• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN hidup dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN hidup dalam "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

O L E H:

1. Sabri Banna (8111416048)

2. Tarmizi Taher (8111416095) 3. Aditya Bagus Pradana (8111416101)

Judul :

PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN LAUT MELALUI SKEMA EKOWISATA BAHARI DI NUSA PENIDA BALI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

(2)

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Tumbuhan Air Terapan ini.

Adapun judul dari makalah Hukum Lingkungan yang berjudul

“PERLINDUNGAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DI INDONESIA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDAG-UNDANGAN YANG BERLAKU”, Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ridwan Arifin, S.h., Ll.m. selaku Dosen Hukum lingkungan yang telah banyak memberikan arahan dalam memberikan materi.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Semarang, 1 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN 5

2.1 Pembahasan 1 5

2.2 Pembahasan 2 10

2.3 Pembahasan 3 11

BAB III KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah “ekowisata” dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah dan budaya di suatu daerah, di mana pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam. Para pelaku dan pakar di bidang ekowisata sepakat untuk menekankan bahwa pola ekowisata sebaiknya meminimalkan dampak yang negatif terhadap linkungan dan budaya setempat dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi bagi masyarakat setempat dan nilai konservasi.1

Pengelolaan sumber daya alam yang mengarah pada kegiatan ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA).2

Ekowisata meliputi ekologi, dan sosial ekonomi. Aspek ekologi berarti bahwa ekowisata memberikan kontribusi positif terhadap konservasi alam. Aspek social ekonomi artinya adalah alat bagi ekonomi yang berkelanjutan. Pendapat masyarakat membutuhkan ekowisata untuk memberdayakan masyarakat, dalam arti ekonomi memberikan peran dalam ekowisata untuk penduduk setempat, dan dengan meningkatkan partisipasi mereka dalam konservasi.3

Ekowisata dikatakan mempunyai nilai penting bagi konservasi dikarenakan ada beberapa hal antara lain: memberikan nilai ekonomi bagi

1 Hadi S. Alikodra,, Pariwisata Berkelanjutan, Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata, Semarang, 2007, hlm 117 2 Damanik dan webber, Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2006, 48

3 Sudarto, Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan

(5)

daerah yang mempunyai tujuan kegiatan konservasi pada daerah yang dilindungi, memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program konservasi di daerah yang dilindungi, menimbulkan penambahan pendapatan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata, dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik tingkat lokal, nasional dan internasional, mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati. 4

Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, memberikan definisi terkait konservasi yaitu Pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. 5

Kawasan konservasi memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Kawasan ini terdiri dari natural aminities (iklim, hutan belukar, flora dan fauna) yang berupa hasil ciptaan manusia (benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan) dan tata cara hidup manusia. Daya tarik wisata dikelola melalui kemampuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia. Alam dan daya tarik terbentuk dengan sendirinya tetapi ada kalanya bisa dirangsang oleh manusia tetapi jika tidak diperhitungkan dengan tepat dapat menimbulkan dampak negatif yang cukup besar seperti pengrusakan lingkungan akibat

pembangunan dan pengembangan objek pariwisata tersebut. 6

Kawasan konservasi laut (KKL) secara individu maupun jaringan merupakan alat utama dalam melindungi keanekaragaman hayati laut. Walaupun pengetahuan tentang KKL terus berubahubah atau meningkat tetapi penerapan dari teori-teori untuk kawasan yang luas hampir belum ada. Beberapa teori merekomendasikan bahwa zona inti dalam KKL seharusnya melindungi lebih dari 20 %. Namum kesepakatan tentang seberapa besar habitat yang harus dilindungi keanekaragaman hayati lautnya dalam menjamin konektivitas ekologi belum ada.7

4 Yoeti O.A, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, PT Petja, Jakarta, 2000, hlm 43 5 Ibid., hlm 45.

6 Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170421134200-307-209237/ pada 10 oktober 2017 pukul

14.00 WIB

7 Supyan dan Samadan, (2011). Efektivitas dan Efisiensi Konservasi Laut Dalam Sustainbillity Sumber Daya Kelautan.

(6)

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan. Secara geografis, Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.8

Eksotisnya Bali dalam pariwisata membuat bali menjadi pusat destinasi wisata bagi masyarakat lokal maupun masyarakat mancanegara. Bali bahkan mendapatkan penghargaan dari The World’s Best Destination dalam ajang TripAdvisor Travellers’ Choice Award 2017. Ajang ini merupakan bentuk apresiasi dari TripAdvisor kepada para pelaku, pegiat, dan stakeholder

pariwisata di seluruh dunia. Pemenang dipilih berdasarkan jutaan ulasan dan opini yang dibuat oleh wisatawan di seluruh dunia dalam kurun waktu 12 bulan.

Pemenang dipilih dengan menggunakan algoritma yang memperhitungkan kualitas dan kuantitas ulasan dan peringkat juga penilaian yang objektif pada setiap kategori penghargaan. Faktanya, TripAdvisor telah menerima 500 juta ulasan dan opini dengan 290 konten per menit dengan melibatkan perencanaan perjalanan, situs pemesanan, dan aplikasi selular. Berbicara ulasan mengenai Bali di TripAdvisor, terlihat pertumbuhan pada tahun 2016 dibanding 2015 pada tiga kategori utama. Di antaranya pertumbuhan di aspek akomodasi sebanyak 25%, daya tarik sebanyak 38%, dan restoran sebanyak 38%.9

Sebagai pusat nya destinasi wisata di Indonesia, sudah sepatutnya Bali menerapkan konservasi melalui metode pariwisata atau yang lebih dikenal ekowisata. Salah satu destinasi ekowisata yang menjadi rujukan adalah Nusa Penida. Nusa Penida merupakan salah satu wahana wisata laut di Bali yang sering dikunjungi oleh wisatawan yang datang. Nusa Penida dianggap sebagai

8 wikipedia

9 Gumelar Sastra Yudha, (2010). Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan Leisure. Depik, vol 3, no 2, hlm

(7)

kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah Taman Wisata Perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi.10

Keanekaragaman sumberdaya hayati laut yang di miliki oleh Nusa Penida memang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya berbagai jenis karang, ikan karang dan ikan hias, ikan hiu, ikan pari manta, penyu, duyung, lumba-lumba dan paus. Jenis-jenis tersebut merupakan biota khas bagi Kawasan Nusa Penida. Pada Juli-September setiap tahunnya, Nusa Penida dipenuhi oleh wisatawan dengan munculnya ikan mola-mola yang menjadi ikon wisata. Selain itu pada kawasan Nusa Penida juga terdapat 230,07 hektar mangrove yang terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TNC Marine Program dan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove, ditemukan 13 jenis mangrove dan 7 jenis tumbuhan asosiasi serta terdapat 5 jenis burung air dan 25 jenis burung darat yang berada di sekitar mangrove. Semua jenis mangrove serta tumbuhan asosiasi dan jenis burung tersebut terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.11

Melihat keuntungan yang bukan hanya materiel namun keuntungan lingkungan, yang dimana perlindungan dan pelestarian alampun akan sekaligus terlindungi dengan mekanisme yang ditawarkan oleh ekowisata, kami menjadi tertarik ingin membahas mengenai hal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah yang akan kami kaji, sesuai dengan latar belakang kami yang sudah kami sajikan diatas adalah:

1. Bagaimana kondisi umum kawasan ekowisata bahari di Nusa Penida saat ini? 2. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pengelolaan Ekowisata Nusa

Penida?

10 Ibid., hlm 105. 3

11 Marjan Bato, dkk. (2013). Kajian manfaat kawasan konservasi bagi pengembangan Ekowisata Bahari. Depik, vol 2,

(8)

3. Bagaimana dengan permasalahan hukum yang ada di ekowisata bahari di Nusa Penida saat ini?

BAB II PEMBAHASAN KONDISI UMUM KAWASAN

2.1 Deskripsi dan Potensi umum di Ekowisata Bahari di Nusa Penida, Bali.

Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Lintang Timur yang mebuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali setinggi 3.148 m. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur juga salah satu gunung yang ada di Bali. Sekitar 30.000 tahun yang lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Berbeda dengan di bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai.

Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar; sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran dan Nusa Dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan. Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3%

(9)

menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Islam, Protestan, Katolik, dan Buddha. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.

Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali, dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama Hindu Dharma; meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali, yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, seringkali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai.12

Nusa Penida merupakan salah satu kawasan konservasi perairan yang ada di Indonesia dan telah dicadangkan melalui Peraturan Bupati Kabupaten Klungkung (Perbup) No. 12 Tahun 2010 dengan status kawasan adalah Taman Wisata Perairan. Salah satu alasan pencadangan kawasan konservasi di Nusa Penida yaitu karena Nusa Penida memiliki organisme spesifik atau endemik yang menjadi daya tarik wisatawan yakni ikan mola-mola (sunfish), ikan pari manta, penyu, dan lumba-lumba sehingga dalam keberlanjutannya sangat perlu untuk dikonservasi. Pencadangan kawasan konservasi perairan khususnya di Nusa Penida pastinya mempunyai dampak bagi masyarakat dan lingkungan laut (ekologi) yang berada di kawasan Nusa Penida karena kawasan ini dianggap sebagai kawasan wisata yang telah berkembang dan telah dikelola selama hampir 5 (lima) tahun. Dampak yang dapat ditimbulkan bisa positif dan juga bisa negatif. Berdampak positif jika pengelolaan selama ini telah mensejahterakan masyarakat dan melindungi lingkungan laut (ekologi) dalam hal ini terumbu karang yang menjadi salah satu objek wisata terbesar serta organisme lain yang berasosiasi dengannya dan memiliki daya tarik bagi

(10)

wisatawan. Dan sebaliknya akan berdampak negatif jika tidak adanya perbaikan terhadap lingkungan laut (ekologi) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, sehingga dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya di kawasan konservasi perairan perlu memperhatikan keseimbangan dari kedua aspek tersebut.13

Keanekaragaman sumberdaya hayati laut yang di miliki oleh Nusa Penida memang sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dengan ditemukannya berbagai jenis karang, ikan karang dan ikan hias, ikan hiu, ikan pari manta, penyu, duyung, lumba-lumba dan paus. Jenis-jenis tersebut merupakan biota khas bagi Kawasan Nusa Penida. Pada Juli-September setiap tahunnya, Nusa Penida dipenuhi oleh wisatawan dengan munculnya ikan mola-mola yang menjadi ikon wisata. Selain itu pada kawasan Nusa Penida juga terdapat 230,07 hektar mangrove yang terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan dan berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh TNC Marine Program dan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove, ditemukan 13 jenis mangrove dan 7 jenis tumbuhan asosiasi serta terdapat 5 jenis burung air dan 25 jenis burung darat yang berada di sekitar mangrove. Semua jenis mangrove serta tumbuhan asosiasi dan jenis burung tersebut terdapat di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Kondisi ekosistem terumbu karang Terumbu karang di Kawasan Konservasi Nusa Penida dikategorikan baik atau berada dalam kondisi yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingkat kesehatan karang yang dinilai dari persen tutupan komunitas karang dan kelimpahan ikan karang. Persen tutupan komunitas karang pada kawasan konservasi Nusa Penida dilakukan dengan mengamati karang pada dua kedalaman yakni pada kedalaman 3 meter dan 10 meter, seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini.14

13 Marjan Bato., loc.cit. 6

(11)

Tabel 1

menunjukkan bahwa persentase tutupan komunitas karang pada daerah kawasan konservasi Nusa Penida dari tahun 2010-2011. Kategori tutupan komunitas karang tersebut mulai dari baik sampai dengan sangat baik. Pada tahun 2010 kisaran tutupan komunitas karang antara 72,00% - 95,67%, tahun 2011 berkisar antara 62,00% - 96,33%, sedangkan pada tahun 2012 berkisar antara 52,00% - 97,00%. Persen tutupan komunitas karang ini dihitung dengan menjumlahkan persen tutupan karang keras, tutupan karang lunak dan tutupan organisme hidup lain (living others) yang hidup berdampingan dengan ekosistem terumbu karang yang sifatnya menetap dan membentuk satu komunitas. Adapun organisme yang tergolong dalam organisme hidup lainnya yaitu alga, crinoid, linkia, tridacna, anemone dan organisme lainnya yang hidup bersama dengan ekosistem terumbu karang dalam satu komunitas. Indeks mortalitas karang (tingkat kematian karang) Nilai indeks mortalitas karang pada kawasan konservasi Nusa Penida adalah berkisar antara 0 – 0,02 pada kedalaman 3 meter dan berkisar antara 0 – 0,05 pada kedalaman 10 meter. Berdasarkan nilai indeks mortalitas karang ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kesehatan karang di tahun 2010-2012 ini sangat baik artinya bahwa tingkat kerusakan karang di kawasan Nusa Penida sangat kecil.15

Hasil kajian ekologi laut secara cepat oleh Allen dan Erdmann (2009) menemukan 576 jenis ikan di perairan Nusa Penida yang terdiri dari 68 famili, dan 5 diantaranya adalah jenis/spesies baru yang belum ada namanya. Dari 68 famili yang ditemukan terdapat 8 famili yang dominan yaitu Labridae (94 jenis), Acanthuridae (36 jenis), dan Serranidae (32 jenis) yang merupakan kelompok ikan target, Chaetodontidae (36 Jenis) yang merupakan ikan

(12)

indikator, Pomacentridae (86 jenis), Gobiidae (24 jenis), Apogonidae (22 jenis) dan Scaridae (21 jenis) yang merupakan ikan mayor.16 Kelimpahan ikan karang

di kawasan Nusa Penida sangat berlimpah sehingga hal tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Nusa Penida untuk melakukan aktivitas wisata bahari. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida juga karena kawasan ini memiliki jenis ikan karang yang banyak dan hal ini sangat disukai oleh wisatawan. Jenis ikan yang menjadi primadona bagi kawasan Nusa Penida yaitu adanya ikan mola-mola dan ikan pari manta. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Buckley yang menyatakan bahwa sebagian besar wisatawan yang melakukan kegiatan bahari di National park Australia menyukai ekosistem terumbu karang yang memiliki jenis ikan yang beragam dan bentuk tubuh yang unik. Melimpahnya ikan karang di kawasan Nusa Penida tidak terlepas dari kondisi karang khususnya tutupan karang hidup yang baik.17 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Langga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelimpahan individu ikan dengan kondisi tutupan karang hidup.18 Hal ini

juga didukung oleh pendapat Carpenter yang mengatakan bahwa tutupan karang hidup mempunyai pengaruh positif terhadap kelimpahan individu ikan karang.19

(13)

potensi yang dimiliki sehingga pengelolaannya lebih optimal dan terukur. Hal ini sejalan yang dikatakan oleh Collins bahwa kesesuaian suatu kawasan merupakan kecocokan suatu kawasan untuk penggunaan tertentu, sehingga pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan kondisi atau potensi yang dimilikinya.21

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk ekowisata kategori

snorkeling lokasi yang memiliki indeks kesesuaian yang sangat sesuai yaitu lokasi yang berada di desa Jungut Batu (mangrove point) dengan nilai IKW sebesar 85,96%. Hasil analisis yang dilakukan tidak menemukan nilai indeks kesesuaian yang tidak sesuai tetapi semuanya berada dalam kategori sesuai dengan nilai IKW masing-masing adalah Desa Toyapakeh sebesar 75,44%, Desa Ped 75,44% dan Desa Sakti sebesar 80,70%. Hasil analisis ini sangat sesuai dengan kondisi eksistingnya dimana lokasi snorkeling di desa Jungut Batu menjadi lokasi primadona karena pada lokasi ini ada atraksi khusus yang dilakukan oleh wisatawan yaitu memberi makan ikan-ikan karang dengan roti. Dan pada lokasi ini terdapat 109 jenis ikan karang dengan kecerahan perairan 100%. Namun, pada lokasi ini yang menjadi kendala yaitu derasnya arus yakni sekitar 0,514 m/detik. Derasnya arus di kawasan Nusa penida menjadi satu ciri khas dimana kawasan ini memang menjadi daerah Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang melintasi Selat Lombok dan langsung berhadapan dengan Samudera Hindia.22 Wisata Pantai Kawasan wisata Nusa Penida memiliki

pemandangan pantai yang indah karena diselimuti oleh pasir putih. Namun, pengelolaannya tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan karena hampir semua lokasi pantai masih dalam kondisi kotor dan belum dikelola secara baik. Berdasarkan hasil survei dan analisis kesesuaian dari keempat pantai yang dijadikan sebagai sampling, desa Sakti memiliki skor tertinggi untuk kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi dengan nilai IKW sekitar 83,33%. Hasil ini sangat sesuai dengan kondisi dilapangan (kondisi eksisting) karena desa Sakti yang dikenal dengan nama site Crystal Bay (Penida) memiliki pantai yang indah yang menyerupai kristal sehingga penamaan site ini dikenal dengan sebutan Crystal Bay. Nilai kesesuaian yang tinggi untuk kategori wisata pantai dalam hal ini untuk rekreasi pantai di desa Sakti disebabkan oleh tingginya nilai pada setiap parameter yang diukur seperti kedalaman perairan

21 Ibid. 8

(14)

yang tidak lebih dari 3 meter, tipe pantai pasir putih, kecerahan perairan yang tinggi sehingga dasar perairan masih dapat terlihat dengan jelas dengan kasat mata serta lebar pantai 19,2 meter dan kemiringan pantai sebesar 150.23

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara melalui kuisioner yang kami ambil dari Jurnal diperoleh bahwa pendapatan masyarakat meningkat sejak dicadangkannya kawasan Nusa Penida menjadi kawasan konservasi perairan. Sebelum dicadangkannya kawasan Nusa Penida menjadi Kawasan Konservasi Perairan rata-rata pendapatan masyarakat yaitu sekitar Rp. 700.000,00 – Rp. 900.000,00 namun saat ini pendapatan mereka meningkat sekitar 10 – 30 %.

Tabel 2 Persentase pendapatan masyarakat di Nusa Penida setelah dicanangkannya kawasan konservasi di Nusa Penida

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di kawasan konservasi Nusa Penida menunjukkan bahwa masyarakat berada dalam tingkat kesejahteraan yang tinggi dan bahkan berdasarkan analisis skoring yang dilakukan menunjukkan bahwa hanya beberapa dari responden yang berada pada taraf tingkat kesejahteraan yang sedang dan tidak ada yang berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah. Dari empat desa yang disurvei yakni Desa Toyapakeh dan Desa Jungut Batu tingkat kesejahteraannya tinggi dengan nilai skoring berkisar antara 56-63, pada Desa Ped terdapat satu keluarga yang berada dalam tingkat kesejahteraan yang sedang dan keluarga lainnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi dengan nilai skoring berkisar antara 55-63 sedangkan di Desa Sakti dari 10 responden keluarga yang di wawancara

(15)

terdapat 5 keluarga yang berada dalam tingkat kesejahteraan yang sedang yaitu dengan nilai skoring antara 46-50 sedangkan 5 keluarga yang lainnya berada pada tingkat kesejahteraan yang tinggi.

Tabel 3 Tingkat kesejahteraan masyarakat Nusa Penida di empat lokasi penelitian 10

Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat di empat desa yakni Desa Toyapakeh, Desa Ped, Desa Sakti dan Desa Jungut Batu adalah fasilitas perumahan, karena semakin sejahtera suatu keluarga maka keinginan untuk memiliki fasilitas dalam rumah

tangga semakin tinggi. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

pendapatan/penghasilan keluarga maka akan semakin besar tingkat konsumsi/pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan juga untuk memperlengkapi rumah tangga dengan fasilitas yang lebih baik atau mewah

2.2 Upaya Pemerintah Dalam Melakukan Pengelolaan Ekowisata Nusa Penida

(16)

yaitu masyarakat mampu mengelola daerahnya sendiri serta menjaga kelestarian alam yang tersedia untuk kepentingan kesejahteraan dan keberlanjutan sumberdaya alam. Selain itu juga manfaat yang dapat dirasakan oleh pemerintah Kabupaten Klungkung yaitu melalui pendapatan daerah yang dihitung melalui pendapatan domestik regional bruto (PDRB) sektor pariwisata Kabupaten Klungkung.24

Upaya pemerintah dalam penegelolaan ekowisata bari Nusa Penida masih kurang maksimal, menurut jurnal yang kami kutip bahwa masih banyak yang harus dibenahi di dalam kawasan Ekowisata Bahari Nusa Penida, yang perlu dibenahi adalah infrastruktur yang ada di kawasan wisata Nusa Penida seperti jalan-jalan raya yang menjadi penghubung antar satu lokasi wisata dengan lokasi wisata lainnya sebagai sarana transportasi daratan, karena hampir seluruh jalan di Nusa Penida dalam kondisi memprihatinkan (rusak), lalu menambah jumlah sarana dan prasarana kesehatan di setiap lokasi yang dijadikan sebagai objek wisata. Hal ini menjadi permintaan khusus dari wisatawan yang berkunjung di Nusa Penida, lalu Menambah bentuk atraksi wisata, dalam hal ini penulis merekomendasikan untuk membuat satu paket wisata dalam bentuk “Wisata Keliling Nusa Penida”, lalu menetapkan biaya masuk kawasan Nusa Penida dengan segera agar setiap pelaku usaha dan juga wisatawan memperoleh harga yang sama, lalu Menambah sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan wisata secara khusus di kawasan wisata Nusa Gede karena sarana dan prasarana sangat minim seperti tempat-tempat penginapan, rumah makan, hotel dan dive operation (penyewaan alat selam dan snorkeling). Tujuannya yaitu agar wisatawan lebih betah tinggal di kawasan Nusa Gede, lalu Zona suci di kawasan konservasi Nusa Penida perlu dilakukan peninjauan ulang dan disesuaikan dengan dasar Undang-Undang yang menjadi dasar pencadangan kawasan Nusa Penida sebagai kawasan konservasi perairan, lalu Membatasi Jumlah pengunjung (wisatawan) yang masuk di kawasan Nusa Penida karena berdasarkan hasil analisis daya dukung kawasan yang dilakukan dalam penelitian ini jumlah pengunjung sudah melebihi daya dukung kawasan. Oleh karena itu pengelola dan pemerintah harus membatasi jumlah pengunjung (wisatawan) namun untuk meningkatkan

pendapatan daerah maka perlu meningkatkan biaya masuk ke kawasan.25

24 Ibid. 11

(17)

2.3 Permasalahan hukum yang ada di ekowisata bahari di Nusa Penida saat ini.

Untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan keamanan di laut sebagaimana dimaksud pada pasal 276 ayat (1) dan pasal 279 ayat (3) Undang-undang nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dilaksanakan fungsi penjagaan dan penegakan peraturan perundang-undangan dan hukum di laut dan pantai yang dilakukan oleh Penjaga Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard). Penjaga Laut dan pantai sebagaimana dimaksud pasal 277 ayat (1)

d. Pengawasan dan penertiban kegiatan serta lalu lintas kapal;

e. Pengamanan sarana bantu navigasi pelayaran dan mendukung pelaksanaan kegiatan pencarian dan pertolongan jiwa manusia di laut.

Dalam rangka melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 279 ayat (1) Penjaga laut dan Pantai di sokong oleh prasarana berupa pangkalan armada penjaga laut dan pantai yang berolaki di seluruh wilayah Indonesia, dan dapat menggunakan kapal dan pesawat udara yang berstatus sebagai kapal negara. Dalam ayat (3) disebutkan bahwa pelaksanaan penjagaan dan penegakan hukum di laut oleh penjaga laut dan pantai sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas wajib menggunakan dan menunjukkan identitas yang jelas. Tugas dan fungsi penjaga laut dan pantai tersebut diatas, sejalan dengan pasal 73, 101, 111 dan pasal 224 UNCLOS 1982 dan Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut sebagaimana telah diamandemen sebelumnya tentang tindakan khusus untuk meningkatkan

keselamatan dan keamanan maritim26

“Territorial sea is part of the territory of the coastal State in accordance with

26 Levina Yustitianigtyas. (2015).Pengamanan dan Penegakan Hukum di Indonesia Sebagai Penetapan Alur Laut

(18)

international law and therefore the coastal State exercises full sovereignty in this zone having the presumption of general jurisdiction as in its other land

territories .”27

Laut teritorial merupakan bagian dari wilayah Negara pantai sesuai dengan

hukum internasional dan oleh karena itu Negara melaksanakan kedaulatan penuh di zona pantai nya berlaku yurisdiksi umum seperti di wilayah-wilayah lainnya.

Permasalahan yang terjadi di ekowisata bahari di Nusa Penida adalah perihal perusakan lingkungan laut oleh beberapa pihak untuk keperluan memancing, seperti menggunakan kompresor, pukat harimau, dan pencoretan terumbu karang. Sehingga menimbulkan kerusakan terumbu karang dan tanaman tanaman laut yang lain. Mengenai hal tersebut memang sebenarnya sudah dilindungi oleh aturan, seperti yang sudah disebutkan diatas namun penegakan hukumnya masih terlampau ringan, bahkan terkadang tidak ditindak.

Salah satu kasus yang masuk ke ranah pengadilan adalah kasus dengan register perkara Nomor 785/ Pid.Sus / 2015 / PN.Dps. di dalam kasus tersebut ada yang menangkap ikan dengan menggunakan kompresor di wilayah ekowisata bahari Nusa Penida yang statusnya area konservasi, dengan menyebabkan rusak nya tanaman tanaman, namun hakim Pengadilan Negeri Denpasar memutuskan memberi pidana 1 tahun dan denda 5 juta. Hal tersebut terlampau ringan, dengan dampak yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan.

Karang di Nusa Penida dicorat-coret atau tepatnya digurat oleh turis yang tak bertanggung jawab. Sebenarnya, sudah banyak rambu-rambu dan imbauan yang dipasang di sana untuk menjaga kelestarian alam di Nusa Penida. Rambu-rambunya antara lain berupa jangan merusak alam, jangan menangkap ikan, dan lain sebagainya. Tak sampai di situ, terdapat juga rambu-rambu khusus yang jadi kewajiban para operator wisata terutama operator wisata selam.28

Seharusnya wisatawan sadar akan hal tersebut, namun mungkin karena tidak ada tindak lanjut dalam kasus tersebut, sehingga banyak orang yang berani

27 Dr. Korontzis Tryfon. (2014). Exeptions to The Criminal Yurisdictions of The Coastal State on Marchant and On

Naval Vessels in The Hellenic Legal Order. European Scientific Journal, vol 1, no 2, hlm, 318.

(19)

melakukaan hal tersebut, sehingga alam yang dikorbankan. Jadi disini perlu peran semua pihak terutama penegak hukum, karena penegakan hukum yang baik yang akan menjaga alam kita.

Gambar 1

Selain kasus diatas ada juga kasus lain yang merusak wilayah laut Nusa Penida, yaitu pembuatan Pegangan besi dan beton untuk seawalker atau wisata air jalan di bawah laut yang diduga merusak terumbu karang di perairan Nusa Penida. Pengelola dinilai lalai dan abai terhadap dampak rusaknya ekosistem terumbu karang demi mengejar keuntungan semata termasuk lemahnya pengawasan instansi terkait. Hasil monitoring menunjukkan kerusakan terumbu karang akibat bergesernya beton tambatan dan material sarana wisata terjadi di Mangrove Point.29

Gambar 2

Sudah sepatutnya pemerintah turun tangan dalam hal-hal berkaitan dengan lingkungan, karena lingkungan bukan hanya dinikmati saat ini, melainkan saat yang akan datang. Peraturan kita sudah baik, seperti yang sudah dipaparkan diatas, namun penegakan hukumnya yang masih lemah,

(20)

sebagai negara hukum, kita harusnya mendigdayakan hukum, semoga kasus kasus tersebut tidak akan terulang kembali.

BAB 3 KESIMPULAN

(21)

ditindak. Selain kasus diatas ada juga kasus lain yang merusak wilayah laut Nusa Penida, yaitu pembuatan Pegangan besi dan beton untuk seawalker atau wisata air jalan di bawah laut yang diduga merusak terumbu karang di perairan Nusa Penida. Pengelola dinilai lalai dan abai terhadap dampak rusaknya ekosistem terumbu karang demi mengejar keuntungan semata termasuk lemahnya pengawasan instansi terkait

15

Daftar Pustaka

Hadi S. Alikodra,, Pariwisata Berkelanjutan, Makalah Seminar Sosialisasi Sadar Wisata, Semarang, 2007. Damanik dan webber, Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi, Andi, Yogyakarta, 2006, 48

Sudarto, Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yayasan Kalpataru Bahari, 1999

Yoeti O.A, Ekowisata: Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup, PT Petja, Jakarta, 2000

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170421134200-307-209237/

Supyan dan Samadan, (2011). Efektivitas dan Efisiensi Konservasi Laut Dalam Sustainbillity Sumber Daya Kelautan. Jurnal Mitra Bahari,

Gumelar Sastra Yudha, (2010). Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort dan Leisure. Depik.

Marjan Bato, dkk. (2013). Kajian manfaat kawasan konservasi bagi pengembangan Ekowisata Bahari. Depik Wikipedia

Levina Yustitianigtyas. (2015).Pengamanan dan Penegakan Hukum di Indonesia Sebagai Penetapan Alur Laut Kelautan Indonesia. Jurnal Pandecta,

Dr. Korontzis Tryfon. (2014). Exeptions to The Criminal Yurisdictions of The Coastal State on Marchant and On Naval Vessels in The Hellenic Legal Order. European Scientific Journal.

Gambar

Tabel 1menunjukkan bahwa persentase tutupan komunitas karang pada daerah
Tabel 3 Tingkat kesejahteraan masyarakat Nusa Penida di empat lokasi
Gambar 1Selain kasus diatas ada juga kasus lain yang merusak wilayah laut Nusa

Referensi

Dokumen terkait

Pada agama Islam dan Kristen terdapat persamaan dan perbedaan dalam pandangan pelestarian lingkungan, persamaannya yaitu bahwa manusia telah di angkat sebagai

(2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan kawasan agropolitan dalam mendukung pelestarian fungsi lingkungan hidup di Kabupaten Boyolali..

Faktor-faktor penghambat kosmologis ma- syarakat Hindu di kawasan tri danu belum ber- jalan dengan baik disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor

Dengan demikian secara implementasi efektivitas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 masih rendah hal ini dikarenakan penegakan hukum terutama dalam masalah pembuktian sulit dilakukan

para pengambil keput usan ada kecenderungan t idak mengindahkan regulasi yang ada dalam penet apan perubahan perunt ukan, f ungsi dan penggunaan kawasan hut an;

Selanjutnya menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) Pasal 1 ayat (1) disebutkan, lingkungan hidup adalah

Untuk menuju ke arah “Penguatan Pengawasan Pengutamaan Bahasa Negara di Ruang Publik”, dalam hal ini tentang toponimi di kawasan wisata daerah Kecamatan Nusa Penida,

Berdasarkan pertimbangan, bahwa masih sedikit kajian atau penelitian dan literatur mengenai penerapan asas strict liability dalam proses pembuktian pertanggungjawaban pidana korporasi