengukuhkan kerja sama.

13) Bertindak dengan disiplin.

Bertindak kesatria.

(2)

Salah satu maksud dan tujuan dari mengikuti kegiatan di alam terbuka adalah untuk kesegaran

jasmani clan kesehatan diri yang melakukannya. Udara pegunungan yang masih bersih akan

dihirup paru-paru secara maksimal, pemandangan yang indah, kegembiraan yang meluap, dan

semangat yang menyala-nyala sungguh menyebabkan rasa segar.

Kepenatan dan keringat yang mengalir dari pori-pori badan ketika mengikuti kegiatan di alam

terbuka tidak dijadikan masalah, karena hanya mereka yang sehat, mampu, kuat dan ulet, akan

mudah mengikuti kegiatan di alam terbuka. Para remaja harus menyadari bahwa masa-masa

usianya ada dalam kondisi kesegaran jasmani yang paling balk.

c. Mengisi Waktu Luang

Waktu luang diisi dengan kegiatan-kegiatan di luar yang rutin dan wajib, balk di rumah, sekolah

atau tempat bekerja. Salah satu waktu luang adalah libur sekolah, yang diisi dengan

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, clan menjadi tujuan semua siswa. Waktu luang lainnya (4 – 6 jam

dalam sehari clan hari minggu) dapat digunakan untuk mempelajari dan melakukan latihan dasar

clan persiapan, sedangkan waktu liburan sekolah untuk pelaksanaannya.

Pendidikan Jasmani Dan Pendidikan Di Luar Kelas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah utama dalam pendidikan di Indonesia, hingga dewasa

kini, ialah belum efektifnya pengajaran dalam pendidikan di sekolah-sekolah.

Kondisi kualitas pengajaran pendidikan yang memprihatinkan di sekolah

dasar, sekolah menengah, sekolah lanjutan dan bahkan perguruan tinggi

telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum, diantaranya tentang

kemampuan guru dalam pendidikan dan terbatasnya sumber-sumber yang

digunakan untuk mendukung proses pengajaran.

Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktiknya cenderung

tradisional. Model metode-metode praktik dipusatkan pada guru di mana

para siswa melakukan latihan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh

guru.

(3)

sumber belajar. Melalui alam, bisa meningkatkan pola fikir dan sikap mental

positif seseorang.

Kejenuhan pengembangan di dalam ruang turut memberikan dorongan berkembangnya

konsep pendidikan di luar kelas. Pendidikan dalam ruang yang bersifat kaku dan formalitas dapat

menimbulkan kebosanan, termasuk juga kejenuhan terhadap rutinitas di sekolah Pendidikan luar

kelas dijadikan sebagai alternatif baru dalam meningkatkan pengetahuan dalam pencapaian

kualitas manusia. Alam sebagai media pendidkan adalah suatu sarana efektif untuk

meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan pola pikir serta sikap mental positif seseorang.

Konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena secara nyata dari lingkungan dan

memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai sumber belajar.Dengan alam kita dapat

bermain,belajar,dll.

Pendidikan

luar kelas pada dasarnya merupakan pendidikan lintas bidang

studi, karena di dalam kegiatannya meliputi seni, ilmu alam, pendidikan

jasmani dan

home economic

. Pendidikan

luar kelas bertujuan agar siswa dapat

beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup

dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap

lingkungan dan alam sekitar. Pendekatan ini mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana

anak akan lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan

kerjasama antar teman dan kemampuan berkreasi. Berhubungan dengan hal tersebut disini kami

akan membahas mengenai pendidikan di luar kelas terutama yang berkaitan dengan pendidin

jasmani.

1.2

RUMUSAN MASALAH

1.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan di luar kelas dan tujuannya?

2.

Bagaimana hubungan antara pendidikan di luar kelas dengan pendidikan

jasmani?

3.

Kegiatan-kegiatan apa saja yang termasuk dalam pendidikan di luar kelas?

4.

Bagaimana strategi yang tepat dalam pendidikan jasmani di luar kelas bagi

anak SD?

1.3

TUJUAN

1.

Mendeskripsikan pengertian pendidikan di luar kelas dan tujuannya.

2.

Menjelaskan bagaimana hubungan antar pendidikan di luar kelas dengan

pendidikan jasmani.

3.

Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan apa saja yang termasuk dalam

pendidikan di luar kelas.

4.

Menjelaskan strategi yang tepat dalam pendidikan jasmani di luar kelas bagi

anak SD

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Di Luar Kelas

(4)

pengetahuan yang relevan (Arief Komarudin, 2007). Dalam pengertian lain,

Aktivitas Luar Kelas merupakan pendidikan yang dilakukan di luar ruang

kelas atau di luar gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti:

bermain di lingkungan sekitar sekolah, di taman, di perkampungan

nelayan/daerah pesisir, perkampungan petani/persawahan, berkemah,

petualangan, sehingga diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan

dengan aktivitas alam bebas. Dari dua pengertian di atas dapat di simpulkan

bahwa aktivitas luar kelas adalah proses pembelajaran yang dilakukan di luar

kelas atau alam bebas, dengan memanfaatkan peralatan yang ada sehingga

dapat memunculkan kreatifitas dan memperoleh pengetahuan serta rekreasi.

Pendidikan luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam

sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan

alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alamsekitar.

Pendekatan Out-door learning menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana. Proses

pembelajaran menggunakan alam sebagai media dipandang sangat efektif dalam knowledge

management dimana setiap orang akan dapat merasakan, melihat langsung bahkan dapat

melakukannya sendiri, sehingga transfer pengetahuan berdasarkan pengalaman di alam dapat

dirasakan, diterjemahkan, dikembangkan berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendekatan ini

mengasah aktivitas fisik dan social anak dimana anak akan lebih banyak melakukan

kegiatan-kegiatan yang secara tidak langsung melibatkan kerjasama antar teman dan kemampuan

berkreasi. Aktivitas ini akan memunculkan proses komunikasi, pemecahan masalah, kreativitas,

pengambilan keputusan, saling memahami, dan menghargai perbedaan.

Tujuan

pendidikan yang secara umum ingin dicapai melalui aktivitas di luar

ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah adalah:

1.

Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan

kreativitas dan inisiatif personal.

2.

Menyediakan latar (

setting

) yang berarti bagi pembentukan sikap.

3.

Mengembangkan kesadaran, apresiasi dan pemahaman terhadap

lingkungan alam dan bagaimana manusia memiliki relasi dengan hal

tersebut.

4.

Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya

dapat berkembang optimal.

5.

Memberikan ‘konteks’ dalam proses pengenalan berkehidupan sosial

dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara

langsung.

10.

Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan

(5)

11.

Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung melalui

implementasi bebas kurikulum sekolah diberbagai area.

12.

Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas

sekitar untuk pendidikan.

2.2 Pendidikan Di Luar Kelas Dengan Pendidikan Jasmani

Pendidikan

luar kelas pada dasarnya merupakan pendidikan lintas bidang

studi, karena di dalam kegiatannya meliputi seni, ilmu alam, pendidikan

jasmani dan

home economic

. Dapat dilakukan di mana saja, lapangan

terbuka, hutan, tepi danau, cagar alam, kebun, museum, camping ground,

atau kebun binatang. Pendidikan luar kelas merupakan salah satu dimensi

dalam pendidikan jasmani, di mana melalui program kegiatan ini diharapkan

konsep diri siswa dapat dibentuk. Pengalaman semacam memanjat,

merangkak, bergelantungan, dan berayun di alam bebas, yang merupakan

bagian dari progam petualangan akan mampu meningkatkan rasa percaya

diri siswa. Pengalaman semacam ini dapat memenuhi kebutuhan psikis anak

akan ‘rasa berhasil mengatasi rintangan’.

Aktivitas Luar Sekolah berisi tentang kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas

lainnya, seperti; bermain di lingkungan sekolah, di taman, di perkampungan pertanian/nelayan,

berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan (mendaki gunung, menelusuri sungai, cano

dan lainnya), serta unsur perilaku yang berkaitan dengan aktivitas alam bebas Dalam

pelaksanaanya pendidikan jasmani dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sebagai contoh :

1)

Tahap Persiapan, yang mencakup langkah-langkah persiapan, seperti: Penetapan tujuan

pembelajaran, Memilih metode pembelajaran, Memilih materi pembelajaran, Menentukan

alokasi waktu, Menentukan alat dan sumber bahan pelajaran, Memilih jenis evaluasi, dan

lain-lain.

2)

Tahap Pelaksanaan, tahap pelaksanaan pada dasarnya menerapkan apa yang telah dilakukan

pada tahap persiapan.

3)

Tahap Evaluasi, yang meliputi : Mengumpulkan informasi tentang pencapaian kompetensi,

tujuan evaluasi adalah menilai sejauh mana siswa mampu mencapai kompetensi hasil belajar dan

Memberikan umpan balik terhadap jalannya pembelajaran (Kurikulum 2004 : 20).

Pendidikan jasmani melalui pendidikan luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar

sekolah sebagai sumber belajar, lingkungan sekolah juga dapat dijadikan sebagai alat

pengembangan kegiatan di alam bebas agar siswa dapat mengembangkan keterampilan untuk

menghadapi tantangan di masa depan dengan bersikap positif, berperilaku sosial yang selaras

dengan norma yang ada.

2.3

Kegiatan-Kegiatan Pendidikan Di Luar Kelas

Pendidikan jasmani termasuk salah satu bagian dari pendidikan luar kelas. Dalam

prakteknya, pada pendidikan jasmani dapat dilaksanakan di luar kelas atau sekolah sebagaimana

pendidikan di luar kelas. Kegiatan-kegiatan pendidikan di luar kelas dan pendidikan jasmani

memiliki saling keterkaitan dimana pada pelaksanaan pendidikan luar kelas kegiatan yang

dilakukan ada yang melibatkan aktivitas jasmani secara aktif sebagaimana dalam pendidikan

jasmani. Berikut kegiatan-kegiatan di luar kelas yang juga melibatkan aktivitas pendidikan

jasmani:

(6)

Hiking adalah kegiatan lintas alam. Menurut pakar latihan fisik di AS, hiking

adalah cara yang menyenangkan untuk membentuk tubuh karena dilakukan

di alam terbuka. Jadi bukan sekedar latihan aerobik yang efektif namun juga

mampu membersihkan pikiran kita. Hiking menawarkan keseimbangan olah

fisik dan olah pikiran.Kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali

tentang betapa pentingnya kita menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu

kegiatan ini bertujuan untuk merefresh peserta dari kejenuhannya selama

dalam bekerja. Selain untuk merefresh diri, kegiatan hiking juga akan sangat

bermanfaat dalam menumbuhkan rasa kebersamaan diantara peserta

seseorang melompat dari sebuah tempat tinggi (biasanya beberapa ratus

kaki/meter) dengan satu ujung dari tali elastis yang ditempel di badan atau

pergelangan kaki dan ujung talinya satunya terikat ke titik lompatan. Ketika

seseorang melompat, tali tersebut tersebut akan melar setelah mengambil

energi dari lompatan, dan peloncat akan terlontar balik ketika tali tersebut

memendek. Peloncat akan berosilasi naik dan turun sampai energi dari

loncatan habis.Kata

bungee

(dibaca banji) pertama kali digunakan pada

tahun 1930 dan merupakan nama dari penghapus karet.

3.

Surfing

Surfing atau berselancar Merupakan salah satu kegiatan paling sulit untuk

dikuasai. Olahraga ini memang mengasyikkan. Berdiri di papan selancar dan

bersahabat dengan ombak tentunya memberikan pengalaman berbeda bagi

sebagian orang. Anda bisa menari dalam gulungan ombak, menikmati terik

matahari, dan asinnya air laut. Meski demikian, Anda harus tetap waspada

dengan segala resikonya. Ada prosedur standar yang perlu Anda perhatikan

dalam melakukan olahraga ekstrim yang memacu adrenalin ini. Tapi jangan

khawatir, sekarang ini banyak tempat wisata yang menawarkan program

latihan surfing. Olahraga ini menantang sekaligus akan menyehatkan tubuh.

Selain membuat tubuh lebih fit, surfing juga akan membentuk lengan, dada,

dan punggung, saat Anda mendayung ke di atas ombak.

4.

Snorkeling dan Diving

Pengertian dasar snorkeling adalah suatu teknik menikmati pesona

keindahan dasar laut dengan menggunakan perlatan dasar selam berupa

snarkle, fin (kaki katak) dan mask (kacamata renang). Jenis penyelaman ini

dilakukan pada plaut dangkal karena tidak menggunakan alat bantu

pernafasan berupa tabung oksigen.

(7)

Skin Dive atau dalam Buku Petunjuk 1 Star SCUBA Diver CMAS – Indonesia

disebut : “Peralatan Selam Dasar”. Terdiri dari : Masker, Snorkler, Fin (kaki

katak), boot (sepatu selam) dan Lifevest (pelampung)

SCUBA Gear / Peralatan SCUBA, yang meliputi : BCD (Bouyancy

Compensator Divice), Tabung, Regulator, Pressure & Deep Gauge (alat

mengetahu isi tabung selama penyelaman dan tingkat kedalaman), serta

Weightbelet (pemberat).

5.

Karya Wisata

Karya wisata atau field trip dalam pengertian pendidikan adalah kunjungan siswa keluar sekolah

untuk mempelajari obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikulum di sekolah,

atau dengan kata lain bahwa karya wisata adalah suatu kunjungan kesuatu tempat di luar kelas

yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam

rangka

mencapai

tujuan

pendidikan.

Karya wisata pada umumnya didorong oleh motivasi, mencari keterangan tentang hal tertentu,

melatih sikap anak, membangkitkan minat, mengembangkan apresiasi,

menikmati pengalaman- pengalaman baru.

6.

Permainan dan Olahraga

Model pembelajaran yang paling tepat di lingkungan luar sekolah adalah dengan bentuk bermain

atau permainan. Lapangan yang ada, maka di manfaatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan

permainan yang terdiri:

a.

Permainan besar

Yaitu permainan yang peraturannya telah dilakukan secara internasional dan bila ada tambahan

selalu dilakukan suatu pertemuan internasional pula.

Yaitu permainan yang peraturannya ditentukan oleh anggota ermainan sendiri, antara lain:

-

Perebutan benteng

-

Bola tembak

-

Gobak sodor

-

Egrang, dan sebagainya.

Dalam melakukan pendidikan di luar kelas dapat memanfaatkan lingkungan sekitarnya. Sumber

belajar dapat meliputi:

1.

Lingkungan di sekitar sekolah atau desanya atau kota, tempat di sekolah di dirikan, yang

berbentuk fisik, umpamanya yang ada di sekitarnya berupa: trap atau tangga gedung sekolah,

pohon-pohonan.parit dan sebagainya.

2.

Lingkungan tersebut berupa lingkungan alam atau situasi dan kondisi alam yang ada di sekitar

sekolah yang perlu dimanfaatkan oleh setiap guru untuk belajar penjaskes.

(8)

4.

Lingkungan budaya yang sangat kaya di tanah air dengan bermacam-macam permainan serta

adat istiadat yang dapat dimodifikasikan sehingga dapat di manfaatkan dalam kegiatan

pembelajaran penjaskes di sekolanya, misalnya: kuda-kudaan.

Saat sekarang ini ada tren aerobik dengan semua macam musik senam pagi dan lari pagi

setiap hari bahkan didaerah tertentu kegiatan tersebut menjadi suatu kebutuhan masyarakat,

sehingga diperlukan tenaga untuk membimbing atau memimpin kegiatan tersebut, mengingat

dan menyadari kekerangan sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar penjaskes di

setiap sekolah, sangat perlu kreasi guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber dan

media pembelajaran.Contoh:

Sungai dapat digunakan untuk pembelajaran renang.

Guru silat di daerah yang bersangkutan, dapat di gunakan sebagai sumber dalam pengembangan

olahraga tradisional.

Situasi dan kondisi alam juga berperan dalam pendidikan di luar kelas, salah satunya dalam

hubungannya dengan pendidikan jasmani. Situasi dan kondisi alam di lingkungan sekolah sangat

bervariasi, baik di pedesaan maupun di kota yang berpenduduk jarang atau padat.

2.4

Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Luar Kelas Bagi Siswa

SD

mengembangkan kemampuan pengetahuan yang perlu. Lebih jauh strategi

pembelajaran ini juga bergantung pada kebutuhan, pengalaman, minat dan

kemampuan anak didik; tujuan program pendidikan kesehatandisekolah yang

bersangkutan; kemampuan guru, sumber-sumber dan fasilitas yang ada.

Keterampilan (memilih strategi) tergantung pada pemilihan teknik yang

paling cocok untuk mencapaitujuan (

goal

) tertentu dan dalam melaksanakan

teknik tersebut dengan cara yang fleksibel dan responsif. Guru pendidikan

kesehatan harus tanggap terhadap umpan balik dari kelas dan responsif

secara sensitif terhadap hasil yang tidak diharapkan, yang dapat

mempengaruhi individu.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran diperlukan

pendekatan-pendekatan belajar yang tepat. Sehubungan dengan hal itu telah banyak

bermunculan pendekatan-pendekatan untuk meraih tujuan belajar

pendidikan jasmani tersebut.

Adapun jenis pendekatan beserta deskripsi sederhana dari

masing-masing pendekatan yang banyak dipergunakan terutama di sekolah-sekolah

Amerika ditulis oleh Adang Suherman (1998 : 5) sebagai berikut :

1.

Movement Education

.

(9)

yang tidak terencana; meningkatkan pengetian, dan kesenangan terhadap

gerak baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton; meningkatkan

pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak manusia.

2.

Fitness Approach

.

Fitness Approach

ini pada dasarnya merupakn pendekatan yang lebih

menekakankan pada peningkatan penguasaan pengetahuan, keterampilan

dan kualitas gerak jasmani anak didiknya.

3.

Academic-Discipline Approach

.

Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih

menekankan pada penguasaan pendidikan jasmani secara mendalam :

bagaimana memelihara gaya hidup yang sehat, mengisi waktu senggang,

menjadi pelayan atau pengguna program firness dan pendidikan jasmani di

masyarakat.

4.

Social-Development Model

.

Pendekatan ini pada dasarnya merupakan yang lebih menekankan pada

perkembangan individu dan sosial anak didik. Salah satu contoh model dari

pendidikan ini dikembangkan oleh Donald Hellison (1973,1978,1982) dengan

istilah “

teaching responsibility through physical activity

” dengan

menerapkan konsep “

levels of affective development

”.

5.

Sport Education Model

.

Pendekatan ini pada dasarnyamerupakan pendekatan yang lebih

menekankan pada pemeliharaan dan peningkatan nilai-nilai murni olahraga

kompetitif seperti yang sering dilakukan diluar lingkungan sekolah.

6.

Adventure-Education Approach

.

Pendekatan ini pada dasarnya merupakan pendekatan yang lebih

menekankan pada aktivitas-aktivitas petualangan yang penuh resiko dalam

lingkungan yang lebih bersifat alami (misal, maik gunung,

cross country

,

camping

).

7.

Electic Approach

.

Pendekatan ini pada dasarnya “JURNAL, Pendidikan Dasar “ Nomor: 9

-April 2008 merupakan pendekatan yang merupakan perpaduan atau

kombinasi dari semua pendekatan tersebut di atas.

Dari berbagai pendekatan di atas kaitannya dengan pendidikan jasmani

sebagai human movement dan sesuai dengan pendapat para ahli maka

movement education merupakan pendekatan yang lebih tepat dibandingkan

dengan yang lainnya.

Dalam pelaksanaan pendidikan di luar kelas pada pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, guru

mengacu pada standar kompetensi pendidikan jasmani itu sendiri. Dalam standar kompetensi

pendidikan jasmani di sekolah dasar untuk materi pendidikan di luar kelas terdapat pada kelas

tinggi yaitu kelas 4, 5, dan 6.

Kelas IV semester 2

(10)

kegiatan semacam ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik baik aspek fisik

maupun psikis dalam pembelajaran pendidikan jasmai yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

BAB III

PENUTUP

3.1

SIMPULAN

Pendidikan luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi

kegiatan di luar kelas/ sekolah dan di alam bebas lainnya. Aktivitas Luar

Kelas merupakan pendidikan yang dilakukan di luar ruang kelas atau di luar

gedung sekolah, atau berada di alam bebas, seperti: bermain di lingkungan

sekitar sekolah, di taman, di perkampungan nelayan/daerah pesisir,

perkampungan petani/persawahan, berkemah, petualangan, sehingga

diperoleh pengetahuan dan nilai-nilai yang berkaitan dengan aktivitas alam

bebas.

Pendidikan

luar kelas bertujuan agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam

sekitar,dan, mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan

alam sekitar, dan memiliki memiliki apresiasi terhadap lingkungan.

Pendidikan jasmani termasuk salah satu bagian dari pendidikan luar kelas. Dalam

prakteknya, pada pendidikan jasmani dapat dilaksanakan di luar kelas atau sekolah sebagaimana

pendidikan di luar kelas. Kegiatan-kegiatan pendidikan di luar kelas dan pendidikan jasmani

memiliki saling keterkaitan dimana pada pelaksanaan pendidikan luar kelas kegiatan yang

dilakukan ada beberapa kegiatan yang melibatkan aktivitas gerak sebagaimana dalam pendidikan

jasmani Diantara kegiatan-kegiatan pendidika di luar kelas antara lain:

1.

Hiking

2.

Bungee Jumping

3.

Surfing

4.

Snorkeling dan Diving

5.

Karya Wisata

6.

Permainan dan Olahraga

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran diperlukan

pendekatan-pendekatan belajar yang tepat. Sehubungan dengan hal itu telah banyak

bermunculan pendekatan-pendekatan untuk meraih tujuan belajar

pendidikan jasmani tersebut.

Adapun jenis pendekatan beserta deskripsi sederhana dari

masing-masing pendekatan yang banyak dipergunakan terutama di sekolah-sekolah

Amerika ditulis oleh Adang Suherman (1998 : 5) sebagai berikut :

1.

Movement Education

2.

Fitness Approach

.

3.

Academic-Discipline Approach

.

4.

Social-Development Model

.

5.

Sport Education Model

.

(11)

Dalam pelaksanaan pendidikan di luar kelas pada pendidikan jasmani di Sekolah

Dasar, guru mengacu pada standar kompetensi pendidikan jasmani itu sendiri. Dalam standar

kompetensi pendidikan jasmani di sekolah dasar untuk materi pendidikan di luar kelas terdapat

pada kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, dan 6.

Bedasarkan standar kompetensi, maka untuk strategi pembelajaran pendidikan di luar

kelas pada pendidikan jasmani di sekolah dasar dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain

misalnya pada kegiatan berkemah yang di dalamnya di masukkan kegiatan-kegiatan jasmani

seperti outbond atau penjelajahan di lingkungan sekitar sekolah maupun di alam bebas. Dengan

kegiatan semacam ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik baik aspek fisik

maupun psikis dalam pembelajaran pendidikan jasmai yang PAKEM ( Pembelajaran Aktif

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

OUT-BOUND SEBAGAI BENTUK PENGEMBANGAN BELAJAR GERAK

DALAM PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI ALAM TERBUKA

LATAR BELAKANG MASALAH

Pembelajaran Pendidikan Jasmani sebagai bagian dari sistem pendidikan di Indonesia secara keseluruhan tidak diragukan lagi peranannya dalam turut mendukung terciptanya manusia Indonesia seutuhnya, selain bertujuan sehat jasmani tetapi juga sehat rohani. Sehat jasmani memberikan pengertian bahwa melalui pendidikan jasmani akan mendukung dan mampu beradaptasi terhadap tugas-tugas fisik sehari-hari untuk bergerak. Bergerak yang melibatkan fungsi otot, jantung, paru dan peredaran darah (Cardio-vascular). Sementara itu sehat rohani memiliki pengertian, adanya nilai-nilai yang harus dibentuk dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk kematangan mental, sosial dan

kepribadian dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Abdullah.A. 1998)

Bila melihat tujuan Pendidikan jasmani yang bernilai tinggi dan luhur tersebut, maka menuntut upaya tindakan yang kreatif dari guru pendidikan jasmani dalam mewujudkan hal tersebut. Tidak cukup dengan hanya mengantarkan siswa belajar Penjas pada jam sekolah yang sangat terbatas waktu bergeraknya, tetapi harus mampu mendorong secara sadar pada diri siswa bahwa untuk memenuhi sempitnya ruang dan waktu untuk bergerak di sekolah melalui aktivitas gerak atau olahraga di luar sekolah. Ingat bahwa proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk Intra-kurikuler, ko-kurikuler dan Ekstrakurikuler. Kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran Penjas di sekolah dasar saat ini, terkesan kaku dengan instruksi-instruksi guru dalam menyampaikan pembelajaran untuk mencapai keterampilan gerak

(12)

Pada dasarnya anak lebih suka belajar menghadapi tantangan yang dirasakan mampu dilakukannya, berkompetisi sesama teman merupakan daya tarik sendiri yang membuat anak termotivasi melakukan aktivitas gerak dengan sungguh-sungguh. Baik aktivitas secara individual maupun kelompok yang akan memberikan nuansa pembelajaran Penjas yang menarik. Dalam muatan kurikulum Pendidikan Jasmani terakhir ini menawarkan materi-materi yang tidak hanya bersumber pada kecabangan olahraga seperti atletik, permainan bola voli, sepak bola, bola basket, Futsal dan sebagainya, tetapi juga terdapat materi belajar gerak di alam terbuka (out door) dilingkungan sekolah.

Aktivitas di luar kelas atau diluar gedung sekolah merupakan aktvitas yang menantang bagi siswa untuk belajar dengan hal-hal baru tetapi nyata merupakan bagian yang dilakukan oleh sebagian masyarakat kita. Anak-anak diajak untuk melakukan aktivitas yang tidak biasa dilakukan dalam kehidupannya. Bekerjasama dalam suatu tim atau kelompok untuk melakukan suatu tujuan tertentu yang selain menuntut kemampuan fisik dan keterampilan tertentu, tetapi menuntut pengembangan kepribadian seperti sikap tenggang rasa, saling peduli, suka menolong dan kepekaan terhadap situasi dan kondisi, daya juang, tidak mengenal putus asa, bertanggung jawab, nilai-nilai kepemimpinan dan sebagainya. Kegiatan demikian merupakan bagian dari aktivitas yang sedang populer saat ini yaitu ”out bound”. Out bound berkembang dimasyarakat bukan hanya pada lingkungan pendidikan saja, seperti untuk siswa di sekolah atau lembaga kepramukaan, tetapi sudah diterapkan sebagai pendidikan orang dewasa dibeberapa lembaga pemerintah dan swasta untuk melatih karyawan, pegawai dan stapnya serta pimpinannya agar menjadi individu-individu yang kokoh, kuat, tekun, bekerja sama, saling membantu sehingga memiliki sistem manajemen yang kuat dan mampu meraih tujuan-tujuan sesuai target yang ditetapkan lembaganya.

Tidak semua aktivitas out bound juga bisa ditransfer dalam kondisi pembelajaran di sekolah, namun dapat dipilih bagian-bagian tertentu dari aktivitas out bound dan dimodifikasi secara kreatif aktivitasnya menjadi bentuk berbeda yang lebih menarik.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, pembahasan yang akan diuraikan adalah

”Bagaimana mengembangkan aktivitas Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah melalui pendekatan out-bound?”

Adapun tujuan pembahasan ini akan memberikan wawasan terhadap praktisi-praktisi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan guru, pelatih dan siswa dalam mengembangkan pendidikan jasmani di sekolah dengan menerapkan aktivitas outnbound.

Manfaat dari pembahasan ini diharapkan para praktisi dilapangan dapat memilih dan mengembangkan serta menerapkan bentuk-bentuk outbound sebagai bagian dari pendekatan pendidikan jasmani di sekolah.

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Pendidikan jasamani adalah kajian pendidikan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan untuk pengembangan jasamani itu sendiri sebagai emosional yang selaras dan seimbang serta untuk mencapai tujuan pendidikan (Cholik. M, 1997).

(13)

raga. (2) Untuk mengembangkan pola pikir anak, (3) dapat mengembangkan gerak dengan efektif dan efisien.

Tujuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk mengembangkan kesehatan dan kebugaran melalui pengertian atau keterampilan gerak dasar serta aktivitas jasmani supaya dapat meningkatkan

pengetahuan dan kecerdasan. Dalam dunia pendidikan telah dijelaskan bahwa untuk meningkatkan mutu dan hasil efisein sebaiknya dibutuhkan waktu dan latihan-latihan yang lebih baik serta diberikan pengaruh yang kontinyu dalam artian telah dilakukan dapat dicapai.

Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani mempunyai multi-fungsi dalam mengembangkan aspek-aspek organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, dan aspek-aspek sosial (Subroto,T.:2008).

1) Aspek organik yang dikembangkan pendidikan jasmani adalah memfungsikan tubuh menjadi lebih baik, sehingga dapat memenuhi tuntutan lingkungan sebagai landasan pengembangan keterampilan. - Meningkatkan kekuatan otot, berupa tenaga yang dihasilkan dari otot atau kelompok otot.

- Meningkatkan daya tahan oto, yaitu kemampuan otot untuk bertahan dalam kerja atau aktivitas dalam waktu yang lebih lama.

- Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler yaitu kapasitas individu melakukan aktivitas secara terus menerus (kontinyu) dalam intensitas yang berat dan waktu yang lama.

- Meningkatkan fleksibiltas yang meliputi kemampuan rentang gerak dalam persendian untuk menghasilkan gerakan yang efektif serta mengurangi cidera.

2) Aspek Neuromuskular;

- meningkatkan keharmonisan antara fungsi otot dan persyarafannya - mengembangkan keterampilan lokomotor maupun nonlokomotor

- mengembangkan keterampilan dasar manipulatif dalam bentuk pengusasaan teknik dasar cabang olahraga

- mengembangkan keterampilan olahraga rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah dan sebagainya.

3) Aspek perseptual;

- mengembangkan kemampuan yang berhubungan dengan konsep ruang, yang meliputi objek di depan, di belakang, di bawah, di atas, di kanan dan di kiri.

- Mengembangkan koordinasi gerak visual

- Mengembangkan keseimbangan tubuh secara statis maupun keseimbangan dinamis. 4) Aspek kognitif

- Mengembangkan kemampuan bereksplorasi, menemukan konsep, dan kemampuan mengambil sikap dan keputusan dengan tepat dan cepat.

- Mengembangkan kemampuan menyusun strategi dalam kondisi terorganisir, dan mampu memecahkan problematika dalam bentuk gerakan.

5) Aspek Sosial,

- Kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan sekitarnya.

- Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok - Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai-nilai dalam mansyarakat

(14)

B. Definisi Out bound

Pengertian Out bound masih hangat diperdebatkan banyak kalangan praktisi out bound sendiri, hal itu dilandasi oleh perkembangan kegiatan-kegiatan outbound yang sangat pesat akhir-akhir ini karena sudah menjadi bagian dari bisnis sebagai daya saing dibidang olahraga. Keunikan dan tingkat kreativitas

pengelolanya membuat outbaound yang dikembangkan menjadi berbeda dengan outbound lainnya. Namun pada dasarnya masih mengacu pada beberapa definisi yang sama.

Outbound adalah kegiatan di alam terbuka yang mampu memacu semangat belajar. Outbound merupakan sarana penambah wawasan pengetahuan yang didapat dari serangkaian pengalaman berpetualang sehingga dapat memacu semangat dan kreativitas seseorang. Oleh karena itu. Kimpraswil (2007) menyatakan bahwa outbound adalah usaha olah diri (olah pikir dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi secara lebih baik lagi (http://www.kimpraswil.go.id/ ) Kegiatan outbound berawal dari sebuah pengalaman sederhana seperti bermain. Bermain juga membuat setiap anak merasa senang, dan bahagia. Dengan bermain anak dapat belajar menggali dan mengembangkan potensi, dan rasa ingin tahu serta meningkatkan rasa percaya dirinya. Oleh karena itu, bermain merupakan fitrah yang dialami setiap anak. Pengalaman merupakan guru dalam proses pembelajaran secara alami. Misalnya, seorang anak mengalami proses alami bermain. Hal itu dalam rangka menambah dan mengembangkan pengetahuan dari setiap pengalamannya. Jadi, tidak menutup kemungkinan siapapun berhak bermain baik anak-anak, remaja, orang dewasa ataupun orang tua. Karena belajar dari sebuah pengalaman dalam aktivitas bermain dijadikan sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dilakukan di ruangan terbuka atau tertutup.

outbound merupakan perpaduan antara permainan-permainan sederhana, permainan ketangkasan, dan olah raga, serta diisi dengan petualangan-petualangan. Hal itu yang akhirnya membentuk adanya unsur-unsur ketangkasan, dan kebersamaan serta keberanian dalam memecahkan masalah. Seperti halnya Iwan (2007) menegaskan bahwa “permainan yang disajikan dalam outbound memang telah disusun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang ’tersentuh’ tapi juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir) (http://www.peloporadventure.co.id/ )

C. Manfaat kegiatan Outbound

(15)

Howard Gardner (2000) dalam bukunya berjudul "Multiple Intellegences", mengatakan, setiap anak memiliki kecerdasan majemuk meliputi kecerdasan spasial visual, linguistik verbal, interpersonal, musikal ritmik, naturalis, kinestetik, dan logis matematis.

Dari tujuh macam kecerdasan tersebut, hanya beberapa yang menonjol, dan itu berbeda pada setiap anak. Karena kecerdasan bukan sesuatu yang dapat dilihat atau dihitung, melainkan tergantung pada pengalaman hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun di tempat lain. Karena setiap anak memiliki potensi berbeda, seharusnya proses pengajarannya juga berbeda. Dalam ilmu psikologi dikenal dengan prinsip individual differences atau pada dasarnya setiap orang memiliki keunikan masing-masing. Keunikan masing-masing anak tidak akan menonjol di sekolah dasar konvensional, yang pada umumnya hanya fokus pada aspek kognitif, yaitu kemampuan penalaran otak. Tidak jarang murid yang tidak memiliki keunggulan kognitif, dianggap anak bodoh. Akibatnya si anak menjadi minder, padahal belum tentu pada kegiatan lain, anak seperti ini tidak unggul, bahkan bisa jadi berprestasi lebih bagus. Peran sekolah sangat dibutuhkan untuk melihat potensi dan membantu mengembangkan potensi anak. Dengan begitu, si anak mampu mengaktualisasikan kemampuan diri. Kemampuan anak tersebut hanya dapat terlihat dalam outbound atau memberikan tantangan fisik dalam setiap permainan.

Seorang guru SD (Widia Chandra) di Jakarta Pusat mengatakan; "Tidak banyak sekolah yang memberikan pendidikan yang mengarah pada perkembangan gerak tubuh anak. Namun, perkembangan itu bisa didapatkan dengan mengikutkan anak pada program-program outbound yang menarik ketika libur; Anak-anak yang telah beberapa kali mengikuti outbound atau tantangan fisik lewat permainan-permainan yang menyenangkan, di sekolah menjadi lebih gembira, lebih lincah, dan memiliki pengertian terhadap teman-teman sekolahnya; Dengan tantangan lewat outbound, anak diajarkan untuk mandiri

memecahkan kesulitan sehingga anak terlatih untuk mandiri, tidak cengeng dan percaya pada kekuatan diri sendiri," (file://localhost/G_okezone_com.htm )

D. Program Outbound bagi Siswa

Bila ingin tahu wajah pendidikan di suatu negara, lihatlah apa yang tersembul pada wajah anak-anak sekolah. Wajah-wajah tertekan hampir terpancar dari setiap anak didik setiap kali mereka harus berangkat sekolah. Nyaris tidak ada wajah riang, setiap kali mereka masuk sekolah. Suasana riang baru terasakan saat mereka menerima pengumuman hari libur atau pulang pagi karena guru rapat atau ada keperluan lain.

Menurut hasil penelitian di Amerika (Malcom Baldridge), menyatakan bahwa ternyata keberhasilan seseorang ditentukan oleh:

- 45% Sikap (Attitude)

- 10% Pengetahuan (Knowledge)

- 20% Perbuatan dan pengalaman (Practice) - 25% Keterampilan (Skill)

(16)

kekosongan tersebut.

1). Sikap dan Moral (attitude)

Sistem pembelajaram selama ini cenderung mencetak generasi cerdas otak dan sedikit kecerdasan ruh (batin). Pendidikan hanya menghasilkan generasi pintar tapi kurang memiliki attitude yang baik. Produk pendidikan pun menjadi manusia pintar yang hanya mengejar keuntungan sendiri, pintar melakukan korupsi, pintar merusak hutan yang sering mengakibatkan bencana di negeri ini.

Untuk mengisi kebutuhan pembentukan attitude maka diperlukan sentuhan dalam bentuk lainnya berupa pelatihan kepekaan hati yang dibawakan melalui pendidikan kebersamaan di alam bebas yang sesuai dengan perkembangan usia.

2). Pengetahuan (knowledge)

Di sekolah, pengetahuan yang diajarkan bergerak pada ilmu dasar dan banyak pula yang kurang dalam penerapan praktek lapangannya. Kegiatan outdoor dengan nama Outdoor Management Development Training ini menanamkan pengetahuan tambahan baik yang berkaitan dengan pengetahuan yang diajarkan di sekolah maupun pengetahuan lapangan lainnya.

Pendidikan yang menggunakan ”setting sekolahan” cenderung teoritis dan seolah hanya sekedar menjadi rutinitas yang menjemukan. Di sisi lain, belajar di luar ruang (outdoor experiential learning) lebih

mengedepankan metode Connected knowing (menghubungkan antara pengetahuan dengan dunia nyata). Di sini, pendidikan dianggap sebagai bagian integral dari sebuah kehidupan.

3). Praktek dan Pengalaman Lapangan (Practice)

Peserta akan dikondisikan dalam suatu tantangan yang menarik, dengan kegiatan alam terbuka sebagai media pendidikan. Mereka juga akan dihadapkan pada tantangan fisik dan mental yang didesain khusus, tetapi jelas tidak melampaui kapasitas dari peserta.

Petualangan dan tantangan yang akan dihadapi merupakan gabungan dari kerjasama tim dan

pengembangan diri. Difokuskan kepada pengembangan dari ketrampilan hidup yang terdiri dari inisiatif, kepemimpinan, komunikasi, pengambilan keputusan, kerjasama, menghadapi resiko dan kepercayaan Hasil yang diperoleh dari melakukan kegiatan sebelumnya akan dibicarakan dalam diskusi. Penekanan pada proses belajar merupakan hal yang penting dalam diskusi. Selanjutnya mereka akan mendapat kesempatan untuk mengaplikasikannya pada kegiatan berikutnya. Metode Experiential Learning yang dipakai akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berefleksi pada aktivitas yang terdahulu. Sehingga mereka diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dan tantangan berikutnya.

E. Model Out-Bound sebagai bagian dari Proses Pendidikan siswa (Outbound Student Program)

a. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran program ini adalah pengembangan berbagai komponen perilaku siswa untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Komponen yang diharapkan tumbuh dari pelaksanaan program Outbound Student Program ini adalah:

(17)

2. Tidak kehilangan kontrol emosi dalam menghadapi tantangan 3. Tidak menarik diri bila menghadapi kesulitan dan tantangan 4. Tegar dalam menghadapi situasi panik

5. Berpikir kreatif

6. Kemampuan mengembangkan gagasan kreatif dari diri sendiri

7. Kemampuan membangkitkan semangat kerjasama dalam tim dengan menggerakkan kawan sesama anggota tim.

8. Kemampuan membangkitkan semangat kerja tim 9. Mempunyai Hubungan interpersonal yang baik 10. Membangun rasa saling percaya kepada orang lain 11. Menghargai perbedaan

12. Melihat kelemahan orang lain bukan sebagai kendala 13. Bersedia menolong orang lain dan mau ditolong orang lain 14. Berkomunikasi secara efektif

15. Berusaha menyampaikan informasi kepada pihak lain demi kesuksesan bersama 16. Mengkomunikasikan ide kepada orang lain dengan jelas dan sistemik

17. Merangsang orang lain untuk menyampaikan gagasan orang lain 18. Bersedia bertanya apabila ada ketidakjelasan informasi

b. Metode

Metode yang digunakan dalam Outbound Student Program adalah: 1. Kerjasama dalam kelompok

2. Petualangan Individual dan kelompok

3. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsip manajemen) 4. Diskusi (refleksi kegiatan)

c. Pola Pendekatan

Kegiatan outbound student program menggunakan pola pendekatan sebagai berikut: 1. Kegiatan Spiritual/Keyakinan

2. Kegiatan Kesehatan dan Kebugaran 3. Kegiatan Prestasi

4. Kegiatan Keluarga 5. Kegiatan Sosial

Pembahasan atas kegiatan menggunakan: ”Emosional, Intelektual dan Spiritual”

d. Kegiatan dan rancangan pendanaan.

Setiap bentuk atau model kegiatan akan terkait dengan pendanaan yang akan timbul atas penyelenggaraan kegiatan, pada aspek :

1. Durasi Waktu 2. Jumlah Peserta 3. Letak lokasi kegiatan 4. Desain Program

(18)

e. Keamanan Dalam Pelatihan(safety)

Safety adalah melaksanakan seluruh tindakan-tindakan penting untuk menjaga suasana kegiatan agar aman bagi peserta untuk bermain dan belajar. Terdapat dua hal penting mengenai safety :

1. Physical safety

Kegiatan dengan media alam terbuka memiliki resiko keselamatan pada peserta dan kami pihak

penyelenggara selalu mengutamakan keselamatan peserta dalam setiap setting aktifitas kegiatan dengan menggunakan peralatan yang telah teruji secara internasional dan dipasang oleh orang-orang yang telah berpengalaman. Namun demikian masih terdapat resiko yang uncontrolable, seperti kurang kehati-hatian peserta sendiri, karena itu juga diperlukan kerjasama dengan peserta dalam memperkecil resiko terjadinya situasi yang tidak diinginkan.

2. Psychological Safety,

Dalam hal ini, kami menyusun dan mendorong disepakatinya aturan main untuk tidak menimbulkan sakit hati peserta yang disebabkan oleh tindakan atau perkataan dari sesama peserta maupun fasilitator. Dengan suasana aman seperti itu, dimana tidak ada satupun orang yang takut salah, takut dicemooh, takut dikomentari, maka suasana kegiatan menjadi kondusif untuk seluruh peserta.

G. Outbound yang Baik Harus Menghasilkan Peak Adventure

Merencanakan Program pengembangan dan pelatihan yang dilakukan di luar ruangan, atau biasa disebut outbound hanya akan efektif bila dilaksanakan dengan baik, yakni mampu memberikan puncak

petualangan dalam mengatasi tantangan (peak adventure) bagi para pesertanya.

Keluar dari Comfort Zone; Untuk bisa menghasilkan peak adventure, kegiatan-kegiatan dalam out bound training harus bisa mengeluarkan partisipan dari comfort zone (daerah yang nyaman) mereka. Tapi, diingatkan, peak adventure tiap-tiap orang berbeda sehingga instruktur outbound tidak boleh memaksa peserta yang tidak berani melakukan kegiatan tertentu. Instruktur bisa membantu dengan persuasi dan mendampingi peserta out bound training yang tidak berani. Out bound pada dasarnya mempertemukan antara kompetensi dan risiko. Jangan sampai risikonya terlalu tinggi sehingga malah menjadi

missadventure.

Peak adventure tercapai bila risiko dan kompetensi proporsional. Mengingat makin menjamurnya penyelenggara outbound saat ini, penyelenggara termasuk dilingkungan sekolah perlu hati-hati. Guru atau instruktur harus pandai memilih outbound provider yang reputasinya bagus, memiliki standar keamanan tinggi dan instruktur yang qualified. Selain itu tempat & program outbound yang tepat akan mendukung kesuksesan sebuah kegiatan outbound.

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Outbound training saat ini menawarkan solusi terbaik bagi pelajar (TK/ SD/ SMP/ SMA) atas

(19)

untuk membebaskan diri dari paradigma lama, lepas dari ruang dan batasan-batasan formalitas yang sering menghambat kreativitas dan menutup jalan untuk membuka diri seluas-luasnya bagi suatu perubahan positif.

Menyelenggarakan outbound harus membangun sinergi dan sikap empati antar sesama anggota; Membangun motivasi meraih prestasi dalam kegiatan yang meriah dan fun; membina keakraban dan kekeluargaan serta kepekaan terhadap lingkungan; Membangun kecintaan pada sekolah melalui kegiatan yang rekreatif dan fun.

Latihan-latihan dasar dapat di aplikasikan dalam bentuk games yang menarik pada pembelajaran Penjaskes di sekolah, karena tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam pelatihan outbound identik dengan tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas maka disarankan kepada guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menarik antara pembelajaran

konvensional di ruang tertutup (kelas) dengan pembelajaran di ruang terbuka (outbound education), melalui permainan dan games yang menarik dan menantang, sehingga siswa memiliki sikap dan moral (attitude), keterampilan (skills), pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience), tanggung jawab (responsibility), dan accountability (pertanggungjawaban).

Program-program dasar latihan yang dikembangkan dalam outbound dapat dilaksanakan melalui program ekstrakurikuler, yang menggabungkan unsur-unsur pembinaan pendidikan Jasmani dan olahraga, pembinaan rohani dan mental serta kepramukaan sebagai program-program pendidikan yang tidak terpisahkan dalam proses pendidikan di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, A. (1998), Azas, dan Falsafah Pendidikan Jasmani, BP3GSD Jakarta Detjin Dikti Depdiknas.

Cholik,M. (1997), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. BP3GSD Jakarta Detjin Dikti Depdiknas. Chandra, Widia., (2009), (file://localhost/G_okezone_com.htm )

GAIA Indonesia, (2009), http://www.gaiaindonesia.com/

Koran SI, (2009), Outbound, Tantangan Fisik & Tingkatkan Psikomotorik, file://localhost/G_okezone_com.htm.

Kimpraswil, (2007), http://www.kimpraswil.go.id/

Subroto,T., (2008), Strategi Pembelajaran Penjas, Jakarta: Universitas terbuka.

(20)

Ciri-ciri anak dengan potensi kecerdasan ini:

1. Menggunakan sebagian/seluruh anggota tubuhnya secara aktif untuk mengatakan

keinginannya, mengetahui sesustu untuk berkomunikasi

2. Lebih cepat menerima informasi jika mereka terlibat dalam kegiatan

3. Untuk kecerdasan kinestetik sentuhan, jari-jarunya memiliki kemampuan dalam melipat,

menggunting, membuat benda-benda kecil (misalnya clay), merajut, melukis/menggambar

dengan objek detail, melakukan permainan seperti merakit sesuatu yang ukurannya kecil.

Cenderung ingin menyentuh segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Dalam bermain musik,

ia cenderung memilih alat musik yang dominan menggunakan jari

4. Untuk kecerdasan kinestetik gerak badan, ciri-cirinya mereka senang bergertk dan tidak

bisa diam dalam satu posisi untuk waktu yang lama, energi nya banyak seolah tidak pernah lelah.

Stimulasi untuk potensi anak dengan kecerdasan kinestetik

1. Beri ia kesempatan untuk menyentuh atau bergerak dnegan pengarahan

2. Jika ingin menyampaikan sesuatu, guanakan gerakan yang menarik agar anak akan cepat

menangkap apa yang dimaksud

3. Guru yang mengajar juga diharapkan dapat menggunakan gerakan-gerakan sehingga

pelajaran menjadi menarik bagi anak-anak kinestetik

4. Dilibatkan dalam berbagai macam kegiatan, misalnya mencuci mobil bersama, memasak

bersama, pergi ke pasar, berolahraga, ikut dala, membersihkan rumah, ikut berpartisipasi dalam

kegiatan sosial yang membutuhkan gerakan

(21)

Contoh karier yang memanfaatkan kecerdasan kinestetik antara lain atlet, penari, tukang

kayu/las, ahli bedah, dokter gigi, guru olah raga, koreografer, pekerja konstruksi, mekanik, dll

Kinestetik-Jasmani adalah kecerdasan melakukan gerakan tubuh dan atau anggota badan.

Termasuk menggunakan gerakan tubuh sebagai ekspresi emosi. Kecerdasan ini menggunakan

keahlian seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan dan keterampilan menggunakan

tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi

kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan,

kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan yang juga berkaitan

dengan sentuhan).

Pergerakan tubuh kita banyak terkait dengan system saraf dan struktur tubuh kita. Pada dasarnya

ada 2 macam pergerakan dalam tubuh kita yaitu pergerakan tidak sadar dan pergerakan sadar.

Pergerakan tidak sadar adalah pergerakan yang dilakukan di luar kesadaran kita atau kita tidak

dapat mengatur pergerakan tersebut sesuai keinginan kita, pergerakan. Sebaliknya, pada

pergerakan sadar kita dapat mengatur dan mengoordinasikan gerakan kita, seperti saat kita

berlari atau saat menulis. Yang kita bahas pada kecerdasan kinestetik ini hanya pergerakan sadar

karena berkaitan dengan kemampuan fisik untuk mengkoordinasikan gerakan tubuh serta

kemampuan menerima rangsangan.

Proses Terjadinya Kecerdasan Kinestetik

Pergerakan sadar dalam tubuh kita sebagian besar diatur oleh otak besar, baik bagian kiri

maupun kanan. Kedua bagian otak tersebut memilki dua lapisan yaitu lapisan tepi atau cortex

dan lapisan tengah atau medulla, yang terdiri dari banyak sel-sel saraf untuk mengatur segala

sesuatu

di

dalam

tubuh

kita.

Pada bagian kortex, terdapat area yang mengatur pergerakan tubuh kita yaitu area motoric. Area

ini memberikan informasi dan memerintahkan anggota tubuh kita untuk bergerak saat ada

rangsangan atau keinginan untuk bergerak.

Sebagai contoh : saat kita haus, tentunya kita ingin mengambil segelas air, kemudian kita

bergerak menuju lemari es untuk mengambil segelas air dingin dan meminumnya. Rasa haus

merupakan rangsangan yang kemudian akan diubah menjadi sensasi ingin minum oleh otak kita,

proses ini dilakukan oleh saraf sensorik tubuh.

Setelah itu, otak kita mengirim pesan pada area motoric otak guna memerintahkan anggota tubuh

kita yaitu kaki dan tangan untuk bergerak mengambil air minum. Pergerakan ini dilakukan oleh

otot dan tulang dengan pengaturan dari cabang saraf-saraf motoric yang ada di seluruh tubuh

kita. Kita dapat menyebut proses ini sebagai proses pergerakan tubuh biasa.

(22)

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat

lebih kuat, lebih lincah) daripada anak-anak seusianya. Mereka cenderung suka bergerak, tidak

bisa duduk diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka menirukan gerak atau tingkah

laku orang lain yang menarik perhatiannya, dan senang pada aktivitas yang mengandalkan

kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat, berguling. Selain itu, anak yang cerdas

dalam gerak-kinestetik suka menyentuh barang-barang.

Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik.

Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan. Mereka cepat menguasai tugas-tugas

motorik halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, merajut, menyambung,

mengecat dan menulis. Secara artistic mereka mempunyai kemampuan menari dan menggerakan

tubuh mereka dengan luwes dan lentur. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat

kinestetik dan dinamis. Oleh karena itu proses pembelajaran yang menuntut konsentrasi anak

dalam konteks pasif (duduk tenang di kelas) hendaklah dikurangi.

Ciri-ciri Anak Yang Memiliki Kecerdasan Kinestetik

1. Terlihat tidak bisa diam, bergerak secara aktif saat duduk, selalu mau melakukan suatu hal.

hal

ini

bisa

terlihat

sejak

masa

bayi.

2. Senang kegiatan fisik, seperti meloncat-loncat, olahraga serta permainan fisik, misalnya

kejar-kejaran,

gulat-gulatan,

bersepeda,

dan

sebagainya.

3. Si kecil merasa butuh menyentuh benda yang sedang diamati atau dipelajarinya. Misalnya,

guru menjelaskan dengan objek peraga maka biasanya anak akan menyentuh objek peraga itu.

4. Pandai mengerjakan suatu kerajinan seperti menganyam, menjahit, membuat bentuk dari

lilin

malam,

dan

lainnya.

5. Suka dan bisa menirukan perilaku/gerakan orang lain dengan baik. Contoh, sekali

menyaksikan iklan

di TV, si kecil sudah bisa mengikutinya.

6.

Suka

melukis,

bermain

dengan

tanah

liat.

7. Senang mengutak-atik benda yang menarik baginya. Contohnya, membongkar pasang

mainan. Si kecil ini akan dianggap nakal oleh orang tuanya yang kurang peka karena suka

membongkar/merusak mainannya.

Peran Kecerdasan Kinestetik Terhadap Kecerdasan Intelektual

Siswa harus memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan dan mengembangkan bakat dan

kemampuannya. Dengan demikian, untuk mencapai kemampuan intelektual yang diharapkan,

seorang guru harus mampu memberi keleluasaan secukupnya kepada siswa untuk melatih dan

mengembangkan kemampuannya dalam berbagai macam kegiatan, khususnya yang terkait

dengan pengembangan kinestika siswa. Learning by doing, belajar sambil berbuat inilah yang

seharusnya dilakukan oleh guru.Dengan cara inilah dapat merangsang siswa untuk giat

melakukan sesuatu. Dalam kegiatan yang dirancang dan dibuat sendiri oleh siswa akan dapat

melatih kemampuannya dan meresapkan apa yang didengarnya lewat pengalamannya yang akan

bermanfaat dalam perangkat dirinya.

(23)

dengan masih maraknya pengajaran konvensional, pengembangan potensi siswa akan kurang

maksimal. Guru hanya mentransfer isi buku kepada siswa. Supaya siswa benar-benar

berkembang kinestetiknya, aktivitas kelas diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan

jasmaniah/kinestetik hendaknya mengandung berbagai kekuatan manipulatif dalam memecahkan

masalah-masalah abstrak. Aktivitas yang memasukkan gerakan fisik, seperti: perjalanan

lapangan, pelatihan mandiri, kerja tim, baik dalam olah raga maupun permainan akan

menstimulasi kecerdasan kinestetik. Aktivitas-aktivitas kelas memungkinkan siswa bisa

mengembangkan dan mempraktikkan kecerdasan jasmaniah/kinestetik mereka. Seluruh kegiatan

dalam pelajaran memberikan peluang untuk menggunakan dan mengekplorasi aneka gerakan dan

menggunakan objek-objek fisik dalam pembelajaran mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu serangan langsung pada komponen sistem RFID dan dapat berpotensi merusak proses bisnis sistem RFID. Sistem RFID biasanya menerapkan proses otomatis atau praktis. Biasanya

Unsur visual dan makna simbolis pada tari tredhaya Harjuna Wiwaha ini adalah pemakaian batik motif Parang Rusak Sawat Gurdo Gurdo adalah motif batik dengan gambar

Mengingat pentingaya acara tersebut, kami mengharapkan agar dihadiri langsung oleh Direktur Utama/Direktur/Kuasa Usaha, dengan membawa Dokumen Penawaran Asli yang diunggah (upload)

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi kualifikasi serta penetapan Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, bersama

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PUSTAKAWAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

Sebagaimana yang telah penulis paparkan mengenai generasi Alpha tersebut, maka sangat perlu diperhatikan bagi para orang tua atau calon orang tua untuk dapat

dalam kebudayaan lain. Etika lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.. • d) Etiket

Kegiatan Fasilitasi Perkembanagan Keragaman Budaya 115.410.000 Labuaan Bajo, Swakelola oleh Daerah (Mengikuti Jambore Pariwisata Tk. Provinsi NTT) Manggarai Barat instansi