• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Penggunaan Gula Pasir dan Madu Terhadap Kadar Glukosa Darah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Penggunaan Gula Pasir dan Madu Terhadap Kadar Glukosa Darah."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha iv

ABSTRAK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN GULA PASIR DAN MADU TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

Christine Herlina, 2016

Pembimbing 1 : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing 2 : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan hiperglikemia yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Gula pasir banyak dikonsumsi sebagai pemanis oleh masyarakat Indonesia. Kandungan sukrosa yang banyak terdapat dalam gula pasir dibandingkan madu dapat menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah dengan sangat cepat dan tidak baik bagi kesehatan bila dikonsumsi secara berlebihan. Madu dapat digunakan sebagai pemanis alternatif yang tidak meningkatkan kadar glukosa darah secara cepat dibandingkan dengan gula pasir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kenaikan kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi madu lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi gula pasir.

Rerata kenaikan kadar glukosa darah 60 menit post prandial pada orang yang mengonsumsi madu adalah 51,967 mg/dL berbeda sangat signifikan dengan setelah mengonsumsi gula pasir sebesar 58,100 mg/dL dengan p<0,01.

Kenaikan kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi madu lebih rendah dibandingkan dengan yang mengonsumsi gula pasir.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE COMPARISON OF USING CRYSTAL SUGAR AND HONEY TOWARDS THE BLOOD GLUCOSE LEVEL

Christine Herlina, 2016

1st Tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M.Kes.

2nd Tutor : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

Diabetes Melitus (DM) is a metabolic disease characterized by hyperglycemia due to reduced production of insulin or used ineffectively. Crystal sugar as a sweetener widely consumed by Indonesian people. The amount of sucrose contained in crystal sugar is higher than in honey so it could increase blood glucose rapidly and unhealthy if consumed excessively. Honey would be an alternative which slightly increased blood glucose level. The purpose of this experiment is to investigate whether the increase blood glucose level of those who consume honey is lower than consuming crystal sugar.

A quasi experimental design was carried out with thirty young adult participants. The blood glucose level of each participants using a venous blood was measured during fasting and 60 minutes postprandial. Statistical analysis using unpaired“t”test with α=5%.

The average result of the increase blood glucose level at 60 minutes post prandial for participants who consumed honey is 51,967 mg/dL. This showed a highly significant difference compared to the participants who consumed crystal sugar with their blood glucose level 60 minutes is 58,100 mg/dL with p<0,01. In conclusion, the increase blood glucose level who consumption of honey is lower than consumption of crystal sugar.

(3)

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbohidrat ... 6

2.1.1 Definisi Karbohidrat ... 6

2.1.2 Klasifikasi Karbohidrat ... 7

2.1.2.1 Monosakarida ... 7

2.1.2.2 Disakarida ... 8

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Fungsi Karbohidrat ... 10

2.1.4 Pencernaan Karbohidrat ... 11

2.1.5 Metabolisme Karbohidrat ... 12

2.2 Glukosa ... 12

2.2.1 Glukosa Darah ... 12

2.2.2 Metabolisme Karbohidrat Berpusat Pada Penyediaan dan Nasib Glukosa ... 13

2.2.3 Glukosa Darah Berasal Dari Makanan, Glukoneogenesis, Glikolisis 14 2.2.4 Mekanisme Metabolik dan Hormonal Mengatur Kadar Glukosa Darah ... 14

2.2.5 Insulin Berperan Sentral Dalam Mengatur Glukosa Darah ... 15

2.2.6 Hormon Lain yang Memengaruhi Glukosa Darah ... 16

2.2.7 Regulasi Glukosa Darah... 17

2.3 Produk Gula ... 18

2.3.1 Jenis Produk Gula ... 18

2.3.1.1 Gula Alami ... 18

2.3.1.2 Gula Buatan ... 20

2.3.2 Gula Pasir ... 21

2.3.3 Cara Pembuatan Gula Pasir... 24

2.3.4 Gula Pasir dan Kesehatan ... 24

2.5 Penggunaan Gula Pasir dan Madu Pada Penderita Diabetes Melitus ... 33

2.6 Darah Vena dan Darah Kapiler ... 33

2.7 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah ... 35

(5)

Universitas Kristen Maranatha viii

2.7.2 Roche C-311 ... 36

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 38

3.3.3.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 40

3.3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.3.4 Ukuran Sampel Penelitian ... 41

3.4 Prosedur Kerja ... 41

3.4.1 Cara Pengambilan Sampel Darah Vena ... 42

3.4.2 Cara Pemeriksaan ... 43

3.4.3 Roche C-311 ... 44

3.5 Metode Analisis ... 44

3.6Aspek Etika Penelitian ... 45

3.7Uji Pendahuluan ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.2 Pembahasan Penelitian ... 47

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 49

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN ... 54 RIWAYAT HIDUP ... 62

(7)

Universitas Kristen Maranatha x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pengangkutan Glukosa yang Utama ... 15

2.2 Komposisi Zat Gizi per 100 gram Gula Pasir ... 23

2.3 Hasil Uji Madu Perhutani ... 26

2.4 Kandungan Rerata Gizi Madu Murni Perhutani ... 27

2.5 Komposisi Nutrisi per 100 gram Madu ... 30

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gula Pasir ... 22

2.2 Struktur Kimia Fruktosa, Glukosa, dan Sukrosa ... 22

2.3 Madu Perhutani Bunga Liar ... 26

(9)

Universitas Kristen Maranatha xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 54

2 Informed Consent ... 55

3 Data Hasil Penelitian ... 56

4 Analisis Statistik ... 58

5 Perhitungan Bahan Uji ... 59

6 Uji Pendahuluan ... 60

(10)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan keadaan

hiperglikemia yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin atau tidak

dapat menggunakan insulin secara efektif. Diabetes Melitus terdiri dari

dua tipe (tipe satu dan tipe dua) dan 80% prevalensi diabetes melitus adalah

DM tipe dua. Angka kejadian DM terus meningkat di dunia. Estimasi terakhir

International Diabetes Federation (IDF) terdapat 382 juta orang yang hidup

dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035, jumlah tersebut

diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, jumlah penderita DM

di Indonesia pada penduduk ≥15 tahun adalah sekitar 12 juta penduduk

(DepKes, 2014).

Tingginya angka kejadian DM yang terus meningkat seperti sekarang ini

menyebabkan perlunya informasi yang tepat mengenai pemanis yang banyak

dikonsumsi oleh masyarakat, salah satunya adalah gula pasir dari hasil

kristalisasi gula tebu. Gula pasir banyak digunakan secara luas sebagai

pemanis dalam makanan maupun minuman. Gula pasir merupakan karbohidrat

sederhana yang mengandung jenis gula disakarida yaitu sukrosa. Gula pasir

memang tidak menimbulkan efek yang toksik pada orang yang

mengonsumsinya, tetapi dapat menimbulkan kenaikan glukosa darah dengan

sangat cepat dan tidak baik bila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.

Madu merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai suplemen yang

tidak meningkatkan kadar glukosa darah secara cepat dibandingkan dengan

(11)

Universitas Kristen Maranatha 2

Hasil penelitian terdahulu didapatkan madu dapat meningkatkan kadar

glukosa darah 5% lebih rendah dibandingkan gula pasir (Al-Waili, 2004).

Madu memiliki banyak kandungan zat, yaitu gula (glukosa dan fruktosa), air,

asam amino, vitamin (E dan C), mineral (kromium, tembaga, dan seng),

protein, flavonoid, antioksidan dan enzim yang menyebabkan penyerapan

madu tidak secepat gula pasir sehingga tidak meningkatkan kadar glukosa

darah dengan cepat (Bogdanov, Jurendica, Sieber, & Gallmann, 2008;

Omotayo O. Erejuwa, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai

perbandingan penggunaan madu dan gula pasir terhadap kadar glukosa darah.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kenaikan kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi

madu lebih rendah dibandingkan orang yang mengonsumsi gula pasir.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Memeriksa kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi gula pasir

dan madu dan untuk mengetahui apakah kenaikan kadar glukosa darah pada

orang yang mengonsumsi madu lebih rendah dibandingkan orang yang

mengonsumsi gula pasir.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

 Manfaat akademik

Menambah wawasan di bidang gizi klinik mengenai pemanis (madu)

(12)

Universitas Kristen Maranatha  Manfaat praktis

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengonsumsi

minuman rendah glukosa (madu) dalam mengurangi terjadinya penyakit

yang berhubungan dengan kadar glukosa darah tinggi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Gula pasir dan madu masing-masing memiliki karbohidrat dengan

konsentrasi berbeda. Gula pasir memiliki kandungan 99% sukrosa yang

terbuat dari gula tebu atau gula bit dan di dalam gula pasir tidak terdapat

kandungan lain seperti yang terdapat dalam madu sehingga dapat

meningkatkan kadar glukosa darah dengan sangat cepat dibandingkan

dengan madu dan tidak baik bila dikonsumsi secara berlebih.

Pada metabolismenya di dalam tubuh, sukrosa akan dipecah menjadi

glukosa dan fruktosa. Metabolisme glukosa akan menstimulasi pelepasan

insulin sedangkan metabolisme fruktosa tidak menstimulasi pelepasan

insulin dan metabolismenya akan dipercepat dengan adanya glukosa.

Fruktosa lebih banyak diubah menjadi trigliserida. Konsumsi fruktosa

secara berlebihan (>85gram fruktosa) dapat menyebabkan terjadinya

hipertrigliseridemia, meningkatkan risiko terjadinya resistensi insulin dan

pembentukan asam urat dari hasil metabolisme fruktosa

(A, Wailissa, S, R, & Batama, 2014).

Madu memiliki banyak kandungan zat, yaitu gula, air, asam amino,

vitamin, mineral dan enzim yang menyebabkan penyerapan madu tidak

secepat gula pasir sehingga tidak meningkatkan kadar glukosa darah dengan

cepat (White, 1979). Kandungan oligosakarida dalam madu seperti

(13)

Universitas Kristen Maranatha 4

(isomaltulosa) yang dapat menunda pengosongan lambung, memperlambat

pencernaan dan menunda penyerapan glukosa di dalam usus sehingga tidak

meningkatkan kadar glukosa darah dengan cepat dan merangsang sedikit

pengeluaran insulin (Chow, 2002; Ezz El-Arab AM, 2006).

Mineral yang banyak terdapat dalam madu adalah kromium, tembaga,

dan seng. Kromium dalam madu dapat mengurangi kenaikan kadar glukosa

darah dengan cepat, memeliharaan kadar glukosa darah tetap normal dan

sekresi insulin dari pankreas. Tembaga dan seng dapat meningkatkan

sensitivitas insulin sehingga dapat meningkatkan metabolisme glukosa

(Sampath Kumar KP, 2010; Rashed MN, 2004; Lachman J, 2007;

I M. Oka Adi Parwata, 2010).

Vitamin E dalam madu dapat mencegah kerusakan pankreas dan hati

akibat stress oksidatif. Kandungan vitamin C dalam madu yang dikombinasi

dengan penggunaan metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih

rendah dibandingkan dengan yang hanya mengonsumsi metformin

(Omotayo O. Erejuwa S. A., 2012).

Kandungan flavonoid dalam madu dapat meningkatkan kontrol glukosa

darah dalam tubuh agar kadar glukosa darah dalam batas normal,

mengurangi risiko resistensi insulin dan peningkatan regulasi glukosa darah.

Beta karoten merupakan salah satu antioksidan dalam madu yang dapat

melindungi pankreas dari stress oksidatif (Olaitan PB, 2007;

Tahereh Eteraf-Oskouei, 2013). Madu mengandung protein yang berperan

dalam memperlama penyerapan madu sehingga tidak meningkatkan kadar

glukosa darah dengan cepat (Won S-R, 2009).

Konsumsi fruktosa dalam jumlah sedikit seperti yang terdapat dalam

madu mempunyai efek positif yaitu menurunkan glukosa darah melalui

peningkatan uptake glukosa oleh hati, stimulasi enzim heksokinase serta

peningkatan konsentrasi insulin. Fruktosa dalam madu dapat meningkatkan

fosforilasi glukosa hati melalui aktivasi glukokinase, sintesis glikogen hati,

dan meningkatkan glukosa-6-fosfat hati yang akan memengaruhi kontrol

(14)

Universitas Kristen Maranatha

Fruktosa dalam madu juga dapat memperpanjang pengosongan lambung

dan memperlambat laju penyerapan usus dengan terjadinya pemanjangan

durasi kontak dan interaksi antara fruktosa dan reseptor di usus sehingga

dapat mengurangi asupan makanan berlebihan yang dapat menyebabkan

terjadinya obesitas (Omotayo O. Erejuwa S. A., 2012).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Kenaikan kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi madu

(15)

Universitas Kristen Maranatha 49

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kenaikan kadar glukosa darah pada orang yang mengonsumsi madu lebih

rendah dibandingkan orang yang mengonsumsi gula pasir.

5.2 Saran

 Penelitian lebih lanjut dilakukan pada orang-orang yang menderita DM

dengan pengawasan ketat.

 Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui jumlah madu yang

aman dikonsumsi sebagai suplemen oleh penderita DM dan jumlah madu

yang aman di konsumsi sebagai suplemen dalam mengurangi terjadinya

(16)

PERBANDINGAN PENGGUNAAN

GULA PASIR DAN MADU

TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

CHRISTINE HERLINA

1310222

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat, kasih, dan

karunia-Nya yang begitu besar sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “Perbandingan Penggunaan Gula Pasir dan Madu Terhadap Kadar

Glukosa Darah” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk

mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Bandung. Penulis menyadari bahwa terlaksananya Karya Tulis Ilmiah ini berkat

bimbingan dan pengarahan serta sumbangan pikiran yang sangat berharga dari

semua pihak. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih diberikan kepada:

1. Adrian Suhendra, dr., SpPK., M.Kes. sebagai dosen pembimbing utama

atas waktu, tenaga, pikiran, dan nasihat yang diberikan dari awal hingga

akhir proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Triswaty Winata, dr., M.kes sebagai dosen pembimbing kedua atas waktu,

tenaga, pikiran, dan nasihat yang diberikan dari awal hingga akhir proses

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Keluarga penulis Hermawan Thendar, Liana Hidajat, Elizabeth Herlina,

Yoshua Thendar atas doa, dorongan, dukungan moril, maupun materiil

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Adriel Anggaputra atas doa, dukungan, dan kontribusinya yang diberikan

sejak awal hingga akhir proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Teman-teman penulis yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi

subjek penelitian.

6. Sahabat-sahabat penulis: Aristia Ayu, Shinta Koastin, Nomi Irene, dan

Brigita yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan dukungan.

7. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan tidak

(18)

Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, dunia pendidikan,

kesehatan, dan masyarakat.

Bandung, Oktober 2016

(19)

Universitas Kristen Maranatha

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdulwahid Ajibola, J. P. 2012. Nutraceutical values of natural honey and its contribution to human health and wealth. Nutr Metab (Lond) , 9, 61.

A, C. R., Wailissa, A. A., S, M. F., R, R. I., & Batama, S. 2014, maret. Retrieved

from ACADEMIA:

Http://Www.Academia.Edu/6544562/MAKALAH_FOOD_ADDITIVE

Al-Waili, N. S. 2004. Effects of Daily Consumption of Honey Solution on Hematological Indices and Blood Levels of Minerals and Enzymes in Normal Individuals. liebertpub , 6 (2), 135-140.

Al-Waili NS, H. A. 2004. Effect of honey on antibody production against thymus-dependent and thymus-inthymus-dependent antigens in primary and secondary immune responses. J Med Food. , 7, 491-494.

Bansal V, M. B. 2005. Honey -A remedy rediscovered and its therapeutic utility.

Kathmandu Univ Med J. 2005;3:305–309.

Behera, S., Ghanty, S., Ahmad, F., Santra, S., & Banerjee, S. 2012. UV-Visible Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of Paracetamol Tablet Formulation. J Anal Bioanal Techniques , 3 (6).

Bender, D. A., & Mayes, P. A. 2014. Glukoneogenesis dan Kontrol Glukosa

Darah. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia Harper (Vol. 29). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bender, D. A., & Mayes, P. A. 2014. Karbohidrat yang Penting Secara

Fisiologis. In R.K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia Harper (Vol. 29). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bender, D. A., & Mayes, P. A. 2014. Tinjauan Umum Metabolisme dan

Penyediaan Bahan Bakar Metabolik. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia Harper (Vol. 29). Jakarta: Penerbitan Buku

Kedokteran EGC.

Binus. 2013. Retrieved from Library Binus:

(20)

Universitas Kristen Maranatha

Boyd, R., Leigh, B., & Stuart, P. 2003. Capillary versus venous bedside blood glucose estimations. Emerg Med J , 22 (3), 177-179.

Bogdanov, S., Jurendica, T., Sieber, R., & Gallmann, P. 2008. Honey for Nutrition and Health. Taylor & Prancis Online , 27 (6), 677-689.

Brad S. Karon, M. P., Gunjan Y. Gandhi, M., Gregory A. Nuttall, M., Sandra C. Bryant, M., Hartzell V. Schaff, M., M. Molly McMahon, M., et al. (2007). Accuracy of Roche Accu-Chek Inform Whole Blood Capillary, Arterial, and Venous Glucose Values in Patients Receiving Intensive Intravenous Insulin Therapy After Cardiac Surgery. Am J Clin Pathol , 127 (6), 919-926.

Busserolles J, G. E. 2002. Substituting honey for refined carbohydrates protects rats from hypertriglyceridemic and prooxidative effects of fructose. J Nutr

, 132, 3379-3382.

Chow, J. 2002. Probiotics and prebiotics: a brief overview. J Ren Nutr , 76-86.

DepKes. 2014. Kementrian Kesehatan RI. Retrieved from www.depkes.go.id/folder/.../structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html

Ezz El-Arab AM, G. S.-K. 2006. Effect of dietary honey on intestinal microflora and toxicity of mycotoxins in mice. BMC Complement Altern Med , 6, 1-13.

Gelfand, J. L. (2011, Agustus 29). Retrieved from WebMD: http://www.webmd.com/food-recipes/features/health-effects-of-sugar#3

Hutagalung, H. 2013. Library USU. Retrieved from

http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-halomoan.pdf

I M. Oka Adi Parwata, K. R. 2010. Aktivitas Antiradikal Bebas Serta Kadar Beta Karoten Pada Madu Randu (Ceiba Pentandra) Dan Madu Kelengkeng (Nephelium Longata L.). Jurnal Kimia , 4, 54-62.

Jagdish T, J. I. 2004. Quantification of saccharides in multiple floral honeys using fourier transform infrared microattenuated total reflectance spectroscopy. J

(21)

Universitas Kristen Maranatha

52

K. Ratnayani, N. M. 2008. Penentuan Kadar Glukosa Dan Fruktosa Pada Madu Randu Dan Madu Kelengkeng Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia 2 , 2, 77-86.

Lachman J, K. D. 2007. Analysis of minority honey components: Possible use for the evaluation of honey quality. Food Chem , 101, 973-979.

Moundoi MA, P.-Z. O. 2001. Antimicrobial activity of honey against food pathogens and food spoilage microorganisms. NYSAES , 1, 61-71.

Mufti T, D. R. (2015). Prosiding Pendidikan Dokter. Retrieved from file:///D:/My%20Documents/Downloads/1213-4160-1-PB%20(2).pdf

NS, A.-W. 2004. Natural honey lowers plasma glucose, c-reactive protein, homocysteine, and blood lipids in healthy, diabetic, and hyperlipidemic subjects: comparison with dextrose and sucrose. J Med Food , 7, 100-107.

Olaitan PB, A. E. 2007. Honey: a reservoir for microorganisms and an inhibitory agent for microbes. Afr Health Sci , 7, 159-165.

Omotayo O. Erejuwa, S. A. 2012. Honey - A Novel Antidiabetic Agent. Int J Biol

Sci , 8, 913-934.

Omotayo O. Erejuwa, S. A. (2012). Fructose Might Contribute to the Hypoglycemic Effect of Honey. Molecules , 17, 1900-1915.

Perhutani, P. 2014. Madu Perhutani. Retrieved from Perhutani: http://bumn.go.id/perhutani/halaman/151

PERKENI. (2011). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus

Tipe2 di Indonesia. Jakarta.

Prahastuti, S. 2011. Konsumsi Fruktosa Berlebihan dapat Berdampak Buruk bagi Kesehatan Manusia. JKM , 10, 173-189.

Rashed MN, S. M. 2004. Major and trace elements in different types of Egyptian mono-floral and non-floral bee honeys. J Food Compos Anal , 17, 725-735.

Sacher, R. A., & McPherson, R. A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan

(22)

Universitas Kristen Maranatha

Sacks, D. (1999). Carbohydrates (Tietz Textbook of Clinical Chemistry ed., Vol. 3). Philadelphia.

Salma. 2011, Maret 13. Retrieved from Majalah Kesehatan: http://majalahkesehatan.com/indeks-glikemik-arti-dan-manfaatnya/

Sampath Kumar KP, B. D. 2010. Medicinal uses and health benefits of Honey: An overview. J Chem Pharm Res , 2, 385-395.

Sanz ML, P. N. 2005. In vitro investigation into the potential prebiotic activity of honey oligosaccharides. J Agric Food Chem , 53, 2914-2921.

Smith, M. W. (2014, Juli 31). Retrieved from WebMD: http://www.webmd.com/diet/stevia-sugar-substitutes#1

Stahl M, B. I. (2000). Quality assessment of blood glucose testing in general

practitioners’ offices improves quality (Vol. 43). Clin Chem.

Sulardjo, & Santoso, A. 2012, Desember. Retrieved from Portal Garuda: http://download.portalgaruda.org/article.php?Article=253164&Val=6820& Title=PENGARUH%20KONSENTRASI%20GULA%20PASIR%20TER HADAP%20KUALITAS%20JELLI%20BUAH%20RAMBUTAN

Sularjo. 2010, Desember. Retrieved from Portal Garuda: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=253264&val=6820&t itle=PENGARUH%20PERBANDINGAN%20GULA%20PASIR%20DA N%20DAGING%20BUAH%20TERHADAP%20KUALITAS%20PERM EN%20 PEPAYA

Tahereh Eteraf-Oskouei, M. N. 2013. Traditional and Modern Uses of Natural Honey in Human Diseases: A Review. Iran J Basic Med Sci , 6, 731-742.

White, J. 1979. Composition of Honey. In E. Crane (Ed.). London: Heinemann.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                       Halaman

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai unsur kelembagaan yang berfungsi membentuk sumber daya manusia yang memiliki keahlian, kepakaran, dan kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, perguruan

Nilai tersebut adalah nilai luminansi relatif pada suatu elemen langit (Lrcl) yang dihitung sebagai rasio terhadap luminansi zenit dari ketinggian matahari ( γ s), ketinggian

Beberapa hal yang harus dilakukan ialah pertama menggunakan metode yang tepat seperti Affirmation and repetition dan PAIKEM, kedua memanfaatkan waktu tunggu yang begitu

Jumlah pin pada papan elelktronika Arduino Mega paling banyak dari semua jenis papan elektronik Arduino lainnya, pada i Arduino Mega n memiliki 54 9 buah digital i pin

Untuk melihat perbedaan konsumsi bahan kering antar perlakuan, maka dilakukan pengujian dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) (Lampiran 11), ternyata jagung memiliki

Results obtained in the form ETABS data analysis using Microsoft Excel calculation output in an attachment that can be used as a parameter in the

Elemen Good Corporate Governance terhadap Pengungkapan Islamoic Social Reporting pada perbankan syariah di Indonesia Dependen : Pengungkapan Islamic Social Reporting

Berdasarkan analisa Graph Coloring dan pewarnaan sisi pada kasus penjadwalan Program Studi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang memiliki