• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA INDONESIA NORWEGIA TERKAIT ISU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KERJASAMA INDONESIA NORWEGIA TERKAIT ISU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KERJASAMA INDONESIA – NORWEGIA TERKAIT ISU PEMANASAN GLOBAL MELALUI PROGRAM REDD+ TAHUN 2015 – 2016

Oleh : Tueman Jhon

International Relations

University of Science and Technology Jayapura

INTI SARI

Perubahan iklim merupakan permasalahan lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Terjadinya perubahan iklim disebabkan oleh naiknya suhu rata – rata permukaan bumi oleh karena terjadinya kerusakan lingkungan seperti penggunaan bahan bakar dan kerusakan hutan yang berlebihan. Dampak dari perubahan iklim membuat negara – negara di dunia wajib bertanggung jawab untuk meminimalisir dan menjaga masa depan dunia dari rusaknya iklim. Kerjasama Indonesia – Norwegia dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melakukan kegiatan mitigasi perubahan iklim melalui skema REDD+ sebagai alternatif yang menawarkan konsep baru, kerjasama kedua negara dilakukan melalui upaya konservasi hutan dengan adanya insentif ekonomi atas besarnya karbon yang mampu dijaga sejalan dengan lestarinya suatu kawasan hutan atau lahan gambut. Kesepakatan kerjasama inipun disepakati melalui Surat Peryataan Kehendak dengan harapan dari dilaksanakannya kerjasama kedua negara, iklim bumi dapat terjaga dan tidak sampai pada level yang membahayakan bumi. Argument utama dari penulisan ini bahwa REDD+ menjadi salah satu instrument penyelesaian permasalahan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang menghasilkan pemanasan global.

(2)

PENDAHULAUAN

Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih-guna-lahan dan kehutanan. Kegiatan tersebut merupakan sumber utama gas rumah kaca, terutama karbon diaksida (CO²) yang berasal dari negara – negara industri besar. Gas tersebut memiliki kemampuan menyerap gas yang berasal dari radiasi matahari yang dipancarkan kembali oleh bumi, dimana penyerapan ini telah menyebabkan pemanasan atmosfer atau kenaikan suhu dan perubahan iklim (Saufa, 2015 : 12).

Gagasan dan program untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara internasional telah dilakukan sejak tahun 1979. Program itu memunculkan sebuah gagasan dalam bentuk perjanjian internasional, yaitu Konvensi Perubahan Iklim, yang diadopsi pada tanggal 14 Mei 1992 dan berlaku sejak tanggal 21 Maret 1994, namun mengingat lemahnya komitmen para pihak dalam Konvensi Perubahan Iklim, Conference of The Parties (COP) III yang diselenggarakan di Kyoto pada bulan Desember tahun 1997 menghasilkan kesepakatan Protokol Kyoto yang mengatur dan mengikat para pihak negara industri secara hukum untuk melaksanakan upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang dapat dilakukan secara individu atau bersama-sama (Saufa, 2014 : 14-15).

(3)

Mayoritas masyarakat dunia menyadari bahwa tantangan terbesar yang perlu ditanggulangi adalah perubahan iklim. Diawali dari komitmen Indonesia untuk mendukung upaya mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% hingga tahun 2020, dimana tindakan tersebut merupakan komitmen serius yang ditangkap positif oleh pemerintah Norwegia untuk merealisasikan kerangka tersebut, yaitu memberikan bantuan dana sebesar 1 miliar Dolar Amerika (reddplus.go.id). Sehingga, pada tanggal 26 Mei 2010 di tandatangani nota kesepakatan kerjasama pengurangan emisi gas rumah kaca dan kerusakan hutan melalui mekanisme REDD+ antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Norwegia (Firdaus, 2015: 17).

REDD+ (Reducing Emissions From Deforestation and Forest Degradation), adalah mekanisme internasional untuk memberikan intensif yang bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil memerangi global warming dan menjaga iklim bumi antara lain dengan melakukan penanaman kembali, baik di dalam kawasan hutan (reforestasi) maupun di luar kawasan hutan (afforestasi). REDD+ juga merupakan salah satu kegiatan mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan dengan cara melakukan konservasi untuk menjaga kelestarian hutan sebagai fungsi penyerapan karbon melalui pembangunan ekosistem hutan (Noor, 2013 : 557).

(4)

kurun waktu 7 hingga 8 tahun kedepan berdasarkan pengurangan emisi gas rumah kaca yang telah terverifikasi dan penyaluran dana ini melalui mekanisme keuangan yang disepakati bersama (reddplus.go.id).

Tujuan dan fokus kemitraan yang tertera didalam Surat Pernyataan Kehendak atau (Letter of Intent), khususnya kebijakan terkait REDD+ yakni, Berkolaborasi dan memberikan dukungan dalam pengembangan dan implementasi strategi REDD+ Indonesia. Keinginan bersama kedua belah pihak adalah untuk memulai fase ketiga pada tahun 2014, berdasarkan pengurangan emisi tahun 2013. Pada fase ini, mekanisme pengurangan emisi berdasarkan kontrubusi yang diverifikasi akan di implimentasikan mencakup :

a. Indonesia menerima kontribusi tahunan atas pengurangan emisi nasional yang diverifikasi secara independen menurut tingkat acuan UNFCCC atau tingkatan acuan yang ditentukan oleh Indonesia dan mitra-mitranya berdasarkan janji pengurangan emisi Indonesia dan panduan metedologi UNFCCC (4/CP 15), sesuai dengan keputusan-keputusan terkait Konferensi para pihak, bila tingkat acuan UNFCCC untuk Indonesia belum ditetapkan.

b. Norwegia (dan kemungkinan juga mitra – mitra lain yang bergabung dalam kemitraan ini) menyalurkan kontribusi finansil ke instrument finansial sebagaimana diuraikan dalam fase ke I (Letter of Intent Kerjasama Pengurangan Gas Rumah Kaca, 2010 :1-6).

(5)

Indonesia, Norwegia menjadikan Indonesia sebagai salah satu supplier kebutuhan udara bersih dunia termasuk Norwegia didalamnya agar kepentingan penggunaan energi terbarukan Norwegia dapat terus berjalan tanpa merusak iklim dunia (Novrialdi, 2014 : 2).

Selain Norwegia, Indonesia juga memiliki masalah lingkungan hidup yang terus berkembang, diantaranya adalah penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan; polusi air dari limbah industri dan pertambangan; polusi udara di daerah perkotaan (13 tahun lalu Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ketiga di dunia dan kabut dari kebakaran hutan; kebakaran hutan permanen/tidak dipadamkan; perambahan suaka alam/suaka magasatwa; pembuangan sampah tanpa pemisahan/pengolahan dan hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara. Tingkat pola hidup masyarakat Indonesia dari sederhana yang menuju ke kehidupan modern serta tingkat kebutuhan yang terus berkembang memaksa kerusakan lingkungan tidak dapat dihindari sebagai akibat dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Dengan luas hutan sebesar 88,17 juta hektar atau sekitar 46,33% dari lus daratan Indonesia, tentunya pelaksanaan REDD+ di Indonesia mengacu pada program – program jangka panjang yang menghasilkan keuntungan finansial, ekologi dan sosial yang optimal (Daryanto dan Suprihatin, 2013 : 23-33).

(6)

Sampai saat ini, Norwegia merupakan anggota negara Annex I (negara industri atau negara penghasil gas rumah kaca) yang paling terdepan dalam mendukung program REDD internasional, termasuk didalamnya melakukan kerjasama dengan Indonesia. Kebijakan Norwegia dalam mengucurkan bantuan dana yang cukup besar dalam program REDD+ di Indonesia tidak hanya didasari alasan penggunaan energi tetapi tanggung jawabnya untuk mengurangi emisi global.

Pelaksanaan program REDD+ tentunya mendapatkan sejumlah faktor penghambat yang terkait erat dengan pasar dan investasi global yang menyebabkan banyaknya pengrusakan lahan termasuk lahan hutan hutan tropis. Berbagai pemicunya disebabkan karena meningkatnya integrasi lahan untuk pangan, serat, energi dan keuangan. Ha – hal ini menyebabkan usaha untuk mengurangi emisi karbon melalui REDD+ menjadi lebih menantang, karena secara tidak langsung maupun tidak langsung, berbagai pemicu ini mendorong konversi lahan hutan menjadi penggunaan untuk pertanian dan meningkatnya kegiatan pembalakan yang sering menyebabkan degradasi hutan. Sedangkan fakor pendukung berjalannya program REDD+ sejauh ini adalah kepercayaan kedua Negara untuk tetap melanjutkan kerjasama tersebut. Hal tersebut dilihat dengan pemberian bantuan dana sebesar 1 miliar Dolar Amerika untuk mendukung pelaksanaan pengurangan emisi (Angelsen, Brockhaus, Dkk. 2012 : 18 – 20).

(7)

usaha – usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk melangkah maju lewat pendekatan nasional dengan implementasi di subnasional menjadi lebih kompleks (United Nation REDD, 2011 : 1-2).

DEFINISI KONSEPTUALKonsep Environmentalisme

Konsep environmentalisme berkaitan erat dengan proses pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dilakukan demi tujuan bersama dalam rangka modernitas dan gloalisasi kemudian memberikan pengaruh pada perluasan ekonomi dimana teknologi juga berperan secara langsung. Sehingga melalui industrialisasi yang berkembang semakin mendekati dampak secara langsung pada permasalahan lingkungan (Patterson, 2011 : 277 – 307).

REDD+

REDD+ adalah berbagai tindakan yang mencakup tindakan lokal, nasional dan global yang bertujuan untuk menurunkan emisi karbon akibat deforestasi dan degradasi hutan. Tanda (+) memiliki arti meningkatkan cadangan karbon hutan atau regenarasi hutan, serta penyerapan karbon – yaitu karbon dari atmosfer untuk disimpan dalam bentuk biomassa hutan (Himasiltan, 2013 : 1).

Konsep Pemanasan Global

(8)

Teori Politik Hijau

Teori Politik Hijau menurut Eckersley menyatakan, karakteristik tersebut adalah Ekosentrisme sebuah penolakan terhadap pandangan dunia Antroposentris yang hanya menempatkan nilai moral atas manusia menuju sebuah pandangan nilai independen atas ekosistem dan semua makhluk hidup. Goodin juga menempatkan etika pada pusat pemikiran Politik Hijau yang menyatakan bahwa nilai Teori Politik Hijau berada pada inti Teori Politik Hijau. Perumusannya mengenai nilai – nilai Teori Hijau, bahwa sumber nilai segala sesuatu adalah fakta bahwa segala sesuatu itu mempunyai sejarah yang tercipta oleh proses alami, bukan oleh rekayasa manusia (Burchill dan Linklater 2012 : 337 – 338).

PEMBAHASAN

Memastikan Keterlanjutan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Indonesia – Norwegia Berbasis Green Job

Fenomena modernitas dan globalisasi turut berperan dalam mencuatnya gerakan environmentalisme. Semakin berkembangnya industri kapitalis yang membawa industrilisasi ke negara berkembang menyebabkan eksploitasi sumber daya alam semakin tidak terkendali yang menyebabkan rusaknya hutan ditambah semakin banyaknya pembangunan pabrik – pabrik yang kurang memperhatikan faktor lingkungan, khususnya dalam hal pembuangan sisah limbah.

(9)

Akar permasalahan krisis lingkungan sendiri terjadi karena : Pandangan kemajuan yang selalu terarah kepada negara industri, dimana dunia semakin bergerak ke arah cara pembangunan negara industri; fokus perhatian yang berlebihan pada “economic growth”, berpacu dalam tingkat pertumbuhan; serta sistem perdagangan dan Neo-liberalism, seolah – olah kekuatan pasar dapat menyelesaikan segala perkara seperti pengurasan minyak bumi, hutan, batu bara, sistem kredit ekspor yang mendorong produk – produk konsumsi.

Untuk mengatasi tantangan lingkungan yang terjadi, negara – negara mengambil langkah – langka, kebijakan dan aksi dengan gerakan etika dan politik yang selanjutnya melahirkan (green economic) ekonomi hijau. Tentunya hal ini berbicara mengenai kualitas, bukan kuantitas, ini semua mengenai regenarasi dari individual, komunitas dan ekosistem, tidak berbicara mengenai akumulasi uang dan materi. Contohnya seperti kerjasama Indonesia – Norwegia di bidang energi terbarukan yang menggunakan kemampuan alam untuk memastikan pertumbuhan ekonomi kedua negara. Kerjasama ini pun dilakukan dengan prinsip ekonomi yang sehat.

Green economic menolak enefisiensi, irrasionalitas dan cara – cara kerja yang memboroskan bahan yang berujung pada penggunaan sampah, toxic materials, menciptakan proses produksi yang justru meningkatkan pemakaian “unskilled labour” pengesampingan tenaga kerja dengan mengantikan pemakian tenaga mesin.

Sebagai contoh, Green Policy Menteri Keuangan RI (2009), Ministry of Finance Green Paper: Economic and Fiscal Policy Strategies for Climate Change Mitigation in Indonesia. Isinya antara lain :

- Climate change dianggap sebagai ancaman serius pada keadaan ekonomi.

(10)

- Diakui bahwa harga karbon (pricing of carbon) memegang peran sentral dalam hal itu.

- Sesuai dengan peryataan Presiden Joko Widodo, Indonesia akan melanjutkan kerjasama kehutanan yang telah dimulai dari tahun 2010 di masa kepemimpinan Presiden Yudoyono dengan bantuan internasional (Situmeang, 2010 7 – 8).

Dalam konteks environment, perubahan iklim global merupakan arena yang dapat memicu negara – negara untuk melakukan usaha etika dan politik penghijauan yang bertujuan mencega dunia dari kemorosotan akibat rusaknya lingkungan. Environmental sendiri meliputi sumber daya alam, kesehatan, pembangunan berkelanjutan, dan kepedulian manusia. Dengan kata lain environmental dapat dikatakan sebagai berikut :

“Paham kesadaran lingkungan yang menempatkan kesehatan, harmoni dan integritas dari lingkungan alamiah sebagai pusat perhatian dan kepedulian manusia. Paham ini muncul sebagai gerakan etika dan politik yang bertujuan mencegah lingkungan dari degradasi (kemerosotan) akibat ulah manusia. Di samping itu, paham ini bertujuan memperbaiki kualitas lingkungan melalui preservasi, restorasi atas perbaikan sumber daya alam” (Situmeang, 2010 : 3).

Berdasarkan konsep diatas, dapat dilihat bahwa gerakan environmentalisme merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan Norwegia dalam rangka mengendalikan dan menyeimbangkan kehidupan melalui program REDD+, dikarenakan kehidupan manusia sangat bergantung dari alam. Hal ini juga merupakan tindakan untuk mencegah lingkungan dari degradasi dan memperbaiki kulaitas lingkungan melalui : Preservasi, Restorasi, dan Perbaikan. Selanjutnya untuk sumber daya alam adalah untuk membela manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan serta memastikan keterlanjutan kerjasama kedua negara.

(11)

melakukan upaya untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengamankan kerjasama internasional untuk konservasi lingkungan global dan untuk mempromosikan kerjasama internasional lainnya untuk konservasi lingkungan global dan untuk membantu melestarikan lingkungan di daerah berkembang dan fitur lingkungan yang diakui nilai internasional, yang berkontribusi terhadap kesejahteraan umat manusia. Negara juga harus melakukan upaya untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk melakukan kerjasama internasional yang berkaitan dengan konservasi lingkungan global dan pelestarian lingkungan dalam mengembangkan kawasan.

Tentu saja hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan lingkungan manusia dan ekologi. Selain itu, guna mencegah, mengontrol polusi dan resiko lainnya untuk melindungi kesehatan manusia dan memfasilitasi pembangunan modern.

Memerangi Pemanasan Global dan Menjaga Iklim Bumi Dengan Melakukan Penanaman Kembali di Kawasan Hutan

(12)

menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas – gas rumah kaca.

Sebagai bentuk keseriusan Indonesia untuk ikut dan berperan dalam uprraya mengurangi bertambah parahnya perubahan iklim dan pemanasan qglobal. Indionesia telah menganti undang – undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup” dengan yang terakhir sampai saat ini yaitu Undang – Undang No. 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Indonesia sendiri telah memiliki beberapa peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, yang diantaranya :

a. Undang – Undang Republik Indonesisa No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

b. Undang – Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

c. Undang – Undang N0. 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change.

Strategi REDD+ di Indonesia

Terpilihnya beberapa provinsi di Indonesia dan provinsi Kalimantan Tengah sebagai provinsi percontohan dalam mendesain implementasi REDD+, tentu merupakan sebuah pilihan yang berdasarkan pada pertimbangan yang matang. Berdasarkan hasil penilaian pemerintah pusat terhadap proposal provinsi percontohan yang diajukan oleh beberapa provinsi, yaitu Aceh, Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Papua Barat dan Papua yang akhirnya pilihan dijatuhkan pada provinsi Kalimantan Tengah dengan feasibilitas keberhasilan penerapan REDD+ yang lebih besar.

(13)

deforestasi yang meliputi aspek tutupan hutan dan lahan gambut, serta ancaman deforestasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akhirnya provinsi Kalimantan Tangah ditetapkan menjadi provinsi percontohan pengembangan Program REDD+.

REDD+ sendiri merupakan salah satu kerjasama lingkungan antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia yang bertujuan untuk menanggulangi degradasai lingkungan akibat laju industri yang semakin menurunkan kualitas lingkungan global. Pembagian tanggung jawab dari setiap bagian juga diatur dalam hukum lingkungan tersebut. Adanya pembagian tugas dan tangging jawab antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan hingga masyarakat mencerminkan keseriusan yang dibuat adapun tanggung jawab dari setiap pihak ialah :

a. Pemerintah Pusat

Bertanggung jawab untuk memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan yang bersifat fundamental dan komprehensif atas konservasi lingkungan berdasarkan prinsip dasar konservasi lingkungan.

b. Pemerintah Daerah

Bertanggung jawab untuk memformulasikan dan mengimplementaskan kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat menjadi kebijakan lainnya yang sesuai dengan kondisi alam dan sosila setiap daerah.

c. Masyarakat

(14)

berkaitan dengan pelestarian lingkungan sesuai dengan prinsip – prinsip dasar tanpa melupakan asprasi masyarakat dan komunitas tradisonal. Dengan demikian pelaksanaan konservasi huan melalui program REDD+ tersebut tetap memperhatikan dan memastikan bahwa hak mereka yang di dalam dan sekitar hutan senantiasa terjamin.

PENUTUP

Selama berabad – abad manusia mengandalkan musim yang dipengaruhi iklim untuk beraktifitas, bertani, melaut, dan kegiatan lainnya, namun dewasa ini bumi tengah mengalami perubahan iklim, dampaknya pun dirasakan dimana-mana. Indonesia tak luput dari kemarahan alam yang tak pernah dapat ditebak apa sasaran selanjutnya, penyebabnya tak lain adalah manusia sendiri, energi yang dinikmati di zaman modern ini sebagian besar diperoleh dari pembakaran bahan bakar fossil. Karbon dioksida yang dilepas ke udara secara alami diserap oleh tumbuh – tumbuhan, tapi hari ini dunia melepas karbon dioksida yang tersimpan di bawah permukaan bumi selama jutaan tahun lebih cepat dari kemampuan tumbuhan yang menyerapnya secara alami. Hutan ditebangi dan mengurangi kemampuannya untuk menjaga keseimbangan alam. Keseimbangan alam adalah syarat yang tidak bisa ditawar.

Dunia tidak menutup mata pada resiko lingkungan dan kerusakan ekologi, yang tidak saja bisa menimpah kita di negeri ini tetapi juga seluruh penduduk bumi, arah nasib penduduk bumi abad ini bergantung bagaimana kita menyikapinya sekarang. Maka Indonesia pun bertekat mengurangi emisi karbon sampai dengan 41% pada tahun 2020 jika dunia aktif bekerjasama.

(15)

pembukaan hutan bukan berarti menghentikan langka pembangunan. Pergeseran paradigma menuju pembangunan hijau dengan penurunan emisi, pembangunan yang efesien dan mempertahankan sumber daya alam adalah jalan paling terang menuju pertumbuhan ekonomi yang mensejahterahkan kedua negara dan pada saat yang sama berkontribusi terhadap perubahan iklim. Dunia hanya akan berhasil jika dunia bekerjasama.

Dalam penelitian ini juga dapat dijelaskan bahwa implementasi kerjasama konservasi hutan dalam kerangka REDD+ telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan Letter of Intent antara Pemerintah Indonesia dan Norwegia guna mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Walaupun belum secara keseluruhan pengembangan dilakukan secara penuh, namun ada beberapa regulasi kebijakan awal yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia sebagai tindak lanjut implementasi LoI antara Indonesia dan Norwegia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca global.

Sejak kerjasama yang dimulai pada tahan 2010, REDD+ dalam perjalanannya belum mampu memberikan kontribusi yang besar dalam perbaikan kondisi lingkungan jika lihat secara skala global. Berdasarkan pencapaian tujuan dari kerjasama REDD+, dapat dikatakan jika REDD+ belum sepenuhnya efektif dalam penanggulangan masalah lingkungan global. Walaupun selama kerjasama, telah dilakukannya perumusan kebijakan – kebijakan diantara kedua negara, namun hal tersebut belum mampu memperbaiki kualitas lingkungan dunia karena tidak didukung oleh negara – negara industri besar lainnya.

(16)

sebagai pendonor bantuan dana sebagai tujuan awal dilaksanakannya kerjasama perubahan iklim.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Burchill, Scott dan Linklater, Andrew. 2012. Teori – Teori Hubungan Internasional. Bandung. Nusa Media.

Daryanto dan Suprihatin, Agung. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. Yogyakarta. Penerbit Gava Media.

Petterson, Mathew. 2011. Theories of International Relations. Palgrave.

Saufa. 2015. Himpunan Lengkap Undang – Undang Tentang Lingkungan Hidup. Yogyakarta. Serambi Semesta Distribusi.

Jurnal :

Angelsen Arild, Brockhaus Maria, Dkk. 2012. “Menganalisis Program REDD+

Sejumlah Tantangan dan Pilihan”.

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/viewFile/6770/6461. Diakses tanggal 08 Januari 2016.

Firdaus, Azhar. 2015. “UNITED NATIONS FRAMEWORK CONVENTION ON CLIMATE CHANGE. COP 18/MOP 8 DOHA QATAR”. https://www.academia.edu/4338983/UNFCCC_COP_18_DOHA_QATAR. Diakses tanggal 22 Oktober 2015.

Herypurba, 2012. “Perubahan Iklim Global” http://herypurba-fts.web.unair.ac.id/ artikel. Diakses tanggal 04 Desember 2015..

Muhi, Ali Hanapiah. 2011. “Global Warming”.

(17)

Noor, Said Alfrillian. 2013. “Kerjasama Konservasi Hutan Antara Indonesia –

Novrialdi, Eko. 2014. “Kepentingan Norwegia Mendukung Program Reducing Emission From Deforestation And Degradation (REDD) Di Hutan Amazon

Peru Tahun 2014”.

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFSIP/article/viewFile/6770/6461. Diakses tanggal 03 November 2015.

Situmeang, Jhon. 2010. “Economic, Social and Environmental Politicies As Drivers of Green Jobs”. https://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0ahU

https://himalsitan.lk.ipb.ac.id/2013/05/03/apa-itu-redd/. Diakses tanggal 08 November 2015.

kemitraan kerjasama REDD+ antara Indonesia dan Norwegia. (2009), http:www.reddplus.go.id/tentang-redd/kemitraan. Diakses tanggal 22 Oktober 2015.

Kompas.com 2015. “Bertemu PM Norwegia, Jokowi Ingin Lanjutkan REDD Plus”.

https://nasional.kompas.com/read/2015/04/14/19295301/Bertemu.PM.Norw egia.Jokowi.Ingin.Lanjutkan.REDD.Plus. Diakses tanggal 16 Desember 2015.

(18)

mengurangi misi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan” https://www.google.co.id/url?q=http://burung.org/index,php%3Foption %3Dcom_docman%26task%3Ddok_download%26gid%3D93%26Itemid %3D85&sa=U&ved=0ahUKEwjdk6rst8_jAhVRyWMKHfVGDhIQFggGM AA&usg=AFQjCNHODENeB2yBHqRf7hGE1SKHOM3uUw. Diakses tanggal 10 Desember 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian lain dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan. Ilmu

Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka ide dari penelitian ini adalah merancang algoritma Robust Active Fault Tolerant Control dengan permasalahan

Penelitian ini menguji kemampuan bahan pelapis Titanium Aluminium Nitrida dan Titanium Nitrida (TiAlN/TiN) pada alat potong jenis karbida berlapis (Coated) selama

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali

& diambil petugas setuju 2-5 kg Tidak ada selalu dilakukan ketua RT selalu masyarakat tidak tahu Setuju membersihkan sendiri diolah menjadi kompos membuang di tempat

Siswa dapat mengemukakan pengertian surat menyurat, fungsi beserta syarat surat dan kriteria surat yang baik sesuai dengan prosedur perusahaan.. Guru memberikan

Sehubungan dengan pelaksanaan tindakan kelas peneliti telah melakukan observasi awal di kelas III SDN 3 Limboto pada materi hubungan antara keadaan awan dan

Berdasar sifat unik tersebut, muncul ide untuk menggabungkan beberapa sensor dari beberapa jenis polimer menjadi deret sensor yang secara bersama- sama digunakan