• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transformasi Filsafat Pendidikan terhada. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Transformasi Filsafat Pendidikan terhada. docx"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan pendidikan filosofis selalu dikaitkan dengan proses kependidikan sebagai salah satu pendekatan yang digunakan. Filsafat dipilih karena konsepsinya yang mencari hakikat dari sesuatu. Pembahasan filsafat secara umum dan filsafat pendidikan secara khusus telah menyumbangkan pemikiran secara luas dan hakiki sebagai konsekuensi logis untuk suatu induk dari seluruh disiplin ilmu.

Dalam konteks pendidikan saat ini, jati diri kebudayaan dan nilai-nlai luhur bangsa mulai luntur dan hilang dari para penduduknya. Sebagai akibat dari pergerakan dan pertumbuhan teknologi dan kebudayaan asing yang cepat masuk ke dalam tatanan kehidupan berbangsa. Sedangkan dapat diakatakan bangsa kita belum siap dalam menerimanya, itu terlihat dari beberapa indikasi yakni, dekandensi moral, dari tingkat pejabat elit hingga orang-orang yang terdidik.

Pendidikan sebagai tempat penyemaian nilai-nilai luhur bangsa mengalami permasalahan dalam memformulasikan bagaimana cara yang tepat untuk menanamkan nilai budaya tersebut. Filsafat pendidikan sebagai disiplin ilmu yang mengkaji permasalahan di bidang pendidikan telah memberikan gagasan dan idenya dalam hal transformasi nilai budaya masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, dan karena pentinganya pengetahuan tentang ini maka penulis akan menyajikan penjelasan tentang Transformasi Filsafat Pendidikan terhadap Penanaman Nilai-Nilai Budaya Masyarakat.

B. Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan kajian tentang transformasi ? 2. Apakah yang dimaksud dengan kajian filsafat pendidikan ? 3. Apakah yang dimaksud dengan kajian nilai ?

4. Apakah yang dimaksud dengan kajian tentang kebudayaan ?

(2)

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kajian tentang transformasi. 2. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kajian tentang filsafat pendidikan. 3. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kajian tentang nilai.

4. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kajian tentang kebudayaan. 5. Untuk mengetahui apakah bagaimana proses transformasi filsafat pendidikan

terhadap penanaman nilai-nilai budaya masyarakat? D. Manfaat Penulisan

Untuk Penulis

Sebagai media untuk menganalisa dan berpikir kritis terhadap pola interaksi dan komunikasi yang dilakukan guru khususnya dalam interaksinya denga sesama guru dan kepala sekolah.

Untuk Praktisi Pendidikan

Sebagai sarana untuk lebih mengkaji permasalahan ini, karena masih kurangnnya literatur sumber yang mengkaji permasalahan ini. Padahal ini merupakan pengetahuan yang penting untuk diketahui calon guru dan guru. Sehingga semoga tulisan ini dapat dijadikan awal untuk mengkaji lebih dalam.

Untuk pembaca

(3)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Transformasi

Transformasi secara arti adalah perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dsb). Nilai yang kita transformasikan tersebut mencakup nilai-nilai religi, nilai kebudayaan, nilai sains/teknologi, nilai seni, dan nilai keterampilan. Nilai–nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan mengembangkan bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka disini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupannya. Agar proses transformasi tersebut berjalan lancar ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik. Hubungan edukatif ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang diliputi kasih sayang sehingga terjadi hubungan yang didasarkan atas kewibawaan.

2. Adanya metode pendidikan yang sesuai.

3. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan.

4. Suasana yang memadai, sehingga proses transformasi tersebut berjalan sukses, serta dalam suasana yang menyenangkan.1

B. Kajian Filsafat Pendidikan 1. Pengertian filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata-kata philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-pengertian filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandunganya.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmah. Dari pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut: Pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau dasar-dasar, mencari kebenaran, dan membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari filsafat ialah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada teradisi, dogma serta agama)

(4)

dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai dasar-dasar persoalnnya. Disajikan pula beberapa pendapat filosof dalam mendefinisikan pengertian filsafat adalah sebagai berikut :

a. Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang ada.

b. Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali. c. Ibnu Sina memberikan pendapatnya tentang filsafat yakni membagi filsafat

menjadi dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.2

2. Analisa Filsafat dan Masalah Kependidikan

Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada genarasi muda, agar nantinya menjadi manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiannya.

Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Sebagai contoh akan dikemukakan beberapa masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain :

a. Masalah kependidikan yang pertama dan mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu.

b. Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu.

c. Apakah isi kurikulum yang relevan dengan pendidikan yang ideal.

d. Bagaimana metode yang efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal. e. Problema-problema tersebut, merupakan bagian dari contoh-contoh problematika

pendidikan, yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha pemikiran yang mendalam dan sistematis atau analisa filsafat.

(5)

Dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.

3. Pendidikan dan Filsafat Pendidikan

Pendidikan memang suatu usaha yang sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali di masa modern dewasa ini.

Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari ahli pendidik dan ahli filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para siswa dan anak didik.

Dalam beberapa hal filsafat pendidikan itu dapat disingkat dalam formula. Dan formula ini kemudian dijadikam semacam semboyan atau selogan. Tetapi semboyan-semboyan itu disalah tafsirkan. Biasanya hal itu terjadi kalau kesalahan terjadi dalam bidang pendidikan, yang terlihat pada hasil dari teori pendidikan itu, yang didasarkan pada semboyan tersebut. Misalnya adalah kata-kata hikmah dalam bidang pendidikan seperti : “ Semua pengetahuan itu adalah ingatan”, “Pendidikan itu harus mengajar kita hidup dekat dengan alam”, “Kita belajar dengan berbuat”. Alangkah banyaknya hal-hal yang telah diperbuat berdasarkan selogan-selogan tersebut. Dia merupakan ide singkat yang kadang-kadang merupakan hasil perasaan dari bahasan filasfat yang panjang lebar.

Salah satu tugas kita mempelajari filsafat pendidikan antara lain untuk menyelamatkan formula-formula dan pikiran-pikiran yang mengandung unsur pendidikan itu, yang terungkap dan tercetus sebagai selogan dan semboyan. Kita akan berusaha memberikan daya hidup dan arti yang berhasil dan berdaya guna sebagai pusat pegangan dalam himpunan ide yang membentuk filsafat pendidikan.

4. Pengertian Filsafat Pendidikan

(6)

pendidikan ialah pemikiran-pemikiran filsafat tentang pendidikan. Dalam hal ini para pakar pendidikan mengemukakan pendapat mereka antara lain :

a. Prof. Dr. Hasan Langgulung dalam bahasanya “ Filsafat pendidikan adalah sejumlah prinsip, kepercayaan, konsep, dan asumsi dan premis yang ada hubungan erat dengan praktik pendidikan yang ditentukan dalam bentuk yang saling melengkapi”.

b. Prof. Dr. Jamali Sahrodi, M.Ag dalam bukunya mengatakan filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai media untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan, mengharmnisasikan dan menerangkan nilai-nilai serta tujuan yang ingin dicapai.3

Dan sebagai ilmu yang merupakan jawaban terhadap problema-problema dalam lapangan pendidikan, maka filsafat pendidikan dalam kegiatannya secara normatif tertumpu dan berfungsi untuk :

1) Merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan, konsep pendidikan dan hakikat manusia, dan isi moral pendidikan.

2) Merumuskan teori, bentuk dan sistem pendidikan yang meliputi :

3) Kepemimpinan, politik, pendidikan, pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan bangsa dan negara.

4) Merumuskan hubungan antara agama, filsafat, filsafat pendidikan, toeri pendidikan dan kebudayaan.

Jadi jelaslah bahwa rumusan tadi telah merangkum bidang-bidang ilmu yaitu filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan dan hubungan antara keduanya yang saling melengkapi antara satu terhadap yang lainnya. Pendidikan dengan pendekatan kebudayaan telah memengaruhi munculnya aliran filsafat esensialis dan perenialis dalam pendidikan.

Yaitu sebuah aliran yang melihat bahwa di dalam masyarakat telah terdapat nilai budaya yang dinilai unggul, teruji, dan bertahan lama. Nilai-nilai budaya tersebut akan ditransformasikan kepada peserta didik melalui kegiatan pendidikan sehingga identitas suatu bangsa dan kelangsungan hidupnya dapat terjamin.

(7)

5. Aliran filsafat pendidikan

a. Pendidikan menurut Aliran Esensialisme

Aliran esensialisme merupakan aliaran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Aliran esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kesetabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Mengenai belajar aliran esensialisme berpegang pada aliran idealisme yang mengatakan, pada taraf permulaan seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian keluar untuk memahami dunia yang objektif.

Tentang kurikulum, aliran esensialisme berpangkal pada landasan ideal dan organisasi yang kuat. Herman Harrel Horne, tokoh aliran esensialisme ini, berpendapat bahwa kurikulum hendaknya bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini, kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang dan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi yang bahagia dunia akhirat.

b. Pendidikan menurut Kaum Perenialis

Kaum perenialis menilai, zaman modern ini banyak bermunculan krisis di berbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengatasi masalah krisis ini, kaum perenialis mengusulkan agar kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itu, pendidikan harus lebih banyak mengarahkan perhatiannyya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

(8)

C. Kajian tentang Nilai 1. Pengertian Nilai

Definisi nilai diungkapkan K. Bertens dalam bukunya Mukhtar Hadi mencoba menerangkanya sebagai berikut. Dalam hari, kita pahami nilai itu sebagai yang punya konotasi positif, sesuatu yang baik, sesuatu yang berharga, sesuatu yang memiliki arti. Nilai adalah sesuatu yang ingin kita wujudkan atau perjuangkan, sesuatu yang kita setujui dan kita sukai, yang menarik dan punya arti. Seorang filusuf Jerman-Amerika, Hans Jonas, melukiskan nilai itu sebagai the addressee of ayes, sesuatu yang kita iyakan. Sebaliknya sesuatu yang tidak kita iyakan, kita jauhi, dan ingin kita hindari adalah lawan dari nilai, dan oleh sebab itu maka kita sebut non-nilai. Namun kalau tetap harus diusahakan pengungkapan pengertiannya secara eksplisit, maka nilai itu dapat dimengerti sebagai konsepsi yang dihayati seseorang mengenai apa yang penting atau kurang penting. Apa yang lebih baik dan yang lebih benar. Sifat khas suatu nilai adalah setiap nilai sepertinya punya daya yang dapat menggerakan kehendak seseorang untuk mewujudkannya. Nilai estetis, misalnya selalu menggerakan dan mendesak kehendak seseorang untuk mewujudkannya dalam sebuah lukisan, syair dan nyayian yang bagus.

2. Karakteristik sebuah nilai

Sistem nilai yang difomulasikan dalam pandangan hidup itu diupayakan agar dapat diwujudkan dalam kehidupan. Upaya yang paling efektif untuk mewujudkannya adalah melalui pendidikan dan dimasukan sebagai tujuan pendidikan.4 Dalam pendekatan filsafat, keyakinan dengan nilai, yaitu sesuatu yang

dianggap benar, serta perlu dipertahankan dan diperjuangkan, komponen dari sebuah sistem nilai. Sistem yang berisi pedoman berperilaku bagi orang-orang yang menganut keyakinan tersebut. Kemudian diyakini bahwa pendidikan merupakan upaya yang dinilai paling efektif dalam menanamkan nilai-nilai kepada generasi mudanya. Di sini tampak, bahwa manusia ditempatkan sebagai objek dan sekaligus subyek pendidikan.5Diri manusia memiliki sistem nilai tertentu. sistem nilai ini

merupakan sesuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. Sistem ini dibentuk 4 Jalaluddin.Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sejarah Dan Pemikirannya. Jakarta. Kalam Mulia. 2011. h. 113

(9)

melalui belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga temna, institusi pendidikan dan masyarakat.

Pengaruh sistem nilai terhadap kehidupan individu, karena nilai sebagai realitas yang abstrak dirasakan sebagai daya dorong atau prinsip yang menjadi pedoman hidup. Dalam realitasnya nilai memiliki pengaruh dalam mengatur pola tingkah laku, pola berpikir dan pola bersikap.Dalam pandangan Syed Muhammada Naguib al-Attas pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia. Hasan Langgulung menilai pendidikan dari dua sudut pandang, yakni diartikan sebagai pengembangan potensi individu. Sedangkan dari segi sosial, pendidikan dimaknakan sebagai pewarisan nilai-nilai budaya oleh generasi tua kepada generasi muda, agar supaya nilai-nilai tersebut dapat terpelihara dan terlestarikan.

D. Kajian Tentang Kebudayaan 1. Pengertian Kebudayaan

A.L Kroeber dan Clyde Kluckhohn dalam bukunya Cultural A Critical Review of Concept and Definition, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang kebudayaan.

a. Menurut Taylor kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat. b. Menurut Park dan Burgess kebudayaan suatu masyarakat adalah sejumlah total

dan organisasi dari warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa.

c. Menurut Linton kebudayaan suatu masyarakat adalah suatu pandangan hidup dari sekumpulan ide-ide dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka pelajari dan miliki kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.

Dengan demikian, sungguh pun definisi kebudayaan itu amat beragam, namun pada hakikatnya dapat diartikan sebagai semua produk aktivitas intelektual manusia untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagian hidup duniawi.6 Dalam konteks

kebudayaan Islam dari beberapa definisi diatas tentang kebudayaan dan wujudnya

(10)

maka kebudayaan Isalm dapat didefinisikan dengan uraian, kebudayaan Islam adalah cara berpikir dan cara merasa Islami, yang menyatakan (termanifestasi) dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.

Dapat juga dikatakan bahwa kebudayaan Islam merupakan manifestasi akal dan rasa manusia muslim yang tidak bertentangan dengan esensi ajaran Alquran dan Hadist. Jadi proses pendidikan (aktualisasi potensi dasar manusia) berperan sebagai proses pembentukan kebudayaan, di mana manusia memperoleh nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan, baik melalui pendidikan formal maupun informal atau nonformal. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kebudayaan Islam tidak diperoleh sejak lahir, tetapi diperoleh melalui belajar dengan memanfaatkan potensi dasar manusia yang dibimbing dengan suatu pedoman kitab suci dan sunnah.7

2. Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan

Perkembangan kebudayaan, merupakan bagian dari persoalan yang harus diketahui dan diantisipasi serta dijadikan salah satu bahan pertimbangan oleh para pengambil kebijakan, perancang dan praktisi pendidikan. Visi, misi, arah tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, pendidik dan tenaga kependidikan, kualitas lulusan, pengelolaan, sarana prasarana, keuangan, lingkungan, dan evaluasi pendidikan yang dirancang dan dilaksanakan harus memprtimbangkan faktor kebudayaan sebagaimana tersebut diatas. Pendidikan yang berbasis pada kebudayaan akan diuraikan sebagai berikut.

3. Makna Pendidikan Kaitannya dengan Kebudayaan

Pendidikan merupakan rangkaian membimbing dan mengarahkan potensi hidup manusia berupa kemampuan-kemampuan dasar, sehingga terjadilah perubahan dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan sosial, serta hubungannya dengan alam sekitar tempat dia hidup. Untuk mengetahui kaitan antara makna pendidikan dan kebudayaan, terlebih dahulu diperlukan pemahaman mengenai kebudayaan itu sendiri, paling tidak dari segi pengertian.

(11)

Kebudayaan yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan. Dari pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa pendidikan adalah perangkat kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perilaku manusia. Sebab kajian mengenai manusia dalam pendidikan merupakan suatu kaharusan filosofis, artinya manusia adalah inti utama dari proses pendidikan. Hal ini dapat dipahami dari kenyataan, bahwa pendidikan berkepentingan membantu dan mengarahkan manusia untuk mengembangkan segenap potensi dan hakikat kemanusiannya.

Di samping itu, pendidikan memberikan kontribusi terhadap cipta, rasa, dan karsa manusia sebagai cikal bakal lahirnya kebudayaan, dan kebudayaan tersebut hanya mungkin diperoleh lewat belajar, bukan diwariskan secara generatif (biologis), intinya pendidikan adalah sebagai media transmisi kebudayaan.8 Hubunngan filsafat

dengan pendidikan lebih lanjut tidaklah sepihak, yakni hanya filsafat saja yang memberikan sumbangan bagi pendidikan, sementara pendidikan hanya menerima sumbangan. Hubungan antara filsafat dengan pendidikan sesungguhnya bersifat

mutual contribution (sama-sama memberikan sumbangan).

Hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan mengatakan bahwa dari satu segi bangunan pendidikan harus didasarkan pada hasil pemikiran filsafat tentang berbagai hal. Namun pada sisi lain, pendidikan juga menjadi kendaraan bagi terjadinya proses internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai filsafat dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dapat mengambil peran atau suatu cara mekanisme dalam menanamkan atau mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem dan norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidikan dalam suatu masyarakat.9

E. Transformasi Filsafat Pendidikan Terhadap Penanaman Nilai-Nilai Budaya Masyarakat

Pandangan hidup yang merupakan jati diri berisi nilai-nilai yang dianggap sebagai suatu yang secara ideal adalah benar. Dan nilai kebenaran itu sendiri berbeda antara

(12)

masyarakat atau bangsa yang satu dengan lainnya. Nilai – nilai kebenaran yang idealis ini disebut sebagai filsafat hidup yang dijadikan dasar dalam penyusunan sistem pendidikan. Selain itu, nilai-nilai tersebut juga sekaligus dijadikan tujuan yang akan dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan dimaksud. Dengan demikian, antara rantai hubungan itu terlihat pada perincian sebagai berikut :

1. Setiap masyarakat atau bangsa memiliki sistem nilai ideal yang dipandang sebagai suatu yang benar.

2. Nilai-nilai tersebut perlu dipertahankan sebagai suatu pandangan hidup atau filsafat hidup mereka.

3. Agar nilai-nilai tersebut dapat dipelihara secara lestari, perlu diwariskan kepada generasi muda.

4. Usaha pelestarian melalui pewarisan ini efektifnya melalui pendidikan.

5. Untuk menyelaraskan pendidikan yang diselenggarakan dengan muatan yang terkandung dalam nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup tersebut, maka secara sistematis program pendidikan harus menempatkan nilai-nilai tadi sebagai landasan dasar muatan dan tujuan yang akan dicapai.10

Pembentukan dan pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya merupakan suatu proses transformasi dan dalam proses transformasi itulah pendidikan berfungsi. Jadi proses pendidikan adalah proses transformasi kebudayaan. Salah satu fungsi yang mendasar dari pendidikan adalah untuk pengembangan kebudayaan. Filsafat pendidikan memiliki peran yang strategis sebagai landasan pendidikan tersebut. Oleh karena itu dapat diambil suatu alur konsepsi pemikiran sebagai berikut :

Bagan Peranan Filsafat Pendidikan dalam Transformasi Nilai Budaya

Dalam konteks bagan tersebut dapat diambil suatu konsepsi bahwa filsafat pendidikan dengan kajian filosofisnya dalam segala permasalahan pendidikan telah memberikan sumbangsih yang besar sebagai peletak dasar pemikiran tentang

(13)

pendidikan. Filsafat pendidikan memberikan konsekuensi logis sebagai suatu disiplin ilmu yang bercirikan hasil pemikran untuk terus membantu proses kependidikan dengan berbagai kompleksitasnya.

Ketika pendidikan telah tertata dengan baik secara filosofis maka akan terjadi proses pendidikan yang berkualitas. Pada tahap selanjutnya ketika proses pendidikan tersebut berjalan dengan baik, maka proses transformasi nilai kebudayaan telah dilakukan oleh pendidikan tersebut. Karena dalam pendidikan kegiatan transformasi nilai-nilai budaya masyarakat akan dapat dilakukan dengan efktif dan efisien.

Variabel utama dalam transformasi kebudayaan, yaitu : a. Unsur-unsur yang ditransformasikan

Unsur-unsur transformasi kebudayaan adalah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat, pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di dalam masyarakat pelbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau pergaulan para anggota masyarakat tersebut; pelbagai sikap dan peranan yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya pelbagai tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, refleks dan gerak atau reaksi-reaksi tertentu dan penyesuaian fisik termasuk gizi dan tatamakanan untuk dapat bertahan hidup.

Unsur-unsur itulah yang merupakan ikhtiar kebudayaan yang memungkinkan berkembangnya peradaban manusia. Dalam konteks ini, maka pendidikan tidak hanya merupakan pengalihan pengetahuan dan keterampilan

(transfer of knowledge and skliss), tetapi juga meliputi pengalihan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial (transmission of cultural values and social norms). Kiranya dapat dikatakan bahwa tiap masyarakat sebagai pengemban budaya (culture bearer) berkepentingan untuk memelihara keterjalinan antara berbagai upaya pendidikan dengan usaha pengembangan kebudayaan.

(14)

bersama itu berkembanglah sejarah peradaban manusia. Seluruh spektrum kebudayaan : sistem kepercayaan, bahasa, seni, sejarah, dan ilmu-ilmu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya hanya bisa dialihkan (ditransformasikan) dari satu generasi ke generasi lain melalui pendidikan dalam arti luas. Maka pendidikan sebagai prakarsa yang meliputi proses pengalihan pengetahuan dan keterampilan serentak dengan proses pengalihan nilai-nilai budaya. Proses itu sekaligus menjamin terpeliharanya jalinan antar generasi dalam suatu masyarakat.

Orientasi pada nilai-nilai budaya pada gilirannya menjelmakan perilaku manusia sebagai anggota masyarakat dengan peradabannya yang khas. Sejauh mana masyarakat itu berorientasi pada nilai-nilai budayanya, menentukan tangguh-rapuhnya ketahanan budaya (cultural resilience) masyarakat yang bersangkutan, yang terutama terukur melalui apa yang terjadi dalam pelbagai pertemuan antar budaya (cultural encounters). Hal ini nyata melalui sejarah timbul tenggelamnnya pelbagai ranah budaya dan peradaban manusia sepanjang zaman. Maka dapat dipahami jika pendidikan juga ditujukan pada peneguhan ketahanan budaya.

Di samping itu juga fungsi pendidikan berkaitan erat dengan proses reliogiositas (keagamaan) sebagai salah satu unsur budaya. Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat peserta didik mengembangkan kata hati (suara hati) dan perasaannya untuk taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Bukan hanya pemahaman dan perasaan yang harus dikembangkan, melainkan juga tindakan atas perilaku seharihari yang cocok (etika dan moralitas) dengan ajaran agama perlu dibina. Untuk mencapai tujuan itulah pengalihan nilai budaya dan norma sosial dilakukan melalui perkenalan dengan pelbagai sumber belajar yang relevan.

b. Proses tranformasi

(15)

atas. Transmisi unsurunsur tidak dapat berjalan dengan sendirinya. Manusia adalah aktor dalam memanipulasi kebudayaan. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi. Proses indentifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat kemampuan manusia itu sendiri. Selanjutnya nilai-nilai unsur-unsur itu disosialisasikan artinya harus diwujudkan dalam kehidupan nyata di dalam lingkungan yang semakin lama semakin meluas.

Nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan sekitarnya. Ketiga proses transformasi tersebut berkaitan erat dengan cara mentransformasikan. Dalam hal ini ada dua cara, yaitu ‘peran serta’ dan bimbingan. Cara ‘peran serta’ antara lain melalui perbandingan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari. Sedangkan bentuk bimbingan dapat berupa instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman. Dalam proses transformasi kebudayaan tersebut di atas pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan dapat memilih nilai-nilai budaya dari pelbagai lingkungan. Sudah dinyatakan bahwa hakekat dan inti sari dari kebudayaan adalah manusia. Unsur hakiki dari manusia adalah kepribadian.

Peranan pendidikan di dalam kebudayaan dapat dilihat dengan nyata di dalam perkembangan kepribadian manusia. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun kebudayaan bukanlah sekadar jumlah dari kepribadian-kepribadian. Di dalam pengembangan kepribadian diperlukan kebudayaan dan seterusnya kebudayaan akan dapat berkembang melalui kepribadian-kepribadian tersebut. Hal ini menunjukkan kepada bahwa pendidikan bukan semata-mata transmisi kebudayan secara pasif tetapi pelu mengembangkan kepribadian yang kreatif.

c. Cara transformasi

(16)

fungsi pendidikan dalam pembentukan kepribadian manusia. Jadi proses pendidikan bukan terjadi secara pasif atau culture determined.

Proses tersebut memungkinkan terjadinya perkembangan budaya melalui kemampuankemampuan kreatif yang memungkinkan terjadi inovasi dan penemuan-penemuan budaya lainnya, serta asimilasi, akulturasi dan seterusnya. tetapi melalui proses interaktif antara pendidik. Di samping itu juga peranan lembaga-lembaga pendidikan haruslah mengkondisikan pengenalan, pemeliharaan dan pengembangan keseluruhan budya. Dalam hal ini peranan dan fungsi lembaga-lembaga pendidikan.

Di dalam lembaga lembaga pendidikan (formal, non-formal, informal) terjadi interaksi budaya sekaligus proses pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan. Di samping itu juga di dalam lembaga-lembaga pendidikan mesti mengembangkan sikap penghargaan terhadap budaya nasional dan daerah sekaligus juga daya kristis dan analitis terhadap budaya luar. Terutama dalam lembaga-lembaga formal (sekolah-sekolah dan perguruan tinggi) perlu dikembangkan nilai-nilai budaya secara intensif, inovatif dan ekstensif.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan materi diatas penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Filsafat pendidikan merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji dan menganalisis secara hakiki tentang segala hakikat dan masalah kependidikan.

(17)

upaya untuk terus menyemaikan dan melestarikan kebudayaan dan kpribadian bangsa.

3. Dalam konteks ini peranan filsafat pendidikan digunakan sebagai fondasi dasar dalam pelaksanaan proses pendidikan. Ketika pendidikan tersebut sudah mantap dengan landasan filosofisnya, maka proses tranformasi nilai budaya akan optimal dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan materi diatas penulis menyarankan sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan kemampuan agregasi trombosit ini terjadi sebagai akibat dari perubahan ritme sirkadian antara pagi dan malam

Keterampilan dalam mengidentifikasi dan mengontrol variabel merupakan capaian keterampilan dengan kriteria baik secara keseluruhan oleh kelompok MIA maupun IIS (Gambar 2).

Keterangan: Diagonal kiri = korelasi di dataran tinggi; diagonal kanan = korelasi di dataran rendah *berkorelasi nyata; **berkorelasi sangat nyata; tn = tidak berkorelasi nyata

Menurut Bidwell (1979) akibat dari cekaman kekeringan sangat kompleks bagi sitoplasma. Akibatnya secara langsung adalah kekurangan air, sitoplasma menjadi lebih

KEGIATAN : PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT PEKERJAAN : PEMBANGUNAN TERMINAL DOMESTIK SEKUPANG LOKASI : SEKUPANG,

Tabel 3.33 Data Jawaban Responden Tentang Perilaku Yang Selalu Mengkonsumsi Coklat Ketika Beristirahat Dari Kesibukan………...93 Tabel 3.34 Jumlah jawaban pada terpaan

Guna merancang sebuah buku komik menarik, maka penyuguhan cerita biografi Chris John melalui pencarian beberapa data dan informasi mengenai hal-hal mendukung cerita harus

Van den Berghe terbuka peluang adanya konflik antar kelompok masyarakat sendiri sehingga integrasi yang terjadi lebih karena adanya paksaan ( coercion ) dan melahirkan