• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN PERKEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN PERKEB"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN PERKEBUNAN

Disusun Oleh :

NAMA : M. Arief Rahmanto

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN D IV

POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA

2016

(2)

Dari praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti morfologi,siklus hidup dan gejala serta pengendalian penyakit pada 3 komoditi perkebunan.

B. ALAT DAN BAHAN

1) Mendengarkan materi yang di sampaikan oleh asissten dosen 2) Menggambar penyakit berdasarkan gambar yang telah di berikan

3) meng-Acc gambar yang telah selesai untuk di jadikan laporan sementara 4) pembuatan laporan Penyakit ini sering terjadi pada permulaan panen akibat polinasi yang tidak sempurna. Jamur ini pada dasarnya banyak terdapat pada tumpukan daun daun tua dan sisa sisa bagian bagian tanaman yang tertinggal dan berakumulasi pada ketiak-ketiak daun tetapi sumber ini kolum yang utama adalah tandan buah yang tertinggal dilapangan pada tanaman 3-6 tahun.siklus hidup

2) gejala serangan

(3)

kerusakan buah ini akan menyebabkan kandungan asam lemak bebas menjadi tinggi pada minyak kelapa sawit yang dihasilkan. penyakit ini lebih banyak di jumpai pada saat musim basah atau hujan yang panjang ,bila seluruh tandan telah terserang jamur membentuk tubuh buah (sporofor) yang membentuk jamur payung yang terdiri atas “topi” atau “payung” berwarna putih dengan diameter 2,5-75cm yang ditunjang oleh “batang” yang panjangnya 2,5 – 3,0 cm. Pada permukaan bawah payung terdapat papan-papan (bilah) seperti ingsang.

3) pengendalian A. Secara kultur teknik 1. Menjaga jarak tanam

2. Melakukan tunasan sesuai rotasi

3. Menghindari buah tinggal di pokok saat panen 4. Membuang semua buah busuk di batang B. Secara kimiawi

Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengna menggunakan fungisida karena penyakit ini disebabkan oleh jamur. Fungisida yang digunakan jenis yang efektif mengendalikan jamur golongan Basidiomycetes.

II. Busuk Pangkal batang 1) morfologi

Adapun spesies jamur yang umumnya menjadi penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) ini adalah Ganoderma Boninense, dengan klasifikasi:

Kingdom : Fungi

(4)

Ordo : Polyporales Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma

Spesies : Ganoderma Boninense

Kematian yang disebabkan jamur ini sudah melebihi angka 50% dari populasi tanaman sawit di Indonesia, karena sifat patogennya. Ketika menyerang pohon dengan tumbuh di batang dan daerah sekitar akar, maka bobot batang tanaman akan menjadi berkurang. Inilah yang menyebabkan batang menjadi busuk, kemudian tumbang dan mengalami kematian. Secara mikroskopis, basidiospora-nya adalah uniseluler, haploid, berbentuk ellipsoid, bujur truncate, atau bulat panjang, berwarna keemasan, dengan panjang basidiospora antara 7,1-13,8 μm dan lebar 4,8-8,3 μm.

2) siklus hidup

Ganoderma spesies ini melakukan penyebaran dalam tanah melalui akar dan udara. Adapun angin, hujan, udara, serangga, semuanya ini berperan membantu membawa spora pada tubuh Ganoderma terhadap pohon lainnya.

(5)

3) gejala serangan

Gejala awal penyakit sulit dideteksi karena perkembangannya yang lambat dan dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama penyakit Ganodermaadalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman belum menghasilkan, gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati.

Saat gejala pada tajuk muncul, biasanya setengah dari jaringan didalam pangkal batang sudah mati olehGanoderma. Sebagai tambahan, gejala internal ditandai dengan busuk pangkal batang muncul. Dalam jaringan yang busuk, luka terlihat dari area berwarna coklat muda diikuti dengan area gelap seperti bayangan pita, yang umumnya disebutzonareaksi.

Secara mikroskopik, gejala internal dari akar yang terserang Ganoderma sama dengan batang yang terinfeksi. Jaringan korteks dari akar yang terinfeksi berubah menjadi coklat sampai putih. Pada serangan lanjutan, jaringan korteks menjadi rapuh dan mudah hancur. Jaringan stele akar terinfeksi menjadi hitam pada serangan berat (Rahayu, 1986). Hifa umumnya berada pada jaringan korteks, endodermis, perisel, xilem dan floem. Tanda lain dari penyakit ialah munculnya tubuh buah atau basidiokarp pada pangkal batang kelapa sawit.

(6)

a. Menggunakan tanah bebas Ganoderma dengan cara mengayak tanah sebagai media tanam atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan Trichoderma sebanyak 400 gram per lubang.

B. TBM

a. Sanitasi tanaman terinfeksi dengan cara membuang bole dan akar mencacah dan membakar beserta bagian atas tanaman

b. Menyisip tanaman dengan lubang tanam besar dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 3 meter dengan kedalaman 0,8 meter. Pada lubang tanam diaplikasi bahan organik atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan Trichoderma sebanyak 400 gram per lubang.

C. TM

a. Sanitasi tanaman terinfeksi dengan cara membuang bole dan akar mencacah dan membakar beserta bagian atas tanaman. Membuat lubang sanitasi yang mengeluarkan bole dan akar terinfeksi dengan ukuran 2 x 2 meter.

b. Apabila kejadian penyakit masih di bawah 5% dan untuk gejala penyakit dengan infeksi masih pada stadium awal dilakukan pembedahan dan pembum- bunan. Pembedahan dilakukan sampai bebas dari jaringan terinfeksi yang diikuti aplikasi fungisida serta agen antagonis Trichoderma sebanyak 1 kg per pohon. Pembumbunan dilakukan dengan ukuran diameter atas 1,4 meter dan bawah 2 meter dengan ketinggian 0,7 meter.

c. Membuat parit isolasi secara individual atau kelompok. Parit isolasi individual dibuat dengan ukuran 4 x 4 meter

2. Tanaman Karet I. Penyakit Akar Putih

1) Morfologi jamur akar putih

(7)

Klasifikasi jamur akar putih adalah sebagai berikut : Kingdom : Fungi

Fillum : Basidiomycota Kelas : Basidiomycetes Subkelas : Agaricomycetidae Ordo : Polyporales

Family : Meripilaceae Genus : Rigidoporus

Spesies : Rigidoporus lignosus

Jamur Rigidoporus lignosus membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yangradier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah.

2) Siklus hidup

Rigidoporus microporus jamur yang bersifat parasit fakultatif, artinya dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Jamur R. microporus tidak dapat bertahan hidup apabila tidak ada sumber makanan. Bila belum ada inang jamur ini bertahan di sisa-sisa tunggul

3) Gejala

(8)

b. Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi berwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman.

c. Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat. 4) Pengendalian

Pengendalian jamur akar putih dengan cara pencegahan :

a. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacangkancangan, minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet.

b. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).

c. Lubang penanaman diberi belerang100 - 200 gram per lobang.

d. Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.

Pengendalian pada areal yang sudah terserang:

a. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka perakaran, dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur.

b. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar. Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang direkomendasikan. c. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.

d. Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan pupuk. e. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan

membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali.

f. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai tanaman sehat.

g. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.

h. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.

(9)

1) Morfologi

PREFERRED SCIENTIFIC NAME: Ceratocystis fimbriata Ellis and Halsted CLASS: Pyrenomycetes

ORDER: Microascales FAMILY: Ceratocystiaceae

Jamur mempunyai hifa berwarna putih di bagian tepi dan pink keunguan di bagian tengah Lama-kelamaan hifa berkembang dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan, membentuk lapisan berwarna kelabu. Spora dapat bertahan hidup dalam keadaan kering.

2) Siklus hidup

Beberapa hari setelah infeksi, jamur membentuk badan buah, yaitu peritesium yang bulat dan mempunyai leher yang panjang. Dalam peritesium terdapat banyak askus berbentuk bulat telur, mengandung 8 askospora bulat, tidak berwarna. Askospora keluar dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat. Peritesium berukuran panjang 440-560µm (termasuk lehernya), dan lebar ±180µm. Askospora berukuran 4,5-8,7 x 3,5-4,7µm

Hifa yang tumbuh dari askopsora membentuk dua macam spora lain, yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak berwarna, ukuran sangat variabel rata-rata 20,8 x 5,3µm. Hifa dan spora dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Klamidospora bulat atau jorong, berwarna coklat tua, pangkal agak menonjol berukuran 15,9 x 13,1µm. Klamidospora tahan terhadap keadaan yang kurang baik seperti kekeringan dan adanya obat-obatan.

3) Gejala

a. Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.

b. Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. c. Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.

(10)

e. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.

4) Pengendalian

a. Tidak dianjurkan menanam kelon karet yang peka terhadap penyakit ini, seperti PR 107, PR 261, LCB 1320, atau WR 101 di daerah yang mengalami serangan atau daerah beriklim basah. Daerah seperti itu sebaiknya di tanami klon yang tahan penyakit kanker garis, seperti PR 300 atau PR 303.

b. Jarak tanam diusahakan tidak terlalu rapat agar terhindar dari kelembaban yang tinggi yang bisa membantu perkembangan penyakit.

c. Tanaman penutup tanah yang terlalu lebat di pangkas. Selain itu, gulma yang tumbuh dikebun diberantas agar kelembaban berkurang.

d. Perlu diadak pemupukan yang sesuai dengan dosis yang tertentu, agar tanaman bisa tumbuh dengan baik.

e. Dilakukan tindakan pengobatan dengan fungisida Difolatan 4 F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5%.

f. Bila sudah ada bagian yang membusuk, dilakuakan pengorekan seperlunya pada bagian tersebut kemudian dilumasi dengan fungisida.

g. Sebelum melakukan penyadapan, pissau sadap diolesi dengan Difolatan 4 F 1% atau Difolatan 80 WP 1%.

3. Tanaman Tebu

I. Penyakit Bercak berlapis 1) Penyebab

Penyebab penyakit ini adalah jamur Deightoniella papuana 2) Gejala

- Berwarna pucat dengan pola berlapis seperti kayu - Berukuran 10-15 x 600mm

II. Penyakit Bercak Bertarget 1) Morfologi

Klasifikasi dari jamur Helminthosporium sp adalah sebagai berikut: Divisio : Amastigomyceta

(11)

Sub Kelas : Hyphomycetidae Ordo : Hypales

Family : Dematiaceae Genus : Helminthosporium

Spesies : Helminthosporium turcicum, Helminthosporium sigmoideumm dan Helminthosporium oryzae

Helminthosporium sp. dikenal sebagai jamur kontaminan, sehingga dapat juga terinfeksi pada area disekitar persawahan. Rata-rata pertumbuhannya cepat, matang dalam waktu 5 hari. Helminthosporium sp. dapat menimbulkan penyakit yang umum muncul diakhir masa pertumbuhan tanaman. Dimulai dengan bercak kecil yang tidak beraturan, berwarna coklat kehitaman di bagian pelepah yang berdekatan dengan batas air. Kadang-kadang sklerotia ditemukan pada daun yang terinfeksi. Jamur Deuteromycota yang tergolong pada jamur imperfeksi banyak yang menimbulkan penyakit, misalnya: Jamur Helminthosporium oryzae, dapat merusak kecambah, terutama menyerang buah dan menimbulkan noda-noda hitam pada daun inang Sclerotium rolfsii merupakan penyakit busuk pada berbagai tanaman.

2) Gejala

c. Untuk mengatasi penyakit pada tanaman tebu kita dapat melakukan pengendalian dengan menanam varietas tahan, karena varietas tahan dapat menekan penyakit yang terdapat pada tanaman tebu.

d. Semprotkan fungisida ketika pembentukan anakan maksimum terjadi. Contoh: Scora, folicur, anvil, indar, nativo, opus, bisa juga fungisida kontak (belum terdaftar pada tanaman padi) dithane, anthracol, kocide, nordox, vondoseb.

(12)

1. Penyakit pada tanaman kelapa sawit : - Penyakit busuk tanda

- Penyakit busuk pangkal batang 2. Penyakit pada tanaman karet : - Jamur akar putih

- Mouldy root

3. Penyakit pada tanaman tebu : - Bercak Bergaris

- Bercak Bertarget

DAFTAR PUSTAKA

Anggun Rizqilillah.2012.Rigidoporus lignosus (Jamur Akar Putih).(

http://anggun-rizqillah.blogspot.co.id/2012/06/jamur-akar-putih.html). Di akses tanggal 10 oktober 2016. Fitri, Yulia Azmi. 2003. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) kelapa sawit.(

http://ditjenbun.pertanian.go.id/perlindungan/berita-333-penyakit-busuk-pangkal-batang-bpb-kelapa-sawit-.html). Di akses tanggal 10 oktober 2016.

http://www.petanihebat.com/2014/10/pengendalian-jamur-akar-putih-jap-pada.html

http://imabio-unja.blogspot.co.id/2010/07/pengendalian-penyakit-pada-tanaman.html

(13)
(14)

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas antibakteri pada kitosan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan derajat deasetilasi berbeda, memperlihatkan DD 93% lebih besar membentuk zona

Terdapat beberapa contoh sahaja kata terbitan yang diwakili oleh kedua-dua bentuk imbuhan awalan kata adjektif tersebut yang ditemui oleh pengkaji... Alomorf ini hadir pada

Gambar yang berhubungan dengan berbagai bentuk kegiatan bersatu dalam keberagaman di dalam ruang kelas, cara menjaga kebersihan dan kelenturan tubuh , video, dan PPT Pembelajaran

Atas kehendak-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Mata

Informan Dalam Penelitian ini berasal dari orang yang berkaitan langsung dalam Pelayanan Prima dilihat dari Budaya Masyarakat (Studi Kasus di Rumah Sakit Mayjen

Pada motherboard untuk prosesor Pentium (sebelum Pentium II), kapasitas RAM yang dapat dipasangkan seringkali dibatasi sampai 1 28 MB saja. Sedangkan motherboard untuk Pentium 4,

Konsep integrasi yang tidak lagi diartikan sebagai pembauran berbagai kelompok etnis dengan mengorbankan nilai atau norma yang mereka anut, tetapi lebih cenderung ke

Tanda +ang ,aling sering ,ada ,er6orasi kornea adalah datar atau dangkaln+a anterior chamber 2 tes Seidel ,ositi62 dan ,rola,se u8ea. Untuk tes Seidel2 digunakan