S
alah satu dari perubahan pemikiran yang besar di bidang bisnis dalam dekade terakhir ini adalah penekanan pada mencarian strategi yang tepat yang akan menghasilkan nilai superior di pandangan konsumen. Untuk itu penghargaan yang tinggi harus diberikan pada Michael Porter, seorang profesor dari Harvard Business School, yang melalui riset dan tulisannya telah memperingatkan para manajer dan strategist pada pentingnya relativitas kompetitif (competitive relativities) dalam mencapai sukses di pasar. Salah satu konsepnya secara khusus telah mendapatkan perhatian yang besar dan di kalangan yang luas yaitu mengenai ‘the value chain’ yang dijelaskan sebagai berikut :“Competitive advantage cannot be understood by looking at a firm as a whole. It stems from the many discrete activities a firm performs in designing, producing, marketing, delivering and supporting its product. Each of these activities can contribute to a firm’s relative cost position and create a basis fordifferentiation… The value chain disagregates a firm into its strategically relevant activities in order to understand the behaviour of costs and the existing and potential sources of differentiation. A firm gain competitive advantage by performing these strategically important activities more cheaply or bettter than its competitors” (M.Porter)
Aktivitas value chain dapat dikategorisasikan menjadi dua tipe, primary activities (inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing and sales and services) dan support activies (infrastructure, human resource management, technology development and procurement). Aktivitas ini dilukiskan seperti dalam terkait. Perlu dicermati bahwa disini jelas-jelas logistics activities masuk dalam primary activities dan bukan support activities seperti yang masih diyakini oleh beberapa manajer sedangkan procurement masuk dalam supporting activities. Support activities adalah fungsi-fungsi terintegratif yang berlangsung di setiap primary activities di dalam perusahaan. Competitive advantage dihasilkan dari cara suatu perusahaan mengorganisir dan melaksanakan fungsi yang tersembunyi ini dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan competitive advantage yang lebih unggul dari kompetitornya suatu perusahaan harus menghasilkan nilai tertentu kepada para konsumennya dengan cara menghasilkan kinerja yang lebih efisien dan lebih unik dibandingkan dengan kompetitornya. Dalam hal ini logistics management dapat membantu banyak baik dalam menciptakan value advantage maupun dalam cost atau productivity advantage. Beberapa contoh yang dapat disumbangkan oleh logistik adalah sebagai berikut:
Keunggulan Kompetitif via Logistik
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
EKOJI
999
Nomor 392, 5 Oktober 2013
Dalam value advantage
Tailored services
Reliability
Responsiveness
After sales service
dsb
Dalam productivity advantage
Capacity utilization
Asset turn over
Partnership
Co-makership
Schedule integration
dsb
Dalam gambar di atas terlihat bahwa fungsi logistik dapat membantu banyak untuk meningkatkan baik value advantage maupun productivity advantage. Contoh yang diberikan memang hanya beberapa saja. Yang sangat penting harus diperhatikan adalah bahwa layanan akan sangat menentukan dalam membedakan antara perusahaan yang satu dan perusahaan yang lain. Dan jenis layanan ini (value advantage) hampir tidak terbatas jenisnya, dari yang memakan biaya sampai yang mungkin sama sekali tidak membutuhkan biaya atau hanya membutuhkan biaya yang relatif sangat kedil.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa
perusahaan yang berhasil menjadi market
leader adalah perusahaan yang mengusahakan d a n b e r h a s i l m e n c a p a i d u a p u n c a k
kesempurnaan yaitu menjadi kedudukan cost
leadership dan service leadership. Di atas
dijelaskan secara singkat mengenai value chain.
Karena konsep ini penting, maka ada baiknya dibawah ini disinggung lagi secara lebih lanjut.
Analisis value chain sangat berguna untuk
mengidentifikasikan kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness) perusahaan. Analisis value
chain ini mengasumsikan bahwa tujuan ekonomis dasar dari setiap perusahaan ialah menciptakan
nilai (value) yang diukur dengan pendapatan total
perusahaan. Dalam analisis value chain, manajer
mendalam kemampuan perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, analisis value chain adalah
alat yang cukup baik untuk analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat).
‘Jadi yang disebut analisis value chain ialah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dengan asumsi bahwa tujuan ekonomis dasar dari setiap perusahaan ialah menciptakan nilai. Analisis ini dilakukan dengan membagi kegiatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan yang mencipatkan nilai tambah dan setiap kegiatan-kegiatan tersebut dianalisis kekuatan maupun kelemahannya’
Dalam hubungan dengan supply chain, analisis kelemahan dan kekuatan perusahaan ini dilakukan
dalam rangka mencoba meningkatkan efisiensi di dalam perusahaan sendiri (tahap awal dari supply
chain management). Aktivitas nilai (value activities) perusahaan, seperti telah disinggung di atas
dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu primary activities dan support activities.
Primary activities
Aktivitas ini adalah aktivitas yang menyumbang dalam hal penciptaan fisik barang hasil produksi, penjualan dan pendistribusiannya kepada pembeli, dan juga layanan purna jual
Support activities
Sedangkan aktivitas ini adalah aktivitas yang membantu primary activities dan membantu satu
sama lain
Primary activities
Lima kategori yang masuk dalam aktivitas ini ialah logistik masuk (inbound logistics), operasi
(operations), logistik keluar (outbound logistics), marketing dan penjualan (marketing and sales)
dan layanan pelanggan (customer service). Dalam melakukan analisis value chain, ke lima aktivitas
ini dapat ditelusuri lebih lanjut misalnya sebagai berikut ini.
Inbound Logistics
5 Apakah sistem pengendalian material dan persediaan sudah baik ?
5 Apakah aktivitas pergudangan untuk bahan baku sudah efisien ?
Operations
5 Produktivitas penggunaan perlengkapan dibandingkan dengan para kompetitor
5 Kecocokan otomatisasi untuk proses produksi
5 Efektivitas sistem pengendalian produksi untuk meningkatkan mutu dan biaya
5 Efisiensi dan tata-letak pabrik dan desain arus barang
Outbound Logistics
5 Efisiensi arus barang jadi ke pelanggan
5 Efisiensi kegiatan pergudangan barang jadi
Marketing and Sales
5 Efektivitas riset pasar mengenai kebutuhan dan segmentasi pelanggan
5 Inovasi dalam promosi dan advertensi
5 Evaluasi alternatif saluran distribusi
5 Pengembangan kesan (image) mutu barang
5 Pengembangan kesetiaan merk (brand loyalty) dari para pelanggan
Customer Service
5 Cara-cara untuk menampung masukan pelanggan untuk perbaikan mutu barang
5 Kemampuan memberikan tanggapan atas keluhan pelanggan
5 Kebijakan pemberian jaminan (warranty dan guarantee)
5 Kemampuan untuk memberikan layanan penggantian suku cadang dan reparasi
Support activities
5 Ada 4 aktivitas yang termasuk disini ialah manajemen sumber daya manusia (human resource
management), pengembangan teknologi (technology development), pengadaan atau pembelian (procurement) dan infrastruktur perusahaan (firm infrastructure), yang secara lebih terinci misalnya dapat dikembangkan sebagai berikut ini.
Human Resource Development
5 Efektivitas dari prosedur rekruting, pelatihan, pengembangan karier untuk semua karyawan
5 Kelayakan sistem remunerasi, penghargaan dan sanksi untuk memberikan motivasi dan
merangsang karyawan
5 Pemiliharaan lingkungan kerja yang meminimalkan absensi dan perputaran (turnover) para
karyawan
5 Hubungan dengan serikat buruh
5 Keaktifan para manajer dan teknisi dalam partisipasinya dalam organisasi profesi
5 Tingkat kepuasan kerja dan motivasi para karyawan
Technology Development
5 Keberhasilan aktivitas riset dan pengembangan dalam inovasi produk dan prosses
5 Kualitas hubungan kerja antara karyawan di bagian R & D (research and development) dan
bagian lain
5 Ketepatan waktu dalam aktivitas riset dan pengembangan yang dijanjikan
5 Mutu laboratorium dan fasilitas lainnya
5 Kualifikasi dan pengalaman para teknisi dan scientist laboratorium
5 Kemampuan lingkungan kerja untuk mendorong inovasi dan kreativitas
Procurement
5 Pengembangan alternatif sumber pengadaan untuk mengurangi ketergantungan
5 Efektivitas dan efesiensi pengadaan bahan baku, bahan penolong, bahan keperluan operasi dan
sebagainya dalam arti mutu, waktu dan harga
5 Efektivitas dan efisiensi prosedur pengadaan barang
5 Pengembangan kriteria pilihan antara membeli, menyewa atau sewa guna (leasing)
5 Hubungan dengan para pemasok kunci
Firm Infrastructure
5 Kemampuan untuk mengenal kesempatan baru dalam pasar atau potensi ancaman lingkungan
5 Mutu dari sistem perencanaan strategis untuk mencapai tujuan perusahaan
5 Koordinasi dan integrasi semua kegiatan yang berhubungan dengan value chain
5 Keakuratan dan ketepatan waktu informasi untuk manajemen dalam keadaan biasa dan lingkungan yang kompetitif
5 Hubungan dengan pengambil keputusan publik dan kelompok yang terkait
5 Kesan publik terhadap perusahaan
Sebagai catatan, setiap aktivitas tersebut dinilai apakah jelek (poor), biasa atau rata-rata (average)
atau baik (excellent)