• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Estimasi Cadangan Karbon Serapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Estimasi Cadangan Karbon Serapan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

0

TEKNIK ESTIMASI

CADANGAN KARBON SERAPAN

KARBONDIOKSIDA & PRODUKSI OKSIGEN

HUTAN ALAM DIPTEROCARPA

Oleh :

Eldy Indra Purnawan

(2)

1

2.2.1. Pembuatan Petak Contoh Pengamatan (PCP)... 4

2.2.2. Pengumpulan Data ... 6

2.2.3. Estimasi Biomassa di Atas Permukaan Tanah ... 6

2.2.4. Estimasi Biomassa Bawah Permukaan (Akar) ... 6

2.2.5. Estimasi Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah dan di Bawah Permukaan Tanah (Akar) ... 6

2.2.6. Estimasi Potensi karbon Total ... 7

2.2.7. Estimasi Serapan Karbondioksida (CO2) ... 7

2.2.8. Estimasi Produksi Oksigen (O2) ... 7

2.2.9. Nilai Jasa Lingkungan dari Serapan Karbondioksida (CO2) .. 7

2.3. Analisis Data ... 7

2.3.1. Estimasi Biomassa di Atas Permukaan Tanah ... 7

2.3.2. Estimasi Biomassa di Bawah Permukaan Tanah (Akar) ... 9

3.4.2. Estimasi Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah dan di Bawah Permukaan Tanah (Akar)... 10

3.4.4. Estimasi Potensi Karbon Total ... 10

3.4.5. Estimasi Serapan Karbondioksida (CO2) ... 11

3.4.6. Estimasi Produksi Oksigen (O2) ... 11

3.4.7. Nilai Jasa Lingkungan dari Serapan Karbondioksida (CO2) . 12 2.4. Diagram Alur ... 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(3)

2

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Desain Petak Contoh Pengamatan ... 5

2. Diagram Alur Teknik Estimasi ... 13

(4)

3

I. PENDAHULUAN

Perubahan iklim secara global yang terjadi saat ini merupakan salah satu isu

penting yang menjadi sorotan dunia. Dampak dari berubahnya iklim global, yaitu

perubahan curah hujan serta naiknya intensitas dan frekuensi badai

(Lukito dan Rohmatiah, 2013). Hal ini disebabkan karena terganggunya

keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Keseimbangan tersebut

dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau Karbondioksida

(CO2), Metana (CH4) dan Nitrous Oksida (N2O) yang lebih dikenal dengan Gas

Rumah Kaca (GRK).

Menurut Hariah dan Rahayu (2007) kenaikan konsentrasi gas rumah kaca di

atmosfer ini terjadi akibat dari pengelolaan hutan yang kurang tepat, pembakaran

lahan dalam skala luas pada waktu yang bersamaan, pengeringan lahan gambut

serta pengambilan kayu dari hutan dalam jumlah yang cukup banyak. Upaya yang

dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim saat ini adalah

meningkatkan penyerapan karbon (Salomon dkk., 1988) dan menurunkan emisi

karbon (Lasco, 2004).

Pepohonan sebagai unsur utama pembentuk hutan memerlukan sinar

matahari, gas CO2 yang diserap dari udara serta hara dan air yang diserap dari

tanah untuk kelangsungan hidupnya (Lukito dan Rohmatiah, 2013). CO2 yang

diserap dari udara akan diubah menjadi karbohidrat melalui proses fotosintesis,

kemudian akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan dan ditimbun dalam

tubuh tumbuhan tersebut (daun, batang, ranting, akar, bunga dan buah).

(5)

4

atau pengendapan karbon (rosot karbon atau carbon sink) (CIFOR, 2003). Proses

penimbunan karbon (C) dalam tubuh tanaman hidup dinamakan sekuestrasi C

(C-Sequestrastion). Besarnya jumlah C yang tersimpan dalam tubuh tanaman hidup

(biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknnya CO2 di atmosfer

yang diserap oleh tanaman. Pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian

tubuh tumbuhan yang telah mati (nekromassa) secara tidak langsung dapat

menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara melalui pembakaran.

Tempat penimbunan ataupun penyimpanan C yang lebi besar terdapat pada

tanaman atau pohon berumur panjang yang tumbuh di hutan maupun di kebun

campuran (agroforestry), hal ini terjadi dikarenakan adanya banyak keragaman

jenis pepohonan dan serasah (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Hutan merupakan salah satu penyerap CO2 terbesar, dimana fungsi hutan

sebagai penyerap CO2 menyebabkan konservasi hutan secara global akan

mengurangi gas-gas rumah kaca di atmosfer dan CO2 tersebut akan disimpan

dalam biomassa hutan. Peranan hutan sebagai penyimpan dan penyerap karbon

sangat penting dalam rangka mengatasi masalah efek Gas Rumah Kaca (GRK)

yang mengakibatkan pemanasan global (Yuniawati dkk., 2011). Hutan dikatakan

sebagai penyerap karbon terbesar karena memiliki keragaman pohon yang tinggi

dengan tumbuhan bawah dan serasah di permukaan tanah yang banyak (Hairiah

dan Rahayu, 2007). Jadi hutan memiliki peranan yang penting dalam mengurangi

dampak perubahan iklim global dan memiliki jumlah CO2 yang paling berlimpah,

sehingga pendugaan biomassa pohon dapat digunakan untuk menduga banyaknya

karbon yang diserap oleh hutan (Muhdi, 2008).

(6)

5

Pulau Kalimantan memiliki tutupan hutan terluas setelah Papua yaitu

sebesar 26.604 Ha (Forest Watch Indonesia, 2015). Hutan alam lahan kering

primer di Kalimantan di dominasi oleh jenis vegetasi dari family Dipterocarpa.

Tutupan hutan yang luas dan tingkat keragaman jenis tumbuhan yang tinggi,

menyebabkan hutan Kalimantan sangat berpotensi sebagai penyerap emisi

karbondioksida. Perdagangan karbon saat ini sedang intensif dibicarakan oleh

masyarakat dunia. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menduga kandungan

karbon melalui metode destruktif dan non destruktif (allometrik), sehingga dapat

diketahui potensi cadangan karbon pada suatu kawasan.

(7)

6

II. METODE ESTIMASI

2.1. Objek dan Alat

Objek adalah vegetasi di Hutan Alam Dipterocarpa. Alat yang digunakan

GPS (Global Positioning System), alat bantu ukur tinggi pohon

(bisa menggunakan laser distance meter atau alat dengan fungsi yang sama),

phiband (meteran diameter), ribon (pita), tagging (plat nomor), tally sheet tabel

pengukuran, alat tulis, kamera digital, meteran rol, kompas, peta lokasi, buku

identifikasi pengenal jenis pohon.

2.2. Prosedur

2.2.1. Pembuatan Petak Contoh Pengamatan (PCP)

Penentuan areal lokasi Petak Contoh Pengamatan (PCP) dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Metode ini merupakan metode

penentuan lokasi penelitian secara sengaja yang dianggap representatif. Lokasi

yang dipilih adalah lokasi yang dianggap mewakili dari keragaman berbagai

faktor lingkungan di sekitar penelitian. Bentuk PCP yang umum dipakai dalam

pengukuran kandungan karbon adalah bujur sangkar atau persegi panjang

(Sutaryo, 2009). Hal ini karena kemudahannya di dalam memastikan

pohon-pohon yang masuk dibandingkan dengan PCP berbentuk lingkaran

(Solichin, 2010).

Pembuatan petak contoh pengamatan mengacu pada metoda yang

dikembangkan oleh Hairiah dkk. (2011) yang dimodifikasi. PCP pada lokasi

pengambilan data memiliki lebar 20 m dan panjang 100 m, dibuat sebanyak 15

(8)

7

rencana lokasi pengamatan terdapat 5 PCP dengan jarak 500 m antar PCP (20 m x

100 m = 2000 m2 x 15 = 30.000 m2 atau 3 Ha). Luas minimum sebesar

Gambar 1. Desain Petak Contoh Pengamatan

Pada penelitian ini DBH pohon yang dilakukan pengukuran dimulai dari

pohon ber DBH ≥ 5 cm. Pengukuran atas pohon-pohon kecil berdiameter kurang dari 5 cm pada ketinggian di atas dada (diameter at breast height/DBH) sulit

dilakukan dan karbon yang terkandung dalam pohon-pohon tersebut dianggap

tidak cukup signifikan untuk mengubah hasil pengelompokan secara drastis atau

tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melakukan

survey atas pohon-pohon tersebut (GAR dan SMART, 2012).

(9)

8

2.2.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu:

a. Data Primer : Observasi langsung di lapangan yaitu mengukur DBH, tinggi dan

menentukan jenis pohon. Contoh tally sheet vegetasi terlampir dilampiran 3.

b. Data Sekunder : Studi literatur mengenai kondisi umum lokasi penelitian meliputi

luas, lokasi administratif dan aksesibilitas, serta biofisik lingkungan.

2.2.3. Estimasi Biomassa di Atas Permukaan Tanah

Biomassa di atas permukaan tanah dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan metode pengukuran secara tidak merusak (non-destructive

measures). Biomassa dihitung dengan menggunakan rumus allometrik biomassa

(BSNI nomor 7724, 2011). Data primer yang diperoleh dilapangan berupa DBH

dan tinggi total pohon pada setiap lokasi penelitian digunakan untuk menduga

besarnya biomassa.

2.2.4. Estimasi Biomassa di Bawah Permukaan (Akar)

Biomassa di bawah permukaan tanah (akar) di estimasi dengan

menggunakan rasio biomassa akar terhadap biomassa di atas permukaan tanah

(root to shoot ratio) (IPCC 2003).

2.2.5. Estimasi Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah dan di Bawah Permukaan Tanah (Akar)

Karbon tersimpan di atas permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah

(Akar) diestimasi dengan mengalikan total biomassanya dengan nilai persentasi

kandungan karbon sebesar 47 % (BSNI nomor 7724, 2011).

(10)

9

2.2.6. Estimasi Potensi Karbon Total

Cadangan karbon total setiap lokasi di estimasi dengan menjumlahkan

cadangan karbon di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah (akar).

2.2.7. Estimasi Serapan Karbondioksida (CO2)

Banyaknya CO2 yang diserap di estimasi dengan mengalikan nilai estimasi

karbon per hektar dengan faktor konversi atom C di dalam senyawa CO2. Rumus

allometrik yang digunakan menurut Hardjana (2009).

2.2.8. Estimasi Produksi Oksigen (O2)

Produksi Oksigen (O2) di estimasi menggunakan rumus pengembangan dari

rumus serapan CO2 dengan mengalikan nilai serapan CO2 persatuan luas (Ton/Ha)

dengan faktor konversi atom CO2 ke O2.

2.2.9. Nilai Jasa Lingkungan dari Serapan Karbondioksida CO2

Nilai jasa lingkungan serapan CO2 diperoleh dengan mengalikan nilai

penyerapan CO2 dengan harga karbon yang berlaku dikurangi biaya transaksi.

2.3. Analisis Data

2.3.1. Estimasi Biomassa di Atas Permukaan Tanah

Estimasi biomassa di atas permukaan tanah dilakukan berdasarkan Biomass

Expansion Factor (BEF), dimana terlebih dahulu dihitung volume kayu dengan

rumus sebagai berikut:

V = π DBH2 . H . f

Keterangan: V = Volume pohon (m3) DBH = Diameter pohon setinggi dada

(m) H = Tinggi total pohon (m) f = Faktor bentuk (0,6)

π = 3,14

(11)

10

Angka bentuk (f) merupakan faktor bentuk atau koreksi, yang digunakan

untuk menghitung pohon berdiri, merupakan perbandingan antara volume batang

sebenarnya dengan volume silinder pada diameter dan tinggi yang sama. Nilai

angka bentuk batang yang umum digunakan yaitu 0,6 (Krisnawati dkk., 2012).

Jika volume kayu telah diketahui, maka untuk menghitung biomassa di atas

permukaan tanah menggunakan rumus Badan Standarisasi Nasional Indonesia

(BSNI) nomor 7724 (2011):

Bap = V x BJ x BEF

Keterangan: Bap = Biomassa di atas permukaan tanah (Kg)

V = Volume kayu (m3)

BJ = Berat Jenis Kayu (Kg/m3)

BEF = Biomass Expansion Factor

Biomassa dalam penelitian ini di hitung menggunakan berat jenis kayu

rata-rata yaitu sebesar 680 Kg/m3. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rahayu dkk.

(2006) bahwa untuk penghitungan biomassa di hutan alam menggunakan rataan

berat jenis kayu sebesar 0,68 g/cm3 atau 680 Kg/m3.

Nilai BEF mengacu pada hasil penelitian Adinugroho (2009) dimana untuk

hutan jenis campuran (Hutan lahan kering) nilai BEF 1,49.

(12)

11

2.3.2.Estimasi Biomassa di Bawah Permukaan Tanah (Akar)

Estimasi biomassa di bawah permukaan tanah (akar) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus BSNI nomor 7724 (2011).

Bbp = NAP x Bap

Keterangan: Bbp = Biomassa di bawah permukaan atau akar (Kg)

NAP = Nilai nisbah akar pucuk

Bap = Nilai biomassa di atas permukaan (Kg)

Nilai baku NAP telah dipublikasikan dalam buku Panduan Pelaksanaan

untuk LULUCF (Land Use, Land-Use Change and Forestry) dan pada buku acuan

REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), yaitu

sebesar 0,24 (0,22- 0,33) (IPCC 2003; GOFC-GOLD, 2009). Namun, rasio ini

bisa bervariasi tergantung dari jenis, tipe ekosistem, kondisi tanah, ketinggian

tempat dan kondisi iklim. Pada penelitian ini mengacu pada NAP yang didapatkan

dari Moser dalam Krisnawati dkk. (2014) untuk besar NAP pada hutan tropis

lahan kering pada berbagai ketinggian tempat digunakan untuk menduga

biomassa di bawah permukaan tanah (akar) pada hutan lahan kering yaitu 0,29.

(13)

12

2.3.3.Estimasi Potensi Karbon di Atas Permukaan Tanah dan di Bawah Permukaan Tanah (Akar)

Cadangan karbon di atas permukaan tanah dihitung menggunakan rumus

BSNI nomor 7724 (2011):

Cap = Bap x % C organik

Cadangan karbon di bawah permukaan tanah (akar) dihitung menggunakan

rumus BSNI nomor 7724 (2011):

Cbp = Bbp x % C organik

Keterangan:

Cap = Kandungan karbon dari biomassa di atas permukaan tanah (Kg)

Cbp = Kandungan karbon dari biomassa di bawah permukaan tanah atau

akar (Kg)

Bap = Total biomassa di atas permukaan tanah (Kg)

Bbp = Total biomassa di bawah permukaan tanah (Kg)

% C organik = Nilai persentase kandungan karbon, sebesar 0,47.

2.3.4. Estimasi Potensi Karbon Total

Penghitungan cadangan karbon total menggunakan rumus sebagai berikut:

Ct = Cap + Cbp

Keterangan:

Ct = Karbon total (Kg)

Cap = Kandungan karbon dari biomassa di atas permukaan tanah (Kg)

Cbp = Kandungan karbon dari biomassa di bawah permukaan tanah atau akar

(Kg)

(14)

13

Perhitungan karbon diakumulasi ke dalam luasan per hektar menggunakan

rumus rumus BSNI nomor 7724 (2011):

C

n

=

2.3.5. Estimasi Serapan Karbondioksida (CO2)

Serapan karbondioksida (CO2) di estimasi dengan menggunakan rumus

Hardjana (2009) sebagai berikut:

2.3.6. Estimasi Produksi Oksigen (O2)

Serapan Oksigen (O2) di estimasi dengan menggunakan rumus

pengembangan dari rumus serapan CO2 sebagai berikut:

O2 = CO2n x 0,73

Keterangan:

O2 = Serapan Oksigen (Ton/Ha)

CO2n = Serapan CO2 persatuan luas (Ton/Ha)

0,73 = Angka ekivalen atau konversi unsur CO2 ke O2 (massa atom C=12 dan

O=16, CO2 (1x12)+(2x16) = 44; konversinya  (32:44) = 0,73)

(15)

14

2.3.7. Nilai Jasa Lingkungan dari Serapan Karbondioksida (CO2)

Nilai jasa lingkungan dari serapan CO2 diperoleh dengan mengalikan nilai

penyerapan CO2 dengan harga karbon yang berlaku dikurangi dengan biaya

transaksi. Harga karbon yang digunakan mengacu pada The World Bank (2011)

sebesar US$5,8 per ton CO2. Namun dalam penentuan biaya ini perlu

dipertimbangkan biaya transaksi. Biaya transaksi yang dimaksud adalah biaya

proses administrasi, monitoring dan verifikasi jasa pengurangan emisi melalui

serapan karbondioksida. Besarnya biaya transaksi pengurangan emisi serapan

karbondioksida pada sektor kehutanan adalah US$1,23 (Antinori dan Sathaye

2007). Dengan demikian harga bersih serapan karbondioksida sebesar US$ 4,57

per ton. Nilai tukar rupiah terhadap dollar yaitu US$1 adalah sebesar Rp 14.610,-

(Bank International Indonesia, 2015). Dengan demikian rumus dari serapan CO2

adalah sebagai berikut:

NJL = HJC x CO2

Keterangan: NJL = Nilai Jasa Lingkungan (Rp/Ha)

HJC = Harga jual karbon (Rp/Ton, US$4,57= Rp 66.767,-)

CO2 = serapan karbondioksida (Ton/Ha)

(16)

15

2.4. Diagram Alur Teknik Estimasi

Mulai

Persiapan :

Peta Lokasi Penelitian (Potret Udara Citra Landsat-8), Tally sheet, GPS, laser distance meter, phiband, ribon

(pita), tagging (plat nomor), Alat tulis, Buku Identifikasi Jenis Pohon

Nilai Jasa Lingkungan dari Serapan Karbondioksida (CO

Gambar 2. Diagram Alur Teknik Estimasi

Estimasi Produksi Oksigen (O

2)

(17)

16

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, W.C. 2009. Persamaan Alometrik Biomassa dan Faktor Ekspansi Biomassa Vegetasi Hutan Sekunder Bekas Kebakaran di PT. Inhutani I Batu Ampar, Kalimantan Timur. Info Hutan 6 (2):125-132.

Antinori, C. dan J. Sathaye. 2007. Assessing Transaction Costs of Project-Based Greenhouse Gas Emissions Trading. Paper No. LBNL-57315. Berkeley: Ernest Orlando Lawrence Berkeley National Laboratory. Supported by Collaboration Climate Protection Division, Office of Air and Radiation, U.S. Environmental Protection Agency through the U.S. Department of Energy.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. Pengukuran dan Penghitungan

Cadangan Karbon–Pengukuran Lapangan Untuk Penaksiran Cadangan

Karbon Hutan (Ground Based Forest Carbon Accounting). Standar Nasional Indonesia: 7724. Jakarta.

Bank International Indonesia. 2015. Market Update BII. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar. http://www.bii.co.id/Pages/Home.aspx. Diakses 22 September 2015.

CIFOR. 2003. Perdagangan Karbon. Warta. Kebijakan No. 8 Februari 2003

GAR (Golden Agri-Resources) and SMART. 2012. Laporan Penelitian Hutan Ber-Stok Karbon Tinggi.

Global Observation of Forest and Land Cover Dynamics [GOFC-GOLD]. 2009. A sourcebook of methods and procedures for monitoring and reporting anthropogenic greenhouse gas emissions and removals caused by deforestation, gains and losses of carbon stocks in forests remaining forests, and forestation. GOFC-GOLD Report Version COP15-1. GOFC-GOLD Project Office, Natural Resources Canada, Alberta.

Hairiah dan Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p.

(18)

17

Hardjana, A. K. 2009. Potensi Biomassa dan Karbon pada Hutan Tanaman Acacia mangium di HTI PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7(4):237-249.

Intergovernmental Panel on Climate Change [IPCC]. 2003. Good Practice Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry, Prepared by the National Greenhouse Gas Inventories Programme. Penman, J., Gystarsky, M., Hiraishi, T., Krug, T., Kruger, D., Pipatti, R., Buendia, L., Miwa, K., Ngara, T., Tanabe, K. and Wagner, F. (eds.). IGES, Japan.

Krisnawati, H., Adinugroho, C. W., Imanuddin, R., dan Hutabarat, S. 2014. Pendugaan Biomassa Hutan untuk Perhitungan Emisi CO

2 di Kalimantan

Tengah. Kementrian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.

Krisnawati, H., Adinugroho, C. W. dan Imanuddin, R. 2012. Monograf Model-Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia. Kementrian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Bogor.

Lasco, Rodel D, Pulhin FB, Roshetko JM, Regina N, Banactila. 2004. LULUCF Climate Change Mitigation Project in the Philippines: a Primer. World Agroforestry Centre. Southeast Asia Regional Research Programme.

Lukito, M. dan Rohmatiah, A. 2013. Estimasi Biomassa dan Karbon Tanaman Jati Umur 5 Tahun. Agri-tek Volume 14 Nomor 1 : 1-23.

Muhdi. 2008. Model Simulasi Kandungan Karbon Akibat Pemanenan Kayu di Hutan Alam Tropika. Universitas Sumatra Utara. Karya Tulis. USU e-Repository. Medan.

Rahayu, S., B. Lusiana dan M. Van Noordwijk. 2006. Pendugaan Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Laporan Tim Proyek Pengelolaan Sumberdaya Alam untuk Penyimpanan Karbon (FORMACS). World Agroforestry Centre (ICRAF).

Salomon, E. F., L. R Berg., D. W Martin and C. Villee. 1996. Biology. Fourth Edition. America: Sounders Collage Publishing. P. 220.

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa-Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands Internasional Indonesia Programme. Bogor.

(19)

18

Soerianegara, I. dan Indrawan. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Solichin. 2010. Pengukuran Emisi Karbon di Kawasan Hutan Rawa Gambut Merang. Merang REDD Pilot Project. Palembang.

The Word Bank. 2011. Words Development Indicators. Washington D.C. 20433 USA.

Wakatsuki, T., Saidi, A. dan Rasyidin, A. 1986. Soils of the toposequences of the G. Gadut tropical rain forest, West Sumatra, Southern Asian Studies. 24.243-262.

Yuniawati, Budiaman, A. dan Elias. 2011. Estimasi Potensi Biomassa dan Massa Karbon Hutan Tanaman Acacia crassicarpa di Lahan Gambut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. 29.

(20)

19 Lampiran 1. Contoh Tally Sheet Data Vegetasi

Nomor ID PCP : Koordinat GPS : Tanggal Survey : Nama Botanis : Nama Tim Terlibat :

Identifikasi Lapangan

Kode Podon

DBH (cm)

Tinggi Total

(m) Kode Foto Train sistem

Terrain sistem : landai, punggungan, tebing, sungai, rawa, dll

(21)

Gambar

gambar 1.
Gambar 2. Diagram Alur Teknik Estimasi

Referensi

Dokumen terkait

Pretpostavka je modela da, iako se ligand može vezati na protein koji se nalazi u bilo kojem od navedena dva stanja, vezanjem liganda ravnoteža se pomiče prema R stanju.. Uz

Sebagai contoh implikasi pemikiran Soekarno tentang Islam yang memahami potensi manusia sebagai anugerah Tuhan yang tertinggi maka pemahaman pendidikan Islam

Ditinjau dari aspek hukum masalah merek menjadi sangat penting, sehubungan dengan persoalan perlu adanya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi pemilik

Karena pada rangka batang jembatan, momen yang akan diabaikan adalah momen 2-2 rangka batang jembatan, momen yang akan diabaikan adalah momen 2-2 (minor) maka

Selama melaksanakan PKL di Kantor Akuntan Publik Dra Suhartati dan Rekan Cabang Jakarta, Praktikan diposisikan sebagai Junior Auditor dan diberi beberapa tugas yaitu membuat

Pengertian : Seorang dokter Sub-Spesialis Ginjal Hipertensi yang diberi wewenang dan tanggung jawab sebagai dokter di Unit Rawat Inap dan Unit Rawat Jalan

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah keadaan psikologis dan fisioligis yang terdapat dalam diri seseorang yang

Dari peserta yang telah lulus evaluasi harga dan telah memenuhi persyaratan kualifikasi dan pembuktian kualifikasi serta klarifikasi kebenaran dokumen, dinyatakan