• Tidak ada hasil yang ditemukan

Roda ekonomi masyarakat pesisir dengan a

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Roda ekonomi masyarakat pesisir dengan a"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM

NAMA : PARAMITHA SARI KASDIR

NIM : L041 17 1014

PROGRAM STUDI : SOSIAL EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS : ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

TOPIK : EKONOMI MASYARAKAT PESISIR

JUDUL : RODA EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DENGAN ADANYA PPI DI KOTA PAREPARE

A. PENGANTAR

Disiplin ilmu sosial ekonomi perikanan, pasti tak jauh dari masalah masyarakat pesisir yang menjadi pokok bahasannya. Terlebih, memang cakupan masyarakat pesisir unik untuk ditelaah masalah dan penyelesaian hal yang ingin dikaji. Cakupan masyarakat pesisir sangatlah luas terutama dinegara Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang tak lepas dari pengaruh hal yang mengenai laut, perikanan dan wilayah pesisirnya. Sehingga pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenai sektor perikanan disalah satu belahan wilayah negara kita mengenai ekonomi dan bentuk sosialnya kepada masyarakat banyak.

Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 dan mempunyai potensi serta keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar. Hal ini merupakan modal yang besar bagi pembangunan ekonomi dan pada akhirnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, sumber daya kelautan dan perikanan tersebut dapat digunakan sebagai sumber bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Sehingga peningkatan produksi perikanan diharapkan mampu mendukung ketahanan pangan nasional. Sementara itu, berdasarkan data dari FAO, pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap laut dunia, peringkat ke-4 untuk produksi perikanan budidaya di dunia, dan peringkat ke-2 untuk produksi rumput laut di dunia.1

(2)

Sejak beberapa tahun terakhir, perikanan tangkap mengalami perlambatan pertumbuhan produksi dan cendenrung mengalami stagnasi. Hal ini karena jumlah hasil tangkapan yang telah mendekati produksi tangkapan lestari (Maximun Sustainable Yield/MSY) sebesar 6,5 juta ton per tahun, dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (Total Allowable Catch/TAC) adalah 80 persen dari MSY.2 Saat ini upaya pengelolaan penangkapan ikan di laut lebih diarahkan pada pengendalian dan penataan faktor produksi untuk menghasilkan pemanfaatan yang berkesinambungan. Selanjutnya, upaya peningkatan produksi perikanan budidaya perlu memperhatikan daya dukung lingkungan, diantaranya terkait kualitas air dan pencemaran yang mungkin terjadi akibat pemberian pakan yang berlebihan, serta pembukaan lahan baru untuk tambak/kolam pemeliharaan ikan.

Kajian “Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan” ini, diharapkan dapat memberikan gambaran terkait penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan nasional di masa datang sebagai bagian dari kebijakan dan pelaksanaan pembangunan bidang kelautan dan perikanan pada saat ini. Hasil Kajian ini, sudah barang tentu masih jauh dari ideal dan masih memerlukan penyempurnaan. Namun demikian, sebagai suatu pemikiran, dokumen ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan/strategi operasional dan perencanaan bagi stakeholders dan pelaku usaha kelautan dan perikanan terkhusus pada daerah-daerah pedalaman tetapi memiliki potensi SDA yang melimpah.

Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan dokumen ini dan berharap dokumen ini dapat

bermanfaat bagi para pelaku usaha perikanan dan stakeholders lainnya baik di tingkat nasional maupun daerah. Salah satu tujuan dalam program pembangunan sektor pariwisata wilayah pesisir secara terpadu adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir itu sendiri, baik dari segi ekonomi maupun secara sosial. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai apabila

tentang

Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia dalam

https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_Perikanan_Berkelanj utan.pdf

2Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.PER.15/MEN/2012 tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. dalam

(3)

program pembangunan tersebut dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.

Pemanfaatan wilayah pesisir dan sumber daya yang terkandung di dalamnya, harus dilaksanakan secara hati – hati melalui program yang terencana dan terpadu, karena efeknya akan dapat dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di daerah pesisir, baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan. Daerah – daerah yang mempunyai wilayah pesisir tersebut, khususnya di kota Parepare, harus segera sadar dan bangkit mengambil tindakan mencegah kegiatan pembangunan yang tidak memberi kesempatan kepada lingkungan alamnya untuk mempertahankan dirinya, khususnya menyangkut sumber daya alamnya yang cukup melimpah.

Dari hal inilah penulis berharap dengan adanya pengelolaan yang memadai dan bermutu serta pemanfaatan yang optimal mampu mensejahterahkan masyarakat Indonesia melalui kekayaan alamnya yang memang menjadi hak kekayaan rakyatnya. Dan semoga melalui karya tulis ini, pembaca mampu memahami seberapa penting peranan masyarakat pesisir untuk mengembangkan kekayaan yang sudah ada dengan kita menjadi SDM yang berkulitas dan saling berhubungan satu sama lain.

B. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan pada karya tulis ini, yaitu melalui pengamatan secara langsung, pengalaman penulis, dan data seputar perikanan melalui internet. Dimana hal-hal tersebut termasuk dalam , metode primer dan metode sekunder, yang menunjukkan bahwa pengamatan dan pengalaman merupakn metode primer dan data dari internet merupakan metode sekunder.

Topik yang saya angkat kali ini, menarik untuk saya kulik karena tidak jauh dari disiplin ilmu saya yaitu mengkaji hal sosial dan ekonomi pada sektor perikanan dimana subjek utamanya terdapat dikota asal saya sendiri yaitu Kota Parepare. Disana dapat dijumpai salah satu sarana pemerintah bagi para nelayan sekitar untuk melakukan transaksi penjualan terhadap hasil tangkap ikan mereka yang tak jauh dari tempat penangkapan karena lokasi sarana ini mendukung dan sangat dekat dengan tempat penangkapan dan pembudidayaan ikan.

C. PEMBAHASAN

(4)

kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa negara. Berdasarkan hal ini, guna memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat dan negara Indonesia serta menjamin keberlangsungan usaha perikanan itu sendiri, maka sudah seharusnya pembangunan dan aktivitas perikanan nasional secepatnya diarahkan untuk menerapkan kaidah-kaidah perikanan berkelanjutan. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan, termasuk bidang perikanan, mencakup tiga aspek utama, yaitu: ekologi, ekonomi, dan sosial.3

PPI ( Penjualan dan pelelangan ikan) merupakan tempat yang akan kita kulik bersama yang merupakan sarana pemerintah daerah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dikota bandar madani tersebut. Kota Parepare memang merupakan kota dengan luas wilayah laut yang cukup besar sehingga memungkinkan bagi masyarakatnya untuk berprofesi sebagai nelayan. Selain disektor perikanan, luas wilayah laut dikota ini juga dimanfaatkan sebagai sarana pelabuhan besar yang mengangkut penumpang dan barang yang hampir beroperasi setiap harinya yang berlayar kepulau kalimantan, sumatera bahkan negara tetangga seperti Malaysia. Melalui sektornya dibidang kelautan dan perikanan yang kaya, tak jarang banyak orang luar yang memilih menetap dikota yang memiliki luas wilayah 99,33 km2.

PPI sering digunakan sebagai tempat untuk melelang dan menjual ikan-ikan segar yang akan dibeli langsung oleh distributor dari kota luar yang akan dijual kembali pada hari itu juga. Sarana ini mampu mempermudah para nelayan setempat untuk meningkatkan ekonominya karena tempat yang memadai dan ikan hasil tangkapan cepat habis dan menambah devisa bagi kota sendiri.

Tempat penjualan ikan merupaka salah satu penerapan dari misi perikana berkelanjutan. Perikanan berkelanjutan adalah upaya memadukan tujuan sosial, ekonomi dan ekologi. Konsep perikanan berkelanjutan muncul dari kesadaran lingkungan. Perikanan berkelanjutan dikembangkan karena kecemasan akan makin merosotnya kemampuan lingkungan perairan untuk menyangga ketersediaan sumber daya ikan. Ide awal perikanan berkelanjutan adalah dapat menangkap atau memanen sumber daya ikan pada tingkat yang berkelanjutan, sehingga populasi dan produksi ikan tidak menurun atau tersedia dari waktu ke waktu. Sumber daya ikan termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui,

3Munasinghe, M. 2002. Analysing the nexus of sustainable and climate change: An overview. France:

(5)

walaupun demikian bukan berarti sumber daya ikan dapat dimanfaatkan tanpa batas. Apabila sumber daya ikan dimanfaatkan tanpa batas atau tidak rasional serta melebihi batas maksimum daya dukung ekosistemnya, maka dapat mengakibat kerusakan dan berkurangnya sumber daya ikan itu sendiri, bahkan bila tidak segera diatasi juga dapat mengakibatkan kepunahan sumber daya ikan tersebut.

Di Indonesia dewasa ini, berbagai program pengelolaan wilayah pesisir terpadu sudah banyak dilakukan, baik dari pemerintah sendiri maupun bekerja sama dengan pihak – pihak swasta. Program – program tersebut seperti MCRMP (Marine and Coastal Management Project), COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program) atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, Program Mitra Bahari, dan lain – lain. Selama ini peranan pemerintah daerah dalam pelaksanaan program tersebut masih sangat minim. Perhatian akan program tersebut hanya akan ada jika terdapat proyek -proyek yang menguntungkan. Setelah kegiatan -proyek tersebut selesai maka tidak ada lagi tindakan yang jelas mendukung pengelolaan wilayah pesisir. Fakta ini terjadi secara umum di negara – negara berkembang, bahwa hampir tidak ada satupun negara yang mengambil tanggung jawab di pemerintah lokal dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir terpadu.4

Menyadari pentingnya arti keberlanjutan tersebut, maka pada tahun 1995 badan dunia FAO merumuskan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan dengan menyusun dokumen Kode Etik Perikanan yang Bertanggung Jawab atau Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF).5 Aktivitas perikanan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui pengelolaan perikanan yang tepat dan efektif, yang umumnya ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup dan kesejahteraan manusianya serta juga terjaganya kelestarian sumber daya ikan dan kesehatan ekosistemnya. Selanjutnya, Charles (2001) dalam paradigmanya tentang Sustainable Fisheries System,6 mengemukakan bahwa pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus dapat mengakomodasi 4 aspek utama yang mencakup dari hulu hingga hilir, yakni:

4Amrul, 2012. Sosial ekonomi berkelanjutan pada perikanan. dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54865/chapter%20I.pdf?sequence=5

5[FAO] Food and Agriculture Organization. 1995. Code of Conduct For Responsible Fisheries. Rome:

FAO-United Nation. 41 p. dalam

https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_-Perikanan_Berkelanjutan.pdf

6Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science Ltd. Oxford. 370 p. dalam

(6)

1) Keberlanjutan ekologi (ecological sustainability): memelihara keberlanjutan stok/biomass sumber daya ikan sehingga pemanfaatannya tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistemnya.

2) Keberlanjutan sosio-ekonomi (socioeconomic sustainability): memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan para pelaku usaha perikanan dengan mempertahankan atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak. 3) Keberlanjutan komunitas (community sustainability): menjaga keberlanjutan lingkungan komunitas atau masyarakat perikanan yang kondusif dan sinergis dengan menegakkan aturan atau kesepakatan bersama yang tegas dan efektif. 4) Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability): menjaga keberlanjutan tata kelola yang baik, adil, dan bersih melalui kelembagaan yang efisien dan efektif guna mengintegrasikan atau memadukan tiga aspek utama lainnya (keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosio-ekonomi, dan keberlanjutan masyarakat).

Secara umum, aktivitas perikanan di Indonesia belum menunjukkan kinerja yang berkelanjutan. Hal ini, dapat dilihat dengan masih belum banyaknya jumlah usaha perikanan di Indonesia yang berjalan langgeng (bertahan dalam jangka panjang). Selain itu, sektor perikanan nasional juga masih cukup banyak menghadapi kendala atau permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan paling utama yang menjadi penyebab perikanan di Indonesia belum berjalan secara berkelanjutan adalah masih lemahnya sistem pengelolaan perikanan (fisheries management system), baik untuk perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan yang lemah, baik secara langsung maupun tidak langsung, tentunya akan menimbulkan ketidakteraturan dan tidak terkendalinya usaha perikanan nasional, yang pada akhirnya akan menyebabkan aktivitas perikanan nasional menjadi tidak berkelanjutan.

Mengenai sektor penjualan ikan, badan dunia telah melaukan pembangunan besar besaran sehingga berdampak pula terhadap perikanan di Indonesia, tepatnya pada bidang pembangunannya pada aspek ekonominya. Dalam dua dekade terakhir ini, istilah berkelanjutan menjadi isu utama dalam melaksanakan pembangunan, yang kemudian dirumuskan kedalam konsep pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan kebutuhan untuk kehidupan manusia. Dengan demikian, pada prinsipnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial.7

(7)

dan kecemasan akan makin merosotnya kemampuan bumi untuk menyangga kehidupan. Tekait dengan isu pembangunan berkelanjutan ini, pada tahun 1992 PBB mengadakan Earth Summit (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT Bumi) di Rio Janeiro, Brasil, dan 178 pemimpin negara di dunia termasuk Indonesia berhasil menyepakati program aksi untuk pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dokumen tersebut merupakan tindak lanjut laporan The World Commission on Environment and Development (WCED) atau Komisi Dunia tentang Lingkungan dan Pembangunan yang berjudul Masa Depan Kita Bersama (Our Common Future) pada sidang umum PBB pada tahun 1987.7 Selanjutnya, pada tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan, diadakan the Word Submit on Sustainable Development (WSSD) untuk lebih melengkapi lagi konsep pembangunan berkelanjutan dengan memuat prinsip-prinsip utama pembangunan berkelanjutan yang harus dipedomani setiap negara dalam mengimplementasikannya berdasarkan pertimbangan keterkaitan dan kesalingtergantungan pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan pembangunan lingkungan.8

Dapat kita telaah lebih dalam lagi, mengenai sektor-sektor yang telah ada saat ini terutama dalam hal pembangunan dalam bidang perikanan, membuat kita paham bahwa memang Indonesia merupakan negara yang wajib untuk dilestarikan kekayaan alamnya yang sudah menjadi rahasia umum bahwa negara kita ini negara kepulauan terbesar kedua di dunia dan wilayah kelautannya yang memiliki 25.000 jenis ikan dari 28.400 jenis yang ada di dunia. Sehingga kekayaan seperti inilah yang memunculkan ide perikanan berkelanjutan dan mengenai pembangunannya.

Seperti pada pembahasan sebelumnya, salah satu bukti pembangunanya ialah PPI yang sudah ada di berbagai pelosok tanah air baik daerah kota maupun pedesaan. Dengan adanya titik pembangunan ini, tidak ada lagi istilah nelayan juragan yang tentunya akan mempengaruhi ekonomi nelayan kecil. Secara langsung, dapat ditelaah bahwa PPI ini mampu meningkatkan

7[WCED] the World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future (Document A/42/427). New York dalam

https://www.bappenas.go.id/files/7614/4401/4206/Strategi_Pengelolaan_-Perikanan_Berkelanjutan.pdf

8Silalahi, D. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka Pengelolaan Sumber Daya Alam yang

Berbasis Pembangunan Sosial Dan Ekonomi. Makalah pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional

VIII di Bali. 25 hal. dalam

(8)

perekonomian dan memuaskan masyarakat dalam hal kualitas ikan yang diperolehnya. Di kota Parepare sendiri, PPI sudah didirikan sekitar 7 tahun yang lalu dan diresmikan langsung oleh walikota Parepare yang menjabat saat itu, H.M. Zain Katoe pada 1 mei 2010. Pembangunan PPI didanai dari APBD dan APBN dengan masa pembangunan 3 tahun dengan luas 11.924,28 m2. PPI sendiri sudah banyak digunakan di kota Parepare karena sekitar 30% profesi masyarakatnya ialah nelayan. Setiap pagi pasti sudah ramai para pembeli ikan yang memburu hasil tangkapan semalam atau dini hari pada hari itu juga.

Orang- orang pendatang pun, sudah tidak asing lagi sehingga secara langsung meningkatkan perekonomian nelayan sekitar 40% dari sebelum adanya PPI yang membantu sektor perikanan mereka. Diwilayah Indonesia yang lainpun, sudah merasakan dampak laju perekonomian mereka dengan adanya PPI diwilayahnya dan diharapakan pembangunannya mampu merata diseluruh Indonesia karena kita sudah kaya akan wilayah kelautan.

Seperti pada pembahasan sebelumnya, kita ketahui bahwa Sumber daya perikanan yang tersebar di wilayah Indonesia, jika tidak dikelola secara lestari akan punah. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah, adalah membuat peraturan yang menetapkan suatu wilayah menjadi kawasan konservasi/dilindungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketentuan konservasi yang termuat di dalam UU No. 27/2007, PP No. 60/2007, dan UU No. 45/2009. Analisa kajian dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif, melalui studi kepustakaan. Hasil kajian menunjukkan, bahwa terminologi konservasi menurut ketiga peraturan tersebut, belum bisa memberikan pemahaman yang cukup mengenai istilah konservasi; peran pemerintah daerah dan masyarakat adat/lokal masih belum transparan diatur tata kelolanya di lapangan, serta pembagian hak atas wilayah yang telah dijadikan kawasan konservasi. Pembenahan pengelolaan konservasi kelautan dan perikanan, dapat dilakukan dengan merefleksikan perencanaan dan penataan ruang yang baik, pemberdayaan masyarakat, kelembagaan kolaboratif, kebijakan dan peraturan yang adil, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. UU No. 27/2007, PP No. 60/2007, dan UU No. 45/2009, perlu untuk direvisi agar dapat membangun kawasan konservasi yang berkelanjutan serta menciptakan keadilan.9

D. PENUTUP

(9)

Perikanan tangkap tak jauh dari sektor budidaya, produksi dan pemasarannya. Pada hal ini, dapat dilihat pada aspek pemasarannya melalui PPI di kota yang ada di Indonesia. Dengan adanya PPI yang bersebaran disetiap kota mampu mempermudah nelayan dalam menjual hasil tangkapannya dan masyarakat dengan mudah memperoleh ikan dan SDA lainnya dalam kualitas tinggi. Sebagai negara yang kaya akan SDA kelautannya, tentu SDM yang memadai mampu menjadi wadah yang tepat bagi pertumbuhan ekonomi yang dapat meningkat setiap tahunnya. Seperti pada tahun ini, jumlah konsumsi ikan di Indonesia sudah mencapai 46,7 ton/tahun.

Fasilitas-fasilitas yang sudah ada lantas menjadi hutang untuk di jaga dan dilestarikan. Terutama bagi negara ini yang sudah menjadi perihal umum mengenai wilayah kelautan dan sektor perikanannya yang kaya, sehingga kita sudah seharusnnya menjaga dan tetap menggunakan SDA yang ada.

E. DAFTAR PUSTAKA

Pramoda R dan Sonny,. 2012.KEBIJAKAN PENGELOLAAN KONSERVASI

KELAUTAN DAN PERIKANAN.Jakarta.

https://media.neliti.com/media/publications/52341-ID-kebijakan-pengelolaan-konservasi-kelauta.pdf diakses pada tanggal 22 November 2017 pukul 11:10:29

Amrul, 2012. Chapter 1. Sosial ekonomi berkelanjutan pada perikanan.Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pembatasan jumlah wisatawan sesuai daya dukung kawasan, diharapkan sumberdaya alam dan lingkungan di kawasan tersebut secara alami dapat berasimilasi,

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan

Untuk meghindari interpretasi yang salah dan sebagai pembatasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan maka perlu kiranya menentukan pembatasan masalah yang akan

PP Dawar Boyolali, selain telah ikut mencerdaskan masyarakat dalam ilmu agama, PP Dawar juga berperan dalam membantu ekonomi masyarakat sekitar, yaitu dengan menggerakkan santri

Untuk mengatasi persaingan tersebut, Bank BNI Syari’ah cabang Semarang menerapkan beberapa promosi dalam setiap pemasaran layanan jasa untuk merebut pasar sasarannya

Konflik internal dalam manajemen mereka pada umumnya terjadi karena dalam satu perusahaan ada lebih dari satu kepemilikan, sedangkan konflik dengan PT BRA

Oleh karena p-value = 0,011 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara mekanika tubuh (body mekanik) dengan nyeri punggung pada ibu