• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETE"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH

DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN

KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN

TANJUNGKARANG

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

FIRDA GARBO IMAN NIM 08200016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

(2)

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH

DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN

KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN

TANJUNGKARANG

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Dalam Rangka Ujian Akhir Program Pendidikan D.III Keperawatan

Oleh

FIRDA GARBO IMAN NIM 08200016

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

(3)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2011

Firda Garbo Iman

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG TAHUN 2011

xv + 46 halaman, 8 tabel, 2 gambar, dan 6 lampiran

ABSTRAK

Kopi adalah salah satu minuman sumber kafein yang populer dan stimulan yang terkenal di dunia. Sekitar 80% orang dewasa di dunia sedikitnya mengkonsumsi segelas kopi setiap hari, sedangkan di Amerika 54% orang dewasa adalah peminum kopi. Indonesia khususnya di lampung konsumsi kopi meningkat sampai 200% dari th 2010. Kafein merupakan salah satu zat yang terkandung dalam kopi. Kafein mengambil alih kerja saraf adenosin dalam yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel pada penelitian ini 121 orang dari total populasi 173 orang. Analisa yang dilakukan menggunakan analisa uniariat dan bivariat menggunakan Uji T dependen. Penelitian ini dilakukan dengan memberi minum kopi pada responden yang diambil pada 3 waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan malam hari. Instrumen yang digunakan menggunakan lembar observasi.

Hasil yang didapat pada penelitian ini p Value = 0,0001 dan nilai α=0,05 dengan derajat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa p Value < α berati hipotesis penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Kementerian Kesehatan Tanjungkaran Tahun 2011. Perbedaan yang didapat siknifikan tetapi tidak menimbulkan efek patologis pada responden. Sehingga tidak dapat dikatakan meminum kopi dapat menimbulkan hipertensi, tetapi hanya dapat menimbulkan perubahan tekanan darah saja.

Disarankan apa bila mengkonsumsi kopi sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena dapat meningkatkan tenaga yang dapat digunakan untuk aktifitas dipagi hari dan tidak dianjurkan mengkonsumsi kopi bagi penderita hipertensi karena tekanan darahnya akan semakin meningkat.

(4)

RIWAYAT PENULIS

Nama : FIRDA GARBO IMAN

NIM : 08200016

TTL : Metro, 18 Mei 1990

Agama : ISLAM

Jenis Kelamin : LAKI-LAKI

Status Mahasisiwa : Tugas Belajar

Alamat : Jl.Jendral Sudirman 255 30A Pekalongan Lampung Timur, 34191

Alamat yang mudah dihubungi : Jl.Jendral Sudirman 255 30A Pekalongan Lampung Timur, 3419. Telp 085669603300

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD (1996-2002) : MIN Adirejo Pekalongan Lampung Timur

SLTP (2002-2005) : SLTP N 1 METRO

SMA (2005-2008) : SMA N 3 METRO

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KARYA TULIS ILMIAH:

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG TAHUN 2011

Nama : Firda Garbo Iman N I M : 08200016

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Akhir Program Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Tahun Akademik 2011.

Bandar Lampung, Agustus 2011

Pembimbing II

Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes Pembimbing I

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah:

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG

TAHUN 2011

Nama : Firda Garbo Iman

Nim : 08200016

Diterima oleh tim penguji ujian akhir program Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tahun akademik 2010/2011

1. Pembimbing 1 : Hi. Gustop Amatiria, S.Kp, M.Kes NIP. 197008061993031002

2. Pembimbing 2 : Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes NIP. 196607251988032001

3. Penguji : Hj. Efa Trisna, S.Kep, M.Kes

NIP. 195103181972092001

Tanggal Ujian: Agustus 2011

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

(7)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Firda Garabo Iman NIM : 08200016

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah saya dengan judul: Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi Minum Kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

Belum pernah dilakukan penelitiannya oleh peneliti lain, bilamana penelitian tersebut pernah dilakukan dan saya melakukan plagiatnya maka saya sanggup menerima sanksi hukum yang berlaku dan penelitian saya tersebut dinyatakan batal.

Demikian surat penelitian ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya

Bandar Lampung, 2011

Yang menyatakan

Materai Rp. 6000

(8)

MOTTO

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian yang berjudul Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi Minum Kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

Proses penyelesain proposal penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:

1. Sri Indra Trigunarso, SKM, M.kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang.

2. Hernawilly, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang.

3. Gustop Amatiria, S.Kp, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya proposal penelitian ini.

4. Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya proposal penelitian ini.

(10)

Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya dari semua pihak, akhirnya kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca semua.

Bandar Lampung, Mei 2011

(11)

DAFTAR ISI

1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Pelayanan Kesehatan 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian...37

4.1.3 Jurusan Keperawatan Tanjungkarang...37

4.2 Hasil Penelitian dan Analisa...39

4.2.1 Analisa Univariat...39

4.2.2 Analisis Bivariat...40

4.3 Pembahasan ...42

4.4.. Keterbatasan Penelitian ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kesimpulan...45

4.2 Saran...46 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The National Committe On The Detection And Treatment Of Hypertension

Tabel 2. Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC-V Tabel 3. Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah

Tabel 4. Pengaruh Ukuran Manset Yang Umum Tersedia Menurut Report Of The Second Task Force

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi Pada Pagi Hari

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi Pada Siang Hari

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Lampiran 3. Lembar Inform Consent

Lampiran 4. Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 5. Jadwal Penelitian

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran tekanan darah telah dipelajari, diteliti dan dilakukan oleh

seorang ahli ilmu faal dari Inggris, Stepen Hales (1677-1761). Hales

meneliti aliran getah dalam tumbuh-tumbuhan dan dikembangkan dengan

penelitian pada hewan. Pengetahuan medis kemudian jauh berkembang

sesudah itu. Cara mengukur tekanan darah yang ditemukan Hales

merupakan suatu penemuan yang sangat penting. Kemudian dr. Scipione

Riva Rocci dari Italia sekitar tahun 1896 menciptakan sebuah alat pengukur

tekanan darah (Bangun, 2006).

Tekanan darah itu mirip cuaca. Setiap orang membicarakannya, tetapi tidak

cukup banyak orang yang melakukan sesuatu mengenainya (Kowalski,

2010). Tekanan darah terdiri dari tekanan puncak dan tekanan terendah.

Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan

sistolik. Tekanan terendah adalah tekanan diastolik yang terjadi saat jantung

beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan

sistolik terhadap tekanan diastolik (Smeltzer & Bare, 2002).

Tekanan darah tergantung dari jantung sebagai pompa dan hambatan

pembuluh arteri. Selama 24 jam, tekanan darah tidak tetap. Tekanan darah

(17)

Jika kita berdiri dan bergerak, tubuh segera mengadakan pengaturan,

sehingga tekanan darah menjadi stabil (Bangun, 2006).

Tidak ada nilai tekanan darah yang normal untuk setiap orang. Nilai tekanan

darah ini juga akan bervariasi sepanjang hari dan sepanjang hidupnya.

Tekanan darah normal berada dalam suatu kisaran tertentu (James dkk,

2008). Peningkatan tekanan darah dinamakan hipertensi dan penurunan

disebut hipotensi (Smeltzer & Bare, 2002). Tekanan darah yang masih

tergolong normal suatu saat mungkin akan meningkat. Tekanan darah

120/80 mmHg merupakan awal peningkatan resiko hipertensi. Peningkatan

20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik bagi

yang berusia 40-70 tahun, akan melipat gandakan risiko penyakit

kardiovaskular, sedangkan penurunan tekanan darah 1-3 poin akan

menurunkan risiko stroke sebesar 20%-30% (Kowalski, 2010).

Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah: umur, gender, kelompok

etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan merokok, kelas sosioekonomi, dan gaya

hidup (James dkk, 2008 ; Kowalski, 2010). Minum kopi atau teh dapat

meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara (Bangun,

2006). Kopi mengandung zat yang disebut dengan kafein yang terdapat pada

beberapa makanan atau minuman yang tersaji dalam kehidupan kita

(Erlangga, 2010. http://www.fritz-erlangga.co.cc.). Kafein sering

dikonsumsi dalam bentuk kopi, teh dan minuman energi dengan ide bahwa

(18)

hati kita. Bahkan, banyak dari konsumen merasa seperti benar-benar tidak

dapat beraktivitas sampai mendapatkan secangkir kopi (Jegtvig, 2008.

http://nutrition.about.com).

Namun, kafein yang terdapat dalam kopi sering kali membuat orang takut

mengkonsumsinya. Sebab, senyawa kafein tergolong dalam jenis alkaloid

yang bisa menimbulkan kecanduan. Secangkir kopi biasa, yang ampasnya

diendapkan, mengandung 25 miligram sampai 30 miligram kafein. Adapun

kopi instan setiap cangkirnya mengandung kafein lebih tinggi, yaitu 60

miligram sampai 80 miligram. Kandungan kafein paling tinggi ditemukan

pada kopi biasa yang tidak diendapkan, yakni 120 miligram setiap

cangkirnya (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).

Mengkonsumsi kafein sampai 300 mg dalam satu hari masih dalam batas

aman. Biasaya terdapat dalam tiga cangkir kopi. Kafein adalah stimulan dan

beberapa studi menunjukkan bahwa sejumlah kecil kafein dapat

meningkatkan waktu respon mental Anda. Studi lain menunjukkan bahwa

perbaikan kognitif dan elevasi mood mungkin tidak benar-benar terjadi

karena aspek menguntungkan kafein sebanyak mengakhiri gejala penarikan

yang kita rasakan ketika konsumen tidak minum kopi. Jumlah kafein yang

diminum lebih dari 300 mg per hari dapat membuat kegelisahan, bahkan

dalam jumlah besar kafein dapat membuat mudah marah, tidur dan bahkan

bisa memicu kecemasan dan menyebabkan diare (Jegtvig, 2008.

(19)

Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin

dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)

dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan

aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada

aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.

http://www.fritz-erlangga.co.cc.). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini

menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam (Guyton, 1996).

Kafein terhadap tekanan darah belum jelas seberapa pengaruhnya. Beberapa

buku yang ditemukan, tidak menyebutkan nilai pasti perubahan tekanan

darah yang diakibatkan mengkonsumsi kopi. Padahal dalam waktu dekat ini,

minum kopi bukan semata kebutuhan, tapi juga sudah menjadi gaya hidup.

Menjamurnya kedai kopi atau kafe khusus kopi dan meningkatnya jumlah

pengunjungnya. Kopi memang salah satu minuman paling banyak konsumsi

orang di bumi. Ketika ditanya untuk minuman pilihan mereka ketika mereka

membutuhkan energi, 64% mengatakan kopi es, diikuti oleh minuman

energi (22%), minuman berkarbonasi (9%) dan jus (6%) (Gosselin, 2011.

http://news.dunkindonuts.com).

Sekitar 80% orang dewasa di dunia sedikitnya mengkonsumsi segelas kopi

setiap hari (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com). Konsumsi

harian kopi di Amerika dikalangan konsumen terus meningkat pada tahun

(20)

percangkir dan perkapita yang meliputi peminum dan non-peminum terus

meningkat dari tahun 2008 dan empat tahun sebelumnya (NCAUSA, 2009.

http://www.ncausa.org).

Responden di Indonesia terbukti menjadi yang paling dikenal dengan 60

persen responden mengklaim mereka mengkonsumsi kopi sebelum mereka

bekerja (Kahil, 2011. http://www.beirutnightlife.com). Asosiasi Eksportir

Kopi Indonesia (AEKI) Lampung data menunjukkan bahwa Lampung telah

mengekspor separuh hasil kopi 6,740.5 ton kopi pada Januari tahun 2010

lalu dan sisanya dikonsumsi dalam negeri. Konsumsi kopi pada Januari

telah meningkat sekitar 200% dari periode yang sama tahun lalu (AEKI,

2011.http://www.thejakartapost.com).

Berdasarkan hasil pra survey di Asrama Keperawatan Tanjungkarang yang

dilakukan pada tanggal 9 Mei 2011 dari 83 orang yang dimintai keterangan

47 orang (56,6%) mengaku lebih semangat dan 14 orang (21,6%)

mengatakan berdebar-debar dan merasa pusing setelah minum kopi dan

sisanya 22 orang (26,5%) mengatakan tidak merasa ada perbedaan setelah

(21)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan

setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di

Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah

sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui gambaran rata-rata tekanan darah sistol 30 menit setelah

diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes

(22)

1.3.2.2 Mengetahui gambaran rata-rata tekanan darah diastol 30 menit setelah

diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Tahun 2011.

1.3.2.3 Mengetahui ada tidaknya rata-rata perbedaan tekanan darah sistol dan

diastol sebelum dan setelah diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Tahun 2011.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Tanjungkarang.

1.4.2 Bagi Objek Penelitian

Setelah mengetahui hasil penelitian diharapkan objek penelitian mampu

menjaga pola hidup yang lebih sehat.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

(23)

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat

ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik tekanan diastolik adalah

tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat (Smeltzer &

Bare, 2002). Bangun (2006) mengatakan bahwa tekanan darah adalah

kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa,

sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Tekanan darah

tergantung dari jantung sebagai pompa dan hambatan pembuluh arteri.

Selama 24 jam tekanan darah tidak tetap. Tekanan darah yang paling rendah

terjadi jika tubuh dalam keadaan istirahat dan tidur. Tekanan darah akan

naik sewaktu kita mengadakan latihan atau berolahraga.

Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah di sistem sirkulasi

atau sistem vaskular terhadap dinding pembuluh darah, jadi tekanan darah

sama dengan tekanan hidrostatik (James dkk, 2008). Menurut

(24)

9

pembuluh pembuluh darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital

yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan

pernafasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang

memompa darah kedalam arteri arteri dan diatur oleh arteri arteri pada

aliran darah. Tekanan darah atau blood pressure adalah tenaga yang

dikeluarkan oleh darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah

(Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).

2.1.2 Fisiologi Tekanan Darah

Guyton (1993) bagian dari jantung secara normal berdetak dalam

rangkaian yang teratur: kontraksi atrium (atrial sistol) yang diikuti oleh

kontraksi ventrikel (ventricular sistol) yang diikuti oleh kontraksi ventrikel

(ventricular sistol), dan selama diastol keempat ruang jantung berelaksasi.

Tekanan darah melalui fase isometrik (sistol), Sistol (fase kontraksi

isotonik), Diastol (protodiastol), Diastol (fase relaksasi isometrik), Diastol

(fase pengaliran cepat), Diastol (fase pengaliran berkurang), diantaranya:

2.1.2.1 Sistol (Fase Isometrik)

Sekitar 40 sampai 50 ms setelah awal gelombang Q dari EKG, sistol

ventrikular dimulai. Ketika tekanan meningkat pada ventrikel kiri dan

kanan melebihi tekanan atrial, katup trikuspidal dan mitral menutup.

Tekanan intraventrikular meningkat tajam. Selama 20 sampai 30 ms

ventrikel kehilangan tekanan dinding untuk membuka katup semilunaris

(25)

10

ada darah yang dikeluarkan. Dimana serabut miokardium ventrikel tidak

memendek, interval ini disebut kontraksi isometrik.

2.1.2.2 Sistol (Fase Kontraksi Isotonik)

Saat tekanan didalam ventrikel kanan meningkat sekitar 8 sampai 10

mmHg. Ventrikel kiri melebihi sekitar 80 mmHg, kekuatan tekanan

intraventrikuler membuka katup pulmonal aorta semilunaris. Darah segera

mengalir ke arteri pulmonal dan aorta dari ventrikel kanan dan kiri. Sekitar

dari 50% dari total volume darah dikeluarkan selama siklus jantung

tunggal dikosongkan dari jantung selama kuarter keempat dari seluruh

interval sistolik. Sekitar 50% dari sisa darah yang dikeluarkan

dikosongkan selama terjadinya setengah dari interval sistolik. Seluruh fase

dari sistol ini dinamakan periode isotonik dari ejeksi. Darah dikeluarkan

secara cepat awalnya, yang ditandai pada kedua tekanan ventrikel kiri dan

kanan, setelah tekanan sampai ke puncaknya. Berikut tekanan

intraventrikular menurun tajam di akhiri sistol dan fase diastol dimulai.

2.1.2.3 Diastol (Protodiastol)

Efek pertama dari relaksasi ventrikel adalah penurunan tekanan

intraventrikular dan penutupan katup pulmonal dan aorta semilunaris.

Interval antara awal diastol dan penutupan katup aorta semilunaris disebut

fase protodiastol (20 ms).

2.1.2.4 Diastol (Fase Relaksasi Isometrik)

Saat ventrikel relaksasi, tekanan darah yang meningkat selama diastol di

arteri pulmonal dan aorta cenderung untuk mendesak darah untuk kembali

(26)

11

semilunar menutup lagi. Bagaimanapun, tidak ada perubahan yang

signifikan pada volume yang muncul pada periode ini, dan semua katup

tetap menutup. Fase ini berlanjut sampai tekanan atrium kembali melebihi

ventrikel sehingga katup atrioventrikular terbuka.

2.1.2.5 Diastol (Fase Pengaliran Cepat)

Setelah arterioventrikular terbuka, fase ini dimulai interval ini berlangsung

sekitar 60 ms.

2.1.2.6 Diastol (Fase Pengaliran Berkurang)

Pada fase ini aliran darah melambat ditandai selama fase terakhir diastol,

lamanya sekitar 230 ms, lalu siklus jantung baru dimulai.

2.1.3 Sistem Pengatur Tekanan Arteri

Menurut Guyton (1996) Tekanan arteri tidak diatur oleh satu sistem

pengatur tekan saja, tetapi oleh beberapa sistem yang saling berhubungan

yang melakukan fungsi-fungsi khusus, yaitu:

2.1.3.1 Mekanisme Pengatur Tekanan yang Bekerja dengan Cepat

Beberapa mekanisme pengontrolan tekanan berbeda, yang kesemuanya

merupakan mekanisme umpan balik saraf, mulai bereaksi dalam beberapa

detik. Jadi garis pertahanan pertama terhadap tekanan yang abnormal

dibantu oleh mekanisme saraf untuk mengontrol tekanan arteri.

Mekanisme pengontrol tekanan lainnya juga ikut berperan dalam beberapa

menit. Dua diantaranya adalah mekanisme vasokonstriktor

(27)

12

atau ke luar dari sirkulasi untuk mengatur kembali volume darah sesuai

keperluan. Sistem renin-angiotensin memerlukan waktu kira-kira 20 menit

sebelum menjadi aktif sepenuhnya. Oleh karena itu, sistem vasokonstriktor

renin-angiotensin ini bekerja jauh lebih lambat daripada refleks saraf dan

sistem norepinefrin-epinefrin. Kedua mekanisme ini menjadi aktif penuh

dalam 30 menit sampai beberapa jam.

2.1.3.2 Mekanisme Pengaturan Tekanan Arteri Jangka Panjang

Pengaturan tekanan arteri oleh saraf, meskipun bekerja dengan sangat

cepat dan kuat untuk mengatasi kelainan tekanan arteri yang akut, umunya

kehilangan kemapuan mereka untuk mengatur tekanan arteri setelah

beberapa jam sampai beberapa hari karena reseptor tekanan saraf tersebut

beradaptasi, yaitu mereka kehilangan kesensitifan mereka. Oleh karena itu,

kecuali dalam keadaan yang sangat luar biasa, mekanisme saraf untuk

mengatur tekanan arteri tidak memainkan peranan penting dalam

pengaturan tekanan arteri jangka panjang. Pengaturan jangka panjang

dilakukan oleh suatu mekanisme pengatur ginjal, volume cairan, tekanan.

Mekanisme ini melibatkan pengaturan volume darah dengan efek

akibatnya pada tekanan darah dan sebagian mekanisme ini melibatkan

pengaturan fungi ginjal oleh beberapa sistem hormon berbeda. Secara

khusus termasuk sistem renin-angiotensin dan hormon aldosteron yang

disekresikan oleh korteks adrenal. Peranan sistem

(28)

13

dengan meningkatkan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan ginjal

menahan air dan garam sehingga meningkatkan volume cairan ekstrasel,

volume darah, curah jantung dan tekanan arteri.

2.1.4 Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah

Menurut Syaifudin, (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tekanan darah, diantaranya:

2.1.4.1 Kekuatan jantung memompa darah, membuat tekanan yang dilakukan

jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh dan darah dapat

kembali lagi ke jantung.

2.1.4.2Viskositas (kekentalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah

sel darah yang beredar dalam aliran darah.

2.1.4.3 Elastisitas dinding aliran darah. tekanan arteri lebih besar daripada di

dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada

vena.

2.1.4.4 Tahanan tepi yaitu tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam

pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial.

Turunnya tekanan mengakibatkan denyut pada kapiler dan vena tidak

teraba darah.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah: umur, gender,

kelompok etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan hidup, kelas sosioekonomi

(James dkk, 2008). Selain itu, minum kopi dapat meningkatkan denyut

(29)

14

2.1.5.1 Umur

Tekanan darah normal pada anak-anak lebih rendah daripada orang

dewasa, dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Orang

lanjut usia kerap mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada

aorta, yaitu arteri besar yang membawa darah dari jantung, yang

menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan semakin

tingginya tekanan darah (Kowalski, 2010).

2.1.5.2 Kelompok Etnis

Warga Afrika-Amerika merupakan kelompok dengan angka kasus

hipertensi tertinggi di dunia. Orang kulit putih lebih berisiko tinggi

menderita tekanan darah tinggi dibanding orang kulit hitam. Hubungan ras

dengan hipertensi bukan sesuatu yang dapat dijelaskan secara medis atau

psikologis (Kowalski, 2010).

2.1.5.3 Stres

Stres juga diyakini memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah.

Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan terkanan

darah secara intermittent. Salah satu tugas saraf simpatis adalah

merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat

menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan

penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya

(30)

15

2.1.5.4 Gaya Hidup

1) Aktivitas Fisik

Pemeliharaan tekanan darah yang dilakukan salah satunya adalah

aktivitas fisik. Orang yang paling sehat di dunia adalah orang yang paling

aktif secara fisik. Ada banyak cara untuk tetap bugar dan menjalankan

aktivitas fisik yang kita butuhkan demi kesehatan tubuh pada umumnya

dan kesehatan jantung pada khusunya (Kowalski, 2010).

2) Mengkonsumsi Kafein

Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin

dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)

dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan

aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula

pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.

http://www.fritz-erlangga.co.cc). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini

menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam (Guyton, 1996).

Dosis mengkonsumsi kafein sampai 300 mg dalam satu hari masih dalam

batas aman. Biasanya terdapat dalam tiga cangkir kopi. Kafein adalah

stimulan dan beberapa studi menunjukkan bahwa sejumlah kecil kafein

dapat meningkatkan waktu respon mental anda. Studi lain menunjukkan

bahwa perbaikan kognitif dan elevasi mood mungkin tidak benar-benar

terjadi karena aspek menguntungkan kafein sebanyak mengakhiri gejala

penarikan yang kita rasakan ketika konsumen tidak minum kopi. Gejala ini

(31)

16

diminum lebih dari 300 mg per hari dapat membuat kegelisahan, bahkan

dalam jumlah besar kafein dapat membuat mudah marah, tidur dan bahkan

bisa memicu kecemasan (Jegtvig, 2008. http://nutrition.about.com).

2.1.6 Indikator Pengukuran Tekanan Darah

Ukuran tekanan darah dinyatakan dengan mmHg. Hg merupakan

singkatan Hydragyrum, yakni air raksa yang berda pada tabung tensimeter

yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan darah. Jadi, ukuran mmHg

berarti tenaga mm air-raksa. Orang yang dikatakan mempunyai tekanan

darah 120 mmHg berarti tenaga yang dikeluarkan oleh darahnya dapat

mendorong air raksa didalam tabung tensimeter setinggi 120 mm

(Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).

Tidak ada nilai tekanan darah yang normal untuk setiap orang. Walaupun

ada nilai normal untuk seseorang, tetapi nilai tekanan darah ini juga akan

bervariasi sepanjang hari dan sepanjang hidupnya. Sehingga, tekanan

darah normal adalah dalam suatu kisaran tertentu. Kisaran tekanan darah

sitolik pada saat istirahat adalah 100-140 mmHg (pada usia 20 tahun) dan

kisaran tekanan darah diastolik adalah 50-90 mmHg (James dkk, 2008).

2.1.6.1 Menurut World Health Organizatiton (WHO) dalam Bangun (2006):

1) Tekanan darah normal yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 dan

(32)

17

2) Tekanan darah perbatasan yakni sistolik 141-149 dan diastolik 91-94

mmHg.

3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi yakni jika sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95

mmHg.

2.1.6.2 Menurut The National Committe On The Detection and Treatment Of

Hypertension

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The National Committe On The Detection and Treatment Of Hypertension

Nilai Tekanan (mmHg) Klasifikasi

Borderline isolated systolic

hypertension

Isolated systolic hypertension

(33)

18

2.1.6.3Menurut JNC-V

Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-V

No Kriteria Tekanan Darah ( mmHg )

Sistolik Diastolik 1

2 3

Normal

Perbatasan ( high normal) Hipertensi :

Derajad 1 = ringan (mild) Derajad 2 = sedang (moderat)

Derajad 3 = berat (severe)

Sumber: (Wijayakusuma & Dalimartha, 2004)

2.1.6.4 Berikut Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah:

Tabel 3. Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah

(34)

19

mengkhawatirkan karena pembuluh darah koroner yang terkena penyakit

tidak mampu berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah

mempertahankan aliran darah dengan bergantung pada tekanan.

Berkurangnya tekanan perfusi koroner dapat menyebabkan

berlangsungnya ketidakseimbangan iskemik (Price & Wilson, 2005).

2.1.7.2 Hipertensi

Istilah “hipertensi” diambil dari bahasa Inggris “hypertension”. Kata

hypertension itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “hyper” dan

tension”. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti

tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran

yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Disamping

itu, dalam bahasa Inggris digunakan istilah “high blood pressure” yang

berarti tekanan darah tinggi (Muhammadun, 2010).

2.1.8 Mekanisme Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah telah dipelajari, diteliti dan dilakukan oleh

seorang ahli ilmu faal dari Inggris, Stepen Hales (1677-1761). Hales

meneliti aliran getah dalam tumbuh tumbuhan dan dikembangkan dengan

penelitiannya pada hewan. Hales adalah orang pertama yang mengukur

tekanan darah seekor kuda (Bangun, 2006). Pengukuran tekanan darah

dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Kateter arteri

dimasukkan ke dalam arteri pada metode langsung, pengukuran tidak

langsung dilakukan dengan spygmomanometer dan stetoskop (Smeltzer &

(35)

20

2.1.8.1 Persiapan Pengukuran Tekanan Darah

1) Persiapan alat

Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pada pemakaian manset

yang sesuai ukurannya bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan

pasien, seperti pada anak-anak maka pembacaan tekanan akan lebih rendah

dari tekanan sebenarnya. Sebaliknya, bila manset terlalu kecil misalnya

pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka

pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibanding tekanan yang sebenarnya

(Smeltzer & Bare, 2002).

Tabel 4. Pengaruh Ukuran Manset yang Umum Tersedia Menurut Report Of The Second Task Force

Nama Manset Lebar Kantong (cm) Panjang Kantong (cm)

Bayi baru lahir

tenang selama lima menit. pasien duduk dengan kedua lengan bebas setinggi

(36)

21

3) Alat Pengukur Tekanan Darah

Normalnya, ketika perawat menyebut tekanan darah yang dimaksud adalah

tekanan darah arteri (James dkk, 2008). Alat untuk mengukur tekanan darah

disebut sphygmomanometer di kalangan medis, Kalangan awam

menyebutnya tensimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan darah

pada pembuluh arteri perifer (Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).

Tekanan darah dapat diukur secara akurat dengan menggunakan

spygmomanometer dan stetoskop, yang merupakan metode noninvasif

(James dkk, 2008). Spygmomanometer tersusun atas manset yang dapat

dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga

dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang

terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa

yang dihantar oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2006).

Spygmomanometer tersebut terdiri dari pompa karet, katup pengatur, pipa

karet, pembalut lengan yang berisi kantung karet yang dapat di pompa, dan

penunjuk tekanan. Penunjuk tekanan bisa terdiri dari suatu kolom air raksa

dalam tabung, seperti termometer. Pada pembalut lengan terdapat sejenis

pelekat, sehingga dapat mengikat jika pembalut telah dililitkan pada lengan

(Bangun, 2006).

4) Teknik dan Cara Pengukuran

Pengkajian didasarkan pada rata-rata hasil yang didapat dari dua

(37)

22

harus diukur sekali lagi untuk menghitung rata-ratanya (Smeltzer & Bare,

2002). Bangun (2006) menyatakan cara mengukur tekanan darah sebagai

berikut:

(1) Dengan posisi lengan setinggi posisi jantung, kantung pembalut lengan

dililitkan di lengan bagian atas.

(2) Sambil menempatkan stetoskop pada pembuluh arteri di lengan atau di

bawah pembalut lengan, bola karet ditekan berkali-kali, sehingga udara

yang ada di rongga pembalut lengan menekan dan mendorong air raksa pada

manometer ke atas. Karena mengembang, pembalut lengan menekan arteri

di bawahnya.

(3) Klep pengatur udara di buka perlahan-lahan, sehingga tekanan udara di

rongga pembalut lengan akan berkurang. Demikian pula dengan tekanan air

raksa akan berkurang.

(4) Pada saat tekanan pembalut lengan sama dengan tekanan pada pembuluh

darah, darah akan segera mengalir. Pada saat itu akan terdengar bunyi “duk”

pertama kali melalui stetoskop dan saat itu juga diperiksa penunjuk tekanan

skala air raksa pada manometer. Jika menunjukkan 120 berati tekanan darah

sistolik adalah 120 mmHg.

(5) Selanjutnya, kantung atau pembalut lengan dibiarkan mengempis

perlahan-lahan, sehingga tekanan udara pada pembalut lengan atas akan

terus berkurang dan di stetoskop akan terdengar bunyi “duk, duk ..” secara

terus menerus, sehingga tidak terdengar lagi. Pada saat tidak terdengar

(38)

23

menunjukkan angaka 80, berati tekanan darah diastolik 80 mmHg. Dengan

demikian pengukuran tersebut nilainya 120/80 mmHg.

2.2 Kopi

2.2.1 Pengertian Kopi

Kopi (coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon termasuk

dalam famili rubiaceae dan genus coffee (Najiyati & Danarti, 2001).

2.2.2 Jenis Kopi

Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling

sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan librika.

Penggolongan kopi tersebut biasanya pada spesiesnya, kecuali kopi

robusta. Kopi robusta merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi,

terutama coffee canephora (Najiyati & Danarti, 2001).

2.2.2.1 Kopi Arabika (Coffee Arabica)

Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia, golongan ini merupakan

yang pertama kali di kenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan

merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir

Abad XIX didominasi kopi arabika menurun, karena ternyata kopi ini

sangat peka terhadap penyakit (Najiyati & Danarti, 2001).

2.2.2.2 Kopi Liberika

Kopi liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun

(39)

24

jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah rendah (Najiyati & Danarti,

2001).

2.2.2.3 Kopi Robusta

Kopi robusta berasal dari Kongo dan masuk Indonesia pada tahun 1900.

Karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang.

Bahkan kopi ini merupakan jenis yang mendominasi perkebunan kopi di

Indonesia hingga saat ini (Najiyati & Danarti, 2001).

2.2.3 Kandungan Zat-zat Kimia pada Biji Kopi

Kafein, Trigoneline, ProteindanAsam Amino, Karbohidrat, Asam Alifatik

(asam karboksilat), Asam Klorogenat, Lemak dan turunannya, Glikosida

Mineral, Komponen Volatil (Yusianto & Sri, 2005.

http://afruri.blogspot.com).

2.2.3.1 Kafein

Kafein merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan

alkaloid. Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor

adenosin dalam sel saraf. Peranan utama kafein di dalam tubuh adalah

meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan

memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dalam dunia

medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman yang kita

konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai trimethylxantine dengan

rumus kimia C8H10N4O2. Kafein bekerja di dalam tubuh dengan

mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan memacu

(40)

25

sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk

melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi

ekstra (Erlangga, 2010. http://www.fritz-erlangga.co.cc).

Secangkir kopi biasa, yang ampasnya diendapkan, mengandung 25

miligram sampai 30 miligram kafein. Adapun kopi instan setiap

cangkirnya mengandung kafein lebih tinggi, yaitu 60 miligram sampai 80

miligram. Kandungan kafein paling tinggi ditemukan pada kopi biasa yang

tidak diendapkan, yakni 120 miligram per cangkirnya. Kopi akan

mengganggu kesehatan apabila kandungan kafein yang dikonsumsi per

hari lebih dari 500 miligram, atau sekitar 5 gelas kopi instan. Sebuah

penelitian menyebut, konsumsi kafein 600 miligram per hari, atau setara

lima sampai enam cangkir kopi, bisa menyebabkan kecanduan dan

gangguan kesehatan (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).

2.2.3.2 Etilfenol

Senyawa berbau tar. Benda ini juga ditemukan di feromon pada kecoa,

senyawa yang mereka gunakan sebagai tanda bahaya bagi kelompoknya

(41)

26

2.2.3.3Quinic Acid (Asam Kina)

Senyawa ini yang memberi kopi sedikit rasa asam. Tapi senyawa ini juga

digunakan sebagai starter pada tamiflu (Koen, 2009.

http://agushardiyanto.blogspot.com).

2.2.3.4 Dicaffeoyl-Quinic Acid

Ini antioksidan di dalam kopi. Saat para ilmuwan mengenakan senyawa ini

pada neuron, sel-sel itu meningkat daya lindungnya terhadap kerusakan

dari radikal bebas (Koen, 2009. http://agushardiyanto.blogspot.com).

2.2.3.5 Asetilmetil-Karbinol.

Rasa mentega yang kaya pada kopi itu berasal dari cairan kuning yang

mudah menyala ini (Koen, 2009. http://agushardiyanto.blogspot.com).

2.2.3.6 Putrescine

Bakteri E. coli mengurai asam amino menjadi putrescine, yang terdapat

secara alami di dalam biji kopi ini (Koen, 2009.

http://agushardiyanto.blogspot.com).

2.2.3.7 Niacin Trigonelline

Tidak stabil pada suhu di atas 70ºC, dan dapat terurai menjadi niacin

vitamin B di cangkir kita. Dua cangkir kopi memenuhi setengah kebutuhan

vitamin B harian kita.

2.2.3.8Trigonelline

Ini molekul niacin yang melekat pada kelompok metil. Ia terurai menjadi

pyridin, yang memberi kopi rasa agak manis, aroma tanah, dan mencegah

(42)

27

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori dari penelitian ini difokuskan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan

darah diantaranya umur, kelompok etnis, kebugaran tubuh, kelas

sosioekonomi, gender, stres dan gaya hidup (aktivitas fisik, mengkonsumsi

kafein) (James dkk, 2008) yang digambarkan pada bagan dibawah ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep

Sumber: (James, 2008 ; Bangun, 2006)

Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :

Umur

Kelompok Etnis Stres

Kebugaran Tubuh Kelas Sosioekonomi Gender

Gaya hidup (aktivitas fisik, mengkonsumsi kafein)

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.2.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen Quasi dengan

pendekatan komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan

masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau

lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang

berbeda (Sugiyono, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Tanjungkarang Tahun 2011.

1.2.2. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian adalah diagram yang menggambarkan keterkaitan

antara satu konsep dan konsep lain yang akan dieksplorasi dalam penelitian

ini (Suyanto dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di asrama

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Tanjungkarang Tahun 2011, yang sebagaimana dapat digambarkan dalam

kerangka kerja penelitian sebagai berikut:

(44)

29

Gambar 2. Bagan kerangka kerja

1.2.3. Hipotesis

Hipotesis pada hakikatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya

hubungan variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun

hipotesis (Ha) pada penelitian ini adalah ada perbedaan tekanan darah

sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.

1.2.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu

konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian

ini yaitu tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi.

1.2.5. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

diamati/diteliti dari variabel tersebut perlu diberi batasan atau definisi

oprasional. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahakan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan

Sebelum Minum Kopi Tekanan Darah

(45)

30

serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Adapun

definisi oprasional dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 5. Definisi Operasional Variabel

1.2.6.

Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 173 orang mahasiswa yang Variabel Definisi

(46)

31

menghuni Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan yang diteliti dan

Teknik pengambilan besar sampel (Bungin, 2009), dengan penentuan besar

sampel sebagai berikut :

n= N

1+N

(

d2

)

n= 173

1+173

(

0,052

)

=

120,76

dibulatkan menjadi 121 responden, dianggap mewakili seluruh populasi

(Bungin, 2009). Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Presisi yang digunakan 5% pada tingkat kepercayaaan 95%.

Jumlah sampel berdasarkan rumus diatas adalah 121 mahasiswa. Teknik

pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan cara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara ini

dilakukan karena sampel dianggap homogen (Sugiyono, 2010). Kriteria

sampel yang diambil yaitu mahasiswa yang memiliki aktivitas, umur, dan

makanan yang relatif sama dan tinggal ditempat yang sama dan bersedia

(47)

32

1.2.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan adalah di Asrama Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.

3.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan adalah pada tanggal 23 Mei 2011 sampai

dengan 26 Juli 2011.

1.2.8. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan

dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan

mencatatnya (Arikunto, 2006).

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur.

Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis,

tentang apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi

terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang

variabel apa yang akan diamati (Sugiyono, 2010). Penelitian ini peneliti

menggunakan alat ukur tekanan darah dengan menggunakan

sphygnomanometer dan stetoskop.

Kriteria sampel diukur sebelum dan sesudah 30 menit diberi minum kopi.

(48)

33

responden diharuskan menghabiskannya. Responden dilarang melakukan

aktifitas yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah secara drastis,

misalnya; mencuci, latihan fisik, tidur, stres, selain itu responden dilarang

mengkonsumsi makanan atau minuman sebelum diukur kembali tekanan

darahnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam 30 menit setelah diberi

minum kopi adalah aktifitas yang tidak banyak mempengaruhi tekanan

darah, seperti; menonton tv, mengobrol, membaca.

3.8.2 Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembar observasi skala

penilaian. Skala ini dapat merupakan alat pengumpul data untuk

mengelompokkan, menggolongkan dan menilai suatu gejala (Notoatmodjo,

2010).

1.2.9. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) data yang dikumpulkan melalui lembar

observasi akan dilakukan pengolahan data yang telah melalui beberapa

tahapan sebagai berikut:

3.9.1 Editing

Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan

karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul

tidak logis dan meragukan. Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian

tahapan data yang diperoleh kemudian diteliti apakah ada kesalahan.

Memiliki tujuan untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat

(49)

34

3.9.2 Coding

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu

pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.

Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data

yang termasuk dalam kategori yang sama. Pada penelitian tidak dilakukan

coding.

3.9.3 Entry Data (Pemasukan Data)

Setelah kuisioner terisi penuh dan benar, jawaban-jawaban responden

diberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor maka

langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry

dapat dianalisis, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam

bentuk tabel-tabel. Untuk itu diperlukan ketelitian agar tidak terjadi

kesalahan.

3.9.4 Cleaning Data (Pembersihan Data)

Setelah pemasukan data selesai, lakukan pengecekan kembali data, bila data

sudah benar-benar bebas dari kesalahan, langkah selanjutnya adalah

melakukan pengujian kebenaran data.

1.2.10. Analisa Data

Data disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat dan

(50)

35

3.10.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian. Pada umumnya hanya menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini

analisis univariat digunakan untuk mencari statistik yang meliputi mean,

median, modus, standar deviasi, dengan rumus (Hastono, 2001):

Mean: X=

❑ ❑

x1/n

Median: (n+1)/2

Modus: nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi/jumlah terbanyak.

Standar deviasi: SD= (xix)

2

n

3.10.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis

bivariat digunakan untuk menganalisis kejadian peningkatan tekanan darah

yang diduga terjadi perubahan setelah diberi minum kopi dengan

menggunakan uji T-test dependendengan rumus (Hastono, 2001):

d S D¿√ n

T=d¿

Keterangan:

(51)

36

Untuk menjawab hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α)

dengan P value yang didapat. Nilai α dalam penelitian ini adalah 5%

(0,05). Ho akan ditolak bila P value < nilai α dan Ho gagal ditolak bila

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

4.1.1 Jurusan Keperawatan Tanjungkarang

Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

sebagai tempat dilaksanakannya penelitian ini beralamatkan pada Jl.

Soekarno-Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung telp. (0721) 783852.

Jurusan Keperawatan Memiliki beberapa fasilitas; diantaranya asrama,

laboratorium klinik, perpustakaan dan gedung-gedung pendidikan, serta

gedung yang digunakan sebagai dapur asrama dan gedung-gedung lainnya.

Gedung-gedung tersebut digunakan untuk menunjang aktifitas pembelajaran

para mahasiswa.

Kegiatan belajar yang harus diselesaikan oleh mahasiswa di Jurusan

Keperawatan Tanjungkarang adalah 6 semester dan diberi kesempatan untuk

memperbaiki mata ajar yang belum lulus sampai 10 semester. Mahasiswa

tingkat 1 (semester 1 dan 2) dan mahasiswa tingkat 2 (semester 3 dan 4)

beserta mahasiswa putri tingkat 3 (semester 5 dan 6) diwajibkan untuk

tinggal di asrama. Jurusan keperawatan memiliki 2 buah asrama yaitu

asrama putra dan asrama putri.

Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang dilengkapi oleh fasilitas dapur

(53)

38

pagi, siang dan malam hari. Menu makanan yang disajikan setiap harinya

adalah menu yang telah dibuat khusus oleh ibu dapur yang sesuai dengan

kebutuhan gizi yang seimbang. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama

diwajibkan untuk makan di dapur sehingga menu makanan yang dikonsumsi

para mahasiswa rata-rata adalah sama.

Kegiatan yang dilakukan mahasiswa jurusan keperawatan selama diasrama

adalah kegiatan-kegiatan positif yang telah dirancang oleh pengurus asrama.

Pada pagi hari mahasiswa diwajibkan untuk bangun sebelum jam 5 pagi dan

telah dibagi jadwal piket. Pada pukul 08.00-15.00 WIB adalah jam belajar,

setelah itu mahasiswa dapat melakukan aktifitas seperti olah raga maupun

mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada di Poltekkes Kementerian

Kesehatan Tanjungkarang.

Tempat yang akan digunakan untuk tempat penelitian adalah gedung dapur.

Dapur memiliki beberapa ruangan diantaranya ruang memasak, ruang

makan, toilet serta kamar tidur ibu dapur. Ruang makan adalah ruangan

yang paling besar diantara ruangan yang lain, oleh sebab itu peneliti

(54)

39

4.2 Hasil Penelitian dan Analisa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 17-24 Juli 2011

terhadap 121 responden didapatkan data sebagai berikut:

4.2.1 Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Mean Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Pagi, Siang dan Malam Hari Sebelum Diberi Minum Kopi

Variabel Sistol Diastol

N Valid 121 121

Missing 0 0

Mean 115.6171 73.5124

Std. Error of Mean .69940 .44412

Median 115.6667 73.6667

Mode 112.67a 75.33

Std. Deviation 7.69339 4.88536

Minimum 92.00 61.33

Maximum 135.00 85.00

Berdasarkan tabel 6 diketahui distribusi hasil pengukuran tekanan darah sebelum minum kopi. Data tersebut diambil dari rata-rata pengukuran terhadap 121 responden pada pagi, siang dan malam hari. Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi dan didapat nilai mean

(55)

40

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Mean Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Pagi, Siang dan Malam Hari Setelah Diberi minum Kopi terhadap 121 responden pada pagi, siang dan malam hari setelah 30 menit diberi minum kopi. Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi dan didapat nilai mean sistol setelah 30 menit minum kopi 121,5179 mmHg sedangkan rata-rata nilai diastol 78,0220 mmHg.

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Perubahan Nilai Tekanan Darah Sistol sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi

(56)

41

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 8, dapat diketahui perbedan nilai

mean tekanan darah sistol sebelum (115,6171 mmHg) dan setelah diberi

minum kopi menjadi (121.5179 mmHg). Melalui uji T didapatkan p

V=0,0001 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang siknifikan terhadap

tekanan darah sistol sebelum dan setelah diberi minum kopi.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Perubahan Nilai Tekanan Darah Diastol sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi

Tekanan

Sebelum 73.5124 .44412 73.6667 75.33 4.88536 61.33 85.00

.0001

Setelah 78.0220 .57868 77.3333 79.67 6.36552 61.33 98.33

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, dapat diketahui perbedan nilai

mean tekanan darah diastol sebelum (73,5124 mmHg) dan setelah diberi

minum kopi menjadi (78,0220 mmHg). Melalui uji T didapatkan p

V=0,0001 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang siknifikan terhadap

tekanan darah diastol sebelum dan setelah diberi minum kopi.

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 8 dan 9, dapat diketahui nilai p

V=0,0001 dan α 0,05 dengan derajat kesalahan 5%. Untuk menjawab

hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α) dengan p V yang

didapat. Dapat disimpulkan bahwa p V < nilai alpha (α) berati hipotesis

penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan

(57)

42

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan univariat, dapat diketahui terdapat perbedaan

nilai mean tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan setelah responden

diberi minum kopi. Nilai mean sistol 115.6171 mmHg sebelum minum kopi

dan setelah diberi minum kopi berubah menjadi 121.5179 mmHg.

Sedangkan nilai diastol sebelum minum kopi 73, 5124 mmHg dan berubah

menjadi 78,0220 mmHg. Setelah dilakukan uji bivariat didapatkan nilai p

V=0,0001 dan α 0,05 dengan derajat kesalahn 5%. Untuk menjawab

hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α) dengan p V yang

didapat. Nilai α dalam penelitian ini adalah 5% (0,05). Dapat disimpulkan

bahwa p V < nilai alpha (α) berati hipotesi penelitian diterima yang artinya

ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di

Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.

Hal ini salah satunya disebabkan kandungan kafein di dalam kopi sehingga

Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin

dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)

dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan aktifitas otot, serta

perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk

menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.

http://www.fritz-erlangga.co.cc). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini menjadi aktif penuh

(58)

43

Selain itu dosis kopi yang diberikan kepada responden merupakan dosis

maksimal yang seharusnya dikonsumsi oleh setiap orang, yaitu 500 mg.

Kopi akan mengganggu kesehatan apabila kandungan kafein yang

dikonsumsi per hari lebih dari 500 miligram, atau sekitar 5 gelas kopi

instan. Sebuah penelitian menyebut, konsumsi kafein 600 miligram per hari,

atau setara lima sampai enam cangkir kopi, bisa menyebabkan kecanduan

dan gangguan kesehatan (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).

Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti sekaligus melakukan

observasi kepada para responden. Tidak nampak perubahan-perubahan

patologis yang dialami oleh responden. Tidak nampak gejala pusing dan

responden tidak ada yang mengeluh setelah dilakukan penelitian.

Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan bahwa perubahan tekanan

darah yang meningkat paling banyak ditemukan pada siang hari. Menurut

peneliti hasil yang didapat menggambarkan terdapat perubahan tekanan

darah yang bermakna pada tekanan darah sistol maupun diastol namun tidak

(59)

44

4.4 Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangan ataupun

keterbatasan. Peneliti tidak mampu mengukur tekanan darah tepat 30 menit

setelah diberi minum kopi dikarenakan keterbatasan alat yang digunakan

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Hasil penelitian ini didapat nilai mean sistol sebelum minum kopi 115,6171

mmHg, sedangkan nilai mean sistol setelah minum kopi 121,5179 mmHg.

5.1.2 Hasil penelitian ini didapat nilai mean diastol sebelum minum kopi 73,5124

mmHg, sedangkan nilai mean diastol setelah minum kopi 78,0220 mmHg.

5.1.3 Dapat disimpulkan bahwa p V (0,0001) < nilai α (0,05) berati hipotesis

penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sistol dan

(61)

46

5.2 Saran

5.2.1 Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan khususnya Jurusan Keperawatan

Tanjungkarang Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungkarang dapat

menyampaikan hasil penelitian ini kepada masyarakat melalui mahasiswa

saat melakukan kegiatan praktek klinik, PKMD ataupun program-program

lain yang berhubungan dengan masyarakat.

5.2.2 Untuk Objek Penelitian

Bagi para responden apabila meminum kopi sebaiknya diminum pada pagi

hari, dikarenakan dapat meningkatkan tenaga dan bisa digunakan untuk

aktifitas selanjutnya. Tidak disarankan untuk mengkonsumsi kopi pada

malam hari karena dapat membuat seseorang sulit tidur yang disebabkan

aktifitas jantung yang meningkat yang ditandai oleh meningkatnya tekanan

darah.

5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan

sampel yang lebih kecil, supaya dapat mengontrol kegiatan yang dilakukan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aryafatta (2008). Kafein dalam Kopi. http://aryafatta.wordpress.com

AEKI (2011). Meskipun Harga Kopi Naik, Petani Kopi di Lampung yang Pesimis Bahwa Kondisi Cuaca Tidak Menguntungkan dan Perantara Kejam Akan Memotong Keuntungan Mereka untuk Tahun Kedua Berturut-turut.

http://www.thejakartapost.com/news

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta

Bangun (2006). Terapi Jus & Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Depok; Agro Media Pustaka

Bungin, Burhan (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta; Kencana Prenada Media Grup

Erlangga, Fritz (2010). Efek Kafein pada Tubuh. http://www.fritz-erlangga.co.cc.

Ganong (2003). Buku Ajar Fisologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Pendit. Jakarta; EGC

Gosselin, Mc (2011). The Cold Hard. http://news.dunkindonuts.com

Guyton (1996). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Diterjemahkan oleh Andrianto. Jakarta; EGC

(1993). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jilid 1, Edisi ke-7. Jakarta; EGC

Jegtvig, Shereen(2008). What Is The Safe Or Recommended Amount Of Caffeine

One Should Take In One Day. http://nutrition.about.com.

James dkk (2008). Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Diterjemahkan Oleh

Wardhani. Jakarta; Erlangga

Hastono, Sutanto Priyo (2001). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta

(63)

46

Muhammadun, AS (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Jakarta; In Books

Najiyati, Sri & Danarti (2007). Kopi Budi Daya & Penanganan Pasca Panen. Jakarta; Peneber Swadaya

Nasution S & Thomas M (2010). Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi

Makalah. Jakarta; Bumi Aksara

NCAUSA (2009). National Coffee Drinking Trends 2009. http://www.ncausa.org

Notoatmojdo, Soekijdo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT Rineka Cipta

Price A, Sylvia & Wilson M, Lorraine (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung; Alfabeta

Suyanto dkk (2011). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa

Jurusan Keperawatan. Bandar Lampung

Syaifudin, H (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta; EGC

Wijayakusuma, Hembing & Dalimartha, Setiawan (2004). Ramuan Tradisional

untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta; Penebar Swadaya

Winarsi, Hery (2007). Anti Oksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta; Kanisius

Wong L, Donna (2003). Keperawatan Pediatrik. Diterjemahkan oleh Ester. Jakarta; EGC

Yusianto & Sri, Mulato (2009). Kandungan Zat-Zat Kimia Pada Biji Kopi.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The National Committe OnThe Detection and Treatment Of Hypertension
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-V
Tabel 4. Pengaruh Ukuran Manset yang Umum Tersedia Menurut Report OfThe Second Task Force
Gambar 2. Bagan kerangka kerja
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan upaya perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan melalui: melaksanakan kebijakan

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

Opersional (BOPO) yang dicapai perusahaan tahun 2018 adalah 48,15%. Dilihat dari Perspektif Pelanggan, kinerja perusahaan termasuk kategori baik. Dalam Perspektif

Sejalan dengan hal tersebut, uji-t menunjukkan hasil uji beda sebesar 14,20 lebih besar dari ttabel 2,092, sehingga dapat disimpulkan penerapan media video berpengaruh

Namun terdapat satu indikator yang tidak dijawab oleh responden seutuhnya, yaituindikator pelayan melakukan dengan cepat ketika memenuhi pesanan konsumen, artinya

disimpulkan hasil belajar geografi pada materi pokok persebaran fauna menggunakan media pembelajaran Google Earth lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar menggunakan media

LKS hasil pengembangan memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (a) Penyusunan LKS didasarkan pada model inkuiri terbimbing yang terdiri dari observasi, pe- rumusan

Berdasarkan uraian tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui (1) pembelajaran matematika efektif dengan penerapan