• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan yang dimiliki oleh DPR sebelu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kewenangan yang dimiliki oleh DPR sebelu"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS HUKUM TENTANG LEMBAGA NEGARA

Kewenangan yang dimiliki oleh DPR sebelum dan sesudah

Amandemen UUD 1945

Oleh:

An’nisaa Khalida

110110130320

Dosen Mata Kuliah: Dr. Hernadi Affandi, S.H., LL.M.

Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada kami sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Dalam makalah ini dibahas secara sederhana mengenai hak dan fungsi yang

dimiliki oleh DPR sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945.

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Hukum Tentang Lembaga

Negara. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 7 Juni 2015

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa pemerintahan orde

baru, mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945 sebanyak empat kali. Perubahan tersebut berimplikasi

terhadap perubahan ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan Negara Indonesia.

Perubahan UUD 1945 tersebut dilakukan guna menyempurnakan ketentuan fundamental

ketatanegaraan Indonesia sebagai pedoman utama dalam mengisi tuntutan reformasi dan

memandu arah perjalanan bangsa dan negara pada masa kini dan yang akan datang, dengan

harapan dapat berlaku untuk jangka waktu ke depan yang cukup panjang.

Setelah terjadinya perubahan Undang-Undang Dasar 1945 terdapat beberapa perubahan

kewenangan yang dimiliki oleh beberapa lembaga negara, salah satunya yaitu Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Sesungguhnya Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disingkat

dengan DPR terbentuk di Indonesia adalah setelah diadakannya pemilihan umum pada bulan

Desember 1955, walaupun Undang-Undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945,

telah ditetapkan sebagai dasar konstitusi Negara Republik Indonesia sejak satu hari setelah

Proklamasi Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang menjelma menjadi Badan Nasional,

seperti yang dikemukakan oleh Darji Darmodiharjo, Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (PPKI) ini penting sekali fungsinya apalagi setelah Proklamasi, keanggotaannya

disempurnakan, badan yang mula-mula bersifat “Badan Buatan Jepang” untuk menerima

hadiah kemerdekaan “dari Jepang”, setelah takluknya Jepang dan Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia lalu mempunyai sifat “Badan Nasional Indonesia” (1983 : 41-42). Kewenangan yang paling terlihat nampak berbeda setelah adanya perubahan UUD

1945 yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia sebagai pemegang

kekuasaan pembentuk undang-undang, memiliki fungsi politik yang sangat strategis yaitu

sebagai lembaga penentu arah kebijakan ketatanegaraan Republik Negara Indonesia. Dengan

reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya perubahan menuju penyelenggaraan

negara yang lebih demokratis, transparan, dan memiliki akuntabilitas tinggi serta terwujudnya

good governance dan adanya kebebasan berpendapat. Semuanya itu diharapkan untuk semakin mendekatkan bangsa pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam

(4)

gerakan reformasi diharapkan mampu mendorong perubahan mental bangsa Indonesia, baik

pemimpin maupun rakyat sehingga mampu menjadi bangsa yang menganut dan menjunjung

tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, tanggung jawab, persamaan, serta

persaudaraan.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada bagian terdahulu, sangat menarik perhatian

bila dipilih suatu rumusan masalah yang mempertanyakan keadaan DPR sebelum dilakukan

perubahan terhadap UUD 1945 dan keadaan DPR setelah diadakan perubahan terhadap UUD

1945.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan

dibahas yaitu :

1. Bagaimana kewenangan DPR sebelum perubahan UUD 1945?

2. Bagaimana kewenangan DPR setelah perubahan UUD 1945?

3. Perbedaan apa yang terlihat dalam kewenangan yang dimiliki oleh DPR setelah

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

Fungsi dan hak (DPR) bagai dua sisi dari sekeping mata uang (two sides of one coin).

Dapat dibedakan tetapi tidak terpisahkan. Antara keduanya, mana yang lebih dulu diadakan?

Mengikuti pendapat J.H.A. Logemann, fungsi atau yang lazim disebut dalam hukum tata

negara dengan ‘jabatan’ adalah lingkungan kerja. Ia dibentuk karena adanya pembagian kerja

yang sifatnya tertentu dan terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau tujuan negara.

Pembagian kerja itu -dalam paradigma teori ataupun praktik- setidaknya mewujud ke dalam

tiga lingkungan kerja, yaitu legislasi, eksekusi, dan yustisi. Lingkungan kerja legislasi disebut

dengan fungsi legislasi atau jabatan legislasi. Sesuai doktrin konstitusionalisme, fungsi

legislasi senantiasa dipegang, meski tidak selalu dimonopoli oleh lembaga legislatif, karena

fungsi ini dapat dilaksanakan bersama dengan lembaga eksekutif -utamanya dalam sistem

parlementer atau semi-presidensial.3 Demikian pula fungsi pengawasan terhadap pemerintah,

senantiasa dipegang oleh lembaga legislatif sehingga lembaga ini sering disebut juga dengan

‘parlemen’.1

Fungsi hanya dapat bergerak mencapai sasaran atau tujuan, apabila ada pemangku

jabatan, yaitu pejabat sebagai orang perorangan (natuurlijkpersoon) yang duduk atau didudukkan dalam suatu jabatan dengan wewenang untuk merealisasikan jabatan tertentu.

Agar wewenang dapat dilaksanakan dalam suatu tindakan konkrit dan dapat

dipertanggungjawabkan (baik secara politik, hukum, atau sosial), kepada pejabat dibekali hak

dan kewajiban (recht en plicht) tertentu. Tanpa hak dan kewajiban, segala wewenang tidak dapat diwujudkan secara konkret dalam bentuk tindakan-tindakan, baik tindakan hukum atau

tindakan konkret tertentu (recht en feitelijke handelingen).2 Jadi, jelas fungsi lebih mendahului hak yang merupakan perangkat pelaksanaan wewenang untuk merealisasikan

fungsi itu sendiri.

1

Naswar (Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar). Hak Angket Dalam Konstelasi Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Konstitusi, Vol. I, No. 1, November 2012.

2

(6)

A. Kewenangan DPR sebelum Amandemen UUD 1945

Untuk melihat kewenangan apa saja yang dimiliki oleh lembaga Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) sebelum amandemen, maka terlebih dahulu dikemukakan mengenai DPR yang

termuat dalam UUD 1945 tersebut. Mengenai DPR dalam UUD 1945 tersebar pada

pasal-pasal berikut:3

Pasal 19

1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.

2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Pasal 20

1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan

Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 21

1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan rancangan

undang-undang.

2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disahkan

oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan

Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 22

1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam

persidangan yang berikut.

3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Pasal 23

1) Anggaran Pendapatan dan Belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang.

Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan

pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.

3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.

3

(7)

5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan

Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undangundang. Hasil

pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

 Fungsi dan Tugas DPR

1) Bersama-sama pemerintah menetapkan undang-undang (Pasal 5 ayat 1 jo, Pasal 20 ayat

1 UUD 1945).

2) Melalui undang-undang menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Pasal

23 ayat 1).

3) Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pernyataan perang, membuat

perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11).

Sedangkan fungsi DPR adalah pengawasan atas jalannya pemerintahan negara, sesuai

dengan pasal 11, pasal 20 dan pasal 23 UUD 1945. Dalam menjalankan kedudukan dan

fungsi DPR yang demikian, Subandi Al Marsudi mengemukakan, dalam kedudukan demikian

TAP MPR-RI No. III/MPR/1978 menegaskan kewajiban DPR untuk senantiasa mengawasi

tindakan-tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan haluan negara, apabila DPR

menganggap bahwa Presiden sungguh melanggar haluan negara, maka DPR menyampaikan

memorandum untuk mengingatkan Presiden. Apabila dalam waktu 3 bulan Presiden tidak

memperhatikan memorandum DPR tersebut, maka DPR menyampaikan memorandum kedua.

Apabila dalam waktu satu bulan memorandum kedua tersebut tidak diindahkan Presiden,

maka DPR dapat meminta Majelis mengadakan sidang istimewa untuk meminta

pertanggungjawaban Presiden (2001 : 134 -135).

B. Kewenangan DPR setelah Amandemen UUD 1945

Perubahan terhadap pengaturan DPR dalam UUD 1945 (setelah perubahan) adalah

sebagai berikut :4

Pasal 19

1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.

2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.

3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Pasal 20

1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membuat undang-undang.

4

(8)

2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden

untuk mendapat persetujuan bersama.

3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan

undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan

Rakyat masa itu.

4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk

menjadi undang-undang.

5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak

disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan

undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang-undang-undang itu menjadi undang-undang-undang-undang dan

wajib diundangkan.

Pasal 20 A

1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

pengawasan.

2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain

undang-undang dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak angket

dan hak menyatakan pendapat.

3) Selain hak-hak yang diatur dalam pasal-pasal lain undang-undang dasar ini, setiap

anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan,

menyampaikan usul dan pendapat serta hak imunitas.

4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan

Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan usul rancangan undang-undang.

Pasal 22

1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan

pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam

persidangan yang berikut.

3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Pasal 22 A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang diatur dengan

(9)

Pasal 22 B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat

dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

Pasal 23

1) Anggaran Pendapatan dan Belanja sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakansecara terbuka dan

bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2) Rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh

Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan

pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapat dan

belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, pemerintah menjalankan anggaran

pendapatan dan belanja negara tahun yang lalu.

4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.

5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan

Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan undangundang. Hasil

pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Selanjutnya Marsono menguraikan, bahwa perubahan terhadap pengaturan DPR pada

UUD 1945 terjadi yakni :5

 Perubahan pertama terhadap pasal 21 UUD 1945 tentang pengajuan rancangan

undang-undang.

 Perubahan kedua terhadap pasal 22 A dan pasal 22 B UUD 1945 merupakan pasal tambahan yaitu mengatur tentang tata cara pembentukan undang-undang dan

pemberhentian anggota DPR dari jabatannya.

 Perubahan ketiga terhadap pasal 23 UUD 1945 yaitu mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara harus mendapat persetujuan DPR (2002 : 38-45).

C. Perbedaan Kewenangan yang Dimiliki oleh DPR sebelum dan setelah Amandemen

UUD 1945

55

(10)

 Fungsi dan Tugas DPR

Mempertegas fungsi DPR sebagaimana diatur pada pasal 20 A ayat UUD 1945 sebagai

pasal penambahan yaitu, DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

pengawasan.6

a. Fungsi dan tugas DPR dalam bidang legislasi meliputi :

 DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang (Pasal 20 ayat 1 UUD 1945)

ukan hanya persetujuan dari DPR (sebagaimana sebelum perubahan).DPR bersama

pemerintah membahas rancangan undang-undang untuk mendapat persetujuan bersama

(Pasal 20 ayat 2 UUD 1945).

 Persetujuan terhadap peraturan pemerintah (Pasal 22 ayat 2 UUD 1945).

b. Fungsi dan tugas DPR dalam bidang anggaran, yaitu pembahasan bersama dengan

Presiden dan memperhatikan pertimbangan DPR untuk penetapan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (Pasal 23 ayat 2 UUD 1945).

c. Fungsi dan tugas DPR dalam bidang pengawasan, meliputi :

o Pengawasan terhadap penggunaan keuangan negara, berdasarkan hasil pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan (Pasal 23 ayat 5 dan pasal 23 E UUD 1945).

o Memberikan pendapat bahwa Presiden dan / atau Wakil Presiden telah melakukan

pelanggaran hukum atau telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau

Wakil Presiden, termasuk untuk mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi (Pasal 7 B

ayat 2 dan ayat 3 UUD 1945).

 Hak DPR

Berdasarkan pasal 20 A ayat 2 UUD 1945, Hak DPR meliputi :

- Hak Interpelasi

- Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat serta

- Hak Imunitas.

6

(11)

Demikian pada pokoknya keberadaan DPR setelah adanya amandemen dalam UUD

1945 yang semakin memperkuat kedudukan DPR dalam hal fungsi legislasi, kewenangan lain

yang kuat adalah dalam hal pengawasan. Pengawasan yang dilakukan DPR terhadap

Pemerintah dan lembaga yang lain demikian luas. Hakekat pengawasan adalah pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang dan pengejawatahan anggaran. Namun dalam

prakteknya, cakupan fungsi ini cukup luas, diantaranya: menetapkan soal-soal perang dan

damai dengan negara lain dan menyetujui amnesti umum.7

7

Fitria. Penguatan Fungsi Pengawasan Dpr Melalui Perubahan Undang-Undang No. 10 Tahun 1954 Tentang

(12)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bahwa keberadaan DPR sebelum perubahan UUD 1945 diatur dalam pasal 19, pasal

20, pasal 21, pasal 22 dan pasal 23 UUD 1945, namun DPR sebagai badan legislatif

dalam sistem penyelenggaraan negara kurang berfungsi karena hanya bersifat

persetujuan baik dalam hal pembuatan undang-undang maupun dalam hal penetapan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dengan perkataan lain DPR hanya

pemberi cap/stempel saja.

2. Bahwa keberadaan DPR setelah perubahan UUD 1945 banyak mengalami perubahan,

perubahan tersebut terjadi dalam penambahan beberapa aturan dalam pasal 19, pasal

20, pasal 20 A, pasal 22 A, pasal 22 B dan pasal 23 UUD 1945. Selain itu terjadi

penambahan fungsi dan tugas DPR dalam pasal 14 ayat 2, pasal 22 D ayat 1 dan ayat 2,

pasal 23 F ayat 1, pasal 24 A ayat 3, pasal 24 B ayat 3, dan pasal 24 C ayat 3 UUD

1945. Selain itu mempertegas fungsi dan tugas DPR meliputi fungsi legislasi, fungsi

anggaran dan fungsi pengawasan.

3. Penguatan DPR tercermin dalam penguatan ketiga fungsi pokok DPR, yaitu fungsi

legislasi, pengawasan dan anggaran. Kewenangan membentuk Undang- Undang tidak

lagi berada ditangan Presiden, namun telah beralih ke DPR. Rancangan

Undang-Undang yang telah mendapatkan persetujuan bersama Presiden dan DPR dan kemudian

tidak mendapatkan pengesahan Presiden, tetap secara otomatis menjadi

Undang-Undang. Tidak hanya mengenai fungsi legislasi tetapi juga dalam fungsi pengawasan

yang semakin ketat setelah adanya perubahan UUD 1945.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh DPR

setelah adanya perubahan UUD 1945 yaitu hendaknya DPR menjalankan fungsi dan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adika Akbarrudin. Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPR RI dan DPD RI Pasca Amandemen

UUD 1945. Volume 8. Nomor 1. Januari 2013. Pandecta. Dapat dilihat di

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

Fitria. Penguatan Fungsi Pengawasan Dpr Melalui Perubahan Undang-Undang No. 10

Tahun 1954 Tentang Hak Angket. Jurnal Cita Hukum, Vol. I No. 1 Juni 2014.

Manan, Bagir. 2003. DPR,DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru, Yogyakarta: FH UII Press, Cetakan Pertama.

Manan, Bagir. Teori dan Politik Konstitusi, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional, 2001), hlm. 41.

Naswar (Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar). Hak Angket Dalam

Konstelasi Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Konstitusi, Vol. I, No. 1, November 2012. Syahminul Siregar,S.H.,M.H., (Staf Pengajar Fakultas Agama Islam Universitas

Pembangunan Panca Budi Medan). Dewan Perwakilan Rakyat (Dpr) Menurut UUD

1945 (Perubahan). Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol. 5 No.1 Juni 2012

Referensi

Dokumen terkait

Sebaya ini mudah dan sangat cocok di aplikasikan dalam pembelajaran lompat tinggi maka tepat untuk di terapkan pada siswa SMP khususya kelas VIII C yang

Banyak penelitian yang membahas tentang analisis kualitas pelayaan produk kecantikan terhadap kepuasan pelanggan, tetapi penelitian tentang analisis efektifitas

Soalan: Jurulatih atau doktor yang membantu atau menggalakkan atlet mengambil bahan larangan boleh dikenakan hukuman jika ujian atlet didapati positif..

Adanya penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya guru yang tidak memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Salahsatu cara

Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan..

Data APCC (1997) menunjukkan bahwa potensi bahan baku industri pengolahan sabut lcelapa nasional sangat besar dengan jumlah produksi buah kelapa sebesar 12,9155. milyar butir

1 Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa model regresi dikatakan fit, sehingga diartikan bahwa variabel independen (kepemilikan manajerial, kepemilikan

Jadi tabel persentase kumulatif adalah tabel frekuensi yang terlebih dahulu mencari distribusi frekuensi relatif (dinyatakan dalam bentuk persentase) kemudian