• Tidak ada hasil yang ditemukan

dinamika perkembangan Dan studi islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "dinamika perkembangan Dan studi islam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan studi islam terkait erat dengan perkembangan pendidikan islam yang membahas kurikulum dan kelembagaanya baik di dunia islam, dunia barat, dunia timur maupun di indoneia sendiri. Dalam tradisi pendidikan islam, institusi pendidikan tinggi lebih dikenal dengan nama al-jami’ah, yang secara historis dan kelembagaan berkaitan dengan masjid jami’.

Azyumardi Azra juga mencatat bahwa lembaga-lembaga pendidikan islam, baik madrasah (sekalipun menyelenggarakan pendidikan tinggi, advanced education), maupun al-jami’ah, yang memang di maksudkan sebagai pendidikan tinggi, tidak pernah menjadi universitas yang difungsikan semata-mata untuk mengembangkan tradisi penelitian bebas berdasarkan nalar, sebagaimana terdapat di eropa pada masa modern. Bahkan, universitas di eropa yang akar-akarnya dapat di lacak dari jami’ah, seperti ditegaskan Stanton berdasarkan penelitian al-makdisi (1981 dan 1990) hingga abad ke-18, juga tidak bebas sepenuhnya. Universitas abad pertagahan, bahkan pada umumnya beraviliasi dan terkait pada gereja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah awal studi Islam ?

2. Bagaimana Perkembangan Studi Islam di Barat? 3. Bagaimana Perkembangan Studi Islam Timur? 4. Bagaimana Perkembangan Studi Islam di Indonesia? C. Tujuan Masalah

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah awal studi Islam

Studi islam sebagai sebuah praktek sesungguhnya sudah berlangsung semenjak awal pertiumbuhan islam, yakni pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. Apa yang dilakukan oleh Nabi bersama para sahabatnya dri waktu ke waktu merupakan bentuk studi Islam yang sesungguhnya. Mereka melakukan dan mempraktekkan studi islam dalam makna yang sesungguhnya. Namun demikian, apa yang tengah berlangsung pada masa Nabi tersebut belum bisa di sebut studi islam sebagai sebuah disiplin keilmuan yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Studi islam sebagai sebagai sebuah praktek pada masa Nabi tersebut berlangsung dalam berbagai bentuk. Para sahabat ketika itu melakukan berbagai kegiatan dalam usahanya untuk memahami ajaran islam. Ada yang dalam bentuk khutbah, dalam bentuk dialog, maupun dalam bentuk forum-forum diskusi. Tempat yang digunakan bermacam-macam, tetapi yang paling sering digunakan adalah di masjid (halaqah dan ribath). Tentu saja, pada masa ini, studi Islam belum menemukan format yang baku, belum ada kurikulum yang sistematis, dan juga belum diatur secara rapi dan struktur. Hal ini dapat dimaklumi mengingat kondisi masa itu yang memang belum memungkinkan untuk melaksanakan studi Islam sebagaimana kondisi yang telah mapan. Namun demikian, era ini ditandai dengan kesuksesan para sahabat Nabi dalam memahami, mengembangkan dan menyebarkan ajaran islam secara sangat monumental. Pada masa selanjutnya, studi Islam berkembang dengan lebih baik. Studi ialam berkembang searah dengan perkembangan lembaga pendididkan Islam.1

Dengan demikian, studi islam menjadi bagian yang sangat erat dalam perjalanan lembaga pendididkan Islam. Sebagaimana dicatat oleh Azra, ditinjau

(3)

dari sisi kelembagaan, studi islam mengalami perkembangan sorogan dan halaqoh di rumah-rumah para ‘alim yang sifatnya individual ke system kuttab, kemudian berkembang lagi ke masjid dan masjid-khan, dan kemudian berlanjut ke sistem madrasah. Dari tingkatan di masjid ini sebagian murid kemudian melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu ke madrasah. Madrasah dalam pengertian ini tidak sebagaimana madrasah yang kita pahami dalam konteks Indonesia, sebab pengertian madrasah di sini adalah pendididkan di tingkat tinggi. Namun, penyebutan madrasah ini ternyata belum menjadi kesepakatan mutlak para sejarawan, sebab ada juga yang menyebut lembaga pendididkan tinggi Islam ini dengan al-Jami’ah. Nama ini diambil dari jami’ yaitu tempat berkumpulnya orang banyak.

Aspek penting studi Islam yang tidak bisa diabaikan dalam masa keemasan Islam adalah perpustakaan. Perpustakaan dengan segala jenisnya dikenal dengan beberapa nama, yaitu dar (rumah), bayt (rumah), dan khizanah (gudang), yang digabungkan dengan kata al-ilm (pengetahuan), al-hikmah (kebijaksanaan), dan ak-kutub (buku). Perpustakaan memiliki fungsi ruang diskusi. Perpustakaan pada awalnya dibangun sebagai bagian dari lembaga wakaf. Lembaga wakaf pertama adalah Madrasah Abu Hanifah dan Madrasah Nizamiyah di Baghdad. Perpustakaan di madrasah ini dulunya bernama dar al-kutub (Rumah Buku), namun selanjutnya disebut khizanah al-al-kutub (Gudang Buku). Perpustakaan Nizamiyah yang disebut dar al-kuutub ini menggantikan perpustakaan pribadi sejarawan sastrawan Ibn Hilal al-Shabi (W. 480 H/1088 M), yang dibangun pada 452 H/1060 M, yang juga bernama dar al-kutub. Perpustakaan al-shabi ini dibangun untuk menggantikan perpustakaan pribadi shabur ibn Ardasyir yang dibangun pada 381 H/991 M. Pengajaran adab di madrasah hukum Nizamiyah Baghdad dilaksanakan di perpustakaan.

(4)

Barat ditandai oleh salah satunya penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa Latin sejak abad ke-13 Masehi hingga bangkitnya zaman kebangunan (Renaissance) Eropa pada abad ke-14. Kegiatan penyalinan manuskrip ini berawal dari restu King Fredeich H dari Sicily (1198-1212), yang kemudian menjabat sebagai Kaisar Holy di Roman Empire (1215-1250). Walaupun memperoleh tantangan dari Paus di Vatikan, kegiatan ini tetap berlangsung. Dalam perkembangannya kemudian, terbangun berbagai perguruan tinggi di semenanjung Italia, Padau, Florence, Milano,Venezia, Oxford dan Cambridge (Inggris), Sorbone(Perancis), dan Tubingen (Jerman).implikasi dari kagiatan penyalinan naskah ini adalah terbukanya perkembanyan cabang-cabang ilmiah di Barat. Kondisi ini semakin berkembang pesat karenan pengaruh aliran empirisme yang dikembangkan oleh Francir Bacon (1561-1626). Namun demikian, bukan berarti kegiatan penyalinan naskah ini berlangsung dengan u yang cukup lama. Walaupun menimbulkan perdebatan secara luas, kegiatan-kegiatan penyalinan naskah terus berlanjut tanpa bisa dihentikan.

2. Studi Islam Di Barat

Perkembangan studi Islam di dunia terutama di barat terjadi karena adanya kontak dengan dunia muslim, salah satunya yakni lewat kontak perguruan tinggi. Selain itu juga dengan adanya penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip Arab kedalam bahasa Latin. Berkat penyalinan karya-karya manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah di Barat.

Di Amerika, studi-studi islam pada umumnya memang menekankan pada studi sejarah islam, bahasa islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu social, yang berada di pusat studi Timur Tengah atau Timur Dekat.

(5)

mengutamakan kajian tentang pemekiran islam, bahasa Arab, naskah-naskah klasik, dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.

Di UCLA, studi islam dibagi menjadi 4 komponen:

1. Mengenai doktrin agama islam, termasuk sejarah pemikiran islam.

2. Bahasa Arab, termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hokum, dan lain-lain. 3. Bahasa-bahasa non-Arab yang muslim, seperti Turki, Urdu, Persia, dan

sebagainya, sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan islam.

4. Ilmu-ilmu social, sejarah, bahasa Arab, dan sosiologi. Selain itu, ada kewajiban menguasai secara pasif, satu atau dua bahasa eropa. 2

Di Inggris, studi islam digabungkan dalam School of Oriental and African Studies (Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan di Asia dan Afrika. Salah satu program studinya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya islam yang dapat dilanjutkan ke jenjang doctor.

Di Kanada studi islam menekuni kajian budaya dan peradaban islam di zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer, memahami ajaran islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia, dan mempelajari berbagai bahasa muslim seperti bahasa Persia, Urdu, dan Turki. Di Kanada, studi islam bertujuan :

1. Menekuni kajian budaya dan peradaban islam dari zaman Nabi Muhammad SAW hingga masa konteporer.

2. Memahami ajaran islam dan masyarakat muslim diseluruh dunia. 3. Mempelajari beberapa bahasa muslim. 3

Sedangkan di Belanda, yang dulunya menganggap tabu mempelajari islam, ternyata masih menyisaan kajian islam di Indonesia, walaupun idak

2 Supiana, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pend. Islam Kementrian RI, 2012) hlm. 13

(6)

menekankan pada aspek sejarah islam itu sendiri. Di Negara ini, kajian islam di lakukan di universitas laiden. Universitas ini merupakan perguruan tinggi yang sangat intens memperjuangkan kajian islam menjadi bagian dari lemabaga kajian universitas ini. Di universitas ini terdapat koleksi perpustakaan kajian islam yang sangat memadai. Bahkan, terdapat manuskrip-manuskrip tentang islam yang berasal dari beberapa Negara yang dari negeri asalnya, manuskrip ini tidak terurus, bahkan sudah hilang.

Setelah Studi Islam Berkembangan begitu pesatnya di dunia barat, maka mulai tampaklah kelihatan dampak-dampak yang ditimbulkannya mulai dari hal yang positif maupun negatif.

1. Dampak Positif

Kehadiran Islam di Eropa Spanyol membawa perubahan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, terutama dalam aspek peradaban dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hal ini telah menimbulkan semangat orang barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang dibawah oleh islam. Al hasil, maka banyaklah orang barat yang menguasai ilmu pengetahuan dari islam, seperti ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang (minerologi), meteorology (karya Al Khazini), dan sebagainya. Sedangkan dibidang teknologi adalah orang barat bisa membuat berbagai macam alat industri yang dihasilkan dari observasi atau penelitian. Sekitar abad ke-16 M telah ditemukan sebuah alat perajut kaos kaki. Kemudian tahun 1733 M John Kay telah berhasil membuat alat tenun baru yang dapat bekerja lebih cepat dan menghasilkan tenunan yang baik. Pada tahun 1765 M Hargreaves berhasil membuat alat pintal yang dapat memintal berpuluh-puluh gulung benang sekaligus. Kemudian sekitar tahun 1780 M terjadi revolusi industri di Inggris, seperti ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 M dan alat tenun oleh Cartwright tahun 1785 M yang menyebabkan Inggris menjadi negara industri maju.4

(7)

2. Dampak Negatif

Diatas telah kami jelaskan, bagaimana dampak positif dari perkembangan studi Islam di dunia barat. Perlu diketahui disamping adanya dampak positif, ada juga dampak negatif yang ditimbulkannya. Adapun dampak negatif itu adalah dapat kami uraikan sebagai berikut :

a. Setelah bangsa barat menjadi bangsa yang maju dan telah mengalami revolusi dibidang industri, maka mereka mendapati masalah kekurangan bahan baku dalam kegiatan industrinya. Kemudian untuk mencari jalan keluarnya mereka berlomba-lomba mencari di dunia Timur, yang kebanyakan dikuasai oleh pemerintahan muslim. Di samping itu, mereka juga memerlukan tempat pemasaran baru bagi hasil industrinya ke negara-negara Timur. Sebagai akibatnya, banyak negara-negara Barat datang kedunia Timur dan terjadilah Ekspansi besar-besaran dalam bidang social, politik, ekonomi dan sebagainya. Di waktu itulah terjadi suatu massa kolonial dan imperial, yaitu masa dimana bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan terhadap dunia Timur, khususnya dunia muslim. Suasana seperti itu menyebabkan dunia Timur mengalami kemunduran dan Barat mencapai kemajuan pesat dari hasil kolonialisme dan imperialisme atas dunia Timur.5

b. Dampak negatif yang kedua ini adalah bagaikan kacang lupa kulitnya. Mereka sungguh tidak tahu diri. Ilmu yang berkembang di Dunia Barat itu adalah dari islam, akan tetapi mereka mengingkarinya, mereka tidak mengakui. Malahan mereka mengaku ilmu tersebut berasal dari peradaban lain, bukan dari peradaban islam. Ada seorang sarjana bernama Max Dimont mengatakan bahwa orang Barat itu menderita Narcisisme, yaitu mereka mengagumi diri mereka sendiri, dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya kepada bangsa-bangsa lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan itu adalah warisan dari Yunani dan Romawi.

3. Studi Islam di Timur

(8)

Perkembangan agama Islam tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dunia/ umum. Tepatnya pada akhir periode madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan islam masih di masjid-masjid dan rumah-rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.

Al- Jami’ah yang paling awal dengan pretensi sebagai lembaga pendidikan tinggi, tercatat Al-Azhar di Kairo, Zaituna di Tunis, dan Qawariyin di Fez. Tetapi, al-jami’ah-al-jami’ah ini yang diakui sebagai universitas tertua di muka bumi, hingga dilakukannya pembaharuan dalam beberapa dasawarsa silam, lebih tepat disebut “madrasah tinggi” dari pada “universitas”.6

Sepanjang sejarah silam, baik madrasah maupun al-jami’ah diabdikan, terutama untuk ilmu-ilmu agama dengan penekanan pada bidang fikih, tafsir, dan hadits. Ijtihad, walaupun diberikan ruang gerak, tetapi tidak dimaksudkan berpikir sebebas-bebasnya, kecuali sekedar memberikan penafsiran “baru” atau pemikiran “independen” yang tetap berada dalam kerangka doktrin yang mapan dan disepakati.

Berdirinya sistem madrasah adalah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah di biayai dan di prakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan ilmu kimia, kedokteran, filsafat, kemudian diganti hanya mempelajari tafsir, kalam, fiqih dan bahasa. Matematika hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M), sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris telah dipelajari di madrasah. Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama

(9)

dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem.

Menurut catatan sejarah ada beberapa perguruan tinggi yang tertua yang disebut-sebut sebagai kiblat bagi pengembangan studi Islam di dunia Muslim, yang selanjutnya diikuti oleh para orientalis dalam studi islam di kalangan sarjana Barat, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat) (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko (5) Teheran di Iran (6) Damaskus di Syria (7) Aligarch di India (8) Naisyapur di Baghdad . Sejarah singkat masing-masing pusat studi islam di gambarkan sebagai berikut:

a. Nizhamiyah di Baghdad

Perguruan tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun 445 H/1063 M. Perguruan tinggi ini dibangun oleh khalifah al-Makmun (813-833 M). Perguruan tinggi ini terdiri 2 bagian inti yakni gedung perguruan tinggi dan perpustakaan. Perpustakaan yang terdapat di perguruan tinggi ini terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait Al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833 M), salah seorang ulama besar yang pernah mengajar di sana, dia adalah ahli pikir islam terbesar, Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M), yang kemudian terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.

Perguruan tinggi ini memiliki beberapa staff , yakni (1) seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan. al-Juwaini, Abu al-Qasim, al-Kiya al-Harrasi, al-Gazali dan Abu Sa’id menjadi mudarris di perguruan tinggi ini. (2) muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang mengajar Al-Qur’an di masjid. Abu al-Qasim, al-Hudzali dan Abu Nasyar al-Ramsyi menjadi muqri’. (3) muhaddits (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga pendidikan. Abu Muhammad al-Samarqandi menjadi muhaddits. (4) seorang pustakawan (Bait Al-Maktub) yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait. Abu Amir al-Jurjani menjadi pustakawan.

(10)

b. Al-Azhar di Kairo Mesir

Panglima besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Hakim Biamrillah (966-1020), khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi Perguruan Tinggi Al-Azhar, yang diberi nama Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad.

Pada tahun 567 H/1171 M Daulat Fathimiyah di tumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan Daulat Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah kepada aliran Sunni. Ternyata perguruan tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 M dan tampaknya akan tetap selama hidupnya.

Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode : pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah 1961, dimana fakultas-fakultasnya sama seperti yang ada di IAIN sekarang, dan periode setelah tahun 1961, dimana fakultas-fakultas dan ilmu-ilmu yang dikaji telah meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan umum dan agama. Kalau peride pertama kita sebut periode Qadim (lama), dan kedua sebagai periode Jadid (baru), maka yang dicontoh IAIN selama ini ialah Al-Azhar periode Qadim. c. Perguruan Tinggi Cordova

(11)

Amir Abdurrahman I (756-788 M) itu, sebagai berikut, demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu, yang merupakan pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dituntunnya adalah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremona belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya. d. Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko

Perguruan tinggi Kairwan ini berada di kota Fez (Afrika Barat). Perguruan tinggi ini bermula dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairawan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.

Seperti halnya perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairawan masih tetap hidup sampai sekarang. Di antara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal, diantaranya adalah Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai kemerdekaan Maroko dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia kedua, lalu pejabat PM Maroko di bawah Sultan Muhammad V. Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah menjadi maha gurunya antara lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M), pada masa Daulat Almuwahhidin dari Eropa, maka nama Avenbacer (Abu bakar Ibnu Thufail) dan Averroes (Ibnu Rusyd) dan Avempas (Ibnu Bajah) dan Alhazem (Imnu Hazmi) dan lainnya, amat populer dan harum di Eropa.

(12)

e. Teheran, Iran

Di Universitas Teheran, Iran ada ruangan khusus yang menyimpan naskah-naskah kuno yang ditulis dalam bahasa Persia oleh para pemikir klasik. Marshal Hudgson mengatakan dalam bukunya, The Venture of Islam, bahwa dalam pemikiran Islam, ada Islam, ada Islamicate, dan ada Islamdom, yaitu kebudayaan Islam setelah berinteraksi dengan berbagai budaya dari negeri-negeri yang kemudian disebut negeri-negeri muslim. Di Universitas Teheran ini, studi islam dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat Ilahiyat (Fakultas Agama). Di Teheran juga ada universitas Islam Sadiq yang mempelajari Islam dan ilmu umum sekaligus.

f. Damaskus, Syria

Di Universitas Damaskus Syria, yang memiliki banyak fakultas umum, studi Islam ditampung dalam Kulliatu al-Syari’ah (Fakultas Syari’ah), yang didalamnya ada program studi Ushuludin, Tasawuf, Tafsir, dll. Jadi, pengertian syari’ah disitu lebih luas daripada pengertian syari’ah sebagai hukum Islam, seperti yang ada di IAIN atau UIN.

g. Aligarch di India

Di Aligarch Universitas India, studi islam dibagi dua. Pertama, Islam sebagai doktrin dikaji dalam Fakultas Ushuluddin yang mempunyai dua jurusan: jurusan Madzhab Ahli Sunnah dan Syi’ah. Kedua, Islam sebagai sejarah dikaji pada Fakultas Humaniora dalam jurusan Islamic Studies yang berdiri sejajar dengan jurusan Politik, Sejarah, dll. Di Jamiah Millia Islamia, New Delhi, Islamic Studies Program berada pada Fakultas Humaniora, bersama dengan Arabic Studies, Persian Studies, dan Politik Science. 7

h. Nizhamiyah di Nisyafur

(13)

Perguruan tinggi ini memiliki beberapa staff, yaitu seorang guru besar (mudarris) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengajaran, seorang ahli alqur’an (muqri’), ahli hadis (muhaddits), dan pengurus perpustakaan, yang bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing.

1. Tercatat nama-nama seperti al-Juwaini, Abu al-Qasim, al-Kiya al-Harasi, al-Ghazali dan Abu Sa’id sebagai mudarris. Abu al-Qasim, al-Hudzali dan Abu Nasyar al-Ramsyi sebagai muqri’. Abu Muhammad al-Samarqandi sebagai muhaddits, dan Abu Amir al-Jurjani sebagai pustakawan. Al-Ghazali pernah tercatat sebagai asisten al-Juwaini

4. Studi Islam di Indonesia

Perkembangan studi islam di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan lembaga pendidikan, mulai dari system pendidikan langgar, system pesantren, system pendidikan di kerajaan-kerajaan islam, hingga muncul system kelas. Pendidikan pesantren dan madrasah sangat menonjol dalam studi islam di Indonesia.

Pesantren merupakan lembaga dan pusat studi yang pertama kali lahir dalam konteks dan tujuan dakwah. Dalam perkembangannya kemudian, berdiri madrasah di awal abad ke-20 yang disusul dengan berdirinya perguruan tinggi di awal paruh kedua abad ke-20. Disamping pesantren, perguruan tinggi islam menjadi sebuah lembaga yang paling diminati untuk studi islam secara komprehensif. Perguruan tinggi islam Indonesia, seperti STAIN, IAIN, dan UIN, dapat dijadikan rujukan bagi pengembangan islam. . Lembaga pendidikan tinggi islam tersebut, secara formal, baru direalisasikan oleh pemerintah pada tahun 1950 di Yogyakarta. Bersamaan dengan itu, pemerintah mengubah status Universitas Gadjah Mada menjadi Universitas negeri sesuai dengan PP No.37/1950 yang dibentuk bagi golongan nasionalis.

(14)

menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Sejak itulah secara berturut-turut di beberapa wilayah propinsi Indonesia berdiri IAIN sebagai sarana bagi masyarakat Muslin untuk mendapatkan pendidikan tinggi. Munculnya gagasan pendirian perguruan tinggi islam seperti IAIN/STAIN tidak terlepas dari kesadaran kaum muslim yang dilatarbelakangi berbagai faktor. Pertama, untuk mengakomodasi kalangan yang tidak memiliki kesempatan melanjutkan ke Timur Tengah. Kedua, keinginan untuk mewujudkan lembaga pendidikan islam sebagai kelanjutan pesantren dan madrasah.

Studi Islam pada UIN, IAIN, STAIN ataupun yang swasta, mengalami dinamika perkembangan yang cukup menarik dan berbagai inovasi. Disini, diperlukan dosen ahli (expert) dalam bedah ilmu bantu, seperti Sosiologi Agama, Filosofi Agama, Psikologi Agama, dan sebagainya. Beberapa IAIN/STAIN telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu (interdisipliner), tidak hanya ilmu-ilmu keagamaan, tetapi mencakup ilmu-ilmu eksakta, social, humaniora, dan lain-lain. Di samping itu, beberapa IAIN/STAIN telah membuka beberapa program seetudi umum, dan bahkam fakultas umum.

(15)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Studi islam sebagai sebuah praktek sesungguhnya sudah berlangsung semenjak awal pertiumbuhan islam, yakni pada masa hidup Nabi Muhammad Saw.

2. Hampir sama dengan yang terjadi di Barat , studi Islam di negeri-negeri Timur Tengah juga bervariasi.

3. Studi Islam di Indonesia sebenarnya berlangsung cukup lama. Namun demikian format, orientasi, dinamika dan perembangannya terus berkembang,

B. Saran

(16)

DAFTAR RUJUKAN

http://mas-azzam.blogspot.com/2014/03/makalah-metodologi-study-islam.html

https://www.academia.edu/4990108/Resume_Pengantar_Studi_Islam

http://niamspot.blogspot.com/2011/10/perkembangan-study-islam-di-timur.html

Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman, Islam Historis, Yogyakarta:Galang Press, 2002

Muchtar, Aflatun, Arah Baru Studi Islam Di Indonesia, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013

Na’im, Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Gre Publising, 2011 Nanji, Azim, Peta Studi Islam,Yogyakarta:Fajar Pustaka Baru, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Dewi Suryaningtiyas, Nuddin Harahab , Harsuko Riniwati , Analisis Kualitas Pelayanan Karyawan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Nelayan) di UPTD Pangkalan Pendaratan Ikan

Matakuliah Percakapan Arab I ini merupakan matakuliah ketrampilan berbicara dalam bahasa Arab dengan topik-topik sederhana, mulai dari tentang diri hingga

Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai Persyaratan ini pada perkawinan adat masyarakat Samin sudah dipenuhi karena perkawinan menurut adat

Kista ovarium adaa& kantong berisi 7airan 3ang terbentuk di daam atau permukaan ovarium$ Kista ovarium dibagi ke daam dua %enis utama+ saa& satun3a adaa& kista

Staff Pegawai dan Administrasi pada Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika Fasilkom-TI Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan pelayanan yang sangat

Konstitucinis Teismas konstatavo, kad „juridi­ nio asmens specifika suponuoja ir atitinkamų jo baudžiamosios atsa­ komybės pagrindų bei sąlygų nustatymą BK, inter alia tai,

perlindungan hak sipil dan politik yang terdiri dari: hak hidup dan pembatasan hukuman mati; bebas dari penyiksaan dan kekejaman; perbudakan dan kerja paksa;

Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD, guna perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan