Obat – Obat Asma, Bronchitis dan Emfisema Paru
1. Pendahuluan
CARA atau Chronic Respiratory Affection, mencakup semua penyakit saluran pernafasan yang mempunyai ciri penyumbatan bronchi karena pengembangan mukosa atau sekresi sputum (dahak) berlebihan, serta kontraksi otot polos saluran napas (bronchi) berlebihan. Tergolong penyakit ini adalah asma, bronchitis dan emfisema.
Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit alergi kronis yang berciri serangan sesak napas akut secara berkala yang disertai batuk dan hipersekresi dahak, dimana pasien tidak menunjukkan suatu gejala. Pada serangan yang hebat, penyaluran udara ke darah sedemikian lemah sehingga penderita membiru kulitnya (cyanosis). Sebaliknya pengeluaran nafas dipersulit dengan meningkatnya kadar CO2 dalam darah.
Serangan asma biasa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat diatasi dengan pemberian obat secara inhalasi atau oral, tetapi dalam keadaan gawat perlu diberi suntikan Adrenalin, Teofilin dan atau hormon kortikosteroida.
Umumnya jenis asma yang bersifat alergi sudah dimulai dari masa kanak – kanak dan didahului oleh gejala alergi lain, khusunya ekzema. Faktor keturunan memegang pernana penting pada terjadinya sama. Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas, akibatnya dalah peradangan bronchi yang dapat menimbulkan serangan asma.
Bronchitis kronis berciri batuk menahun dan banyak mengeluarkan sputum (dahak), tanpa sesak napas atau sesak napas ringan. Biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan, terutama oleh Haemophilus influenza atau Streptococcus pneumoniae.
Pengobatan biasanya dengan antibiotik selama minimal 10 hari, agar infeksi tidak terulang / kambuh. Obat pilihannya adalah Amoksisilin, Eritrosin, Sefradin dan Sefaklor yang berdaya bakterisid terhadap antara lain bakteri – bakteri di atas.
Emfisema paru (pengembangan) berciri sesak napas terus menerus yang menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga dan seringkali dengan perasaan letih dan tidak bergairah. Penyebabnya adalah bronchitis kronis dengan batuk menahun, serta asma.
2. Tindakan umum
- Mencegah timbulnya reaksi antigen – antibody dan serangan asma, misalnya dengan menjaga
peliharaan, rumah harus dibersihkan setiap hari khususnya kasur, sprei dan selimut. Begitu juga faktor aspesifik seperti perubahan suhu, dingin, asap dan kabut harus dihindari.
- Berhenti merokok, karena asap rokok dapat menimbulkan bronkokonstriksi dan memperburuk asma.
- Fisioterapi, menepuk – nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran sputum, latihan
pernapasan dan relaksasi.
- Mencegah infeksi primer, dengan vaksinasi influenza.
- Pemberian antibiotika pada pasien asma dan bronchitis dengan infeksi bakteri. Umumnya diberikan
Amoksisilin atau Doksisiklin
3. Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 karagori, yaitu terapi serangan akut, status asmathicus dan terapi pencegahan.
(a) Terapi serangan akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan kejang bronchi. Sebagai obat piligan ialah Salbutamol atau Terbutalin, sebaiknya secara inhalasi (efek 3 – 5 menit). Kemudian dibantu dengan Aminophillin dalam bentuk suppositoria. Obat pilihan lain ialah Efedrin dan Isoprenalin, dapat diberikan sebagai tablet, hanya saja efeknya baru kelihatan setelah kurang lebih 1 jam. Inhalasi dapat diulang setelah 15 menit sebelum memberikan efek. Bila yang kedua ini juga belum memberikan efek, perlu diberikan suntikan i.v. Aminophillin atau Salbutamol, Hidrokortison atau Prednison. Sebagai tindakan akhir dengan Adrenalin i.v. dengan diulangi 2 kali dalam 1 jam.
(b) Status asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Ini disebabkan oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran napas. Pengobatan dengan suntikan i.v. Salbutamol atau Aminophillin dan Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram sehari). (c) Terapi pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator misalnya Salbutamol, Ipratropium atau teofillin, bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.
4. Penggolongan Obat – Obat Asma
Berdasarkan mekanismenya, kerja obat – obat asma dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. β-2 adrenergika dan antihistamin seperti ketotifen dan oksatomida juga memiliki efek ini.
(b) Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
Adrenergika
Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1 (stimulasi jantung). Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sefangkan yang bekerja terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dll.
Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium.)
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi.
Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.
Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Kombinasi dengan Efedrin praktis tidak memperbesar bronchodilatasi, sedangkan efek tachycardia diperkuat. Oleh karena itu, kombinasi tersebut dianjurkan.
(c) Antihistaminika (Ketotifen, Oksatomida, Tiazinamium dan Deptropin)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif.
(d) Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efeksampingnya, yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi.
(e) Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang.
5. Obat – obat tersendiri
(a) Derivat xantin
- Teofilin
Indikasi
:
Asma bronkial, bronchitis asmatic knonis, emfisema
Mekanisme
kerja
:
Spasmolitik otot polos khusuanya pada otot bronchi,
stimulasi jantung, stimulasi SSP dan pernafasan serta
diuretik. Berdasarkan efek stimulasi jantung, obat juga
dugunakan pada sesak napas karena kelainan jantung (asthma
cardial).
Kontra indikasi
:
Penderita tukak lambung yang aktif dan yang mempunyai
riwayat penyakit kejang.
Efek samping
:
Penggunaan pada dosis tinggi dapat menyebabkan mual,
muntah, nyeri epigastrik, diare, sakit kepala, insomnia,
kejang otot, palpitasi, tachycardia, hipotensi, aritmia, dll.
Interaksi obat
:
Sinergisme toksis dengan Efedrin, kadar dalam serum
meningkat dengan adanya Simetidin, Alupurinol. Kadar
dalam serum menurun dengan adanya Fenitoin, kontasepsi
oral dan Rifampisin
Sediaan
:
Tablet, elixir, rectal, injeksi
- Aminofilin
Indikasi
:
Pengobatan dan profilaksis spasme bronchus yang
berhubungan dengan asma, emfisema dan bronchitis kronik.
Kontra indikasi
:
-Efek samping
:
Iritasi gastro intestinal, tachycardia, palpitasi dan hipotensi
Interaksi obat
:
Kadar dalam plasma meningkat dengan adanya Simetidin,
Alupurinol dan Eritromisin.
Sediaan
:
Injeksi, tablet
Indikasi
:
Obat ini hanya diberikan pada asma yang parah dan tidak
dapat dikendalikan dengan obat – obat asma lainnya. Pada
status asmathicus diberikan per i.v. dalam dosis tinggi.
Kontra indikasi
:
Efek samping
:
Pada penggunaan yang lama berakibat osteoporosis,
moonface, hipertricosis, impotensi dan menekan fungsi
ginjal.
Pemakaian inhalasi efektivitasnya diperbesar dan penekanan
terhadap anak ginjal diperingan.
Interaksi obat
:
Efeknya memperkuat adrenergika dan Teofilin serta
mengurangi sekresi dahak.
Dosis
:
Pemberian dosis besar maksimum 2 – 3 minggu per oral 25
mg – 40 mg sesudah makan pagi, setiap hari dikurangi 5 mg.
Untuk pemeliharaan 5 mg – 10 mg Prednison
setiap 48 jam, atau Betametason ½ mg setiap hari.
(c) Beta adrenergik (efek terhadap β-1 dan β-2)
- Adrenalin
Indikasi
:
Serangan asma hebat (injeksi s.c.) Pemakaian per oral tidak
efektif, sebab terurai oleh asam lambung.
Kontra indikasi
:
Efek samping
:
Shock jantung, gelisah, gemetar dan nyeri kepala
Interaksi obat
:
Kombinasi dengan Fenobarbital dimaksudkan untuk efek
sedatif supaya penderita tidak cemas / takut.
Sediaan
:
Injeksi
- Efedrin
Indikasi
:
Asma, bronchitis, emfisema
Kontra indikasi
:
Penyakit jantung, hipertensi, gondok, glaukoma
Efek samping
:
Tachycardia, gelisah, insomnia, sakit kepala, eksitasi, aritmia
ventrikuler
Interaksi obat
:
-Sediaan
:
Tablet
- Isoprenalin
Daya bronchodilatasinya baik, tetapi absorpsi dalam usu buruk. Absorpsi melalui mukosa mulut lebih baik, efek cepat dan dapat bertahan lebih kurang 1 jam. Sudah jarang digunakan sebagai obat asma, karena terdesak oleh adrenergik spesifik.
- Salbutamol
Indikasi
:
Selain berdaya bronchodilatasi juga memiliki efek
menstabilisasi mastcell, sehingga digunakan terapi
simptomatik dan profilaksis asma bronchial, emfisema dan
obstruksi saluran napas.
Kontra indikasi
:
Hipertensi, insufisiensi miokardial, hipertiroid, diabetes.
Efek samping
:
Nyeri kepala, pusing, mual, tremor tangan.
Pada dosis tinggi dapat berakibat tachycardia,palpitasi,
aritmia dan hipotensi.
Interaksi obat
:
Sediaan
:
Tablet, syrup
- Terbutalin
Indikasi
:
Asma bronchial, bronchitis kronis, emfisema dan penyakit
paru lain dengna komplikasi bronchospasme
Kontra indikasi
:
Hipertiroidisme
Efek samping
:
Tremor, palpitasi, pusing
Interaksi obat
:
Sediaan
:
Tablet, inhalasi
- Isoetarin
Derivat Isoprenalin, digunakan sebagai tablet retard, kerjanya cepat, kurang lebih 20 menit, lama kerja 4 – 6 jam
- Prokaterol
Derivat Kinolin dengan daya kerja bronchodilatasi sangat kuat. Digunakan per oral dengan dosis 2 kali sehari 50 mcg.
- Remiterol
Kerja lebih selektif dari pada β-2 mimetika lainnya. Penggunaan secara inhalasi, efek cepat sekali + 30 detik dengan lama kerja 6 jam.
- Tretoquinol
Per oral efeknya cepat setelah 15 menit dengan lama kerja 6 jam.
(e) Kromoglikat
Indikasi
:
Profilaksis asma bronchial termasuk pencegahan asma yang
dicetuskan oleh aktivitas.
Mekanisme
kerja
:
Stabilisator mastcell sehingga menghalangi pelepasan
histamin, serotonin dan leukotrien pada waktu terjadi reaksi
antigen antibodi.
Kontra indikasi
:
bronchospasme sementara
Sediaan
:
Inhalasi 5mg/ aktuasi ( Intal 5
®)
(f) Antikolinergik
- Ipratorium
Indikasi
:
Asma bronchial, bronchitis kronis, emfisema
Kontra indikasi
:
Hipersensitiv terhadap senyawa yang menyerupai atropin
Efek samping
:
Mulut kering, iritasi kerongkongan, batuk, peningkatan
tekanan intra okuler jika mengenai mata penderita glaukoma.
Interaksi obat
:
Memperkuat efek antikolinergik obat lain, bronchodilatasi
diperkuat oleh derivat xantin dan preparat β-adrenergik .
Sediaan
:
Tablet, inhalasi
- Tiazinamium
Derivat Fenotiazin ini daya antihistamin dan daya antikolinergiknya kuat. Resorpsi per oral buruk, daya bronchodilatasinya hanya pada dosis tinggi, sehingga memberi efek samping seperti atropin.
(g) Antihistamin
- Ketotifen
Indikasi
:
Profilaksis asma bronchial karena alergi
Mekanisme
kerja
:
Dapat memblokir reseptor histamin dan menstabilisasi
mastcell.
Kontra indikasi
:
Efek samping :
Mengantuk, pusing, mulut kering. Interaksi obat
:
Memperkuat efek sedativ depresan SSP. Sediaan
- Oksatomida
Dapat memblokir reseptor histamin dan menstabilisasi mastcell. Penggunaan kecuali pada profilaksis asma alergi, juga untuk rinitis alergi dan urticaria kronis. Kurang bermanfaat pada serangan asma akut.
Spesialite :
NO.
NAMA GENERIK
& LATIN
NAMA DAGANG
SEDIAAN
PABRIK
1.
Teofilin
Brondilex
Tablet 150 mg, Elixir
50mg/5ml
Biomedis
2.
Teofilin + Bromheksin
HCl
Bronsolvan
Tiap tablet atau 5 ml syrup :
Teofilin 125 mg dan
Bromheksin HCl 8 mg
Dankos
3.
Teofilin + Gliseril
Guaiakolat
Quibron
Tiap kapsul atau 15 ml elixir :
Teofilin 150 mg
Gliseril Guaiakolat 90 mg
Bristol
4.
Teofilin + Efedrin HCl
Asmasolon
Asmadex
6.
Efedrin HCl
Ephedrin HCl
Tablet : 25 mg
Soho
7.
Salbutamol Sulfat
Salbuven
Salbron
Fartolin
Ventolin
Tablet 4 mg, Syr. 2mg/5ml
Tablet 2 mg
Tablet 2mg, syr. 2mg/5 ml,
inhaler 100 mcg/semprot,
Guaifenesin
Fartolin Expectorant
Tiap tablet :
Salbutamol Sulfat 1,2 mg ;
Guaifenesin 50 mg
Fahrenheit
9.
Terbutalin Sulfat
Bricasma
Tablet 2,5 mg, Syr. 0,3 mg/ml,
turbuhaler, inhaler, aerosol,
inhaler dengan nebuhaler,
respules
10.
Ketotifen
Nortifen
Scanditen
Tablet 1 mg
Otto
Tempo S.P.
B. Obat – Obat Batuk (Antitusiva)
1. Fisiologi batuk
Batuk adalah suatu reflek fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Reflek tersebut terjadi lazimnya karena adanya rangsangan pada selaput lendir pernapasan yan terletak di beberapa bagian dari tenggorokan dan cabang-cabangnya. Reflek tadi berfungsi mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari zat- zat perangsang itu, sehingga merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh.
2. Sebab – sebab batuk
Reflek batuk dapat ditimbulkan oleh karena radang (infeksi saluran pernapasan, alergi), sebab-sebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak dan rangsangan kimia (gas, bau-bauan). Batuk (penyakit) terutama disebabkan oleh infeksi virus, misal virus influenza dan bakteri.Batuk dapat pula merupakan gejala yang lazim pada penyakit tifus, radang paru- paru, tumor saluran pernapasan, dekompensasi jantung, asam atau dapat pula merupakan kebiasaan.
3. Pengobatan
Pengobatan batuk pertama- tama hendaknya ditunjukan pada mencari dan mengobati penyebabnya. Selanjutnya dilakukan pengobatan simptomatiknya, yang harus dibedakan dahulu antara batuk produktif (batuk yang mengeluarkan dahak) dengan batuk yang non produktif.
Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat asing (kuman, debu dan lainnya) dan dahak dari tenggorokan. Maka pada azasnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan. Terhadap batuk demikian, digunakan obat golongan ekspektoransia yang berguna untuk mencairkan dahak yang kental dan mempermudah pengeluarannya dari saluran nafas.
Untuk batuk yang disebabkan alergi, digunakan yang dikombinasi dengan ekspektoransia. Misalnya sirup Chlorphemin, mengandung antihistaminika Promethazine dan Diphenhidramin. Kadang –kadang diperlukan ekspektoransia dan pereda batuk dalam suatu kombinasi, untuk maksud mengurangi frekuensi batuk, dan tiap kali batuk cukup dapat dikeluarkan dahak yang kotor.
4. Penggolongan obat batuk
Obat batuk dapat dibagi dalam dua golongan besar :
(a) Zat – zat yang bekerja sentral
Zat – zat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan (medula) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek menenangkan. Zat ini terbagi atas :
Zat – zat adiktif, yaitu Pulvis Opii, Pulvis Doveri dan Codein. Karena dapat menimbulkan ketagihan,
penggunaannya harus hati – hati.
Zat – zat non adiktif, yaitu Noskapin, Dekstrometorfan, Pentoksiverin, Prometazin dan Diphenhidramin.
(b) Zat – zat yang bekerja perifer
Obat ini bekerja di luar SSP, dan dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu : Emolliensia
Zat ini memperlunak rangsangan batuk, memperlicin tenggorokan sehingga tidak kering dan melunakkan selaput lendir yang teriritasi. Contohnya Syrup Thymi, zat – zat lendir (seperti infus carrageen), akar manis.
Ekspetoransia
Zat ini memperbanyak produksi dahak (yang encer) dan mengurangi kekentalannya sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. Termasuk kedalamnya adalah Kalium Iodida, Amonium klorida, Kreosot, Guaiakol, Ipeka dan minyak – minyak atsiri.
Mukolitika
Zat – zat pereda
Zat ini meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensibel di saluran napas. Contohnya oksolamin dan Tipepidin.
5. Obat-obat tersendiri
(a) Kreosot
Zat cair kuning muda ini hasil penyulingan kayu sejenis pohon di Eropa, mengandung kira-kira 70 % Guaiakol sebagai zat aktifnya. Zat ini mengurangi pengeluaran lendir pada bronchi dan membantu menyembuhkan radang yang kronis, disamping khasiatnya sebagai bakterisida. Berhubung baunya tidak enak dan merangsang mukosa lambung, maka lebih banyak digunakan guaiakol dalam bentuk esternya yaitu guaiakol karbonat, kalium guaiakol sulfonat dan gliseril guaiakolat. Dalam usus, ester tersebut terurai menjadi guaiakol bebas. Kreosot dapat pula digunakan sebagai obat sedotan (inhaler) dengan uap air
(b) Ipecacuanhae Radix
Akar dari tanaman Psychotria ipecacuanha (Rubiaceae) ini mengandung antara lain alkaloida emetin dan sefalin. Zat-zat itu bersifat emetic, spasmolitik terhadap kejang-kejang saluran pernafasan dan mempertinggi secara reflektoris sekresi bronchial. Penggunaan utamanya sebagai emetika pada kasus keracunan. Sebagai ekspektoransia hanya digunakan terkombinasi dengan obat batuk lainnya.
(c) Ammonium klorida
Berkhasiat sebagai secretolytic. Biasanya diberikan dalam bentuk sirup, misalnya OBH. Pada dosis tinggi menimbulkan perasaan mual dan muntah karena merangsang lambung.
(d) Kalium Iodida
Menstimulir sekresi cabang tenggorokan dan mencairkan dahak, sehingga banyak digunakan dalam obat asma. Efek sampingnya berupa gangguan tiroid, jerawat (acne), gatal-gatal (urticaria) dan struma
(e) Minyak terbang
Seperti minyak kayu putih, minyak permen, minyak anisi dan terpenten. Berkhasiat mempertinggi sekresi dahak, melawan kejang (spasmolitika), anti radang, dan bakteriostatistik lemah.Minyak terpenten digunakan sebagai ekspektoransia dengan cara inhalasi, yang dihirup bersama uap air, ternyata amat bermanfaat pada radang cabang tenggorokan.
Akar kayu manis dari tanaman Glycyrrhiza glabra, mengandung saponin yaitu sejenis glukosida yang bersifat aktif di permukaan.
Khasiatnya berdasarkan sifatnya yang merangsang selaput lender dan mempertinggi sekresi zat lendir (g) Kodein
Alkaloida candu ini paling banyak digunakan untuk mengobati batuk, berdasarkan sifat peredanya terhadap pusat batuk. Efek sampingnya antara lain, menimbulkan adiksi dan sembelit.
Codipront (Mack) mengandung kodein dan antihistaminika Feniltoloksamin, keduanya terikat pada suatu resin dengan tujuan memperoleh khasiat jangka panjang.
Etil-morfin (dionin) memiliki khasiat pereda batuk sama dengan kodein, sehingga sering digunakan dalam sirup obat batuk. Disamping itu juga digunakan sebagai analgetika. Karena khasiatnya dapat menstimulir sirkulasi pembuluh darah mata, maka juga digunakan untuk menghilangkan udema conjungtiva (pembengkakan di mata).
(h) Dekstrometrorfan
Khasiatnya sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan adiktif
(i) Bromheksin
Turunan sikloheksil ini bersifat mukolitik, yaitu dapat mencairkan dahak yang kental, sehingga mudah dikeluarkan dengan batuk. Efek sampingnya berupa gangguan lambung usus, pusing dan berkeringat
Spesialite :