• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARDS Paru dan non Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ARDS Paru dan non Paru"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA NASIONAL

KARAKTERISTIK KLINIS DAN

OUTCOME

PENDERITA

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

AKIBAT KELAINAN PARU DAN NON PARU

YANG DIRAWAT DI

INTENSIVE CARE UNIT

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

oleh:

Helmi Purba

Disetujui tanggal………..pada KOPAPDI 16 di Bandung

dr. Ika Trisnawati, SpPD ………...

Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada / RS Dr. Sardjito Yogyakarta

(2)

KARAKTERISTIK KLINIS DAN OUTCOME

PENDERITA ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

AKIBAT KELAINAN PARU DAN NON PARU YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Helmi Purba, *Ika Trisnawati, *Barmawi Hisyam, *Sumardi, *Bambang Sigit Riyanto, *Eko Budiono, *Heni Retnowulan *Sub Bagian Pulmonologi

FK UGM/ RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Latar belakang

Perawatan intensif bagi penderita Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) ternyata belum dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit ini secara signifikan. Ingin diketahui perbedaan karakteristik dan outcome penderita ARDS akibat kelainan paru dan non paru di Intensive Care Unit (ICU) RSUP Dr. Sardjito.

Bahan dan cara

Metode potong lintang. Sampel adalah penderita ARDS di ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Januari 2009 – Desember 2014. Kriteria inklusi adalah pasien dirawat di ICU, diagnosis ARDS diambil dari data rekam medis yang sesuai dengan

International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10). Data demografi, laboratorium, follow up diperoleh dari rekam medis, diolah dengan SPSS 21 (Student t-test/Mann-Whitney test data numerikal, Chi-square test/Fisher test data katagorik), signifikan bila p < 0,05, CI 95 %.

Hasil

Sebagian besar pasien adalah laki-laki (53,3%) dengan kelompok usia terbanyak adalah 46-60 tahun. Sebanyak 63 pasien (70 %) meninggal dunia dan 27 pasien (30 %) selamat. Etiologi ARDS karena kelainan paru lebih banyak 68,9%, dan sebagian besar akibat pneumonia. ARDS non paru 31,1%, sebagian besar akibat sepsis. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna untuk outcome akibat ARDS paru dan non paru (p 0.766) Pada penelitian ini jenis kelamin mempengaruhi

outcome (p 0.042) di mana yang dan yang paling banyak selamat adalah wanita. Berdasarkan etiologi ARDS didapatkan perbedaan yang bermakna antara diabetes dengan ARDS paru dan non paru, di mana diabetes sebagai faktor risiko lebih banyak pada ARDS non paru (p 0.001). Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan perbedaan yang bermakna antara hematokrit pada ARDS paru dan non paru (p 0.02).

Kesimpulan

(3)

Kata kunci : ARDS, ARDS paru, ARDS non paru, karakteristik klinis, outcome

KARAKTERISTIK KLINIS DAN OUTCOME

PENDERITA ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

AKIBAT KELAINAN PARU DAN NON PARU YANG DIRAWAT DI INTENSIVE CARE UNIT

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Helmi Purba, *Ika Trisnawati, *Barmawi Hisyam, *Sumardi, *Bambang Sigit Riyanto,

*Eko Budiono, *Heni Retnowulan

*Sub Bagian Pulmonologi

FK UGM/ RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Pendahuluan

Perawatan intensif bagi penderita Acute Respiratory Distress Syndrome

(ARDS) ternyata belum dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit ini secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Krafft et al.

menunjukkan angka mortalitas ARDS tidak berubah mulai dari tahun 1967 sampai 1994.1 Di Amerika Serikat dilaporkan insiden Acute Lung Injury (ALI) mencapai

64,2 sampai 78,9 kasus/100.000 penduduk per tahun,2 dan insiden ARDS

mencapai 58,7 kasus/100.000 penduduk per tahun.3

(4)

Definisi ARDS sesuai konsensus American-European Consensus Conference (AECC) tahun 1994 adalah sindrom klinis yang ditandai dengan sesak nafas berat secara tiba-tiba (onset akut), hipoksemia arteri, infiltrat paru difus yang menyebabkan gagal nafas dengan perbandingan P02/Fi02 ≤ 200 serta tekanan arteri pulmonalis < 18 mmHg, tanpa tanda-tanda klinis adanya hipertensi atrial kiri atau tanpa adanya gagal jantung kiri.4

Angka mortalitas ARDS akibat kelainan paru dan non paru sangat bervariasi. Outcome pasien ARDS mungkin tergantung pada penyakit yang mendasarinya.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik klinis dan outcome penderita ARDS akibat kelainan paru dan non paru yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah potong lintang (cross-sectional).

Tempat penelitian

Tempat penelitian di bagian rekam medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Metode penelitian

Sampel diambil sebanyak jumlah pasien ARDS yang dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta bulan Januari 2009 – Desember 2014. Kriteria inklusi adalah pasien dirawat di ICU, diagnosis ARDS diambil dari data rekam medis yang sesuai dengan International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10), dan memiliki data rekam medis yang lengkap, kriteria ARDS paru dan non paru sesuai dengan konsensus

(5)

Analisis statistik

Data diolah dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 21. Data numerik dianalisis dengan Student t-test untuk data numerik yang terdistribusi normal dan Mann-Whitney test untuk yang terdistribusi tidak normal. Sedangkan untuk data katagorikal dianalisis dengan Chi-square test bila memenuhi syarat dan Fisher test untuk yang tidak memenuhi syarat. Dengan p yang dianggap signifikan adalah < 0,05 dan confidence interval (CI) 95 %.

Hasil penelitian dan pembahasan

Terdapat 101 pasien yang terdiagnosis ARDS berdasarkan ICD-10 mulai Januari 2009 – Desember 2014, 11 pasien dikeluarkan dari penelitian karena data rekam medis tidak lengkap.

TABEL 1. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik Subjek Penelitian

Kanker paru-efusi pleura/metastase 4 (4.4)

Kelainan non-paru 28 (31.1)

Trauma 3 (3.3)

Sepsis (sumber infeksi di luar paru) 17 (18.9)

MODS 4 (4.4)

(6)

Pneumonia* = pneumonia dengan komorbid lain seperti asma, TB paru, trauma

Sebagian besar pasien adalah laki-laki (53,3%) dengan kelompok usia terbanyak adalah 46-60 tahun. Sebanyak 63 pasien (70%) meninggal dunia dan 27 pasien (30%) selamat. Etiologi ARDS akibat kelainan paru lebih banyak yaitu 68,9% dengan sebagian besar kasus adalah pneumonia (57,6%). Sedangkan ARDS akibat non paru sebesar 31,1% dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh sepsis (akibat infeksi diluar paru) 18,9%. Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi ARDS akibat kelainan paru lebih banyak akibat kelainan non paru, walaupun Eisner et al dalam penelitiannya menemukan prevalensi yang sama antara ARDS paru dan non paru.5 Estenssoro et al.6 dan Agarwal et al.7 dalam

studinya menemukan pneumonia merupakan penyebab ARDS paru terbanyak, dan ARDS akibat non paru sebagian besar disebabkan oleh sepsis. (Tabel 1)

Angka kematian penderita ARDS yang dirawat di ICU RS Dr. Sardjito

adalah sebesar 70 %, dan tidak ada perbedaan outcome antara ARDS paru dan non

paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Agarwal et al.7 dan Eisner et al.4yang juga

menemukan bahwa penyebab dari ARDS tidak mempengaruhi survival. (Tabel 2)

Dari penelitian ini juga dapat dilihat bahwa pneumonia sebagai penyebab ARDS

paru terbanyak tidak mempengaruhi outcome.

Dari penelitian ini tampak bahwa jenis kelamin mempengaruhi outcome,

di mana yang paling banyak menderita ARDS adalah laki-laki (53,3%), dan yang

paling banyak selamat adalah wanita. Suatu studi prospektif yang dilakukan oleh

Heffernan et al. pada pasien trauma yang dirawat di ICU ditemukan bahwa wanita

lebih mudah menderita ARDS, namun bila ditinjau dari segi mortalitas tidak

didapatkan perbedaan bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan wanita.8 (Tabel

(7)

TABEL 2. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN OUTCOME*

*Data ditampilkan dalam jumlah (%) atau mean ± SD atau median (min-max)

Pada penelitian ini ditemukan bahwa hasil laboratorium tidak

mempengaruhi outcome. Chan-Yu Lin et al. menunjukkan usia, skore APACHE

III, gangguan hati, gangguan fungsi ginjal, metastasis kanker, bilirubin serum,

serta kadar glukosa secara independent mempengaruhi angka kematian penderita

ARDS dewasa.9

Dari beberapa studi diketahui bahwa diabetes mempunyai hubungan

dengan penurunan angka kejadian ARDS,10,11 tetapi menurut Koh et al. tidak ada

hubungan antara kejadian ARDS dengan diabetes.12 Dari penelitian ini diketahui

Karakteristik ARDS hidup

27 (30%) ARDS meninggal 63 (70%) Nilai p

Usia 52.33 ±19.63 50,69 ± 16,40 .684

Laki-laki 10 (20.80%) 38 (79.20%) .042

Wanita 17 (40.50%) 25 (59.50%)

Leukosit 25.26x103 ± 53.96x103 15.36x103 ± 9.61x103 .170

Hematokrit 34.67 ± 11,56 34.80 ± 8,03 .953

Trombosit 232.50x103 ± 146.44x103 208.06x103±180.59x103 .536

Gula darah acak 127.50 (61 - 379) 145 (35 - 570) .605

Kreatinin 0.96 (0.42 -8.23) 1.03 (0.14-5.90) .735

Asam Urat 6.14 ± 4.26 57.6 ± 3.25 .761

Albumin 2.57 ± 0.68 2.48 ± 0.77 .598

SGOT 109.52 ± 151.81 114.67 ± 170.92 .899

SGPT 41 (12-281) 38 (59 - 681) .394

pH 7.51 (7.32 -7.56) 7.46 (7.21 - 7.48) .220

PO2/FiO2 190.49 ± 111.23 161.25 ± 103.84 .270

pCO2 42.60 ± 21.08 38,53 ± 17.04 .349

Lain-lain

(8)

bahwa berdasarkan outcome tidak didapatkan perbedaaan antara diabetes dan non

diabetes (Tabel 2). Hal ini sama dengan hasil penelitian Singla et al. yang

menemukan bahwa tidak ada hubungan antara diabetes dengan clinical outcomes

pada ARDS13 tetapi jika dihubungkan dengan etiologi ARDS terdapat perbedaan

yang bermakna antara diabetes dengan ARDS paru dan non paru, di mana diabetes

sebagai faktor risiko lebih banyak pada ARDS non paru (Tabel 3). Hasil penelitian

serupa juga didapatkan oleh Sheu et al. di mana diabetes lebih sering terjadi pada

ARDS non paru. 14

Berdasarkan etiologi ARDS tidak didapatkan perbedaan yang bermakna

dalam hal lama perawatan ICU (p 0.074), dan kematian (p 0.766).(Tabel 3) Hal ini

sama dengan hasil penelitian Agarwal et al.7 dan Christiane et al.15, tidak

didapatkan perbedaan angka kematian pada penderita ARDS sebab pulmoner dan

non pulmoner serta tidak ada hubungan antara etiologi ARDS dan kematian.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan perbedaan yang

bermakna antara hematokrit pada ARDS paru dan non paru (p 0.002) Menurut

Gong et al. pada penelitian kohort tentang prediktor klinik dan mortalitas pada

ARDS, didapatkan peningkatan hematokrit mempengaruhi terjadinya ARDS,

mungkin disebabkan karena hemokonsentrasi yang terjadi karena kerusakan

kapiler.16

Pada ARDS akibat direct injury terjadi injuri langsung pada parenkim paru

yang mengakibatkan edema alveolar, hambatan produksi dan turnover surfaktan

serta pembentukan fibrosis, sedangkan pada ARDS ekstra paru terjadi injuri sel

(9)

masalah di luar paru. Karena perbedaan patofisiologi ini pendekatan klinis dan

manajemen terapi yang diterapkan seharusnya dibedakan. Meskipun demikian

sampai saat ini belum ada guideline yang baku untuk penatalaksanaan ARDS paru

dan ekstra paru4,17.

TABEL 3. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN

ETIOLOGI ARDS*

*Data ditampilkan dalam jumlah (%) atau mean ± SD atau median (min-max)

Kelemahan penelitian ini adalah selain metode penelitian yang retrospektif

dan jumlah sampel penelitian yang relatif sedikit, penelitian ini juga belum dapat

mempresentasikan seluruh populasi pasien dengan kondisi ARDS karena belum

mengikutsertakan pasien yang dirawat di intensive cardiac care unit (ICCU) dan

pasien dengan stroke. Hal lain yang dimungkinkan memberikan peran bias pada

Karakteristik ARDS Kelainan Paru

62 (68.90%)

ARDS Kelainan Non Paru

28 (31.10%) Nilai p

Usia 53.29 ±17.35 45,54 ± 16.66 .087

Laki-laki 38 (79.20%) 10 (20.80%) .024

Wanita 24 (57.10%) 18 (42.90%)

Hematokrit 36.77 ± 7.80 29.23 ± 11.05 .002

Trombosit 227.46x103 ± 164.75x103 188.66x103 ± 183.20x103 .321

Gula darah acak 139.50 (65 - 379) 131.50 (35 - 570) .946

Kreatinin 0.95 (0.42 -7.64) 1.44 (0.14-8.23) .234

Asam Urat 5.64 ± 2.71 6.56 ± 5.35 .489

Albumin 2.61 ± 0.72 2.27 ± 0.74 .067

SGOT 105.85 ± 164.41 131.88 ± 166.70 .532

SGPT 42 (59-681) 35 (13-523) .412

pH 7.48 (7.23 -7.56) 7.46 (7.12 - 7.44) .303

PO2/FiO2 169.60 ± 90.75 173.05 ± 139.59 .899

pCO2 40.99 ± 19.32 36.70 ± 15.51 .334

Vasopressor 15 (53.60%) 13 (46.40%) .035

Lain-lain

(10)

hasil penelitian ini adalah sulit untuk membedakan etiologi ARDS apabila kondisi

kelainan paru dan ekstra paru terjadi bersamaan (contohnya pasien pnemonia

dengan sepsis, pasien multiple trauma yang juga mengalami pemberatan sepsis).

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Krafft P, Fridrich P, Pernerstorfer T, et al. The acute respiratory distress syndrome: definitions, severity and clinical outcome: an analysis of 101 clinical investigations. Intensive Care Med 1996; 22:519–529

2. Goss CH, Brower RG, Hudson LD, Rubenfeld GD. ARDS Network. Incidence of acute lung injury in the united states. Crit Care Med. 2003;31(6):1607-11

3. Rubenfeld GD, Caldwell E, Peabody E, et al. Incidence and outcomes of acute lung injury. N Engl J Med 2005;353(16):1685-93

4. Bernard GR, Artigas A, Brigham KL, Carlet J, Falke K, Hudson L, et al. American – european consensus conferences on ards : definitions, mechanism, relevant outcomes and cinical trial coordination. Am J Respir a Critical Care Med. 1994, March;149(3):818-24

5. Eisner MD, Thompson T, Hudson LD, et al. Efficacy of low tidal volume ventilation in patients with different clinical risk factors for acute lung injury and the acute respiratory distress syndrome. Am J Respir Crit Care Med 2001; 164:231–6

6. Estenssoro E, Dubin A, Laffaire E, Canales H, Saenz G, Moseinco M, et al. Incidence, clinical course, and outcome in 217 patients with acute respiratory distress syndrome. Crit Care Med 2002 Nov;30(11):2450-6 7. Agarwal R, Aggarwal AN, Gupta D, Behera D. Etiology and outcomes of

pulmonary and extrapulmonary acute lung injury/ARDS in a respiratory ICU in north india, CHEST 2006; 130:724–9

8. Heffernan DS, Dosset LA, Lightfoot MA, Fremont RD, Ware LB, Sawyer RG, et al. Gender and acute respiratory distress syndrome in critically injured adults. J Trauma. 2011, Oct;71(4):883-5

9. Chan-Yu L, Kuo-Chin, Tian, Ya-Chung, Jenq, Chang-Chyi, Ming-Yang C, 2009. The RIFLE score increases the accuracy of outcome prediction in patients with acute respiratory distress syndrome undergoing open lung biopsy in respiration 77:398-406

10. Gong MN, Bajwa EK, Thompson BT, et al. Body mass index is associated with the development of acute respiratory distress syndrome. Thorax. 2010;65:44-50

11. Moss M, Guidot DM, Steinberg KP, et al. Diabetic patients have a decreased incidence of acute respiratory distress syndrome. Crit Care Med. 2000;28:2187-92

12. Koh GC, Vlaar AP, Hofstra JJ, et al. In the critically ill patient, diabetes predicts mortality independent of statin therapy but is not associated with acute lung injury: a cohort study. Crit Care Med. 2012;40:1835-43.

13. Singla A, Turner P, Pendhurti MK, et al. Effect of type II diabetes mellitus on outcomes in patients with acute respiratory distress syndrome. J Crit Care 2014;29(1):66-9

(12)

15. Christiane S, Pelosi P, Rocco P. Pulmonary and extrapulmonary acute respiratory distress syndrome : are they different? Revista Brasileira de Terapia Intensiva 2008;20:178-183

16. Gong MN, Thompson BT, Williams P, et al. Clinical predictors of and mortality in acute respiratory distress syndrome: Potencial role of red cell transfusion. Crit Care Med 2005;

Gambar

TABEL 2. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN OUTCOME*
TABEL  3.  KARAKTERISTIK  SUBJEK  PENELITIAN  BERDASARKAN

Referensi

Dokumen terkait

ketika suku bunga ini naik (asumsi lainnya tidak berubah), perkiraan imbal hasil dari uang turun secara relative terhadap perkiraan imbal hasil pada obligasi, dan seperti pada

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan Bidang Jasa Lainnya (Advertising) dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada

Namun, di tengah percakapan, hadir pembeli kedua yang berkomunikasi dengan penjual menggunakan bahasa Indonesia dan penjual pun menanggapinya dengan meakukan alih bahasa

Manajer perusahaan harus menyadari pemberian motivasi merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan kinerja dan produktivitas karyawan

As we will demonstrate in the evaluation, optimizing the SPARQL query execution based on Pig Latin means reducing I/O required to transfer data between the map and the reduce

Permasalahan fisik pada anak berkaitan dengan sistem koordinasi dan pancaindra anak. Anak yang mengalami gangguan pada pancaindra, sistem koordinasi

Istilah kecerdasan emosi pada mulanya dilontarkan oleh dua ahli psikologi, yakni Peter Salovey, dari Universitas Harvard, dan John Mayer, dari Universitas New

Tabel 4.4 menunjukan data yang akan digunakan untuk mengevaluasi penerimaan sampel, nilai c, n, dan N diperoleh dari lembar fabric inspection report yang dapat dilihat pada