• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMBERIAN KOLOSTRUM TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 – 6 BULAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Aminah1

Abstract:The wrong behavior about colostrums such as wasted the yellow breast feed until the white breast feed was shown, because they have afraid their babies have diarrhea, making the babies became weak to get the diarrhea. The research objective was determining the correlation between colostrums giving with diarrhea incident for 0 – 6 months babies in the Puskesmas Rejowinangun Trenggalek 2010.

The research design was analytic correlation research. The population was all 0 – 6 months babies in the Puskesmas Rejowinangun Trenggalek amunt 216 babies, using purposive sampling to get 85 babies. The Instruments was questioner and analyzed by spearman rank.

The colostrum giving for 0 – 6 months babies almost all of them was given colostrums, and the diarrhea imcident on 0 – 6 months babies known almost of respondent haven’t diarrhea incident. There was correlation between colostrums giving with diarrhea incident for 0 – 6 months babies with the correlation strengths was very strong.

For the research field was suggested in actively for improving the health education and counseling about the breastfeed giving in early, and the mother was suggested to participate on health education and counseling, the result than became the behavior base.

Keywords : Colostrum Giving, Diarrhea Incident

Latar belakang

Masa bayi adalah masa yang sangat penting dalam siklus kehidupannya, khususnya pada usia 0 – 6 bulan karena pada masa ini bayi harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu pada masa ini bayi juga memasuki masa tumbuh kembang. Untuk membantu mempertahankan daya tahan tubuh serta untuk menunjang tumbuh kembangnya, bayi membutuhkan makanan sebagai faktor penunjangnya. Makanan yang paling ideal adalah Air Susu Ibu (ASI), (Indah. JS : 2003).

(2)

2

Kolostrum mengandung antibodi, salah satu antibodi yang ada dalam kolostrum adalah immunoglobulin A

atau IgA zat ini akan melapisi saluran pencernaan bayi, khususnya usus halus bayi yang masih sangat rentan terhadap infeksi karena belum mencapai tahap perkembangan yang sempurna. Lapisan yang dibentuk oleh IgA ini menjadi semacam benteng pertahanan yang kebetulan masuk dalam saluran pencernaannya. Adanya lapisan pelindung tersebut akan membuat sel-sel kuman penyakit kesulitan untuk menembus dinding saluran pencernaan. Apalagi ditambah dengan adanya

lisozim yaitu enzim yang bertugas

menghancurkan dan memakan sel bakteri yang juga terdapat dalam kolostrum. Di dalam setetes kolostrum terdapat lebih dari 1 juta sel darah yang disebut makrofaq atau big eiters yang berfungsi untuk memakan substansi atau zat yang berukuran relatif besar. Zat pelindung lainnya yang terdapat dalam kolostrum adalah faktor bifidus

yaitu sejumlah vitamin dan zat nutrisi yang dihasilkan oleh bakteri

lactobacillus bifidus yaitu bakteri yang tergolong baik untuk melindungi usus bayi dari peradangan atau bakteri yang ditimbulkan akibat infeksi oleh sejumlah bakteri dari golongan coli atau

streptococcus, (Arief :2000).

Berbagai kelebihan kolostrum tersebut sangat dianjurkan pada ibu untuk memberikan kolostrum segera setelah kelahiran bayinya, dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan (morbidity) pada bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Di Indonesia masih banyak dijumpai kebiasaan-kebiasaan yang salah mengenai kolostrum yaitu dengan menyusui bayinya bila Air Susu Ibu sudah berwarna putih dan cairan yang kental berwarna kuning dibuang karena dianggap menyebabkan sakit perut.

Oleh karena itu sebelum susu matur (ASI) keluar, bayi diberi makanan pengganti seperti air gula dan madu, (Arief M,1999). Akibat kurangnya pemahaman tersebut, maka sangat merugikan kesehatan bayi. Karena bayi yang mendapatkan ASI khususnya kolostrum 5 – 10 kali kemungkinannya untuk terkena infeksi saluran pencernaan, dan menurunkan kemungkinan terkena infeksi telinga tengah (otitis media), (Iskandar W, 2002). Hal itu dikarenakan sistem kekebalan tubuh bayi masih belum optimal sedangkan zat kekebalan atau daya tahan tubuh dari kolostrum tidak ia dapatkan. Oleh karena itu kolostrum sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Berdasar data Dinas kesehatan Kabupaten Trenggalek pada tahun 2007 tercatat 1347 (15,7%) dari total 8.601 bayi pernah mengalami diare, sedangkan di Puskesmas Rejowinangun tercatat 58 (13,4%) kasus bayi diare dari total 432 bayi. Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek pada tanggal 30 Juni – 01 Juli 2008 didapatkan jumlah bayi usia 0-6 bulan yang pernah diare sejumlah 7 bayi , dengan perincian 2 bayi sakit (28%) pernah mendapatkan kolostrum dan 5 bayi sakit (72%) tidak mendapatkan kolostrum, dengan alasan dari sebagian besar ibu mengatakan bahwa air susu yang pertama keluar itu warnanya agak kekuningan dan kotor, sehingga mereka tidak memberikan kepada bayinya.

(3)

3 Bahan dan Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan lingkup penelitian termasuk jenis penelitian inferensial. Berdasarkan tempat penelitian termasuk jenis penelitian lapangan. Berdasarkan cara pengumpulan data termasuk jenis penelitian survey. Berdasarkan ada atau tidak adanya perlakuan termasuk jenis penelitian expost facto (mengungkap fakta). Berdasarkan waktu pengumpulan data termasuk jenis penelitian cross

sectional. Berdasarkan sumber data

termasuk jenis penelitian primer. Berdasarkan tujuan penelitian termasuk

analitikkorelasional.

Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek. Sampel yang digunakan adalah bayi yang berkunjung atau datang ke Puskesmas Rejowinangun Trenggalek pada saat penelitian dilakukan.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive

sampling dimana pengambilan sampel

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang diketahui sebelumnya. Maka dalam hal ini yang menjadi sampel adalah bayi dengan usia 0-6 bulan baik diberi kolostrum maupun tidak diberi kolostrum yang berkunjung atau datang ke Puskesmas Rejowinangun Trenggalek pada saat penelitian dilakukan.

Variabel bebas (independent

variabel) merupakan variabel penyebab

atau variabel yang mempengaruhi variabel terikat (Notoatmodjo, 2005 : 70). Sebagai variabel bebas ( X) : Pemberian Kolostrum. Sedangkan variabel terikat (dependent variabel) merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel

independen (Notoatmodjo, 2005 : 70). Sebagai variabel terikat ( Y ) : Kejadian Diare.

Pemberian Kolostrum adalah pemberian air susu ibu yang pertama kali keluar dengan warna agak kekuningan dan kotor kepada bayinya mulai hari ke-1 sampai hari ke-3 atau ke-4 pada waktu pemberian ASI pertama yang diungkapkan dengan kuesioner menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi diberi kolostrum kode 1 dan tidak diberi kolostrum kode 2.

Kejadian diare pada bayi usia 0 – 6 bulan adalah sakit diare yang pernah dialami bayi pada waktu tertentu dengan meliputi pernah buang air besar lembek atau cair 3 kali atau lebih dalam 24 jam yang diungkapkan dengan kuesioner menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi ada kejadian kode 1 dan tidak ada kejadian kode 2.

(4)

4

Hasil Penelitian 1. Data Umum a. Umur

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa usia ibu responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 hampir setengah dari responden berusia antara 20-35 tahun, yaitu 41 ibu responden (48%).

b. Pendidikan

Berdasarkan diagram tersebut diketahui bahwa pendidikan ibu responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 hampir setengah dari responden berpendidikan SMP, yaitu 32 ibu responden (38%).

c. Pekerjaan

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa pekerjaan ibu responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 sebagian besar dari responden sebagai ibu rumah tangga, yaitu 63 ibu responden (74%).

d. Status Paritas

Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa status paritas responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 hampir setengah dari responden adalah anak ke 2, yaitu 41 responden (48%).

41 48%

23 27%

21 25%

20 - 35 tahun > 35 tahun < 20 tahun

41

48%

23

27% 21 25%

Kedua

Lebih dar i 2 Per t am a

19 22%

32 38% 29

34% 5

6%

SD SM P SM A PT

63 74% 16

19% 4

5%

2 2%

IRT

Pet ani

Sw ast a

(5)

5 2. Data Khusus

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemberian Kolostrum Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

No. Kategori f %

1 Ya 65 76,47

2 Tidak 20 23,53

Jumlah 85 100,00

Sumber : Data Primer Penelitian 2010

Berdasarkan tabel diatas bahwa responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 memberikan kolostrum, yaitu 65 responden (76,47%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

No. Kategori f %

1

Tidak Ada Kejadian

Diare 75 76,47

2.

Ada Kejadian

Diare 10 23,53

Jumlah 85 100 Sumber : Data Primer Penelitian 2010

Berdasarkan Tabel di atas bahwa responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 tidak ada kejadian diare, yaitu 75 responden (76,47%).

Tabel 3 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pemberian Kolostrum Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

Sumber : Data Primer Penelitian 2010

Hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diperoleh hasil nilai Rho hitung adalah 0,769 dengan P-Value = 0,000 pada taraf signifikan () 5%. Karena P-Value < , maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara pemberian kolostrum dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 dengan koefisien korelasional 0,769 maka hubungan antara pemberian kolostrum dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan yang sangat kuat.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis terhadap data diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Pemberian Kolostrum Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

Pemberian kolostrum pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 hampir seluruhnya responden di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 memberikan kolostrum,

Pe mbe rian Kol ustr um

Kejadian Diare Total Ada

Kejadian

Tidak Ada Kejadian

n % n % n %

Tid ak

10 11,8 10 11,8 20 23,5

Ya 0 0 65 76,5 65 76,5 Tot

al

10 11,8 75 88,2 85 100

(6)

6

yaitu 65 responden (76,47 %).

Menurut Notoatmodjo (2005) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah motivasi. Motivasi seseorang muncul untuk berperilaku sesuai dengan kepentingannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga (74%) sehingga ibu merasa memberikan ASI adalah kepentingan yang harus dipenuhi, hal ini mengingat sangat gencarnya iklan layanan masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI sedini mungkin. Keinginan ibu untuk menjadikan anaknya sehat menjadikan ibu rumah tangga yang memang ridak dibebani pekerjaan selain urusan rumah tangga menjadikan ibu lebih terpacu untuk memberikan ASI secara dini. Hal ini juga terkait dengan manfaat ASI diantaranya adalah untuk meringankan beban ekonomi keluarga seiring dengan meningkatnya harga kebutuhan termasuk harga susu formula. Sebagai ibu rumah tangga, melakukan pengaturan keuangan keluarga merupakan kewajibannya termasuk dalam hal melakukan penghematan, dan hal ini dapat dicapai dengan memberikan ASI sedini mungkin.

2. Kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

Kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 bahwa sebagian besar tidak ada kejadian diare yaitu sejumlah 75 responden (76,47 %).

Menurut Wilson (2007), Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

Diare sering disebabkan karena infeksi yang disebabkan oleh higinitas diri dan lingkungan bayi yang tidak diperhatikan, misalnya dibiarkan main di tanah, mal arbsobi, misalnya susu formula yang tidak bisa diserap oleh bayi sehingga menyebabkan terjadinya diare, makanan misalnya susu formula yang tidak dikelola dengan baik misalnya susu formula yang sudah lama diberikan lagi. Banyaknya kejadian diare disebabkan dasar pendidikan sebagian besar orang tua masih merupakan pendidikan dasar (SD dan SMP) sehingga sulit memahami informasi tentang pencegahan diare. Pencegahan diare pada bayi dan anak dapat dilakukan dengan melaksanakan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan bayi, memberikan makanan yang masih segar dan diolah secara benar, pengelolaan hygiene lingkungan dan diri serta para pengasuhnya dengan baik.

3. Hubungan Antara Pemberian Kolostrum Dengan Kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Rejowinangun

Trenggalek Tahun 2010

Hasil analisa data dengan menggunakan spearman rank diperoleh hasil nilai Rho hitung adalah 0,769 dengan P-Value = 0,000 pada taraf signifikan () 5%. Karena P-Value < , maka H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara pemberian kolostrum dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010 dengan hubungan yang sangat kuat.

(7)

7 masih sangat rentan terhadap infeksi

karena belum mencapai tahap perkembangan yang sempurna.

Pemberian kolostrum akan membawa dampak pada peningkatan daya tahan tubuh sehingga setiap infeksi yang masuk ke dalam saluran cerna dapat diatasi dengan baik. Selain itu kandungan IgA akan membentuk lapisan yang menjadi semacam benteng pertahanan yang kebetulan masuk dalam saluran pencernaannya. Adanya lapisan pelindung tersebut akan membuat sel-sel kuman penyakit kesulitan untuk menembus dinding saluran pencernaan. Apalagi ditambah dengan adanya lisozim yaitu enzim yang bertugas menghancurkan dan memakan sel bakteri yang juga terdapat dalam kolostrum. Hal ini akan menyebabkan daya tahan bayi semakin baik dan sulit mengalami infeksi.

Simpulan

1. Masih adanya kejadian diare diakibatkan oleh karena terjadinya malabsorbsi atau higienitas yang kurang dilakukan oleh ibu.

2. Pemberian kolostrum sejak dini pada bayi 0-6 bulan mampu mengurangi kejadian diare di wilayah kerja , Puskesmas Rejowinangun Trenggalek 2010.

Saran

Bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan diharapkan mampu memberikan kolostrum sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. 1999. Kapita Selekta

Kedokteran. Jakarta. Media

Aesculapius FKUI.

Arief, M. 2000. Kapita Selekta

Kedokteran. Jakarta. Media

Aesculapius FKUI.

Arikunto,Suharsimi.2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Yogyakarta : Rineka

Cipta.

Harsono.1999. Kesehatan Anak Untuk

Perawat,Petugas Penyuluhan

Kesehatan,dan Bidan di Desa.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Indah, JS. 2003. ASI Ekslusif, Hak

setiap Anak. (Internet) Bersumber

dari <file://F:\JK\indosiar dot com - PEDULI KASIH.htm>.

Pramono. 2008. Diare Pembunuh Balita

Nomer Satu. (Internet) Bersumber

dari <file://F:\Tempo Interaktif-id.htm>.

Iskandar,Wahidin.2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.

M.N,Bustam.2002. Pengantar

Epidemiologi. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan .Ed Revisi. Jakarta. Rineka Cipta

Nursalam.2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

1

Gambar

Tabel 3 Tabulasi Silang Hubungan Antara Pemberian Kolostrum Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 bulan di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

(persero) Pelabuhan Indonesia II yang telah banyak memberikan kemudahan serta atas saran-saran kepada penulis di dalam menyusun skripsi ini.. Selain itu juga kepada seluruh staf

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat

Sebagian besar dimensi saluran drainase eksisting di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang masih mampu menerina limpasan air hujan, namun kondisi fisiknya

Simpulan dalam penelitian ini berdasar- kan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukanhasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi perusahaan, ukuran kantor akuntan pub-

Pada pasal 18A telah disebutkan bahwa: (1) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa hubungan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang

Perubahan warna gigi merupakan masalah yang cukup diperhatikan dalam masyarakat. Bleaching merupakan salah satu prosedur restorasi untuk merubah warna gigi menjadi

Untuk mengetahui kelimpahan masing- masing spesies lalat buah yang terdapat di tiap- tiap lokasi penelitian dan preferensinya terhadap atraktan, di masing-masing lokasi

Bagi orang Melayu di Rokan Hulu tidak ada individu yang berdiri sendiri, keberadaannya selalu terkait dengan keluarga, keluarga besar dan suku. Adat mengatur