• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP PRODUKSI DAN PERILAKU PRODUSEN D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRINSIP PRODUKSI DAN PERILAKU PRODUSEN D"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PRINSIP PRODUKSI

DAN

PERILAKU PRODUSEN DALAM EKONOMI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : Ekonomi Islam Dosen Pengampu : Agus Arwani, M.Ag

Disusun Oleh :

Rafida Hasis Musana (2013116130) Asifatu Nadhia (2013116137) In’ am Fauziyah (2013116153)

Siti Aisyah (2013116155)

Kelas C

JURUSAN EKONOMI SYARI’ AH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

(2)

ABSTRAK

Produksi adalah proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian didistribusikan sehingga dapat dikonsumsi oleh para konsumen. Produksi termasuk salah satu kegiatan ekonomi, yang merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Oleh karena itu, ekonomi islam telah mengatur segala bentuk kegitaan ekonomi yang salah satunya adalah kegiatan produksi agar sesuai dengan tuntutan dan syariat islam.

Dalam ekonomi islam telah digariskan beberapa prinsip produksi.

Pertama, motivasi berdasarkan keimanan, hal ini menunjukkan bahwa tujuan

seorang pengusaha muslim tidak semata-mata mencari keuntungan maksimum, tetapi puas terhadap pencapaian tingkat keuntungan yang wajar (layak). Kedua, berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat. Ketiga, mengoptimalkan kemampuan akalnya. Keempat, adanya sikap tawazun (keberimbangan). Kelima, harus optimis. Keenam, menghindari praktik produksi yang haram.

Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang/jasa. Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antara lain: pertama, tanah dengan segala potensinya, sebagai barang yang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi; kedua, kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja; ketiga, modal/capital, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu kekayaan ataupun jasa ekonomi; keempat, manajemen produksi, untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga; kelima, teknolog, alat-alat produksi baik berupa mesin, pabrik maupun yang lainnya;

keenam, bahan baku ataupun material yang berupa pertambagan, pertanian, dan

hewan.

(3)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah dengan judul “Prinsip Produksi dan Perilaku Produsen Dalam Ekonomi Islam” yang dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam, sajauh yang kami ketahui isi dari makalah yang berjudulkan seperti disebutkan diatas adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan hasil plagiat/menjiplak karya makalah orang lain.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Pekalongan,30 September 2017

Ketua Kelompok Sekretaris

Rafida Hasis Musana Asifatu Nadhia

Anggota Kelompok Anggota Kelompok

(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MAKALAH ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Pembahasan ... 2

D. Manfaat Pembahasan ...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Produksi ... 3

B. Tujuan Produksi ... 4

C. Prinsip-prinsip Produksi... 7

D. Faktor-faktor Produksi ... 10

E. Kebijakan Perusahaan Islam dalam Produksi ... 14

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 15

B. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadirnya ekonomi Islam dimuka bumi bukanlah sebuah ilmu yang timbul oleh pemikiran dan buah karya manusia. Ekonomi Islam sesungguhnya telah ada bersama hadirnya Islam dimuka bumi, dalam hal ini konsep ekonomi dalam perspektif Islam menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran dan pedoman Islam. Produksi merupakan salah satu kegiatan ekonomi, kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Produksi merupakan proses yang menghasilkan barang dan jasa, kemudian didistribusikan sehingga dapat dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.

Produksi, distribusi, dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling memengaruhi, namun harus diakui produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori ekonomi makro kita memperoleh informasi, kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat diukur dengan tingkat produktivitasnya, daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan expornya ketimbang agregat impornya (Sukirno,1981).

(6)

sejumlah perbedaan. Paham ekonomi sosialis misalnya memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun, paham ini tidak memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap hak milik individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya menjadi sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang saat ini menguasai dunia, memandang modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting, dan oleh sebab itu, para pemilik modal atau para kapitalislah yang menduduki tampat yang sangat strategis dalam ekonomi kapitalis.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu produksi?

2. Apa tujuan dari produksi?

3. Apa saja prinsip–prinsip produksi? 4. Apa saja faktor–faktor produksi?

5. Bagaimana kebijakan perusahaan Islam dalam melakukan produksi?

C. TUJUAN

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Islam. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan produksi serta tujuannya, prinsip dan faktor produksi, dan kebijakan perusahaan Islam dalam melakukan produksi.

D. MANFAAT

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi

Produksi dalam istilah konvensional adalah mengubah sumber – sumber dasar kedalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi output. Dalam istlah ini kita mengaitkannya dengan konsep efisiensi ekonomi, yaitu suatu usaha yang meminimalkan biaya produksi dari beberapa tingkat output selama periode yang dibutuhkan. Efisiensi dalam proses produksi tergantung pada proporsi dari berbagai jenis input yaitu tenaga kerja, tingkat absolut setiap input, dan produktivitas masing –masing input pada setiap tingkat dan rasio input. Kerena input pada umumnya tidak bebas tetapi merupakan sesuatu yang terikat dengan biaya, derajat efisiensi produksi diwujudkan dalam tingkat biaya perunit output.1

Proses produksi menurut Manan adalah usaha kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menghasilkan barang dan jasa bagi kesejahteraan ekonomi mereka.2

Bagaimana dengan pemahaman produksi dalam ajaran Islam? Islam mendorong pemeluknya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalam segala bentunya seperti pertanian, perternakkan, perburuan, industri, perdagangan, dan sebagainya. Islam memandang setiap amal perbuatan yang menghasilkan benda atau pelayanan yang bermanfaat bagi manusia atau yang memperindah kehidupan mereka dan menjadikannya lebih makmur dan sejahtera.3

1

Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta : Erlangga,2012), hal. 64

2

Muhammed Alam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,2010), hal. 30

3

(8)

Al-Ghazali menyebutkan bahwa produksi adalah pengerahan secara maksimal sumber daya alam (raw material) oleh sumber daya manusia, agar menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.4

B. Tujuan Produksi

Terdapat upaya–upaya untuk mengetahui tujuan produksi dalam ekonomi Islam. Menurut Nejatullah Shiddiqi (1996), pertumbuhan ekonomi yang merupakan wujud produksi dalam Islam bertujuan:5

1. Merespon kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk yang memiliki ciri keseimbangan.

2. Memenuhi kebutuhan keluarga

3. Mempersiapkan sebagian kebutuhan terhadap ahli warisnya dan generasi penerusnya.

4. Pelayanan sosial dan berinfak dijalan Allah.

Tujuan produksi menurut perspektif fiqih ekonomi khalifah Umar bin Khatab adalah sebagai berikut (Al Haritsi, 2008):6

1. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin.

Maksud tujuan ini berbeda dengan pemahaman ahli kapitalis yang berusaha meraih keuuntungan sebesar mungkin, tetapi ketika berproduksi memperhatikan realisasi keuntungan dalam arti tidak sekedar berproduksi rutin atau asal produksi. sebagaimana dalam suatu riwayat dari Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Abi Dunya bahwa Umar pernah berpesan kepada para pedagang agar beralih dari aktifitas yang tidak merealisasikan keuntungan. Kata beliau, “ Barang siapa yang memperdagangkan sesuatu sebanyak

tiga kali, namun tidak mendapatkan sesuatu pun didalamnya, maka

hendaklah beralih darinya kepada yang lainnya” .

4

Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana PrenadaMedia Grup, 2014), hal. 116

5

Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta:Erlangga,2012), hal. 69

6

(9)

2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.

Seorang muslim wajib melakukan aktifitas yang dapat merealisasikan kecukupannya dan kecukupan orang yang menjadi kewajiban nafkahnya. Sebagaimna dalam suatu kisah ketika Umar menihkahkan putranya yang bernama Ashim, beliau memberikan bantuan nafkah kepadanya selama sebulan, kemudian dicabutnya dan diperintahkan untuk melakukan aktifitas yang akan bisa membantu dalam menafkahi dirinya dan keluaganya, seraya berkata kepadanya,“ aku telah membantunu dari buah -buahan kebunku di Al-Aliyah, maka pergilah kamu dan petiklah dia, lalu kamu jual. Kemudian berdirilah kamu disamping seseorang pedagang dikaummu. Jika dia menjual, berserikatlah dengannya, lalu hasilnya kamu

jadikan nafkah untuk dirimu dan keluargamu.” 3. Tidak mengandalkan orang lain.

Umar r.a tidak membolehkan seseorang yang mampu bekerja untuk menedahkan tangannya kepada orang lain dengan meminta-minta, dan menyerukan kaum muslimin untuk bersandar kepada diri mereka sendiri, tidak mengharap apa yang ditangan orang lain.

4. Melindungi harta dan mengembangkannya

(10)

5. Mengeksplorasi sumber – sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk dimanfaatkan.

Sesungguhnya Allah Ta’ ala telah mempersiapkan bagi manusia didunia ini banyak sumber ekonomi, namun pada umumnya tidak memnuhi hajat insani bila dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi yang mempersiapkannya agar layak dimanfaatkan. Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk bekerja disegala penjuru bumi untuk dimanfaatkan sebagian dari rezeki yang dikaruniakan-Nya dimuka bumi ini.

6. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi.

Produksi merupakan sarana terpenting dalam merealisasikan kemandirian ekonomi. Bangsa yang memproduksi kebutuhan-kebutuhannya adalah bangsa yang mandiri dan terbebas dari belenggu ketergantungan ekonomi bangsa lain. Sedangkan bangsa yang hanya mengandalkan konsumsi akan selalu menjadi tawanan belenggu ekonomi bangsa lain. Sesungguhnya kemandirian politik dan peradaban suatu bangsa tidak akan sempurna tanpa kemandirian ekonomi.

7. Taqqarub kepada Allah SWT.

Bahwa seorang produsen muslim akan meraih pahala dari sisi Allah SWT disebabkan aktifitas produksinya, baik bertujuan untuk memperoleh keuntungan, merealisasikan kemapanan, melindungi harta dan mengembangkannya, atau tujuan lain selama iya menjadikan aktifitasnya tersebut sebagai sarana pertolongan dalam menaati Allah SWT.

Adapun tujuan produksi menurut Monzer Khaf antara lain:7

1. Upaya manusia untuk meningkatkan – tidak hanya – kondisi materialnya. Akan tetapi juga moralnya untuk kemudia menjadi sarana mencapai tujuannya kelak diakhirat. Sehingga produk-produk yang menjauhkan manusia dari nilai-nilai moralnya akan dilarang dalam Islam.

2. Aspek sosial dalam produksi, yaitu distribusi keuntungan dari produksi itu sendiri diantara sebagian besar orang dengan cara seadil-adilnya. Hal

7

(11)

tersebut merupakan tujuan utama ekonomi masyarakat. Sistem ekonomi Islam lebih terkait dengan kesejahteraan masyarat dibandingakan dengan sistem yang lainnya.

3. Masalah ekonomi bukanlah masalah yang jarang berkaitan dengan kebutuhan hidup, akan tetapi permasalahan tersebut timbul karena kemalasan dan kealpaan manusia dalam usahanya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dari anugera Allah.

C. Prinsip–prinsip Produksi

Al-Qur’ an dan hadis Rasulullah SAW. memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:

1. Tugas manusia dibumi sebagai khalifah Allah agar dapat memakmurkan bumi, memanfaatkan isi bumi, dan menghayati akan nilmat Allah. Sehingga manusia dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan amanah dengan ilmu dan amalnya.8

2. Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya dari Al-Qur’ an dan Hadis. 3. Teknik produksi diserahkan kepada keingan dan kemampuan manusia.

Nabi pernah bersabda:“ kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”. 4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam

menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam tidak ada ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan dalam kesulitannya, karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena berdalih dengan ketetapan dan ketentuan Allah, atau karena tawaqal kepada-Nya, sebgaimana keyakinan yang terdapat didalam agama-agama selain Islam. Sesungguhnya Islam mengingkari itu semua

(12)

dan menyeruh bekerja dan bertaubat, bersikap hati-hati dan melaksanakan selama persyaratan. Tawaqal dan sabar adalah konsep penyerahan hasil kepada Allah SWT. sebagai pemilik hak prerogatif yang menentukan segala sesuatu setelah segala usaha dan persyaratan dipenuhi dengan optimal.9

Prinsip-prinsip berproduksi dalam Islam: 1. Motivasi berdasarkan keimanan

Aktivitas produksi yang dijalankan seorang pengusaha muslim terikat dengan motivasi keimanan atau keyakinan positif, yaitu semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT, dan balasan di negri akhirat. Sehingga dengan motivasi atau keyakinan positif tersebut maka prinsip kejujuran, amanah, dan kebersamaan akan dijunjung tinggi. Prinsip-prinsip tersebut menolak prinsip individualisme (mementingkan diri sendiri), curang, khianat yang sering dipakai oleh pengusaha yang tidak memiliki motivasi atau keyakinan positif.

Hal ini menunjukkan bahwa tujuan seorang pengusaha muslim tidak semata-mata mencari keuntungan maksimum, tetapi puas terhadap pencapaian tingkat keuntungan yang wajar (layak). Tingkat keuntungan dalam berproduksi bukan lahir dari aktivitas yang curang, tetapi keuntungan tersebut sudah merupakan ketentuan dari Allah SWT sehingga keuntungan seorang pengusaha muslim didalam berproduksi dicapai dengan menggunakan atau mengamalkan prinsip Islam, sehingga Allah ridha terhadap aktivitasnya.

2. Berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat

Seorang muslim dalam menjalankan proses produksinya tidak semata mencari keuntungan maksimum untuk aset kekayaan. Berproduksi bukan semata-mata karena profit ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga

9

Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,

(13)

seberapa penting manfaat keuntungan tersebut untuk kemaslahatan masyarakat.

Pemilik dan manajer perusaan Islam juga menjadikan objek utama proses produksi sebagai “memperbesar sedekah”. Tentang objek ini tiak perlu harus memiliki arti ekonomi seperti dalam sistem ekonomi pasar bebas. Perusahaan yang islami percaya bahwa pengeluaran untuk sedekah merupakan sarana untuk memuaskan keinginan Tuhan, dan akan mendatangkan keberuntungan terhadap perusahaan, seperti meningkatnya permintaan atas produksinya.

3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya

Seorang muslim harus menggunakan kemampuan akalnya (kecerdasannya), serta profesionalitas dalam mengelola sumber daya. Kerena faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi sifatnya tidak terbatas, manusia perlu mengoptimalkan kemampuan yang telah Allah berikan.

4. Adanya sikap tawazun (keberimbangan)

Produksi dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap tawazunI (keberimbanagn) anatara dua kepentingan, yakni kepentingan umum dan kepentingan khusus. Keduanya tidak dapat dianalisis secara hierarkis, melainkan harus sebagai satu kesatuan. Produksi dapat menjadi haram jika barang yang dihasilkan ternyata hanya akan membahayakan masyarakat mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran produk, baik berupa barang maupun jasa. Produk-produk dalam kategori ini hanya memberikan dampak ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas ekonomi secara umum. Akibatnya, misi rahmatan lil ‘alamiin ekonomi Islam tidak tercapai.

5. Harus optimis

(14)

6. Menghindari praktik produksi yang haram

Seorang produsen muslim menghindari pratik produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar gelap, dan spekulasi.10

D. Faktor–faktor Produksi

Dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang/jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap (fixed

input) dan variabel tetap (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor

produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu haruslah tetap tersedia. Sementara jumlah penggunaan faktor variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan.11

Lebih lanjut lagi, Ghazali menyebutkan bahwa beberapa faktor produksi antara lain: pertama, tanah dengan segala potensinya, sebagai barang yang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi; kedua, kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja; ketiga, modal/capital, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu kekayaan ataupun jasa ekonomi; keempat, manajemen produksi, untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik diperlukan manajemen yang baik juga; kelima, teknolog, alat-alat produksi baik berupa mesin, pabrik maupun yang lainnya; keenam, bahan baku ataupun material yang berupa pertambagan, pertanian, dan hewan.12

Untuk lebih jelas lagi, simak penjelasan dibawah ini.

10Lukman Hakim, Prinsip-prinsip EkonomiIslam, (Surakarta : Erlangga,2012),

hal. 72-75

11

Ika Yunia Fauziya dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2014), hal. 118

12

(15)

1. Tanah

Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu kala. Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya’al-mawat)

menunjukkan perhatian Rasulullah SAW dalam penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu mengupayakan penggunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya tersebut. Dalam pemanfaatan tanah, ada 2 karakteristik yaitu tanah sebagai Sumber Daya Alam (SDA), dan tanah sebagai sumber daya yang dapat habis. Ada dua kontribusi tanah yaitu penghasilan dari SDA sendiri (sewa), penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan SDA melalui kerja dan modal. Harapan islam, SDA tidak di salah gunakan sehingga bisa habis untuk generasi yang akan datang. Beberapa kebijakan Prof. Abdul Manan dalam mengelola SDA yaitu Al-Qur’ an dan al-Hadits banyak memberikan tekanan tentang urgensi pembudidayaan tanah secara baik, islam menganjurkan tentang urgensi kerjasama dalam menggarap tanah. 2. Tenaga Kerja

(16)

lainnya. Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.

3. Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa assets ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi; yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.

4. Manajemen Produksi

Beberapa faktor produksi tidak akan menghasilkan suatu profit yang baik ketika tidak ada manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga kerja, modal, dan lain sebagainya tidak akan bisa beridiri dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi, ataupun suatu manajemen yang bisa menertibkan, mengatur, nerencanakan, dan mengevaluasi segala kinerja yang akan dan telah dihasilnya oleh masing-masing difisi. Didalam al—quran, kata-kata yang berkaitan degan manajerial diungkapkan dalam dalam beberapa bentuk, yaitu yudabbiru,

yatadabbaru, yatadabbar, dan al-mudabbirat.

5. Teknologi

(17)

satu jam ia bisa menghasilkan 100 tusukan. Hal ini berbeda jika dikerjakan oleh mesin yang telah canggih karena kemajuan teknologi, maka dalam satu jam teknologi akan bisa menghasilkan 100.000 tusukan. Maka akan trlihat suatu persaingan yang tidak seimbang antara produsen yang tidak menggunakan teknologi dan produsen yang menggunakan teknologi dalam aktifitas produksinya.

6. Bahan Baku

Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada. Ketika seorang produsen akan memproduksi suatu barang atau jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jikalu bahan baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, jikalau sebaliknya maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka dari itu seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran penyedia bahan baku, agar aktifitas produksi berjalan dengan baik.13 Perbedaan yang mendasar dalam faktor Produksi Islam dengan Produksi Konvensional :

Produksi Islam Produksi Konvensional

(18)

e. Teknologi f. Bahan Baku

E. Kebijakan Perusahaan Islam dalam Melakukan Produksi

Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk di konsumsi sendiri atau di jual ke pasar. Islam secara khas menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial.

Perusahaan islam harus mampu menerapkan apa yang ada pada QS. 51:19 dan QS. 70:25 agar dapat mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin. Perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam melakukan produksi dengan konsep bahwa produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi kebutuhan konsumtif dan meraih keuntungan finansial sehingga bisa berkontribusi dalam kehidupan sosial.

Upaya produsen memperoleh maslahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam yang relevan dengan produksi, yakni khilafah, adil dan takaful. Secara rinci antara lain sebagai berikut :

a. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada akhirat.

b. Menepati janji dan kontrak, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. c. Memenuhi takaran, ketepatan, kelugasan dan kebenaran.

d. Berpegang teguh kepada kedisiplinan dan dinamis. e. Memuliakan produktifitas dan prestasi.

f. Mendorong ukhuwah antar sesama pelaku ekonomi. g. Adil dalam bertransaksi.

h. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan oleh islam. Penerapan hal tersebut tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dengan berkah memberi kontribusi bagi tercapainya falah, yakni kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.14

14Prinsip dasar produksi ekonomi islam, http://moraref.or.id/broswe/index/361,

(19)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Produksi dalam istilah konvensional adalah mengubah sumber – sumber dasar kedalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi output. Sedangkan, produksidalam pandangan Islam yaitu setiap amal perbuatan yang menghasilkan benda atau pelayanan yang bermanfaat bagi manusia atau yang memperindah kehidupan mereka dan menjadikannya lebih makmur dan sejahtera.

Dalam Islam terdapat beberapa tujuan produksi. Pertama, merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin. Kedua, merealisasikan kecukupan individu dan keluarga. Ketiga, tidak mengandalakan orang lain. Keempat, melindungi harta dan mengembangkannya. Kelima, mengekssplorasi sumber-sumber dan memanfaatkannya. Keenam, pembebasan belenggu dari ketergantungan ekonomi.

Selain tujuan produksi di atas, islam juga menerapkan prinsip-prinsip produksi yang diantaranya: berproduksi atas dasar azas maslahat dan manfaat, motivasi berlandaskan keimanan, mengoptimalkan kemampuan akalnya, adanya sikap tawazun (berkeimbangan), selalu optimis, dan menghindari produksi yang bersifat haram. Dalam aktivitasnya, produksi membutuhkan faktor-faktor agar proses produksi berjalan sesuai yang direncanakan. Diantara faktor-faktor tersebut yakni tanah, tenaga kerja, modal, manajemen produksi, teknologi dan bahan baku.

(20)

B. Saran

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip EkonomiIslam. Surakarta : Erlangga. Haneef, Muhammed Alam. 2010. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Fauziya,Ika Yunia, dan Abdul Kadir Riyadi. 2014. Prinsip Dasar Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana PrenadaMedia Grup.

Arwani,Agus,Handout:EkonomiIslam,http://repository.iainpekalongan.ac.id/330/,

diakses 1 Oktober 2017.

Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana.

(22)

HASIL DISKUSI

1. EVI YUNITA (2013116080)

Pertanyaan : Jelaskan faktor-faktor produksi dalam islam! Jawaban :

Faktor-faktor produksi dalam Islam adalah : 1. Tanah

Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dahulu kala. Penekanan pada penggunaan tanah-tanah mati (ihya’al-mawat)

menunjukkan perhatian Rasulullah SAW dalam penggunaan sumber daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal pertahanan. Islam mengakui adanya kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu mengupayakan penggunaan dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya tersebut. Dalam pemanfaatan tanah, ada 2 karakteristik yaitu tanah sebagai Sumber Daya Alam (SDA), dan tanah sebagai sumber daya yang dapat habis. Ada dua kontribusi tanah yaitu penghasilan dari SDA sendiri (sewa), penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan SDA melalui kerja dan modal. Harapan islam, SDA tidak di salah gunakan sehingga bisa habis untuk generasi yang akan datang. Beberapa kebijakan Prof. Abdul Manan dalam mengelola SDA yaitu Al-Qur’ an dan al-Hadits banyak memberikan tekanan tentang urgensi pembudidayaan tanah secara baik, islam menganjurkan tentang urgensi kerjasama dalam menggarap tanah. 2. Tenaga Kerja

(23)

atasan dan bawahannya terbangun. Sehingga dasar-dasar ajaran tersebut bisa diterapkan diantara komisaris dengan direksi, antara direksi dan karyawan, dan lain sebagainya. Tenaga kerja yang memilik skill dan intergritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu perusahaan, dilain modal-modal yang lainnya. Karena secara umum, banyak diantara ahli ekonomi yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya produsen, dan pangkal produktivitas dari semua faktor produksi yang lainnya. Tanah, modal, mesin, manajerial yang baik tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.

3. Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi. Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa

assets ataupun intangible assets, yang bisa digunakan untuk menghasilkan

suatu kekayaan. Dalam Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur suatu sistem yang lebih baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musharakah. Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi; yang akhirnya akan berimplikasi pada adanya suatu Mashlahah dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing pihak.

4. Manajemen Produksi

(24)

5. Teknologi

Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam sektor ini. Beberapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya kompetitor lainnya dan lebih banyak yang bisa menghasilkan barang dan jasa jauh lebih baik, karena didudkung oleh faktor teknologi. Misalnya ketika seorang tenaga kerja menjahit sebuah baju dengan menggunakan mesin baik biasa, dalam satu jam ia bisa menghasilkan 100 tusukan. Hal ini berbeda jika dikerjakan oleh mesin yang telah canggih karena kemajuan teknologi, maka dalam satu jam teknologi akan bisa menghasilkan 100.000 tusukan. Maka akan trlihat suatu persaingan yang tidak seimbang antara produsen yang tidak menggunakan teknologi dan produsen yang menggunakan teknologi dalam aktifitas produksinya.

6. Bahan Baku

Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam akan tetapi, bisa dicarikan bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada. Ketika seorang produsen akan memproduksi suatu barang atau jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena jikalu bahan baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, jikalau sebaliknya maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka dari itu seorang produsen haruslah mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran penyedia bahan baku, agar aktifitas produksi berjalan dengan baik.

2. IRFAH NURUL SAFARIYAH (2013116387)

(25)

Perilaku produsen dalam ekonomi Islam antara lain : 1. Ihsan dan Itqan (Sungguh-sungguh) dalam Berusaha

Islam tidak hanya memerintahkan manusia untuk bekerja dan mengembangkan hasil usahanya (produktivitas), tetapi Islam memandang setiap usaha seseorang sebagai ibadah kepada Allah dan jihad di jalan Allah SWT. Dengan bekerja setiap individu dapat memenuhi hajat hidupnya, hajat hidup keluarga, berbuat baik kepada karib kerabat, memberikan pertolongan dan ikut berpertisipasi dalam mewujudkan kemaslahatan umum. Ihsan dalam bekerja, bukan perkara sunat (nafilah) ataupun perkara fadilah, dan bukan pula perkara sepele dalam pandangan Islam, tetapi merupakan sesuatu yang diwajibkan agama dan dibebankan bagi setiap muslim. Dalam hadits Nabi Saw diunkapkan “Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal, jika mau membunuh hewan, maka bunuhlah dengan baik, jika mau menyembelih, maka sembelihlah

dengan cara yang baik.”

2. Iman, Taqwa, Maslahah, dan Istiqamah

Merupakan pendorong yang sangat kuat untuk memperbesar produksi melalui kerja keras dengan baik, ikhlas, dan jujur dalam melakukan kegiatan produksi yang dibutuhkan untuk kepentingan umat, agama, dan dunia. Produsen melakukan pekerjaan bukan hanya sekadarnya saja, tujuannya pun bukan hanya semata-mata untuk mendapatkan hasil, melainkan juga karena keyakinan bahwa Allah senantiasa mengawasinya, sehingga ia bekerja dengan jujur dan sungguh-sungguh.

3. Bekerja pada Bidang yang Dihalalkan Allah SWT

(26)

mengguncang nilai-nilai agama dan akhlak, menyibukkan diri pada hal yang sia-sia dan menjauhkan diri dari kebenaran, seperti memproduksi film atau video porno, iklan, dan foto dan gambar porno ataupun hiburan lainnya yang tidak sesuai dengan nilai akidah dan akhlak.

4. KHAIRUL ANAM (2013116174)

Pertanyaan : Jelaskan fungsi dari produksi !

Jawaban :

Fungsi produksi yaitu mewujudkan kemaslahatan ekonomi dengan tetap menjaga kemaslahatan manusia dan lingkungannya, serta memaksimalkan kepuasan dan keuntungan dunia dan akhirat.

5. LINA FUADIYAH (2013116187)

Pertanyaan : Jelaskan makna dalam Q.S 51:19 dan Q.S 70:25 !

Jawaban :

QS. 51:19 artinya yang berbunyi “ dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat

bagian”. Dan QS. 70:25 yang artinya“ bagi orang miskin yang meminta dan

orang yang tidak mempunyai apa-apa (tidak mau meminta)” . Makna yang terkandung dalam kedua surat ini yaitu memerintahkan agar setiap umat islam yang melakukan kegiatan produksi harus berkontribusi dalam kehidupan sosial artinya harus mempunyai fungsi sosial. Dalam hal ini, produsen harus menyadari bahwa di setiap keuntungan yang dia dapatkan melekat hak orang lain (orang miskin). Oleh karena itu, produksi islam tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, tetapi cenderung mengoptimalkan produksi dan mencari keuntungan beserta berkahnya.

6. M. SALMAN AL-FARISI (2013116258)

Pertanyaan : Jelaskan prinsip produksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat !

(27)

Seorang muslim dalam menjalankan proses produksinya tidak semata mencari keuntungan maksimum untuk aset kekayaan. Berproduksi bukan semata-mata karena profit ekonomis yang diperolehnya, tetapi juga seberapa penting manfaat keuntungan tersebut untuk kemaslahatan masyarakat.

Pemilik dan manajer perusaan Islam juga menjadikan objek utama proses produksi sebagai “memperbesar sedekah”. Tentang objek ini tidak perlu harus memiliki arti ekonomi seperti dalam sistem ekonomi pasar bebas. Perusahaan yang islami percaya bahwa pengeluaran untuk sedekah merupakan sarana untuk memuaskan keinginan Tuhan, dan akan mendatangkan keberuntungan terhadap perusahaan, seperti meningkatnya permintaan atas produksinya.

7. MUHAMMAD SULTHAN ALAUDDIN (2013116253)

Pertanyaan : Jelaskan bagaimana cara mengoptimalkan produksi !

Jawaban :

Mengoptimalkan Produksi adalah upaya meningkatkan nilai dari suatu produksi. Seperti meningkatkan kualitas produksi, jumlah produksi, manfaat produksi, bentuk fisik produksi, dsb.

Cara Mengoptimalkan produksi:

1. Biaya yang digunakan harus dipandang sebagai keuntungan potensial (potential profit), bukan pengeluaran atau ongkos produksi yang memang harus di keluarkan. Dengan demikian reduksi biaya produksi melalui peningkatan efisiansi akan meningkatkan keuntungan.

2. Manajemen harus melaksanakan aktivitas produksi bernilai tambah (bukan sekedar mengubah input menjadi output) dengan jalan berproduksi pada biaya produksi yang minimum. Dengan cara ini perusahaan akan meningkatkan daya saing melalui strategi penetatapan harga (pricing strategy) yang kompetitif di pasar.

(28)

8. RESTU PRASETYO AJI (2013116341)

Pertanyaan : Apa maksud dari prinsip produksi Ke-4 mengenai keberimbangan ?

Jawaban :

Produksi dalam Islam juga mensyaratkan adanya sikap tawazunI (keberimbanagn) anatara dua kepentingan, yakni kepentingan umum dan kepentingan khusus. Keduanya tidak dapat dianalisis secara hierarkis, melainkan harus sebagai satu kesatuan. Produksi dapat menjadi haram jika barang yang dihasilkan ternyata hanya akan membahayakan masyarakat mengingat adanya pihak-pihak yang dirugikan dari kehadiran produk, baik berupa barang maupun jasa. Produk-produk dalam kategori ini hanya memberikan dampak ketidakseimbangan dan kegoncangan bagi aktivitas ekonomi secara umum. Akibatnya, misirahmatan lil ‘alamiin ekonomi Islam tidak tercapai.

9. SULUM FALASIFIANAH (2013116168)

Pertanyaan : Bagaimana menurut pendapat kelompok Anda pada poin Ke-3 mengenai tujuan produksi tidak mengandalkan orang lain ? Karena menurut Saya dalam berproduksi pasti membutuhkan bantuan tenaga kerja.

Jawaban :

Menurut kelompok kami, memang dalam proses produksi pasti membutuhkan campur tangan tenaga kerja, tetapi pada point Ke-3 tersebut mempunyai maksud bahwa dalam berproduksi/ketika akan memproduksi sesuatu, seorang Muslim tidak diperbolehkan untuk menedahkan tangannya kepada orang lain dengan meminta-minta, melainkan untuk bersandar kepada diri mereka sendiri, tidak mengharap apa yang ditangan orang lain.

10. TAMARA NAILA ZULFA (2013115481)

Pertanyaan : Bagaimana menurut pendapat kalian kegiatan produksi di Indonesia ? Apakah sudah maksimal ?

(29)

Menurut pendapat kelompok kami belum maksimal, karena banyak seorang produsen hanya mementingkan diri mereka sendiri tanpa memikirkan orang lain (egois). Sebagai contoh, banyaknya keserakahan produsen dan banyak pula pihak yang dirugikan, dalam pengambilan kayu di hutan untuk dijadikan meja atau yang lainnya banyak yang malah membakar hutan sampai habis tanpa memikirkan akibatnya. Contoh lainnya seorang produsen pembuat tas kulit, mereka dengan teganya dan serakahnya memburu dan membunuh hewan-hewan langka. Selain itu juga, menurut apa yang kami lihat, masih sering ditemui produsen yang tidak berlaku jujur dalam memproduksi. Misalnya saja, kaidah dalam produksi islam salah satunya yaitu harus memproduksi sesuatu yang halal dan dapat mendatangkan manfaat dan kemaslahatan. Tetapi pada kenyataannya, masih sering dijumpai produsen yang memproduksi sesuatu dengan mencampurkan hal-hal yang membahayakan konsumen. Serta sedikit banyak produsen cenderung memikirkan “bagaimana cara untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya agar tidak mengalami kerugian”, pola pikir yang seperti itu, biasanya mendorong produsen untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu dalam memproduksi islam tidak menekankan pada titik untung, tetapi berprinsiplah untuk mendapatkan sedikit keuntungan yang berkah, yang semakin lama keuntungan itu terus bertambah dan keberkahannya menemani kita di dunia dan akhirat.

11. ULMA ARISKIYANI (2013116321)

Pertanyaan : Apa tolak ukur produksi bisa dikatakan maksimal ?

Jawaban :

(30)

12. UMMU HABIBAH (2013116048)

Pertanyaan : Coba berikan contoh kebijakan Islam dalam melakukan produksi !

Jawaban :

Contoh kebijakan Islam dalam melakukan produksi :

1. Perusahaan tidak boleh berkaitan dengan larangan Islam.

2. Menghindari strategi pemasaran untuk menghalangi perusahaan lain. 3. Harus mengukuti peraturan yang wajar baik dalam penjualan maupun

pembelian.

4. Menahan diri untuk berpura-pura menguasai pasar. 5. Menghindari pemerasan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, maka ditetapkan diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur pada pasien dengan anemia. Dan tindakan-tindakan

Melalui film ini peneliti ingin melakukan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis semiotik tentang karakter Lintang yakni bagaimana

kualitas tanah sebagai media pertumbuhan mangrove di Pantai Alasdowo Kabupaten Pati dengan Pantai Mangunharjo Kota Semarang sebagai sumber belajar biologi tingkat

Upaya pencegahan pencemaran air yang dilakukan oleh pemerintah terhadap industri tahu diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

tujuan, dan materi pokok pembelajaran, mendesain dan merancang media terkait materi yang terdapat pada tema 1 subtema 2, (3) tahap pengembangan (develop), yaitu

Tujuan praktikum kali ini adalah Mengetahui temperature yang tepat untuk elektroplating nikel, Mengamati elektoplating logam dengan nikel pada tembaga melalui proses lapis

Gambar 5.3 melukiskan grafik intesitas I radiasi benda hitam sebagai fungsi panjang gelombang pada gambar terdapat 4 buah kurva masing-masing untuk suhu benda hitam 1600

Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, antara lain tulang, kayu lunak, sekam,