ANALISIS POSISI KERJA OPERATOR DENGAN MENGGUNAKAN RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT (Studi Kasus pada Stasiun Sewing di CV X)
Loren Pratiwi, Satriadi Pratama, Jodi Christian, Sebastian Mateus
Jurusan Teknik Industri
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Jl Ciumbuleuit 94Bandung Nomor Telepon : 0818.0208.4699
E-mai
CV X adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. CV X memiliki beberapa stasiun kerja dengan tugas yang berbeda-beda, diantaranya adalah cutting, sewing, finishing, packing, dan inspection. Para operator melakukan pekerjaannya pada stasiun kerjanya dengan cara manual. Di stasiun sewing, banyak operator yang merasakan sakit otot, pegal punggung, dan cepat lelah karena bekerja dengan kursi tanpa sandaran punggung karena posisi kerja yang statis dalam suatu jangka waktu. Beberapa operator di stasiun sewing juga bekerja dengan posisi membungkuk karena posisi meja kerja yang terlalu rendah. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan para operator stasiun sewing yang menjadi obyek penelitian.
Untuk mengetahui faktor resiko kerja yang dialami para operator di stasiun sewing, dilakukan perhitungan Rapid Entire Body Assesment (REBA). Perancangan kursi untuk para operator di stasiun sewing juga dilakukan untuk memperbaiki posisi kerja operator. Setelah kursi yang baru dibuat, kembali dilakukan perhitungan REBA untuk mengetahui faktor resiko kerja yang dialami para operator saat menggunakan kursi yang baru. Perhitungan REBA awal menghasilkan nilai skor 7 (menunjukkan tingkat resiko tinggi), sedangkan setelah menggunakan kursi usulan, skor REBA yang diperoleh adalah 2 (menunjukkan tingkat resiko rendah).
Kata kunci : REBA, faktor resiko, posisi kerja
1.PENDAHULUAN
Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, CV X dituntut untuk memenuhi berbagai kriteria yang disyaratkan, antara lain ketepatan waktu pengiriman atau delivery time, quantity item yang sesuai dengan order yang diminta, maupun kesesuaian kualitas item tersebut. CV X memiliki beberapa stasiun kerja dengan tugas yang berbeda-beda, diantaranya adalah cutting, sewing, finishing, packing, dan inspection. Para operator melakukan pekerjaannya pada stasiun kerjanya dengan cara manual dalam posisi duduk dan posisi berdiri. Bekerja dengan posisi duduk memang lebih baik daripada bekerja dengan posisi berdiri. Tetapi terdapat kesepakatan umum bahwa manusia tidak dirancang untuk duduk dalam suatu jangka waktu tertentu tanpa interupsi (Mckeown, 2008).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada stasiun sewing, pekerja sering mengeluh karena sakit otot, pegal punggung, dan cepat lelah karena bekerja dengan kursi tanpa sandaran punggung. Rasa lelah dan nyeri tersebut antara lain disebabkan oleh posisi kerja yang statis dalam suatu jangka waktu tertentu. Beberapa operator di stasiun sewing juga bekerja dengan posisi membungkuk karena posisi meja kerja yang terlalu rendah. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan para operator stasiun sewing yang menjadi obyek penelitian.
posisi kerja operator pada stasiun sewing dengan menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA). REBA memberikan penilaian untuk posisi batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Analisis posisi kerja dilakukan untuk mengetahui resiko cedera pada saat bekerja. REBA memberikan sebuah nilai yang menunjukkan faktor resiko cedera tubuh secara keseluruhan. Melalui analisis dengan REBA, faktor resiko cedera tubuh bagi operator pada proses menjahit dapat diketahui.
2.DASAR TEORI
Rapid Entire Body Assesment (REBA) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Penilaian postur tubuh dibagi dalam 2 grup, yaitu grup A dan B. Grup A menilai postur tubuh kanan dan kiri dari batang tubuh (trunk), leher (neck), dan kaki (legs), sedangkan grup B menilai postur tubuh kanan serta kiri dan lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist) (McAtmeny, L., and Hignet, S., 1997).
Penilaian postur tubuh didasarkan pada sudut yang terbentuk pada saat melakukan sebuah pekerjaan atau sudut yang terbentuk pada posisi tertentu. Gambar.1 menunjukkan nilai atau skor yang diberikan untuk berbagai sudut yang terbentuk pada batang tubuh saat tubuh berada pada posisi tertentu. Nilai +1 diberikan jika posisi tubuh normal sedangkan nilai +4 diberikan apabila posisi tubuh membentuk sudut 600 atau lebih. Jika batang tubuh bengkok/ berputar, maka akan diberikan penambahan skor +1.
Gambar 1 Keterangan Score untuk Batang Tubuh (Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
Selain untuk batang tubuh, juga terdapat penilaian atau skor untuk leher (neck), kaki (legs), lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Tabel 1 menunjukkan nilai atau skor untuk berbagai sudut untuk bagian tubuh, baik bagian tubuh yang termasuk grup A maupun grup B.
Tabel 1. Nilai REBA Untuk Bagian-bagian Tubuh
Grup Bagian Tubuh Pergerakan Skor Skor Perubahan
A
Batang Tubuh Posisi Normal 1 + 1 jika batang tubuh berputar / bungkuk 0 – 20º (kedepan/belakang) 2
< - 20 atau 20 – 60º 3
>60º 4
Leher Posisi Normal 1 + 1 jika batang tubuh
berputar / bungkuk 0 – 20º (kedepan/ belakang) 2
< - 20 atau 20 – 60º 3
>60º 4
Tabel 1. Nilai REBA Untuk Bagian-bagian Tubuh (Lanjutan)
Grup Bagian Tubuh Pergerakan Skor Skor Perubahan
A
Kaki Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk)
1 + 1 Jika lutut antara 30 – 60 º
+ 2 Jika lutut > 60º Bertumpu pada satu kaki lurus 2
B
Selain untuk anggota tubuh tertentu, juga terdapat penilaian untuk pengendalian (coupling) dan aktivitas. Penilaian untuk pengendalian (coupling) dan aktivitas dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Nilai Untuk Coupling
Coupling Skor Keterangan
Baik 0 Kekuatan pegangan baik
Sedang 1 Pegangan bagus tetapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh
Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Tidak dapat diterima 3 Kaku, pegangan tidak nyaman, tidak ada pegangan
atau kopling tidak sesuai dengan bagian tubuh (Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
Tabel 3. Nilai Untuk Aktivitas
Aktivitas Skor Keterangan
Postur Statik + 1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam, contoh: memegang lebih dari 1 menit
Pengulangan + 1 Tindakan berulang-ulang, contoh : mengulangi > 4 kali per menit (tidak termasuk berjalan) Ketidakstabilan + 1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan
cepat pada postur (tidak stabil) (Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
Tabel 4. Nilai untuk Beban Kekuatan (Loads)
Pergerakan Skor Skor Perubahan
< 5 kg 0 + 1 Jika kekuatan cepat 5 - 10 kg 1
>10 kg 2
(Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
coupling. Skor C kemudian ditambahkan dengan nilai untuk aktivitas untuk menjadi nilai akhir dari REBA. Skor C dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 5. Skor A (Penilaian REBA dari Grup A)
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
(Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
Tabel 8. Level Resiko REBA
Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan
1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan
2 – 3 Kecil 1 Mungkin diperlukan
4 – 7 Sedang 2 Perlu
8 – 10 Tinggi 3 Segera
11 – 15 Sangat Tinggi 4 Sekarang juga (Sumber: McAtamney dan Hignett, 1997)
3.PEMBAHASAN
Analisis posisi tubuh dengan menggunakan metode REBA ini dilakukan pada stasiun kerja sewing pada CV X. Kegiatan yang dilakukan pada stasiun kerja ini adalah kegiatan menjahit baju. Dipilih kegiatan menjahit baju karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling penting yang dilakukan di stasiun sewing dan kegiatan ini mempunyai resiko cedera terbesar. Operator yang melakukan kegiatan menjahit pada stasiun sewing bekerja pada kursi tanpa sandaran, sehingga posisi kerja operator agak membungkuk.
Operator pada stasiun sewing melakukan proses penjahitan baju dan mempunyai target produksi tiap harinya. Untuk memenuhi taget produksi tersebut, operator di stasiun sewing melakukan proses menjahit dalam sebuah posisi dalam jangka waktu yang cukup lama. Dengan jam kerja mulai Pk 08.00-Pk 17.00 dan waktu istirahat Pk 12.00-Pk 13.00, pekerja akan berada dalam posisi menjahit dalam waktu 4 jam sebelum istirahat dan 4 jam setelah beristirahat.
Penelitian dari Emami dalam Samara (2004) menunjukkan bahwa lama duduk selama 4 jam per hari dengan sikap membungkuk merupakan faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah. Penelitian dari Pheasant, juga dalam Samara (2004) menunjukkan bahwa sekitar 39,7 - 60% orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah akibat duduk lama. Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa sakit atau nyeri pada punggung bagian bawah (Kroemer, 2001). Low back pain sangat rentan terjadi pada pekerja yang bekerja dalam posisi duduk yang tidak baik dengan waktu yang cukup lama, sehingga beban untuk menopang tubuh yang tidak bersandar dibebankan pada bagian tulang punggung.
Posisi kerja statis yaitu menjahit dalam posisi duduk pada kursi pada sandaran menimbulkan keluhan pada operator. Beberapa operator yang diwawancara menyatakan merasa pinggang dan punggung pegal-pegal karena posisi duduk yang membungkuk saat menjahit. Nyeri pinggang dan punggung pegal-pegal pada pekerja jika dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan operator.
Gambar 2. Posisi Kerja Awal Operator
Tabel 9. Skor A REBA
No Anggota tubuh Kondisi anggota tubuh Nilai
1 Batang tubuh (trunk) Posisi 20-600 3
2 Leher (neck) Posisi 0-200 2
3 Kaki (legs) Posisi Normal dan Lutut Menekuk >600 3
Nilai dari Tabel A 6
4 Berat (loads) <5 kg 0
Skor A (Nilai dari Tabel A + Berat) 6
Tabel 10. Skor B REBA
No Anggota tubuh Kondisi anggota tubuh Nilai
1 Lengan atas Posisi 0-200 1 2 Lengan bawah Posisi 60-1000 1
3 Pergelangan bawah Posisi 0-150 1
Nilai dari Tabel B 1
4 Coupling Sedang 1
Skor B (Nilai dari Tabel B + Coupling) 2
Setelah mendapat skor A dan skor B, langkah selanjutnya adalah menentukan skor C. Penentuan skor C berdasarkan Tabel 7. Skor C akan dijumlahkan dengan nilai aktifitas dan menghasilkan skor akhir REBA. Dari skor A (6) dan skor B (2) diperoleh skor C sebesar 6. Dengan penambahan nilai aktifitas +1 karena postur statik, maka nilai REBA yang diperoleh untuk kondisi awal adalah 7.
Perbaikan yang dilakukan untuk memperbaiki posisi kerja adalah dengan membuat kursi usulan yang memilki sandaran. Kursi dibuat dengan memperhatikan antropometri dan postur tubuh pekerja. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh kursi usulan ini yaitu:
1. Memiliki bantalan dari busa yang dilapisi kulit sintetis untuk peristirahatan punggung pekerja. Bahan yang digunakan terbuat dari busa agar pekerja dapat bersandar dengan nyaman. Kulit yang melapisi busa tersebut juga berfungsi agar punggung dari pekerja tidak berkeringat.
2. Memiliki bantalan untuk duduka n yang terbuat dari busa yang dilapisi kulit sintetis, dimana menghindarkan cepatnya pegal karena operator duduk terus-menerus selama bekerja.
3. Memiliki lebar sandaran yang disesuaikan dengan bahu operator terbesar, sehingga jika operator memiliki tubuh yang besar tetap dapat nyaman jika ingin beristirahat. 4. Lebar sandaran kursi yang sangat lebar, sehingga bahu operator tidak ada yang
melebihi lebar sandaran kursi.
Setelah menggunakan kursi usulan, posisi kerja operator juga berubah. Perubahan ini juga menyebabkan nilai REBA berubah. Pada sistem usulan, perhitungan REBA dengan posisi duduk akan menghasilkan skor akhir dengan tingkatan resiko yang akan diterima oleh pekerja lebih rendah, sehingga pekerja akan lebih nyaman dan tanpa adanya keluhan. Untuk melakukan penilaian score pada usulan dari sistem yang telah dirancang, berikut ini adalah perhitungan score grup A pada sistem kerja usulan beserta penjelasan sudut – sudut kerja dari pekerja berdasarkan interpretasi dari tabel REBA. Pada gambar tersebut, terdapat empat buah sudut yang diamati yaitu sudut batang tubuh/punggung, leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Perubahan sudut yang diamati berdasarkan gerakan yang memiliki intesitas paling lama dilakukan.
5.
Gambar 3. Posisi Kerja Operator Setelah Menggunakan Kursi Usulan
atas dan lengan bawah sudut terbentuk adalah antara 0 – 200, untuk pergelangan tangan adalah 0 – 150. Skor A REBA untuk sistem kerja usulan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Skor A REBA Sistem Kerja Usulan
No Anggota tubuh Kondisi anggota tubuh Nilai
1 Batang tubuh (trunk) Posisi Normal 1
2 Leher (neck) Posisi 0 – 200 2
Penilaian untuk batang tubuh (trunk), pekerja melakukan pekerjaannya dengan posisi normal karena posisi kerja menjadi posisi duduk yang lebih nyaman sehingga batang tubuh tidak mengalami perubahan sudut. Penilaian untuk leher (neck), pekerja melakukan pekerjaannya dengan posisi leher menunduk 0-200 dengan nilai 1. Penilaian untuk kaki (legs), pekerja melakukan pekerjaanya dengan posisi kaki yang menekuk sehingga nilai yang diperoleh sebesar 2. Penilaian untuk berat (loads), berat yang diterima oleh pekerja <5 Kg sehingga nilai yang didapat sebesar 0. Total penilaian pada perhitungan REBA grup A ini adalah sebesar 2. Setelah melakukan perhitungan REBA grup A, maka akan dilakukan perhitungan REBA grup B.
Perhitungan grup B didapat dari total pergerakan anggota tubuh yang terdiri dari postur tubuh kanan serta kiri dan lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist) dengan total kopling. Tabel 12 menunjukkan rekapitulasi perhitungan grup B pada sistem kerja usulan.
Tabel 12. Skor B REBA Sistem Kerja Usulan
No Anggota tubuh Kondisi anggota tubuh Nilai
1 Lengan atas Posisi 0 – 200 1
Dengan penambahan nilai aktifitas +1 karena postur statik, maka nilai REBA yang diperoleh setelah penerapan sistem kerja usulan, yaitu dengan menggunakan kursi usulan adalah 2. Nilai ini menunjukkan bahwa resiko berada pada level rendah dan tindakan penanganan mungkin diperlukan.
4.KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KROEMER, K.H.E., 2001, Ergonomics : How to Design for Ease and Efficiency,2nd ed.,Prentice-Hall, Inc.
MCKEOWN, CELINE, 2008, Office Ergonomics : practical applications, CRC Press
MCATAMNEY, LYNN AND HIGNETT, SUE, 1997, Rapid entire body assessment (REBA); Applied Ergonomics.
SAMARA, DIAN, 2001, Lama dan sikap duduk sebagai faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah, J Kedokter Trisakti April-Juni 2004, Vol.23 No.2