PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH
DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN
KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
FIRDA GARBO IMAN NIM 08200016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH
DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN
KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN
TANJUNGKARANG
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Dalam Rangka Ujian Akhir Program Pendidikan D.III Keperawatan
Oleh
FIRDA GARBO IMAN NIM 08200016
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Agustus 2011
Firda Garbo Iman
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG TAHUN 2011
xv + 46 halaman, 8 tabel, 2 gambar, dan 6 lampiran
ABSTRAK
Kopi adalah salah satu minuman sumber kafein yang populer dan stimulan yang terkenal di dunia. Sekitar 80% orang dewasa di dunia sedikitnya mengkonsumsi segelas kopi setiap hari, sedangkan di Amerika 54% orang dewasa adalah peminum kopi. Indonesia khususnya di lampung konsumsi kopi meningkat sampai 200% dari th 2010. Kafein merupakan salah satu zat yang terkandung dalam kopi. Kafein mengambil alih kerja saraf adenosin dalam yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel pada penelitian ini 121 orang dari total populasi 173 orang. Analisa yang dilakukan menggunakan analisa uniariat dan bivariat menggunakan Uji T dependen. Penelitian ini dilakukan dengan memberi minum kopi pada responden yang diambil pada 3 waktu yang berbeda yaitu pagi, siang dan malam hari. Instrumen yang digunakan menggunakan lembar observasi.
Hasil yang didapat pada penelitian ini p Value = 0,0001 dan nilai α=0,05 dengan derajat kesalahan 5% maka dapat disimpulkan bahwa p Value < α berati hipotesis penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Kementerian Kesehatan Tanjungkaran Tahun 2011. Perbedaan yang didapat siknifikan tetapi tidak menimbulkan efek patologis pada responden. Sehingga tidak dapat dikatakan meminum kopi dapat menimbulkan hipertensi, tetapi hanya dapat menimbulkan perubahan tekanan darah saja.
Disarankan apa bila mengkonsumsi kopi sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena dapat meningkatkan tenaga yang dapat digunakan untuk aktifitas dipagi hari dan tidak dianjurkan mengkonsumsi kopi bagi penderita hipertensi karena tekanan darahnya akan semakin meningkat.
RIWAYAT PENULIS
Nama : FIRDA GARBO IMAN
NIM : 08200016
TTL : Metro, 18 Mei 1990
Agama : ISLAM
Jenis Kelamin : LAKI-LAKI
Status Mahasisiwa : Tugas Belajar
Alamat : Jl.Jendral Sudirman 255 30A Pekalongan Lampung Timur, 34191
Alamat yang mudah dihubungi : Jl.Jendral Sudirman 255 30A Pekalongan Lampung Timur, 3419. Telp 085669603300
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD (1996-2002) : MIN Adirejo Pekalongan Lampung Timur
SLTP (2002-2005) : SLTP N 1 METRO
SMA (2005-2008) : SMA N 3 METRO
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH:
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG TAHUN 2011
Nama : Firda Garbo Iman N I M : 08200016
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Akhir Program Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Tahun Akademik 2011.
Bandar Lampung, Agustus 2011
Pembimbing II
Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes Pembimbing I
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah:
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH DIBERI MINUM KOPI DI ASRAMA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2011
Nama : Firda Garbo Iman
Nim : 08200016
Diterima oleh tim penguji ujian akhir program Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang tahun akademik 2010/2011
1. Pembimbing 1 : Hi. Gustop Amatiria, S.Kp, M.Kes NIP. 197008061993031002
2. Pembimbing 2 : Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes NIP. 196607251988032001
3. Penguji : Hj. Efa Trisna, S.Kep, M.Kes
NIP. 195103181972092001
Tanggal Ujian: Agustus 2011
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Firda Garabo Iman NIM : 08200016
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah saya dengan judul: Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi Minum Kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
Belum pernah dilakukan penelitiannya oleh peneliti lain, bilamana penelitian tersebut pernah dilakukan dan saya melakukan plagiatnya maka saya sanggup menerima sanksi hukum yang berlaku dan penelitian saya tersebut dinyatakan batal.
Demikian surat penelitian ini saya buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimana mestinya
Bandar Lampung, 2011
Yang menyatakan
Materai Rp. 6000
MOTTO
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian yang berjudul Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi Minum Kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
Proses penyelesain proposal penelitian ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Sri Indra Trigunarso, SKM, M.kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang.
2. Hernawilly, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang.
3. Gustop Amatiria, S.Kp, M.Kes, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya proposal penelitian ini.
4. Yuliati Amperaningsih, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran hingga terselesaikannya proposal penelitian ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritiknya dari semua pihak, akhirnya kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca semua.
Bandar Lampung, Mei 2011
DAFTAR ISI
1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Pelayanan Kesehatan 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian...37
4.1.3 Jurusan Keperawatan Tanjungkarang...37
4.2 Hasil Penelitian dan Analisa...39
4.2.1 Analisa Univariat...39
4.2.2 Analisis Bivariat...40
4.3 Pembahasan ...42
4.4.. Keterbatasan Penelitian ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kesimpulan...45
4.2 Saran...46 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut The National Committe On The Detection And Treatment Of Hypertension
Tabel 2. Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut JNC-V Tabel 3. Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah
Tabel 4. Pengaruh Ukuran Manset Yang Umum Tersedia Menurut Report Of The Second Task Force
Tabel 5. Definisi Operasional Variabel
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi Pada Pagi Hari
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi Pada Siang Hari
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 2. Lembar Penjelasan Lampiran 3. Lembar Inform Consent
Lampiran 4. Lembar Observasi Pengukuran Tekanan Darah Lampiran 5. Jadwal Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran tekanan darah telah dipelajari, diteliti dan dilakukan oleh
seorang ahli ilmu faal dari Inggris, Stepen Hales (1677-1761). Hales
meneliti aliran getah dalam tumbuh-tumbuhan dan dikembangkan dengan
penelitian pada hewan. Pengetahuan medis kemudian jauh berkembang
sesudah itu. Cara mengukur tekanan darah yang ditemukan Hales
merupakan suatu penemuan yang sangat penting. Kemudian dr. Scipione
Riva Rocci dari Italia sekitar tahun 1896 menciptakan sebuah alat pengukur
tekanan darah (Bangun, 2006).
Tekanan darah itu mirip cuaca. Setiap orang membicarakannya, tetapi tidak
cukup banyak orang yang melakukan sesuatu mengenainya (Kowalski,
2010). Tekanan darah terdiri dari tekanan puncak dan tekanan terendah.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan terendah adalah tekanan diastolik yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik (Smeltzer & Bare, 2002).
Tekanan darah tergantung dari jantung sebagai pompa dan hambatan
pembuluh arteri. Selama 24 jam, tekanan darah tidak tetap. Tekanan darah
Jika kita berdiri dan bergerak, tubuh segera mengadakan pengaturan,
sehingga tekanan darah menjadi stabil (Bangun, 2006).
Tidak ada nilai tekanan darah yang normal untuk setiap orang. Nilai tekanan
darah ini juga akan bervariasi sepanjang hari dan sepanjang hidupnya.
Tekanan darah normal berada dalam suatu kisaran tertentu (James dkk,
2008). Peningkatan tekanan darah dinamakan hipertensi dan penurunan
disebut hipotensi (Smeltzer & Bare, 2002). Tekanan darah yang masih
tergolong normal suatu saat mungkin akan meningkat. Tekanan darah
120/80 mmHg merupakan awal peningkatan resiko hipertensi. Peningkatan
20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik bagi
yang berusia 40-70 tahun, akan melipat gandakan risiko penyakit
kardiovaskular, sedangkan penurunan tekanan darah 1-3 poin akan
menurunkan risiko stroke sebesar 20%-30% (Kowalski, 2010).
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah: umur, gender, kelompok
etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan merokok, kelas sosioekonomi, dan gaya
hidup (James dkk, 2008 ; Kowalski, 2010). Minum kopi atau teh dapat
meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah untuk sementara (Bangun,
2006). Kopi mengandung zat yang disebut dengan kafein yang terdapat pada
beberapa makanan atau minuman yang tersaji dalam kehidupan kita
(Erlangga, 2010. http://www.fritz-erlangga.co.cc.). Kafein sering
dikonsumsi dalam bentuk kopi, teh dan minuman energi dengan ide bahwa
hati kita. Bahkan, banyak dari konsumen merasa seperti benar-benar tidak
dapat beraktivitas sampai mendapatkan secangkir kopi (Jegtvig, 2008.
http://nutrition.about.com).
Namun, kafein yang terdapat dalam kopi sering kali membuat orang takut
mengkonsumsinya. Sebab, senyawa kafein tergolong dalam jenis alkaloid
yang bisa menimbulkan kecanduan. Secangkir kopi biasa, yang ampasnya
diendapkan, mengandung 25 miligram sampai 30 miligram kafein. Adapun
kopi instan setiap cangkirnya mengandung kafein lebih tinggi, yaitu 60
miligram sampai 80 miligram. Kandungan kafein paling tinggi ditemukan
pada kopi biasa yang tidak diendapkan, yakni 120 miligram setiap
cangkirnya (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).
Mengkonsumsi kafein sampai 300 mg dalam satu hari masih dalam batas
aman. Biasaya terdapat dalam tiga cangkir kopi. Kafein adalah stimulan dan
beberapa studi menunjukkan bahwa sejumlah kecil kafein dapat
meningkatkan waktu respon mental Anda. Studi lain menunjukkan bahwa
perbaikan kognitif dan elevasi mood mungkin tidak benar-benar terjadi
karena aspek menguntungkan kafein sebanyak mengakhiri gejala penarikan
yang kita rasakan ketika konsumen tidak minum kopi. Jumlah kafein yang
diminum lebih dari 300 mg per hari dapat membuat kegelisahan, bahkan
dalam jumlah besar kafein dapat membuat mudah marah, tidur dan bahkan
bisa memicu kecemasan dan menyebabkan diare (Jegtvig, 2008.
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin
dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan
aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada
aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.
http://www.fritz-erlangga.co.cc.). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini
menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam (Guyton, 1996).
Kafein terhadap tekanan darah belum jelas seberapa pengaruhnya. Beberapa
buku yang ditemukan, tidak menyebutkan nilai pasti perubahan tekanan
darah yang diakibatkan mengkonsumsi kopi. Padahal dalam waktu dekat ini,
minum kopi bukan semata kebutuhan, tapi juga sudah menjadi gaya hidup.
Menjamurnya kedai kopi atau kafe khusus kopi dan meningkatnya jumlah
pengunjungnya. Kopi memang salah satu minuman paling banyak konsumsi
orang di bumi. Ketika ditanya untuk minuman pilihan mereka ketika mereka
membutuhkan energi, 64% mengatakan kopi es, diikuti oleh minuman
energi (22%), minuman berkarbonasi (9%) dan jus (6%) (Gosselin, 2011.
http://news.dunkindonuts.com).
Sekitar 80% orang dewasa di dunia sedikitnya mengkonsumsi segelas kopi
setiap hari (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com). Konsumsi
harian kopi di Amerika dikalangan konsumen terus meningkat pada tahun
percangkir dan perkapita yang meliputi peminum dan non-peminum terus
meningkat dari tahun 2008 dan empat tahun sebelumnya (NCAUSA, 2009.
http://www.ncausa.org).
Responden di Indonesia terbukti menjadi yang paling dikenal dengan 60
persen responden mengklaim mereka mengkonsumsi kopi sebelum mereka
bekerja (Kahil, 2011. http://www.beirutnightlife.com). Asosiasi Eksportir
Kopi Indonesia (AEKI) Lampung data menunjukkan bahwa Lampung telah
mengekspor separuh hasil kopi 6,740.5 ton kopi pada Januari tahun 2010
lalu dan sisanya dikonsumsi dalam negeri. Konsumsi kopi pada Januari
telah meningkat sekitar 200% dari periode yang sama tahun lalu (AEKI,
2011.http://www.thejakartapost.com).
Berdasarkan hasil pra survey di Asrama Keperawatan Tanjungkarang yang
dilakukan pada tanggal 9 Mei 2011 dari 83 orang yang dimintai keterangan
47 orang (56,6%) mengaku lebih semangat dan 14 orang (21,6%)
mengatakan berdebar-debar dan merasa pusing setelah minum kopi dan
sisanya 22 orang (26,5%) mengatakan tidak merasa ada perbedaan setelah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang perbedaan tekanan darah sebelum dan
setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di
Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran rata-rata tekanan darah sistol 30 menit setelah
diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes
1.3.2.2 Mengetahui gambaran rata-rata tekanan darah diastol 30 menit setelah
diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Tahun 2011.
1.3.2.3 Mengetahui ada tidaknya rata-rata perbedaan tekanan darah sistol dan
diastol sebelum dan setelah diberi minum kopi Pada Mahasiswa Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Tahun 2011.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang.
1.4.2 Bagi Objek Penelitian
Setelah mengetahui hasil penelitian diharapkan objek penelitian mampu
menjaga pola hidup yang lebih sehat.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan Darah
2.1.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat
ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi pada saat jantung beristirahat (Smeltzer &
Bare, 2002). Bangun (2006) mengatakan bahwa tekanan darah adalah
kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa,
sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Tekanan darah
tergantung dari jantung sebagai pompa dan hambatan pembuluh arteri.
Selama 24 jam tekanan darah tidak tetap. Tekanan darah yang paling rendah
terjadi jika tubuh dalam keadaan istirahat dan tidur. Tekanan darah akan
naik sewaktu kita mengadakan latihan atau berolahraga.
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah di sistem sirkulasi
atau sistem vaskular terhadap dinding pembuluh darah, jadi tekanan darah
sama dengan tekanan hidrostatik (James dkk, 2008). Menurut
9
pembuluh pembuluh darah merupakan salah satu dari tanda-tanda vital
yang utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan
pernafasan, dan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang
memompa darah kedalam arteri arteri dan diatur oleh arteri arteri pada
aliran darah. Tekanan darah atau blood pressure adalah tenaga yang
dikeluarkan oleh darah untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah
(Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).
2.1.2 Fisiologi Tekanan Darah
Guyton (1993) bagian dari jantung secara normal berdetak dalam
rangkaian yang teratur: kontraksi atrium (atrial sistol) yang diikuti oleh
kontraksi ventrikel (ventricular sistol) yang diikuti oleh kontraksi ventrikel
(ventricular sistol), dan selama diastol keempat ruang jantung berelaksasi.
Tekanan darah melalui fase isometrik (sistol), Sistol (fase kontraksi
isotonik), Diastol (protodiastol), Diastol (fase relaksasi isometrik), Diastol
(fase pengaliran cepat), Diastol (fase pengaliran berkurang), diantaranya:
2.1.2.1 Sistol (Fase Isometrik)
Sekitar 40 sampai 50 ms setelah awal gelombang Q dari EKG, sistol
ventrikular dimulai. Ketika tekanan meningkat pada ventrikel kiri dan
kanan melebihi tekanan atrial, katup trikuspidal dan mitral menutup.
Tekanan intraventrikular meningkat tajam. Selama 20 sampai 30 ms
ventrikel kehilangan tekanan dinding untuk membuka katup semilunaris
10
ada darah yang dikeluarkan. Dimana serabut miokardium ventrikel tidak
memendek, interval ini disebut kontraksi isometrik.
2.1.2.2 Sistol (Fase Kontraksi Isotonik)
Saat tekanan didalam ventrikel kanan meningkat sekitar 8 sampai 10
mmHg. Ventrikel kiri melebihi sekitar 80 mmHg, kekuatan tekanan
intraventrikuler membuka katup pulmonal aorta semilunaris. Darah segera
mengalir ke arteri pulmonal dan aorta dari ventrikel kanan dan kiri. Sekitar
dari 50% dari total volume darah dikeluarkan selama siklus jantung
tunggal dikosongkan dari jantung selama kuarter keempat dari seluruh
interval sistolik. Sekitar 50% dari sisa darah yang dikeluarkan
dikosongkan selama terjadinya setengah dari interval sistolik. Seluruh fase
dari sistol ini dinamakan periode isotonik dari ejeksi. Darah dikeluarkan
secara cepat awalnya, yang ditandai pada kedua tekanan ventrikel kiri dan
kanan, setelah tekanan sampai ke puncaknya. Berikut tekanan
intraventrikular menurun tajam di akhiri sistol dan fase diastol dimulai.
2.1.2.3 Diastol (Protodiastol)
Efek pertama dari relaksasi ventrikel adalah penurunan tekanan
intraventrikular dan penutupan katup pulmonal dan aorta semilunaris.
Interval antara awal diastol dan penutupan katup aorta semilunaris disebut
fase protodiastol (20 ms).
2.1.2.4 Diastol (Fase Relaksasi Isometrik)
Saat ventrikel relaksasi, tekanan darah yang meningkat selama diastol di
arteri pulmonal dan aorta cenderung untuk mendesak darah untuk kembali
11
semilunar menutup lagi. Bagaimanapun, tidak ada perubahan yang
signifikan pada volume yang muncul pada periode ini, dan semua katup
tetap menutup. Fase ini berlanjut sampai tekanan atrium kembali melebihi
ventrikel sehingga katup atrioventrikular terbuka.
2.1.2.5 Diastol (Fase Pengaliran Cepat)
Setelah arterioventrikular terbuka, fase ini dimulai interval ini berlangsung
sekitar 60 ms.
2.1.2.6 Diastol (Fase Pengaliran Berkurang)
Pada fase ini aliran darah melambat ditandai selama fase terakhir diastol,
lamanya sekitar 230 ms, lalu siklus jantung baru dimulai.
2.1.3 Sistem Pengatur Tekanan Arteri
Menurut Guyton (1996) Tekanan arteri tidak diatur oleh satu sistem
pengatur tekan saja, tetapi oleh beberapa sistem yang saling berhubungan
yang melakukan fungsi-fungsi khusus, yaitu:
2.1.3.1 Mekanisme Pengatur Tekanan yang Bekerja dengan Cepat
Beberapa mekanisme pengontrolan tekanan berbeda, yang kesemuanya
merupakan mekanisme umpan balik saraf, mulai bereaksi dalam beberapa
detik. Jadi garis pertahanan pertama terhadap tekanan yang abnormal
dibantu oleh mekanisme saraf untuk mengontrol tekanan arteri.
Mekanisme pengontrol tekanan lainnya juga ikut berperan dalam beberapa
menit. Dua diantaranya adalah mekanisme vasokonstriktor
12
atau ke luar dari sirkulasi untuk mengatur kembali volume darah sesuai
keperluan. Sistem renin-angiotensin memerlukan waktu kira-kira 20 menit
sebelum menjadi aktif sepenuhnya. Oleh karena itu, sistem vasokonstriktor
renin-angiotensin ini bekerja jauh lebih lambat daripada refleks saraf dan
sistem norepinefrin-epinefrin. Kedua mekanisme ini menjadi aktif penuh
dalam 30 menit sampai beberapa jam.
2.1.3.2 Mekanisme Pengaturan Tekanan Arteri Jangka Panjang
Pengaturan tekanan arteri oleh saraf, meskipun bekerja dengan sangat
cepat dan kuat untuk mengatasi kelainan tekanan arteri yang akut, umunya
kehilangan kemapuan mereka untuk mengatur tekanan arteri setelah
beberapa jam sampai beberapa hari karena reseptor tekanan saraf tersebut
beradaptasi, yaitu mereka kehilangan kesensitifan mereka. Oleh karena itu,
kecuali dalam keadaan yang sangat luar biasa, mekanisme saraf untuk
mengatur tekanan arteri tidak memainkan peranan penting dalam
pengaturan tekanan arteri jangka panjang. Pengaturan jangka panjang
dilakukan oleh suatu mekanisme pengatur ginjal, volume cairan, tekanan.
Mekanisme ini melibatkan pengaturan volume darah dengan efek
akibatnya pada tekanan darah dan sebagian mekanisme ini melibatkan
pengaturan fungi ginjal oleh beberapa sistem hormon berbeda. Secara
khusus termasuk sistem renin-angiotensin dan hormon aldosteron yang
disekresikan oleh korteks adrenal. Peranan sistem
13
dengan meningkatkan sekresi aldosteron. Aldosteron menyebabkan ginjal
menahan air dan garam sehingga meningkatkan volume cairan ekstrasel,
volume darah, curah jantung dan tekanan arteri.
2.1.4 Faktor yang Mempertahankan Tekanan Darah
Menurut Syaifudin, (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tekanan darah, diantaranya:
2.1.4.1 Kekuatan jantung memompa darah, membuat tekanan yang dilakukan
jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh tubuh dan darah dapat
kembali lagi ke jantung.
2.1.4.2Viskositas (kekentalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah
sel darah yang beredar dalam aliran darah.
2.1.4.3 Elastisitas dinding aliran darah. tekanan arteri lebih besar daripada di
dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada
vena.
2.1.4.4 Tahanan tepi yaitu tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam
pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial.
Turunnya tekanan mengakibatkan denyut pada kapiler dan vena tidak
teraba darah.
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah: umur, gender,
kelompok etnis, kebugaran tubuh, kebiasaan hidup, kelas sosioekonomi
(James dkk, 2008). Selain itu, minum kopi dapat meningkatkan denyut
14
2.1.5.1 Umur
Tekanan darah normal pada anak-anak lebih rendah daripada orang
dewasa, dan akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Orang
lanjut usia kerap mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada
aorta, yaitu arteri besar yang membawa darah dari jantung, yang
menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan semakin
tingginya tekanan darah (Kowalski, 2010).
2.1.5.2 Kelompok Etnis
Warga Afrika-Amerika merupakan kelompok dengan angka kasus
hipertensi tertinggi di dunia. Orang kulit putih lebih berisiko tinggi
menderita tekanan darah tinggi dibanding orang kulit hitam. Hubungan ras
dengan hipertensi bukan sesuatu yang dapat dijelaskan secara medis atau
psikologis (Kowalski, 2010).
2.1.5.3 Stres
Stres juga diyakini memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan terkanan
darah secara intermittent. Salah satu tugas saraf simpatis adalah
merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon ini dapat
menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan
penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini bisa mengakibatkan terjadinya
15
2.1.5.4 Gaya Hidup
1) Aktivitas Fisik
Pemeliharaan tekanan darah yang dilakukan salah satunya adalah
aktivitas fisik. Orang yang paling sehat di dunia adalah orang yang paling
aktif secara fisik. Ada banyak cara untuk tetap bugar dan menjalankan
aktivitas fisik yang kita butuhkan demi kesehatan tubuh pada umumnya
dan kesehatan jantung pada khusunya (Kowalski, 2010).
2) Mengkonsumsi Kafein
Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin
dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan
aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula
pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.
http://www.fritz-erlangga.co.cc). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini
menjadi aktif penuh dalam 30 menit sampai beberapa jam (Guyton, 1996).
Dosis mengkonsumsi kafein sampai 300 mg dalam satu hari masih dalam
batas aman. Biasanya terdapat dalam tiga cangkir kopi. Kafein adalah
stimulan dan beberapa studi menunjukkan bahwa sejumlah kecil kafein
dapat meningkatkan waktu respon mental anda. Studi lain menunjukkan
bahwa perbaikan kognitif dan elevasi mood mungkin tidak benar-benar
terjadi karena aspek menguntungkan kafein sebanyak mengakhiri gejala
penarikan yang kita rasakan ketika konsumen tidak minum kopi. Gejala ini
16
diminum lebih dari 300 mg per hari dapat membuat kegelisahan, bahkan
dalam jumlah besar kafein dapat membuat mudah marah, tidur dan bahkan
bisa memicu kecemasan (Jegtvig, 2008. http://nutrition.about.com).
2.1.6 Indikator Pengukuran Tekanan Darah
Ukuran tekanan darah dinyatakan dengan mmHg. Hg merupakan
singkatan Hydragyrum, yakni air raksa yang berda pada tabung tensimeter
yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan darah. Jadi, ukuran mmHg
berarti tenaga mm air-raksa. Orang yang dikatakan mempunyai tekanan
darah 120 mmHg berarti tenaga yang dikeluarkan oleh darahnya dapat
mendorong air raksa didalam tabung tensimeter setinggi 120 mm
(Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).
Tidak ada nilai tekanan darah yang normal untuk setiap orang. Walaupun
ada nilai normal untuk seseorang, tetapi nilai tekanan darah ini juga akan
bervariasi sepanjang hari dan sepanjang hidupnya. Sehingga, tekanan
darah normal adalah dalam suatu kisaran tertentu. Kisaran tekanan darah
sitolik pada saat istirahat adalah 100-140 mmHg (pada usia 20 tahun) dan
kisaran tekanan darah diastolik adalah 50-90 mmHg (James dkk, 2008).
2.1.6.1 Menurut World Health Organizatiton (WHO) dalam Bangun (2006):
1) Tekanan darah normal yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 dan
17
2) Tekanan darah perbatasan yakni sistolik 141-149 dan diastolik 91-94
mmHg.
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi yakni jika sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95
mmHg.
2.1.6.2 Menurut The National Committe On The Detection and Treatment Of
Hypertension
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut The National Committe On The Detection and Treatment Of Hypertension
Nilai Tekanan (mmHg) Klasifikasi
Borderline isolated systolic
hypertension
Isolated systolic hypertension
18
2.1.6.3Menurut JNC-V
Tabel 2. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-V
No Kriteria Tekanan Darah ( mmHg )
Sistolik Diastolik 1
2 3
Normal
Perbatasan ( high normal) Hipertensi :
Derajad 1 = ringan (mild) Derajad 2 = sedang (moderat)
Derajad 3 = berat (severe)
Sumber: (Wijayakusuma & Dalimartha, 2004)
2.1.6.4 Berikut Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah:
Tabel 3. Pengaruh Usia Terhadap Tekanan Darah
19
mengkhawatirkan karena pembuluh darah koroner yang terkena penyakit
tidak mampu berdilatasi untuk meningkatkan aliran darah
mempertahankan aliran darah dengan bergantung pada tekanan.
Berkurangnya tekanan perfusi koroner dapat menyebabkan
berlangsungnya ketidakseimbangan iskemik (Price & Wilson, 2005).
2.1.7.2 Hipertensi
Istilah “hipertensi” diambil dari bahasa Inggris “hypertension”. Kata
hypertension itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni “hyper” dan
“tension”. “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti
tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran
yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Disamping
itu, dalam bahasa Inggris digunakan istilah “high blood pressure” yang
berarti tekanan darah tinggi (Muhammadun, 2010).
2.1.8 Mekanisme Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah telah dipelajari, diteliti dan dilakukan oleh
seorang ahli ilmu faal dari Inggris, Stepen Hales (1677-1761). Hales
meneliti aliran getah dalam tumbuh tumbuhan dan dikembangkan dengan
penelitiannya pada hewan. Hales adalah orang pertama yang mengukur
tekanan darah seekor kuda (Bangun, 2006). Pengukuran tekanan darah
dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Kateter arteri
dimasukkan ke dalam arteri pada metode langsung, pengukuran tidak
langsung dilakukan dengan spygmomanometer dan stetoskop (Smeltzer &
20
2.1.8.1 Persiapan Pengukuran Tekanan Darah
1) Persiapan alat
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pada pemakaian manset
yang sesuai ukurannya bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan
pasien, seperti pada anak-anak maka pembacaan tekanan akan lebih rendah
dari tekanan sebenarnya. Sebaliknya, bila manset terlalu kecil misalnya
pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka
pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibanding tekanan yang sebenarnya
(Smeltzer & Bare, 2002).
Tabel 4. Pengaruh Ukuran Manset yang Umum Tersedia Menurut Report Of The Second Task Force
Nama Manset Lebar Kantong (cm) Panjang Kantong (cm)
Bayi baru lahir
tenang selama lima menit. pasien duduk dengan kedua lengan bebas setinggi
21
3) Alat Pengukur Tekanan Darah
Normalnya, ketika perawat menyebut tekanan darah yang dimaksud adalah
tekanan darah arteri (James dkk, 2008). Alat untuk mengukur tekanan darah
disebut sphygmomanometer di kalangan medis, Kalangan awam
menyebutnya tensimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan darah
pada pembuluh arteri perifer (Wijayakusuma & Dalimartha, 2004).
Tekanan darah dapat diukur secara akurat dengan menggunakan
spygmomanometer dan stetoskop, yang merupakan metode noninvasif
(James dkk, 2008). Spygmomanometer tersusun atas manset yang dapat
dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga
dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang
terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa
yang dihantar oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2006).
Spygmomanometer tersebut terdiri dari pompa karet, katup pengatur, pipa
karet, pembalut lengan yang berisi kantung karet yang dapat di pompa, dan
penunjuk tekanan. Penunjuk tekanan bisa terdiri dari suatu kolom air raksa
dalam tabung, seperti termometer. Pada pembalut lengan terdapat sejenis
pelekat, sehingga dapat mengikat jika pembalut telah dililitkan pada lengan
(Bangun, 2006).
4) Teknik dan Cara Pengukuran
Pengkajian didasarkan pada rata-rata hasil yang didapat dari dua
22
harus diukur sekali lagi untuk menghitung rata-ratanya (Smeltzer & Bare,
2002). Bangun (2006) menyatakan cara mengukur tekanan darah sebagai
berikut:
(1) Dengan posisi lengan setinggi posisi jantung, kantung pembalut lengan
dililitkan di lengan bagian atas.
(2) Sambil menempatkan stetoskop pada pembuluh arteri di lengan atau di
bawah pembalut lengan, bola karet ditekan berkali-kali, sehingga udara
yang ada di rongga pembalut lengan menekan dan mendorong air raksa pada
manometer ke atas. Karena mengembang, pembalut lengan menekan arteri
di bawahnya.
(3) Klep pengatur udara di buka perlahan-lahan, sehingga tekanan udara di
rongga pembalut lengan akan berkurang. Demikian pula dengan tekanan air
raksa akan berkurang.
(4) Pada saat tekanan pembalut lengan sama dengan tekanan pada pembuluh
darah, darah akan segera mengalir. Pada saat itu akan terdengar bunyi “duk”
pertama kali melalui stetoskop dan saat itu juga diperiksa penunjuk tekanan
skala air raksa pada manometer. Jika menunjukkan 120 berati tekanan darah
sistolik adalah 120 mmHg.
(5) Selanjutnya, kantung atau pembalut lengan dibiarkan mengempis
perlahan-lahan, sehingga tekanan udara pada pembalut lengan atas akan
terus berkurang dan di stetoskop akan terdengar bunyi “duk, duk ..” secara
terus menerus, sehingga tidak terdengar lagi. Pada saat tidak terdengar
23
menunjukkan angaka 80, berati tekanan darah diastolik 80 mmHg. Dengan
demikian pengukuran tersebut nilainya 120/80 mmHg.
2.2 Kopi
2.2.1 Pengertian Kopi
Kopi (coffea spp) adalah spesies tanaman berbentuk pohon termasuk
dalam famili rubiaceae dan genus coffee (Najiyati & Danarti, 2001).
2.2.2 Jenis Kopi
Di dunia perdagangan, dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang paling
sering dibudidayakan hanya kopi arabika, robusta, dan librika.
Penggolongan kopi tersebut biasanya pada spesiesnya, kecuali kopi
robusta. Kopi robusta merupakan keturunan dari beberapa spesies kopi,
terutama coffee canephora (Najiyati & Danarti, 2001).
2.2.2.1 Kopi Arabika (Coffee Arabica)
Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia, golongan ini merupakan
yang pertama kali di kenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan
merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir
Abad XIX didominasi kopi arabika menurun, karena ternyata kopi ini
sangat peka terhadap penyakit (Najiyati & Danarti, 2001).
2.2.2.2 Kopi Liberika
Kopi liberika berasal dari Angola dan masuk ke Indonesia sejak tahun
24
jumlahnya masih terbatas karena kualitas buah rendah (Najiyati & Danarti,
2001).
2.2.2.3 Kopi Robusta
Kopi robusta berasal dari Kongo dan masuk Indonesia pada tahun 1900.
Karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat cepat berkembang.
Bahkan kopi ini merupakan jenis yang mendominasi perkebunan kopi di
Indonesia hingga saat ini (Najiyati & Danarti, 2001).
2.2.3 Kandungan Zat-zat Kimia pada Biji Kopi
Kafein, Trigoneline, ProteindanAsam Amino, Karbohidrat, Asam Alifatik
(asam karboksilat), Asam Klorogenat, Lemak dan turunannya, Glikosida
Mineral, Komponen Volatil (Yusianto & Sri, 2005.
http://afruri.blogspot.com).
2.2.3.1 Kafein
Kafein merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan
alkaloid. Kafein bekerja didalam tubuh dengan mengambil alih reseptor
adenosin dalam sel saraf. Peranan utama kafein di dalam tubuh adalah
meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan
memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dalam dunia
medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman yang kita
konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai trimethylxantine dengan
rumus kimia C8H10N4O2. Kafein bekerja di dalam tubuh dengan
mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan memacu
25
sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk
melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi
ekstra (Erlangga, 2010. http://www.fritz-erlangga.co.cc).
Secangkir kopi biasa, yang ampasnya diendapkan, mengandung 25
miligram sampai 30 miligram kafein. Adapun kopi instan setiap
cangkirnya mengandung kafein lebih tinggi, yaitu 60 miligram sampai 80
miligram. Kandungan kafein paling tinggi ditemukan pada kopi biasa yang
tidak diendapkan, yakni 120 miligram per cangkirnya. Kopi akan
mengganggu kesehatan apabila kandungan kafein yang dikonsumsi per
hari lebih dari 500 miligram, atau sekitar 5 gelas kopi instan. Sebuah
penelitian menyebut, konsumsi kafein 600 miligram per hari, atau setara
lima sampai enam cangkir kopi, bisa menyebabkan kecanduan dan
gangguan kesehatan (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).
2.2.3.2 Etilfenol
Senyawa berbau tar. Benda ini juga ditemukan di feromon pada kecoa,
senyawa yang mereka gunakan sebagai tanda bahaya bagi kelompoknya
26
2.2.3.3Quinic Acid (Asam Kina)
Senyawa ini yang memberi kopi sedikit rasa asam. Tapi senyawa ini juga
digunakan sebagai starter pada tamiflu (Koen, 2009.
http://agushardiyanto.blogspot.com).
2.2.3.4 Dicaffeoyl-Quinic Acid
Ini antioksidan di dalam kopi. Saat para ilmuwan mengenakan senyawa ini
pada neuron, sel-sel itu meningkat daya lindungnya terhadap kerusakan
dari radikal bebas (Koen, 2009. http://agushardiyanto.blogspot.com).
2.2.3.5 Asetilmetil-Karbinol.
Rasa mentega yang kaya pada kopi itu berasal dari cairan kuning yang
mudah menyala ini (Koen, 2009. http://agushardiyanto.blogspot.com).
2.2.3.6 Putrescine
Bakteri E. coli mengurai asam amino menjadi putrescine, yang terdapat
secara alami di dalam biji kopi ini (Koen, 2009.
http://agushardiyanto.blogspot.com).
2.2.3.7 Niacin Trigonelline
Tidak stabil pada suhu di atas 70ºC, dan dapat terurai menjadi niacin
vitamin B di cangkir kita. Dua cangkir kopi memenuhi setengah kebutuhan
vitamin B harian kita.
2.2.3.8Trigonelline
Ini molekul niacin yang melekat pada kelompok metil. Ia terurai menjadi
pyridin, yang memberi kopi rasa agak manis, aroma tanah, dan mencegah
27
2.3 Kerangka Teori
Kerangka teori dari penelitian ini difokuskan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan
darah diantaranya umur, kelompok etnis, kebugaran tubuh, kelas
sosioekonomi, gender, stres dan gaya hidup (aktivitas fisik, mengkonsumsi
kafein) (James dkk, 2008) yang digambarkan pada bagan dibawah ini:
Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep
Sumber: (James, 2008 ; Bangun, 2006)
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
Umur
Kelompok Etnis Stres
Kebugaran Tubuh Kelas Sosioekonomi Gender
Gaya hidup (aktivitas fisik, mengkonsumsi kafein)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.2.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen Quasi dengan
pendekatan komparatif. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan
masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau
lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang
berbeda (Sugiyono, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang Tahun 2011.
1.2.2. Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja penelitian adalah diagram yang menggambarkan keterkaitan
antara satu konsep dan konsep lain yang akan dieksplorasi dalam penelitian
ini (Suyanto dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di asrama
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Tanjungkarang Tahun 2011, yang sebagaimana dapat digambarkan dalam
kerangka kerja penelitian sebagai berikut:
29
Gambar 2. Bagan kerangka kerja
1.2.3. Hipotesis
Hipotesis pada hakikatnya adalah dugaan sementara terhadap terjadinya
hubungan variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Adapun
hipotesis (Ha) pada penelitian ini adalah ada perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah diberi minum kopi di Asrama Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.
1.2.4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu
konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian
ini yaitu tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi.
1.2.5. Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
diamati/diteliti dari variabel tersebut perlu diberi batasan atau definisi
oprasional. Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahakan kepada
pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan
Sebelum Minum Kopi Tekanan Darah
30
serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Adapun
definisi oprasional dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 5. Definisi Operasional Variabel
1.2.6.
Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Adapun populasi dalam penelitian ini berjumlah 173 orang mahasiswa yang Variabel Definisi
31
menghuni Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Tanjungkarang Tahun 2011.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan yang diteliti dan
Teknik pengambilan besar sampel (Bungin, 2009), dengan penentuan besar
sampel sebagai berikut :
n= N
1+N
(
d2)
n= 173
1+173
(
0,052)
=
120,76dibulatkan menjadi 121 responden, dianggap mewakili seluruh populasi
(Bungin, 2009). Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Presisi yang digunakan 5% pada tingkat kepercayaaan 95%.
Jumlah sampel berdasarkan rumus diatas adalah 121 mahasiswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan cara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara ini
dilakukan karena sampel dianggap homogen (Sugiyono, 2010). Kriteria
sampel yang diambil yaitu mahasiswa yang memiliki aktivitas, umur, dan
makanan yang relatif sama dan tinggal ditempat yang sama dan bersedia
32
1.2.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.7.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan adalah di Asrama Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.
3.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan adalah pada tanggal 23 Mei 2011 sampai
dengan 26 Juli 2011.
1.2.8. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan
dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan
mencatatnya (Arikunto, 2006).
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi terstruktur.
Observasi terstruktur adalah observasi yang dirancang secara sistematis,
tentang apa yang diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi observasi
terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang
variabel apa yang akan diamati (Sugiyono, 2010). Penelitian ini peneliti
menggunakan alat ukur tekanan darah dengan menggunakan
sphygnomanometer dan stetoskop.
Kriteria sampel diukur sebelum dan sesudah 30 menit diberi minum kopi.
33
responden diharuskan menghabiskannya. Responden dilarang melakukan
aktifitas yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah secara drastis,
misalnya; mencuci, latihan fisik, tidur, stres, selain itu responden dilarang
mengkonsumsi makanan atau minuman sebelum diukur kembali tekanan
darahnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam 30 menit setelah diberi
minum kopi adalah aktifitas yang tidak banyak mempengaruhi tekanan
darah, seperti; menonton tv, mengobrol, membaca.
3.8.2 Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa lembar observasi skala
penilaian. Skala ini dapat merupakan alat pengumpul data untuk
mengelompokkan, menggolongkan dan menilai suatu gejala (Notoatmodjo,
2010).
1.2.9. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2010) data yang dikumpulkan melalui lembar
observasi akan dilakukan pengolahan data yang telah melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
3.9.1 Editing
Editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan
karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul
tidak logis dan meragukan. Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian
tahapan data yang diperoleh kemudian diteliti apakah ada kesalahan.
Memiliki tujuan untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
34
3.9.2 Coding
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu
pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis.
Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama. Pada penelitian tidak dilakukan
coding.
3.9.3 Entry Data (Pemasukan Data)
Setelah kuisioner terisi penuh dan benar, jawaban-jawaban responden
diberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor maka
langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry
dapat dianalisis, lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian dituliskan dalam
bentuk tabel-tabel. Untuk itu diperlukan ketelitian agar tidak terjadi
kesalahan.
3.9.4 Cleaning Data (Pembersihan Data)
Setelah pemasukan data selesai, lakukan pengecekan kembali data, bila data
sudah benar-benar bebas dari kesalahan, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian kebenaran data.
1.2.10. Analisa Data
Data disajikan dengan mendistribusikan melalui analisis univariat dan
35
3.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Pada umumnya hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
analisis univariat digunakan untuk mencari statistik yang meliputi mean,
median, modus, standar deviasi, dengan rumus (Hastono, 2001):
Mean: X=
∑
❑ ❑
x1/n
Median: (n+1)/2
Modus: nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi/jumlah terbanyak.
Standar deviasi: SD= ∑(xi−x)
2
n
3.10.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis
bivariat digunakan untuk menganalisis kejadian peningkatan tekanan darah
yang diduga terjadi perubahan setelah diberi minum kopi dengan
menggunakan uji T-test dependendengan rumus (Hastono, 2001):
d S D¿√ n
T=d¿
Keterangan:
36
Untuk menjawab hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α)
dengan P value yang didapat. Nilai α dalam penelitian ini adalah 5%
(0,05). Ho akan ditolak bila P value < nilai α dan Ho gagal ditolak bila
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
4.1.1 Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Jurusan Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
sebagai tempat dilaksanakannya penelitian ini beralamatkan pada Jl.
Soekarno-Hatta No. 1 Hajimena Bandar Lampung telp. (0721) 783852.
Jurusan Keperawatan Memiliki beberapa fasilitas; diantaranya asrama,
laboratorium klinik, perpustakaan dan gedung-gedung pendidikan, serta
gedung yang digunakan sebagai dapur asrama dan gedung-gedung lainnya.
Gedung-gedung tersebut digunakan untuk menunjang aktifitas pembelajaran
para mahasiswa.
Kegiatan belajar yang harus diselesaikan oleh mahasiswa di Jurusan
Keperawatan Tanjungkarang adalah 6 semester dan diberi kesempatan untuk
memperbaiki mata ajar yang belum lulus sampai 10 semester. Mahasiswa
tingkat 1 (semester 1 dan 2) dan mahasiswa tingkat 2 (semester 3 dan 4)
beserta mahasiswa putri tingkat 3 (semester 5 dan 6) diwajibkan untuk
tinggal di asrama. Jurusan keperawatan memiliki 2 buah asrama yaitu
asrama putra dan asrama putri.
Asrama Jurusan Keperawatan Tanjungkarang dilengkapi oleh fasilitas dapur
38
pagi, siang dan malam hari. Menu makanan yang disajikan setiap harinya
adalah menu yang telah dibuat khusus oleh ibu dapur yang sesuai dengan
kebutuhan gizi yang seimbang. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama
diwajibkan untuk makan di dapur sehingga menu makanan yang dikonsumsi
para mahasiswa rata-rata adalah sama.
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa jurusan keperawatan selama diasrama
adalah kegiatan-kegiatan positif yang telah dirancang oleh pengurus asrama.
Pada pagi hari mahasiswa diwajibkan untuk bangun sebelum jam 5 pagi dan
telah dibagi jadwal piket. Pada pukul 08.00-15.00 WIB adalah jam belajar,
setelah itu mahasiswa dapat melakukan aktifitas seperti olah raga maupun
mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada di Poltekkes Kementerian
Kesehatan Tanjungkarang.
Tempat yang akan digunakan untuk tempat penelitian adalah gedung dapur.
Dapur memiliki beberapa ruangan diantaranya ruang memasak, ruang
makan, toilet serta kamar tidur ibu dapur. Ruang makan adalah ruangan
yang paling besar diantara ruangan yang lain, oleh sebab itu peneliti
39
4.2 Hasil Penelitian dan Analisa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 17-24 Juli 2011
terhadap 121 responden didapatkan data sebagai berikut:
4.2.1 Analisa Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Mean Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Pagi, Siang dan Malam Hari Sebelum Diberi Minum Kopi
Variabel Sistol Diastol
N Valid 121 121
Missing 0 0
Mean 115.6171 73.5124
Std. Error of Mean .69940 .44412
Median 115.6667 73.6667
Mode 112.67a 75.33
Std. Deviation 7.69339 4.88536
Minimum 92.00 61.33
Maximum 135.00 85.00
Berdasarkan tabel 6 diketahui distribusi hasil pengukuran tekanan darah sebelum minum kopi. Data tersebut diambil dari rata-rata pengukuran terhadap 121 responden pada pagi, siang dan malam hari. Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi dan didapat nilai mean
40
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Nilai Mean Tekanan Darah Sistol dan Diastol Pada Pagi, Siang dan Malam Hari Setelah Diberi minum Kopi terhadap 121 responden pada pagi, siang dan malam hari setelah 30 menit diberi minum kopi. Selanjutnya data tersebut diolah menggunakan distribusi frekuensi dan didapat nilai mean sistol setelah 30 menit minum kopi 121,5179 mmHg sedangkan rata-rata nilai diastol 78,0220 mmHg.
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Perubahan Nilai Tekanan Darah Sistol sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi
41
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 8, dapat diketahui perbedan nilai
mean tekanan darah sistol sebelum (115,6171 mmHg) dan setelah diberi
minum kopi menjadi (121.5179 mmHg). Melalui uji T didapatkan p
V=0,0001 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang siknifikan terhadap
tekanan darah sistol sebelum dan setelah diberi minum kopi.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Perubahan Nilai Tekanan Darah Diastol sebelum dan Setelah Diberi minum Kopi
Tekanan
Sebelum 73.5124 .44412 73.6667 75.33 4.88536 61.33 85.00
.0001
Setelah 78.0220 .57868 77.3333 79.67 6.36552 61.33 98.33
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 9, dapat diketahui perbedan nilai
mean tekanan darah diastol sebelum (73,5124 mmHg) dan setelah diberi
minum kopi menjadi (78,0220 mmHg). Melalui uji T didapatkan p
V=0,0001 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang siknifikan terhadap
tekanan darah diastol sebelum dan setelah diberi minum kopi.
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 8 dan 9, dapat diketahui nilai p
V=0,0001 dan α 0,05 dengan derajat kesalahan 5%. Untuk menjawab
hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α) dengan p V yang
didapat. Dapat disimpulkan bahwa p V < nilai alpha (α) berati hipotesis
penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
42
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan univariat, dapat diketahui terdapat perbedaan
nilai mean tekanan darah sistol dan diastol sebelum dan setelah responden
diberi minum kopi. Nilai mean sistol 115.6171 mmHg sebelum minum kopi
dan setelah diberi minum kopi berubah menjadi 121.5179 mmHg.
Sedangkan nilai diastol sebelum minum kopi 73, 5124 mmHg dan berubah
menjadi 78,0220 mmHg. Setelah dilakukan uji bivariat didapatkan nilai p
V=0,0001 dan α 0,05 dengan derajat kesalahn 5%. Untuk menjawab
hipotesis dilakukan dengan membandingkan alpha (α) dengan p V yang
didapat. Nilai α dalam penelitian ini adalah 5% (0,05). Dapat disimpulkan
bahwa p V < nilai alpha (α) berati hipotesi penelitian diterima yang artinya
ada perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah diberi minum kopi di
Asrama Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Kementerian Kesehatan Tanjungkarang.
Hal ini salah satunya disebabkan kandungan kafein di dalam kopi sehingga
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin
dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin (epineprin)
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, dan aktifitas otot, serta
perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk
menghasilkan energi ekstra (Erlangga, 2010.
http://www.fritz-erlangga.co.cc). Mekanisme norepinefrin-epinefrin ini menjadi aktif penuh
43
Selain itu dosis kopi yang diberikan kepada responden merupakan dosis
maksimal yang seharusnya dikonsumsi oleh setiap orang, yaitu 500 mg.
Kopi akan mengganggu kesehatan apabila kandungan kafein yang
dikonsumsi per hari lebih dari 500 miligram, atau sekitar 5 gelas kopi
instan. Sebuah penelitian menyebut, konsumsi kafein 600 miligram per hari,
atau setara lima sampai enam cangkir kopi, bisa menyebabkan kecanduan
dan gangguan kesehatan (Aryafatta, 2008. http://aryafatta.wordpress.com).
Pada saat melakukan pengumpulan data, peneliti sekaligus melakukan
observasi kepada para responden. Tidak nampak perubahan-perubahan
patologis yang dialami oleh responden. Tidak nampak gejala pusing dan
responden tidak ada yang mengeluh setelah dilakukan penelitian.
Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan bahwa perubahan tekanan
darah yang meningkat paling banyak ditemukan pada siang hari. Menurut
peneliti hasil yang didapat menggambarkan terdapat perubahan tekanan
darah yang bermakna pada tekanan darah sistol maupun diastol namun tidak
44
4.4 Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini tentunya masih terdapat kekurangan ataupun
keterbatasan. Peneliti tidak mampu mengukur tekanan darah tepat 30 menit
setelah diberi minum kopi dikarenakan keterbatasan alat yang digunakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Hasil penelitian ini didapat nilai mean sistol sebelum minum kopi 115,6171
mmHg, sedangkan nilai mean sistol setelah minum kopi 121,5179 mmHg.
5.1.2 Hasil penelitian ini didapat nilai mean diastol sebelum minum kopi 73,5124
mmHg, sedangkan nilai mean diastol setelah minum kopi 78,0220 mmHg.
5.1.3 Dapat disimpulkan bahwa p V (0,0001) < nilai α (0,05) berati hipotesis
penelitian diterima yang artinya ada perbedaan tekanan darah sistol dan
46
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan khususnya Jurusan Keperawatan
Tanjungkarang Poltekkes Kementerian Kesehatan Tanjungkarang dapat
menyampaikan hasil penelitian ini kepada masyarakat melalui mahasiswa
saat melakukan kegiatan praktek klinik, PKMD ataupun program-program
lain yang berhubungan dengan masyarakat.
5.2.2 Untuk Objek Penelitian
Bagi para responden apabila meminum kopi sebaiknya diminum pada pagi
hari, dikarenakan dapat meningkatkan tenaga dan bisa digunakan untuk
aktifitas selanjutnya. Tidak disarankan untuk mengkonsumsi kopi pada
malam hari karena dapat membuat seseorang sulit tidur yang disebabkan
aktifitas jantung yang meningkat yang ditandai oleh meningkatnya tekanan
darah.
5.2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan
sampel yang lebih kecil, supaya dapat mengontrol kegiatan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Aryafatta (2008). Kafein dalam Kopi. http://aryafatta.wordpress.com
AEKI (2011). Meskipun Harga Kopi Naik, Petani Kopi di Lampung yang Pesimis Bahwa Kondisi Cuaca Tidak Menguntungkan dan Perantara Kejam Akan Memotong Keuntungan Mereka untuk Tahun Kedua Berturut-turut.
http://www.thejakartapost.com/news
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta
Bangun (2006). Terapi Jus & Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Depok; Agro Media Pustaka
Bungin, Burhan (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta; Kencana Prenada Media Grup
Erlangga, Fritz (2010). Efek Kafein pada Tubuh. http://www.fritz-erlangga.co.cc.
Ganong (2003). Buku Ajar Fisologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh Pendit. Jakarta; EGC
Gosselin, Mc (2011). The Cold Hard. http://news.dunkindonuts.com
Guyton (1996). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Diterjemahkan oleh Andrianto. Jakarta; EGC
(1993). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jilid 1, Edisi ke-7. Jakarta; EGC
Jegtvig, Shereen(2008). What Is The Safe Or Recommended Amount Of Caffeine
One Should Take In One Day. http://nutrition.about.com.
James dkk (2008). Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Diterjemahkan Oleh
Wardhani. Jakarta; Erlangga
Hastono, Sutanto Priyo (2001). Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta
46
Muhammadun, AS (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Jakarta; In Books
Najiyati, Sri & Danarti (2007). Kopi Budi Daya & Penanganan Pasca Panen. Jakarta; Peneber Swadaya
Nasution S & Thomas M (2010). Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi
Makalah. Jakarta; Bumi Aksara
NCAUSA (2009). National Coffee Drinking Trends 2009. http://www.ncausa.org
Notoatmojdo, Soekijdo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT Rineka Cipta
Price A, Sylvia & Wilson M, Lorraine (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung; Alfabeta
Suyanto dkk (2011). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) Mahasiswa
Jurusan Keperawatan. Bandar Lampung
Syaifudin, H (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta; EGC
Wijayakusuma, Hembing & Dalimartha, Setiawan (2004). Ramuan Tradisional
untuk Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta; Penebar Swadaya
Winarsi, Hery (2007). Anti Oksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta; Kanisius
Wong L, Donna (2003). Keperawatan Pediatrik. Diterjemahkan oleh Ester. Jakarta; EGC
Yusianto & Sri, Mulato (2009). Kandungan Zat-Zat Kimia Pada Biji Kopi.