• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas IV SD N Kalisari 3 Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas IV SD N Kalisari 3 Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester II Tahun P"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Dalam kajian teori pada penelitian ini akan dibahas mengenai hakikat Ilmu Pengetahuan Alam, model pembelajaran kooperatif, metode Group Investigation dan juga hasil belajar.

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’yang berarti saya tahu. Menurut Wahyana dalam Trianto (2011:136) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”. Menurut BSNP (2006)

IPA perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam juga dikemukakan oleh Wahyana (dalam Trianto , 2011:136) bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

(2)

dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

H.W Fowler (dalam Laksmi Prihantoro,2011:1.3) “ IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Berdasarkan penjelasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, pemecahan masalah, dan penemuan dimana dalam mempelajarinya melalui serangkaian proses ilmiah sehingga dapat menghasilkan sebuah produk ilmiah.

2.1.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD sangat penting, karena Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang utama diberikan disekolah.

Menurut Trianto (2011:141) hakikat pembelajaran IPA di SD adalah “ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan

kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep”. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto 2011:142) bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah “tercermin dalam tujuan pendidikan dan metode mengajar yang digunakan, maka pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan manapun harus dikembangkan dengan memahami berbagai pandangan tentang makna IPA, yang dalam konteks pandangan hidup dipandang sebagai suatu instrumen untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sosial manusia”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahawa pembelajaran IPA di SD merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, dan konsep dilakukan secara inkuiri untuk lebih meningkatkan pemahaman siswa.

2.1.1.3 Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA

(3)

sehari-hari yang berhubungan dengan IPA dapat diselesaikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, Teknologi , dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Pembelajaran IPA di SD/MI memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS

Selain mempunyai tujuan pembelajaran IPA SD/MI jiga mempunyai ruang lingkup yang akan dipelajari. Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi ruang lingkup pembelajaran IPA SD/MI meliputi:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksi dengan lingkungan, serta kesehatan.

(4)

3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi , panas, magnet, istrik, cahaya dan pesawat sederhana. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.4 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar IPA

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, disajikan standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran IPA kelas IV SD Semester II. Standar Isi dan Kompetensi Dasar dapat dilihat Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

8.1 mendiskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya.

8.4 menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Agus suprijono (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif terdapat beberapa istilah yaitu untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaran kooperatif (kooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut.

Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya.

(5)

pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter) ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggungjawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2009:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan Lima unsur tersebut adalah:

1. Saling ketergantungan positif

Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri khusus yaitu ada

pertanggungjawaban kelompok yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Dari sini siswa harus bekerja sama untuk saling mendukung dengan pembagian tugas yang saling mendukung agar bahan dapat dipahami secara kelompok dan individu agar dapat memperoleh penghargaan secara kelompok.

2. Tanggung jawab perseorangan

Tanggungjawab ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

3. Interaksi Promotif

(6)

merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan, percaya dan juga memotivasi.

4. Komunikasi Antaranggota

Siswa harus saling mengenal, mempercayai dan mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. Saling menerima dan mendukung untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

5. Pemrosesan kelompok

Tujuan dari pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.

Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan; 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian-penyesuaian sosial; 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen;

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois;

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa; 7. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan; 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif;

10.Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;

(7)

Huda (2011:134-153) menyatakan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif yang paling sering digunakan di Indonesia ada empat belas teknik, antara lain:

1. Mencari pasangan (Make a Match) 2. Bertukar pasangan

3. Berpikir-berpasangan-berbagi (Think-Pair-Share) 4. Berkirim salam dan soal

5. Kepala bernomor (Numbered Heads Together)

6. Kepala bernomor struktur (Structured Numbered Heads) 7. Dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray)

8. Keliling kelompok 9. Kancing gemerincing 10.Keliling Kelas

11.Lingkaran dalam-lingkaran luar (Inside-Outside Circle) 12.Tari Bambu

13.Jigsaw

14.Bercerita berpasangan (Paired Story Telling) 2.1.3 Metode Pembelajaran Group Investigation

2.1.3.1 Hakikat Metode Pembelajaran Group Investigation

Metode pembelajaran Group Investigation dikembangkan pertama kali oleh Herbet Thelen. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv, Menurut Huda (2013:291) model group investigation pertama kali dikembangkan oleh Sharan dan Sharan tahun 1976.

(8)

Group Investigation guru membagi siswa kedalam kelompok dengan anggota 5-6 siswa secara heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik tertentu untuk diselidiki bersama dengan kelompoknya. Setelah itu kelompok mempersiiapkan untuk presentasi di depan kelas.

Bruce Joyce (2009:323) mengatakan bahwa “peran guru dalam metode pembelajaran Group Investigation yaitu sebagai seorang fasilitator yang langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pelajaran dalam merumuskan rencana, bertindak, dan mengatur kelompok)”. Sedangkan menurut Huda (2013: 292) “guru bertugas untuk menginisiasi pembelajaran dengan menyediakan pilihan dan control terhadap para siswa untuk memiliki strategi penelitian yang akan mereka gunakan”.

Berdasarkan pendapat mengenai metode pembelajaran Group Investigation tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran group investigation merupakan metode pembelajaran yang kompleks dengan siswa bekerja dalam sebuah kelompok yang heterogen dan untuk setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang untuk menginvestigasi suatu topik yang berbeda pada setiap

kelompok dan menggunakan skill berpikir dalam memecahkan topik yang diberikan.

2.1.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group Investigation

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, seperti halnya dengan metode pembelajaran group investigation. metode pembelajaran group investigation juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode pembelajaran Group Investigation menurut Slavin (2005:216) yaitu:

Kelebihan metode pembelajaran Group Investigation:

1. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri kompleks.

2. Kegiatan berfokus pada siswa sehingga pengetahuannya benar-benar diserap dengan baik.

(9)

4. Mengembangkan penmahaman siswa melalui berbagai kegiatan. 5. Mampu menumbuhkan sikap saling manghargai, saling

,menguntungkan, memperkuat ikatan sosial, tumbuh sikap untuk lebih mengenal kemampuan diri sendiri, bertanggung jawab dan merasa berguna untuk orang lain.

6. Dapat mengembangkan kemampuan profesional guru dalam pikiran kreatif dan inovatif.

Kelemahan model pembelajaran Group Investigation:

1. Memerlukan norma dan strktur kelas yang lebih rumit.

2. Mengutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis, sehingga tujuan tidak akan tercapai pada siswa yang tidak turut aktif.

3. Memerlukan waktu belajar yang relative lebih lama.

4. Memerlukan waktu untuk penyesuaian sehingga suasana kelas menjadi mudah ribut.

5. Tidak semua pelajaran dapat diterapkan dengan model ini.

6. Menuntut kesiapan guru untuk menyiapkan materi atau topik investigasi secara keseluruhan. Sehingga akan sulit terlaksana bagu guru yang kurang persiapan.

2.1.3.3 Tujuan Metode Pembelajaran Group Investigation

Metode pembelajaran Group Investigation merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk bekerja dalam kelompok dan juga memecahkan masalah sesuai dengan topik tertentu yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Metode pembelajaran ini sangat baik apabila diterapkan dalam pembelajarn IPA. Karena dalam pembelajaran IPA tersebut siswa harus bisa memecahkan masalah sesuai dengan topik dan masalah tersebut sering berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(10)

pemecahan masalah bersama dengan kelompoknya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja. Selain itu dengan metode pembelajaran group investigation, dapat meningkatkan hubungan solidaritas dan kerja sama antar siswa karena siswa bekerja dengan cara bekerja dengan cara berkelompok dan juga dapat menumbuhkan rasa saling menghormati antar siswa.

2.1.3.4 langkah-langkah metode pembelajaran group investigaton

Metode pembelajaran memiliki langkah yang berbeda-beda dari setiap jenis model pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas. Adapun langkah-langkah metode pembelajaran group investigation adalah sebagai berikut:

Menurut Slavin dalam La Iru dan La Ode Safiun Arihi (2012 : 70) langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi murid dalam kelompok

a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan mengategorikan saran-saran.

b) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

telah dipilihnya.

c) Komposisi kelompok didasarkan pada keterertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

2. Merencanakan tugas yang akan diberikan. 3. Melaksanakan investigasi.

a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha yang dilakukan kelompoknya.

(11)

4. Menyimpan laporan akhir.

a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka.

b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c) Wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkondisikan rencana-rencana presentasi.

5. Mempresentasikan laporan akhir.

a) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dari berbagai macam bentuk. b) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara

aktif.

c) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

6. Evaluasi

a) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut,

mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektifan mereka.

b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. d) Sedangkan menurut Huda (2013:293) langkah-langkah model

pembelajaran Group Investigation (GI) ada 6 yaitu antara lain sebagai berikut:

2.1.4 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif metode Group Investigation (GI)

(12)

diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang ada di SDN Kalisari 3 yaitu tentang rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. sintaks pembelajaran IPA akan disajikan pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2

Sintak Pembelajaran dengan model kooperatif metode Group Investigation (GI) pada Pembelajaran IPA

Tahap Pembelajaran Numbered Heads Together

Perilaku Guru

1. Grouping Guru membentuk siswa dalam

beberapa kelompok secara heterogen (4-5 orang).

2.Planing Guru melakukan pembagian kepada

kelompok tentang topik yang akan diplajarinya.

3.Investigation Guru membimbing siswa untuk

berdiskusi mengenai topik yang dibagikan bersama kelomponya.

4.Organizing Guru membimbing siswa untuk

merencankan laporan untuk dipresentasikan di kelas.

5.Presenting Guru membimbing dan menuyuruh

siswa perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,

6.Evaluating Guru membimbing siswa untuk

melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas.

(13)

Tabel 3

Implementasi model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) dalam Pembelajaran IPA Menurut Standar Proses

Sintak Numbered

(14)

mengamati, memberikan tanggapan, dan

mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi.

6. Evaluating

Kegiatan Akhir

Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas.

Siswa bersama guru membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

Guru melakukan refleksi dengan menanamkan nilai moral dan memberikan soal evaluasi.

Tahap 1: Seleksi Topik

Para siswa memilih berbagai sub topik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Mereka selanjutnya diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented group) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok

seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

Tahap 2 : Perencanaan Kerja Sama

Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, tujuan, umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih pada langkah sebelumnya.

Tahap 3 : Implementasi

(15)

dengan variasi yang luas. Pada tahap ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber, baik yang terdapat didalam maupun diluar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

Tahap 4 : Analisis dan Sintesis

Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atas berbagai informasi yang diperoleh pada langkah sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang menarik didepan kelas.

Tahap 5 : Penyajian Hasil Akhir

Semua kelompok menyajikan presentasinya atas topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang laus mengenai topic tertentu. Presentasi kelompok di koordinasikan oleh guru.

Tahap 6 : Evaluasi

Para siswa dan guru mengadakan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa secara individual maupun kelompok atau keduanya.

Hamruni (2012: 225) menyebutkan ada 6 langkah metode pembelajaran Group Investigation, yaitu :

1. Grouping

Grouping adalah menetapkan jumlah anggota kelompok secara heterogen, menentukan sumber, memilih topik, merumuskan permasalahan. Tahapan ini menekankan pada permasalahan dimana siswa mengajukan atau memilih topik dan saran. Kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok. Dalam hal ini peran guru adalah membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturannya.

2. Planning

(16)

3. Investigation

Investigation adalah saling tukar informasi dan ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Peran guru dalam tahap ini secara ketat mengikuti kemampuan tiap kelompok dan membimbing kelompok jika diperlukan.

4. Organizing

Organizing yaitu mengatur penulisan dan pelaporan anggota kelompok merencanakan presentasi laporan, meenentukan penyaji, moderator, dan notulis. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil akhir penyelidikannya. Peran guru disini sebagai penasehat membantu memastikan setiap kelompok ikut andil didalamnya.

5. Presenting

Presenting yaitu salah satu wakil kelompok menyajikan, kelompok lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan pertanyaan, atau

member tanggapan. 6. Evaluating

Evaluating yakni setiap siswa melakukan koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada pencapaian pemahaman.

2.1.5 Hakikat Belajar IPA 2.1.5.1 Hakikat Hasil Belajar

(17)

Hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Menurut purwanto (2013:45) “hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained)”. Sedangkan menurut Winkel (dalam, Purwanto 2013:45) bahwa “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari suatu kegiatan yang berupa proses belajar dan dapat digunakan untuk mengukur perubahan sikap dan perilaku.

2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar dapat berhasil atau tidak karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut berasal dari dalam diri orang yang belajar dan juga berasal dari luar diri orang yang belajar tersebut. Menurut Reni (2001:84) faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu: faktor internal (dari dalam diri) dan faktor eksternal. Uhi Faktor

internal yang mempengaruhi hasil belajar merupakan faktor yang berada didalam diri individu yang sedaang beajar. Adapun factor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar individu adalah kesehatan, inteledensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar.

Sedangkan faktor kedua yang mempengaruhi hasil belajar yaitu factor eksternal atau factor yang berasal dari luar diri idividu yang sedang belajar. Faktor dari luar yang mempengaruhi adalah keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

2.1.5.3. Mengukur Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi. Terdapat 2 bentuk teknik penilaian untuk mengevaluasi hasil belajar, yaitu:

1. Teknik Tes

(18)

dimiliki oleh individu atau kelompok”. Menurut Suwandi (2009:39) mengemukakan bahwa “tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang dites”. Sedangkan menurut sudjana (2010:35) menyebutkan bahwa “tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan”.

Berdasarkan pendapat mengenai pengertian tes tersebut, maka dapt disimpulkan bahwa teknik tes adalah pertanyaan atau tugas atau latihan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur pengetahuan dalam bentuk lisan, tulisan maupun perbuatan.

2. Teknik Non Tes

Menurut Sudjana (2010:104) “alat-alat penilaian hasil dan proses belajar mengajar, disamping berupa tes, bisa digunakan juga teknik wawancara, kuisioner, observasi, skala, sosiometri, studi kasus, dll”. Sedangkan menurut Arikunto (2001:26) “yang termasuk golongan teknik

non tes adalah skala bertingkat (rating scale), kuesioner (questionair), daftar cocok (chek list), wawancara (interview), pengamatan (observation), dan riwayat hidup”.

Berdasarkan pendapat mengenai teknik non tes tersebut maka dapt disimpulkan bahwa teknik non tes meliputi:

a) Observasi

b) Observasi adalah metode atau cara yang digunakan untuk menganalisis dan mengamati tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

c) Wawancara

(19)

f) Kuesioner juga sering dikenal dengan angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)

g) Sosiometri

h) Sosiometri digunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial siswa di kelasnya atau di dalam kelompoknya.

i) Studi Kasus

j) Studi kasus digunakan untuk memperoleh data mengenai pribadi siswa secara mendalam dalam kurun waktu tertentu.

k) Skala Bertingkat

l) Menggambarkan suatu nilai yang berbrntuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Angka yang digunakan dengan jarak yang sama dan diletakkan secara bertingkat dari yang rendah ke yang tinggi.

m) Daftar Cocok

n) Sebuah daftar yang memuat pertanyaan singkat, tertulis tentang

berbagai gejala yang dimaksudkan sebagai penolong pencatatan ada atau tidaknya suatu gejala dengan cara member tanda cek (V) pada setiap pemunculan gejala yang dimaksud.

o) Riwayat Hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya.

2.1.5.4.Penilaian Hasil Belajar

Untuk melakukan penilaian terhadap hasil belajar dapat dilihat melalui 3 ranah. Ketiga ranah tersebut juga di klasifikasikan oleh Benyamin Bloom, yaitu kognitif, afektif, dan psokomotor. Ella (2010:59) menyebutkan ketiga ranah tersebut sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Terdapat enam aspek pada ranah kognitif, yaitu:

(20)

mengingat bahan-bahan, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah.

b) Pemahaman (C2), didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi bahan. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan atau pengetahuan tingkat rendah.

c) Penerapan (C3), merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami kedalalm siuasi konkret, nyata, atau baru. Hasl belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkatannya lebih dari pemahaman.

d) Analisis (C4), merupakan kemampuan untuk menguraikan lebih materi kedalam bagian-bagian atau yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Hasil belajar analisis merupakan tingkatan kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan.

e) Sintensis (C5), merupakan kemampuan unuk mengumpulkan

bagian-bagian menjadi suatu bentuk yang utuh dan menyeluruh. Hasil belajar sintesis menekankan pada perilaku krestif dengan mengutamakan perumusan pola atau struktur baru dan unik.

f) Penilaian (C6), merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji suatu nilai materi untuk tujuan tertentu. Hasil belajar penilaian merupakan tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unsur-unsur dari semua kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang syarat nilai dan kejelasan criteria.

2. Ranah Afektif

Terdapat lima tingkatan pada ranah afektif menurut Ella (2010:62), yaitu:

(21)

atau gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilihan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan. b) Respon atau jawaban, merupakan kemampuan menerima

tanggapan terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hasil belajar penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan penerimaan.

c) Penilaian, merupakan kemampuan memberikan penilaian terhadap gagasan, bena, bahan, atau gejala. Hasil belajar penilaian merupakan keinginan unuk diterima, diperhitungkan, dan dinilai orang lain.

d) Pengelolaan atau pengaturan, merupakan kemampuan mengelola nerhubungan dengan tindakan penilaian dan perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati. e) Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam

perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi.

3. Ranah Psikomotorik

Menurut Ella (2010:63) hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill). Tingkatan ranah psikootorik yaitu: a) Gerakan reflek, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa

belajar dalam menanggapi stimulus.

(22)

c) Gerakan tanggapan (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

d) Kegiatan fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot, kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara.

e) Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi mimic muka sampai dengan gerakan koreografi yang rumit. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan penilaian hasil belajar dapat dilihat melalui 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam ranah kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif terdapat beberapa tingkatan, yaitu penerimaan, respon atau jawaban, penilaian, pengelolaan atau pengaturan, bermuatan nilai. Sedangkan dalam ranah psikomotor terdapat tingkatan, yaitu gerakan reflek, gerakan dasar, gerakan tanggapan, kegiatan fisik, dan komunikasi

tidak berwacana.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang releven yang dilakukan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode group investigation antara lain:

(23)

Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Pemahaman Gaya Magnet Pada Pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja Wanarasa Banjarnegara Tahun Ajaran 2010/2011.”Menyimpulkan bahwa penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar siswa. Peningkatan ini terlihat dari kondisi awal sebesar 64,89, siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi 70,08.

Winoto (2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang”. Menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode group investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat

pada guru. Dengan digunakannya pembelajaran dengan group investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi 64,03%

2.3 Kerangka Pikir

(24)

Dengan kondisi awal seperti ini kemudian peneliti akan melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasinya. Peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode group investigation (GI) dalam proses pembelajaran IPA. Dari tindakan yang dilaksanakan peneliti, diharapkan mencapai kondisi akhir, yaitu hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Kalisari 3 Semester II tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkat. Melalui model pembelajaran kooperatif metode group investigation (GI), diharapkan siswa lebih antusius untuk belajar IPA. Oleh karena itu, guru diharapkan tidak hanya menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dengan membuat siswa lebih aktif dengan cara berdiskusi atau bekerjasamam dalam kelompok sehingga siswa mampu berfikir kritis.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan karangka pikir yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

(1). Penerapan model pembelajaran kooperatif metode Group Investigation (GI) diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV

SDN Kalisari 3 Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015.

(2). Penerapan langkah pembelajaran Group Investigation (GI) untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SDN Kalisari 3 Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014-2015 dilakukan dengan tahapan grouping (mengidentifikasi murid dalam kelompok), Planing (merencanakan tugas yang akan diberikan), Investigation (melaksanakan investigasi), Organizing (menyimpan laporan akhir), Presenting (mempresentasikan laporan akhir), Evaluating (evaluasi).

Gambar

Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Sintak Pembelajaran dengan model kooperatif metode Tabel 2 Group Investigation
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI SEPATU NIKE DI SURABAYA.. Disusun

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

Using health items as a case study, we demonstrate that this change generates movement in health expenditure that can be misinterpreted as a result of a major

Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan

Pada hakekatnya, hubungan antar manusia tidak dapat terjadi tanpa melalui komunikasi, termasuk juga hubungan antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis.

2) Nilai Kp dinaikkan terus sampai sistem mengalami osilasi yang stabil. Nilai Kp yang diperoleh tersebut ditulis sebagai Kcr. Nilai Kp awal ini dapat ditentukan

Peneliti melakukan metode ini dengan cara studi lapangan langsung pada SDN Cimone 4 serta melihat langsung kinerja lembaga pendidikan dalam pengelolaan dana BOS, sehingga

Therefore, the SME Bank as a corporate body, Muslim entrepreneurs in Malaysia as well as Muslims of other countries shall develop a cooperative framework to promote Islamic