ABSTRAK
PERANCANGAN BOARD GAME
“APSARI SANG PELINDUNG:
JELAJAHI TELAGA WARNA”
UNTUK ANAK-ANAK SD
DI KOTA BANDUNG
Oleh
Stephanie
NRP 1164031
Indonesia memiliki salah satu warisan budaya sastra yaitu cerita rakyat Sunda yang berasal dari Jawa Barat. Cerita rakyat Sunda memiliki banyak nilai seperti nilai moral, agama, sosial, pengetahuan, dan budaya seperti yang ada di Kerajaan Kutatanggeuhan di Telaga Warna, Bogor, Jawa Barat. Namun, cerita rakyat Sunda kurang dikenal dan dianggap sebagai budaya yang kuno. Masyarakat lebih tertarik dengan budaya luar negeri seperti Amerika, Jepang, China, dan Korea.
Maka dari itu, tujuan perancangan ini adalah untuk mengubah pandangan bahwa cerita rakyat Sunda bukan budaya kuno tetapi budaya yang layak untuk dipertahankan dan dikenalkan. Manfaat dari perancangan ini adalah agar anak-anak dapat memelihara dan mengenalkan cerita rakyat sebagai budaya Indonesia.
Metode yang digunakan adalah dengan membuat board game yang dilengkapi dengan papan permainan, pion, kartu, dadu, token, serta petunjuk permainan. Melalui perancangan board
game bertemakan cerita rakyat Telaga Warna ini, anak-anak dapat berpandangan bahwa
cerita rakyat bukan sesuatu yang membosankan, serta dapat mengenal Telaga Warna sebagai cerita rakyat Sunda yang tidak hanya memiliki nilai moral saja, tetapi nilai agama, pengetahuan, budaya, dan sosial.
ABSTRACT
BOARD GAME DESIGN “APSARI SANG PELINDUNG:
JELAJAHI TELAGA WARNA” FOR ELEMENTARY
STUDENTS IN BANDUNG CITY
Stephanie/1164031
Indonesia has one of cultural literature heritage which is Sundanese folklores from West Java. Sundanese folklores contain many values such as moral, religious, social, knowledge, and culture value, such as Telaga Warna, Bogor, West Java from Kutatanggeuhan Kingdom. However, Sundanese folklore is not widely known and is considered as an dated culture. People are more interested in foreign cultures such as American, Japanese, Chinese, and Korean.
Therefore, the purpose of this design is to alter the view towards Sundanese folklore as an dated culture becomes a culture that deserves to be preserved and introduced. The benefit of this design is that children can preserve and introduce folklore as an Indonesian culture.
The method used is to create a board game that comes with pawns, cards, dice, tokens, and game instructions. Through the design of a thematic board game of Telaga Warna folklore, the children can perceive a folklore not as something boring, and can be familiar with the story of Telaga Warna as a Sundanese folklore that not only does it have a moral value, but also some values about religion, knowledge, culture, and social.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAKSI ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR DIAGRAM ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3
1.3 Tujuan Perancangan ... 3
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3
1.5 Skema Perancangan ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Cerita Rakyat ... 6
2.2 Psikologi Perkembangan Anak Usia 9-12 Tahnu ... 7
2.3 Fase Anak Sekolah (Usia Sekolah Dasar) ... 9
2.3.1 Perkembangan Intelektual ... 9
2.3.2 Perkembangan Bahasa ... 8
2.3.3 Perkembangan Sosial ... 9
2.3.4 Perkembangan Emosi ... 10
2.3.5 Perkembangan Moral ... 10
2.3.6 Perkembangan Keagamaan ... 11
2.3.7 Perkembangan Motorik ... 11
2.4 Hukum Pemantulan dan Pembiasan Snellius ... 11
2.6 Ilustrasi ... 16
2.7 Teori Warna ... 17
2.8 Game ... 17
2.8.1 Role-Playing Games ... 19
2.8.2 Adventure Games ... 19
2.8.3 Board Game ... 19
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 22
3.1 Data dan Fakta ... 22
3.1.1 Perusahaan/ Lembaga Terkait ... 23
3.1.1.1 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung ... 23
3.1.1.2 Dinas Pendidikan Kota Bandung ... 25
3.1.2 Data tentang Gejala/ Fenomena yang Terjadi ... 26
3.1.2.1 Analisis Hasil Wawancara Ketua Seksi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung ... 27
3.1.2.2 Analisis Hasil Wawancara Budayawan Sunda Dr. Hawe Setiawan ... 28
3.1.2.3 Analisis Hasil Wawancara Pakar Budaya Prof. Dr. H. Primadi Tabrani ... 29
3.1.2.4 Analisis Hasil Wawancara Guru SDN Sukasari I Bandung ... 29
3.1.2.5 Analisis Hasil Wawancara Guru SDN Padjajaran Bandung ... 30
3.1.2.6 Analisis Hasil Kuesioner SDN Sukasari I Bandung .... 31
3.1.2.7 Analisis Hasil Kuesioner SD St Angela Bandung ... 36
3.1.2.8 Analisis Hasil Kuesioner SD Negeri Cipto Padjajaran 41 3.1.2.9 Analisis Kuesioner Konsep Media ... 47
3.1.2.10Telaga Warna ... 51
3.1.2.11Analisis Cerita Rakyat Telaga Warna ... 51
3.1.3 Tinjauan Terhadap Proyek/ Persoalan Sejenis ... 53
3.1.3.1 VanGuard Trading Card Game ... 53
3.1.3.2 Monopoly ... 54
3.1.3.3 Pet War Card Game ... 54
3.1.3.5 Mat Goceng ... 56
3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Dara dan Fakta ... 58
3.2.1 Segmenting ... 58
3.2.2 Targeting ... 59
3.2.3 Positioning ... 59
3.2.4 SWOT Cerita Rakyat Sunda ... 59
3.2.5 SWOT Board game Apsari Sang Pelindung ... 60
BAB IV PEMECAHAN MASALAH... 62
4.1 Konsep Komunikasi ... 62
4.1.1 Gameplay ... 64
4.1.2 Komponen Permainan ... 64
4.1.3 Persiapan Permainan ... 66
4.1.4 Aturan bermain ... 66
4.2 Konsep Kreatif ... 68
4.3 Konsep Media ... 69
4.4 Hasil Karya ... 70
4.4.1 Papan Board Game ... 70
4.4.2 Logo ... 72
4.4.3 Karakter ... 73
4.4.4 Kartu ... 77
4.4.5 Buku Panduan Permainan ... 80
4.4.6 Token Sifat Baik dan Panel Sifat Buruk ... 81
4.4.7 X-Banner ... 82
4.4.8 Pin ... 82
4.5 Budgeting... 83
BAB IV PENUTUP ... 84
5.1 Kesimpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
DAFAR PUSTAKA ... xvi
DATA PENULIS ... xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Warna ... 17
Gambar 3.1 Logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung ... 23
Gambar 3.2 Logo Dinas Pendidikan Kota Bandung ... 25
Gambar 3.3
Van Guard Trading Card Game
... 53Gambar 3.4
Monopoly
... 54Gambar 3.5
Pet War
... 55Gambar 3.6
Board game Mahardika
... 56Gambar 3.7
Mat Goceng
... 57Gambar 4.1
Monopoly
... 63Gambar 4.2
Batik Bogor ... 68
Gambar 4.3
Board Game Apsari Sang Pelindung
... 70Gambar 4.4
Layout Board Game Apsari Sang Pelindung
... 71Gambar 4.5
Logo Board Game Apsari Sang Pelindung ... 72
Gambar 4.6
Karakter Apsari Sang Pelindung ... 74
Gambar 4.7
Karakter Putri Gilang Rukmini ... 74
Gambar 4.8
Karakter Raja Surwatalaya ... 75
Gambar 4.9
Karakter Ratu Purbamanah ... 76
Gambar 4.10
Karakter Denawa ... 76
Gambar 4.11
Karakter Rakyat Biasa Laki- Laki dan Perempuan ... 77
Gambar 4.12
Kartu Board Game ... 77
Gambar 4.13
Kartu Action ... 78
Gambar 4.14
Kartu Sifat ... 79
Gambar 4.15
Kartu Bola Mutiara ... 79
Gambar 4.16
Buku Panduan Permainan ... 80
Gambar 4.17
Panel Sifat Baik ... 81
Gambar 4.18
Token Sifat Baik Merah dan Biru ... 81
Gambar 4.19
X-Banner Board Game
... 82DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Skema Perancangan ... 5 Diagram 2.1 Diagram Pembiasan Cahaya menurut Hukum Snellius ... 12 Diagram 3.1 Hasil kuesioner tentang tingkat pengenalan cerita rakyat Sunda
di SDN Sukasari I Bandung ... 32 Diagram 3.2 Hasil kuesioner tentang tanggapan cerita rakyat Sunda
di SDN Sukasari I Bandung ... 33 Diagram 3.3 Hasil kuesioner tentang ketertarikan dengan cerita rakyat
luar negeri di SDN Sukasari I Bandung ... 33 Diagram 3.4 Hasil kuesioner pendapat tentang cerita rakyat Sunda
di SDN Sukasari I Bandung ... 34 Diagram 3.5 Hasil kuesioner tentang penyampaian cerita rakyat Sunda
di SDN Sukasari I Bandung ... 35 Diagram 3.6 Hasil kuesioner tentang hal yang dilakukan saat waktu senggang
di SDN Sukasari I Bandung ... 36 Diagram 3.7 Hasil kuesioner tentang tingkat pengenalan cerita rakyat Sunda
di SD St Angela Bandung... 37 Diagram 3.8 Hasil kuesioner tentang tanggapan cerita rakyat Sunda
di SD St Angela Bandung... 38 Diagram 3.9 Hasil kuesioner tentang ketertarikan dengan cerita rakyat
luar negeri di SD St Angela Bandung ... 38 Diagram 3.10 Hasil kuesioner pendapat tentang cerita rakyat Sunda
di SD St Angela Bandung... 39 Diagram 3.11 Hasil kuesioner tentang penyampaian cerita rakyat Sunda
di SD St Angela Bandung... 40 Diagram 3.12 Hasil kuesioner tentang hal yang dilakukan saat waktu senggang
di SD St Angela Bandung... 41 Diagram 3.13 Hasil kuesioner tentang tingkat pengenalan cerita rakyat Sunda
di SD Negeri Cipto Padjajaran Bandung ... 42 Diagram 3.14 Hasil kuesioner tentang tanggapan cerita rakyat Sunda
di SD Negeri Cipto Padjajaran Bandung ... 43 Diagram 3.15 Hasil kuesioner tentang ketertarikan dengan cerita rakyat
Diagram 3.16 Hasil kuesioner pendapat tentang cerita rakyat Sunda
di SD Negeri Cipto Padjajaran Bandung ... 44
Diagram 3.17 Hasil kuesioner tentang penyampaian cerita rakyat Sunda di SD Negeri Cipto Padjajaran Bandung ... 45
Diagram 3.18 Hasil kuesioner tentang hal yang dilakukan saat waktu senggang di SD Negeri Cipto Padjajaran Bandung ... 46
Diagram 3.19 Hasil kuesioner tentang gaya ilustrasi pada board game ... 48
Diagram 3.20
Hasil kuesioner board game yang suka dimainkan ... 49
Diagram 3.21
Hasil kuesioner tentang bahasa yang dimengerti ... 49
Diagram 3.22
Hasil kuesioner tentang permainan interaktif
yang paling disukai ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skema Perkembangan Bahasa Rupa Gambar Anak oleh
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia memiliki salah satu warisan budaya sastra yaitu cerita rakyat. Cerita rakyat
merupakan cerita yang diciptakan, kemudian berkembang di masyarakat tanpa
diketahui nama penciptanya. Indonesia memiliki kurang lebih 366 cerita rakyat yang
berasal dari 33 provinsi. Dr. Hawe Setiawan, seorang budayawan Sunda di
Universitas Pasundan Bandung, mengatakan bahwa kelebihan dari cerita rakyat
adalah memiliki pesan moral yang mendidik bagi anak-anak dan ilmu mutakhir pada
zaman tersebut. Cerita rakyat memiliki berbagai jenis yaitu cerita jenaka, cerita
pelipur lara, fabel, sage, mite, hikayat, epos, dan legenda.
Legenda merupakan jenis cerita rakyat yang menceritakan asal mula suatu tempat.
Berdasarkan data statistik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat
tahun 2012, terdapat 120 cerita rakyat Jawa Barat. Beberapa diantaranya termasuk
dalam legenda, yaitu Sangkuriang, Asal Usul Cianjur, Karang Nini, Asal Usul Kota
Bandung, Riwayat Nama Cirebon, Situ Bagendit, Riwayat Nama Desa Watubelah,
Asal Usul Nama Girilawungan, dan Telaga Warna.
Dalam kenyataannya, cerita rakyat Sunda kurang dikenal oleh anak-anak Indonesia
khususnya Kota Bandung. Menurut hasil wawancara dengan Prof. Dr. H. Primadi
Tabrani, cerita rakyat Sunda dianggap sebagai tradisi kuno. Anak-anak lebih memilih
untuk membaca komik Jepang serta buku terjemahan Walt Disney dan Hans
Christian Andersen. Padahal cerita-cerita tersebut juga termasuk cerita lama di
negaranya. Negara seperti Amerika dan Jepang dapat menampilkan cerita rakyat
mereka dengan media modern yang menarik untuk anak-anak.
karena itu, mereka menjadi enggan untuk mengenalkan cerita rakyat lokal kepada
anak-anak.
Menurut Isnaeni Agustin, M.Pd., guru kelas 4 SDN Padjajaran Bandung,
berdasarkan segi design dan penyampaian, cerita rakyat Sunda menurut anak-anak
SD kelas 4-6 masih kurang interaktif dan visual yang membosankan. Minat
anak-anak untuk membaca cerita rakyat masih kurang, karena terlalu banyaknya teks
dalam buku membuat anak cepat bosan. Sedangkan pada buku terjemahan
mancanegara, memiliki teks yang sedikit serta warna dan gambar lebih menarik.
Perbedaan ini membuat anak-anak menganggap cerita rakyat Sunda merupakan suatu
budaya yang kuno dan mereka lebih tertarik dengan budaya luar.
Dalam prakteknya, penyampaian cerita rakyat Sunda, tidak lepas dari bidang Desain
Komunikasi Visual, salah satunya adalah media game. Game merupakan salah satu
media hiburan yang digemari oleh anak-anak. Anak-anak tidak terfokus untuk
mengetahui cerita dengan membaca, tetapi dengan melakukan simulasi yang
menyenangkan dan elemen visual graphic yang menarik.
Penulis mengambil cerita rakyat Sunda dari Bogor yang berjudul Telaga Warna.
Alasan memilih cerita ini karena Telaga Warna merupakan salah satu cerita rakyat
Sunda yang menarik dan sudah dipublikasikan , tetapi berdasarkan survei kepada 200
anak
–
anak SD, mereka kurang mengenal cerita rakyat Telaga Warna.
rakyat Sunda lebih dalam lagi serta mengubah pola pikir anak bahwa cerita rakyat
Sunda itu kuno.
1.2
Permasalahan dan Ruang Lingkup
1.
Apa yang membuat anak-anak SD kurang mengenal cerita rakyat Sunda?
2.
Mengapa anak-anak SD lebih memilih cerita mancanegara daripada cerita
rakyat dalam negeri?
3.
Bagaimana membuat cerita rakyat Sunda Telaga Warna lebih interaktif dan
tidak terkesan kuno melalui desain komunikasi visual berupa board game
kepada anak-anak?
Ruang lingkup perancangan ini adalah cerita rakyat Sunda yang tergolong kelompok
legenda, anak-anak kelas 4-6 SD yang berkisar umur 9-12 tahun, jenis kelamin
laki-laki dan perempuan, serta SD negeri dan SD swasta kota Bandung.
1.3
Tujuan Perancangan
1.
Mengetahui penyebab anak-anak SD kurang mengenal cerita rakyat
Sunda.
2.
Mengetahui alasan anak-anak SD lebih memilih cerita mancanegara
daripada cerita rakyat dalam negeri.
3.
Membuat anak-anak SD tertarik dan mengenal cerita rakyat Sunda Telaga
Warna melalui perancangan visual board game dengan bertujuan cerita
rakyat Sunda bukan sebagai budaya kuno.
1.4
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara
menyebarkan kuesioner, studi pustaka, dan wawancara.
1.
Membagikan kuesioner kepada anak-anak kelas 4-6 SD,antara lain :
SD Swasta
: SD St. Angela Bandung
2.
Melakukan wawancara dengan guru SD,antara lain :
SD Negeri
: SDN Sukasari I Bandung
: SDN Padjajaran Bandung
3.
Melakukan wawancara dengan budayawan Sunda dari Universitas
Pasundan bernama Dr. Hawe Setiawan.
4.
Melakukan wawancara dengan pakar budaya Prof. Dr. H. Primadi
Tabrani.
5.
Melakukan wawancara dengan Ketua Seksi dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Bandung, Dra. Etti RS, M.Hum.
6.
Melakukan studi pustaka buku
“Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja”
karya Dr.H.Syamsu Yusuf LN., M.Pd. terbitan PT Remaja
Rosdakarya Bandung, September 2000.
7.
Melakukan studi pustaka buku
“Dasar
- dasar Fisika Universitas,
Edisi Kedua
”
karya Marcelo Alonso dan Edward J.Finn. Disunting
oleh Dra. Lea Prasetyo dan Ir. Kusnul Hadi terbitan Erlangga tahun
1992.
8.
Melakukan studi pustaka buku
“
Exploring Illustration
”
karya
Michael Fleishman, terbitan Thomson Delmar Learning tahun 2004.
9.
Melakukan studi pustaka buku
“Fundamentals of Game Design”
1.5
Skema Perancangan
v
v
Diagram 1.1 Skema Perancangan
PERMASALAHANBanyak anak-anak SD di kota Bandung yang terbawa arus budaya luar dan melupakan budaya
lokal cerita rakyat Sunda. Mereka mulai menganggap cerita rakyat Sunda adalah budaya kuno.
SOLUSI
Merancang perancangan visual untuk mengenalkan dan mempertahankan cerita rakyat sunda di
era modern kepada anak-anak SD di kota Bandung.
TUJUAN PERANCANGAN
Membuat anak-anak SD tertarik dan mengenal cerita rakyat Sunda melalui perancangan visual board game agar tidak menganggap cerita rakyat Sunda sebagai budaya kuno
SUMBER DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
STUDI LAPANGAN STUDI LITERATUR TEORI
Kuesioner, Wawancara Buku,
Internet
Cerita rakyat, Perkembangan Psikologi Anak,Snellius,
Bahasa Rupa, Ilustrasi, Warna, Game, Board Game SASARAN
PSIKOGRAFIS Anak-anak SD yang mulai
memiliki minat dalam hal-hal
khusus, gemar membentuk
kelompok bermain, mulai
ingin tahu dan belajar.
DEMOGRAFIS
Laki-laki dan perempuan usia
9-12 tahun kelas 4-6 SD,
golongan menengah ke atas.
GEOGRAFIS
SD swasta dan negeri Kota Bandung.
KONSEP KOMUNIKASI Menyampaikan cerita Telaga
Warna melalui board game
KONSEP KREATIF Batik Bogor, Gaya Gambar,
Layout, Typography, Studi Karakter
KONSEP MEDIA Board game
HASIL KARYA
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya adalah board game Apsari Sang Pelindung: Jelajahi Telaga
Warna, dapat mengenalkan kembali cerita rakyat Telaga Warna kepada anak-anak
serta mengubah pandangan anak
–
anak bahwa cerita rakyat bukanlah budaya kuno
melalui belajar dan bermain.
Berdasarkan data dan fakta yang sudah dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara,
dan studi pustaka, cerita rakyat Sunda perlu dikomunikasikan kembali kepada
anak-anak SD khususnya kelas 4-6 di Kota Bandung. Cerita rakyat yang akan
dikomunikasikan adalah Telaga Warna. Hal ini dikarenakan cerita Telaga Warna
merupakan salah satu cerita rakyat menarik yang sudah dipublikasikan melalui buku,
tetapi, anak-anak SD di Kota Bandung sebagian besar hanya mengenal cerita
Sangkuriang dan Lutung Kasarung.
Pengenalan kembali cerita rakyat Telaga Warna adalah melalui perancangan board
game. Media ini dipilih berdasarkan dari hasil survei bahwa anak-anak usia 9-12
tahun menyukai bermain game. Selain itu digunakan juga pendekatan menggunakan
bahasa kata dan bahasa rupa dari Prof.Dr.H Primadi Tabrani. Board game akan
dibagikan kepada 10 sekolah di Bandung sebagai promosi pertama pada bulan
Agustus 2015 minggu pertama, dimana setiap sekolah menerima 10 board game.
Board game Apsari Sang Pelindung bertujuan untuk mengajak pemain dapat
bersosialisasi dan bekerja sama , dimana secara implisit mengenalkan :
1.
Nilai moral
2.
Nilai sosial
3.
Perkembangan logika
4.
Nilai agama
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adams, Ernest dan Andrew Rollings. 2007. Fundamentals of Game Design.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Alenso, Marcelo dan Edward J. Finn. 1992. Dasar
–
dasar Fisika
Universitas, Edisi Kedua, hlm.332. Jakarta: PT Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hlm.210. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
hlm.650. Jakarta: Balai Pustaka.
Fleishman, Michael. 2004. Exploring Illustration. Canada: Delmar Learning.
Huizinga, J. 1944. Homo Ludens : A Study of The Play-Element in Culture.
London : Routledge & Kegan Paul Ltd.
K, Dian. 2014. 100 Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Kottak, Conrad Phillip. 1991. Cultural Anthropology,hlm.246-248. United
States of America: McGraw-Hill, Inc.
Ravenscroft, Linda. 2009.
A Quarto Book The Fairy Artist’s Figure Drawing
Bible, hlm.44-47. Singapore: Page One Publishing Pte Ltd.
Septiandari, Sekar. Seri Cerita Rakyat Jawa Barat,hlm.179-182. Tangerang:
Karisma Publishing Group.
Tabrani, H.Primadi. 2014. Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Yusuf, H. Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber Gambar
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. “Logo Dina
s Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Bandung”, (Online), (
http://bandung.go.id, diakses 13
Febuari 2015. 18:45)
Dinas Pendidikan
Kota Bandung. “Logo
Dinas Pendidikan
Kota Bandung”,
(Online), (http://disdikkota.bandung.go.id, diakses 13 Febuari 2015. 18:48)
Sumber Website
Board Game Theory(Online)
(http://www.wisegeek.com/what-is-a-board-game.htm, diakses 5 April 2015. 10:15)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. “Cagar Alam dan
Taman Wisata Alam Telaga Warna”, (Online),
(dishut.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=482&id
Menu=487, diakses 9 Maret 2015. 11:20)
How to Learn Board Game Design and Development, (Online)