• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN P (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN P (3)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

DASAR MANUSIA GANGGUAN MOBILISASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan I Mahasiswa Semester III Prodi D-IV Keperawatan

Disusun oleh:

Nur’aini Maghfuroh (P07120213028) Reza Mahrizal (P07120213033)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI

Disusun oleh:

Nur’aini Maghfuroh (P07120213028) Reza Mahrizal (P07120213033)

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal … Desember 2014

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Yustiana Olfah, APP, M.Kes ……….

(3)

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

1. Mobilisasi merupakan gerak yang beraturan, terorganisasi dan teratur.

2. Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.

3. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H., 2008; 10)

4. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter, 1994)

5. Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association) (Nanda)

B. Tujuan Mobilisasi

1. Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia 2. Untuk mencegah terjadinya trauma

3. Untuk mempertahankan tingkat kesehatan

4. Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari 5. Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

C. Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal

Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti tulang.

1. Otot ( Muskulus / Muscle )

Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.

Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.

a. Fungsi Sistem Otot 1) Pergerakan

(4)

3) Produksi panas b. Jenis-Jenis Otot

1) Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:

 Otot Rangka (Otot Lurik)

Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

 Otot Polos

Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban.

 Otot Jantung

Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.

2) Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :

 Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.

 Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus.

c. Mekanisme Kontraksi Otot

Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin.

Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.

(5)

menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.

2. Rangka (skeletal)

Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.

Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.

a. Fungsi Rangka

1) Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ.

2) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow) 3) Produksi sel darah (red marrow)

4) Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak. 5) Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak

karena adanya persendian. b. Jenis Tulang

1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:

 Tulang Rawan (kartilago)

a) Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.

b) Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.

c) Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring.

 Tulang Sejati (osteon)

Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.

2) Berdasarkan matriksnya, yaitu:

 Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.

 Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga. 3) Berdasarkan bentuknya, yaitu:

(6)

 Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.

 Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.

 Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).

 Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla. c. Organisasi Sistem Rangka

Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut. 1) Rangka Aksial

Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.

 Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial.

 Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah

 Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan lidah 1 buah

 Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah

 Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas

2) Rangka Apendikular

Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas 126 tulang.

(7)

D. Etiologi

Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).

Penyebab secara umum: 1. Kelainan postur

2. Gangguan perkembangan otot 3. Kerusakan system saraf pusat

4. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular 5. Kekakuan otot

E. Patofisiologi

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.

(8)

isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).

Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.

Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Sendi adalah hubungan di antara tulang. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga.

Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.

F. Manifestasi Klinis

1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:

a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung,

(9)

c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas

d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi) e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran

perkemihan dan batu ginjal

f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan

g. neurosensori: sensori deprivation

2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi 4. Pergerakan tidak terkoordinasi 5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )

G. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi 1. Gaya hidup

Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu. 3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas 4. Tingkat energy

(10)

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

H. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

 Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

 Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

 Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

c. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

(11)

g. Mengkaji fungsional klien

 Kategori tingkat kemampuan aktivitas

TINGKAT AKTIVITAS/ MOBILITAS

KATEGORI

0 Mampu merawat sendiri secara penuh 1 Memerlukan penggunaan alat

2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan

4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

 Rentang gerak (range of motion-ROM)

1) Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan, sedangkan Ekstensi merupakan gerak meluruskan

2) Adduksi merupakan mendekati tubuh, sedangkan Abduksi merupakan gerak menjauhi tubuh

3) Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan, sedangkan Pronasi merupakan gerak menelungkupkan tangan

4) Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea rah dalam tubuh, sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kearah luar

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan

(12)

4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang

normal melawan gravitasi dan tahanan penuh

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.

b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.

c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.

d. Pemeriksaan Laboratorium:

(13)

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajia tanggal :

Tanggal MRS :

Ruang :

Jam MRS :

No rekam medis :

Diagnosa medis :

A. PENGKAJIAN I. Identitas klien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Suku / bangsa :

Alamat :

Status perkawinan:

PENANGGUNG JAWAB PASIEN Identitas klien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan : Hubungan dengan pasien :

(14)

II. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan utama

 Riwayat penyakit sekarang

 Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat kesehatan keluarga

 Genogram III. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda-Tanda Vital:

 S, N, T, RR

 Kesadarn pasien :

 Keadaan umum : 2. Pengkajian pernapasan

3. Pengkajian sirkulasi kardiovaskular 4. Pengkajian neuro sensori/persyarafan 5. Pengkajian eliminasi /perkemihan

6. Pengkajian makanan dan cairan / pencernaaa 7. Pengkajian muskoleskeletal dan integument 8. Pengkajian system endokrin

9. Pengkajian hygiene dan kebiasaan 10. Pengkajian psikososial

11. Pengkajian spiritual 12. Terapi obat

13. Pemeriksaan penunjang

 CT-Scan, Rontgen, Laboratorium,

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori presepsi 2. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

(15)

Daftar Pustaka

Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tabulasi silang, banyaknya responden dengan rasio biaya pada Kelas 1 dan hanya menggunakan satu tenaga kerja (pemilik lahan) adalah sebesar 19,5

Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke

Setelah Bujang Munang selesai menuturkan kisah terjadinya luka pada kepalanya, Darah Muning semakin yakin bahwa yang dikawini ini adalah putra kandungnya

Memahami prosedur survey penentuan kebutuhan data § Prosedur survey untuk menentukan kebutuhan dapat dijelaskan sesuai jenis pekerjaan yang akan dilakukan § Prosedur operasi fungsi

Demikianlah proposal ini kami susun dan kami sangat mengharapkan bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak, demi terlaksananya kegiatan DIKLAT DAN PELATIHAN PALANG

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2OO5 Nomor 137, Tambahan kmbaran Negara Republik. (ndonesia

Sampel diambil sebanyak 5 kali dalam jangka waktu penyimpanan 28 hari setelah segel kemasan terbuka dan dilakukan penusukan pertama, sebelum dimasukkan kedalam