• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsep manusia dan alam menurut islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "konsep manusia dan alam menurut islam"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Konsep alam dalam pandangan islam

Konsep alam atau yang disebut juga pandangan dunia merupakan persoalan penting yang harus diketahui oleh seorang muslim karena dengan memahami alam tersebut seseorang akan mampu menangkap keseluruhan ajaran agama dimana alam tersebut sebagai tanda sebagai eksistensi Allah SWT. Bahkan dalam pandangan logika (seperti yang dijelaskan oleh filsafat agama), adanya alam membuktikan adanya Allah. Eksistensi Allaah sebagai pencipta baru mendapat konfirmasi bila ciptaan-Nya ada, yakni alam semesta ini, dan begitupun sebaliknya.

Oleh karena itu dalam pandangan islam, alam adalah eksistendi yang haqq, yaitu sesuatu yang benar, yang sungguh-sungguh ada, nyata dan baik.

Surat Al-Zumar (39) ayat 5 :

“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan benar” Surat Al-Anbiya (21) ayat 16 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya secara main-main”.

Surat Shad (38) ayat 27 :

“Dan kami tidaklah menciptakan langi dan bumi serta segala sesuatau yang ada diantara keduanya itu secara bathil”.

Dari ayat-ayat Al-Quran diatas terlihat bahwa islam memandang alam secara positif, bukan sesuatu yang yang palsu atau hanya sebagai bayangan semata. Maka islam tidak sejalan dengan ajaran manapun yang mengatakan bahwa apapun yang dialami manusia dalam ala mini hanyalah bayangan semata.

Islam menggaris bawahi kehidupan dunia sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaa akhirat, seperti dalam ungkapan al-Dunya mazra’at al-Akhirat (dunia adalah tempat menanam kebahagiaan akhirat). Kebahagiaan akhirat sangat ditentukan oleh amal kebajikan yang dilakukan di dunia, dan begitupun sebaliknya.

Dalam Al-Quran kata ‘alam seakar dengan kata ‘ilm (pengetahuan) dan ‘alamah (tanda). Persinggungan kata alam dengan ‘ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa kemanfaatan yang terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu dan teknologi. Demikian pula persinggungan kata alam dengan ‘alamah (tanda) yang menekankan bahwa alam semesta menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan bersungguh-sungguh melakukan penelitian terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu sendiri akan mengantarkannya kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah SWT.

(2)

“Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (jagad raya) pastilah terdapat ayat-ayat bagi mereka yang berakal budi. Yaitu mereka yang selalu ingat kepada Allah, baik pada saat berdiri, pada saat duduk, maupun pada saat berbaring dan memikirkan kejadian seluruh langit dan bumi ini (seraya berkata) : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini secara bathil. Maha Suci Engkau. Maka lindungilah kami dari azab neraka”.

Alam diciptakan oleh Allah lengkap dengan hukum-hukum yang mengaturnya. Matahari terbit di Barat adalah hokum yang pasti terlaksana, sebab bila perubahan terjadi akan berakibat fatal bagi kelangsungan alam semesta ini sendiri. Inilah yang disebut dengan taqdir dalam arti yang sebenarnya. Surat Al-Furqan (25) ayat 2 :

“Dan Dia (Allah) menciptakan segala sesuatu, kemudian diaturNya secara pasti sepasti-pastinya”.

Hukum alam yang menjadi sumber dari keteraturan dan keharmonisan alam adalah hukum ciptaan Allah yang disebut dengan Sunnah Allah. Tetapi hukum alam yang satu dapat diatasi dengan hukum alam yang lain. Contoh manusia tidak bisa terbang karena tidak mempunyai sayap, namun dengan mempergunakan pesawat terbang manusia dapat mengarungi ruang angkasa. Pada upaya menemukan hukum-hukum alam ciptaan Allah itulah bermulanya gerak ilmu pengetahuan (sains).

Dalam upaya memahami alam semesta Allah memerintahkan manusia untuk melakukan intidhar (pemeriksaan) untuk mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam semesta. Firman Allah dalam Surat Yunus (10) ayat 101 :

“Katakanlah wahai Muhammad : Periksalah dengan nadhar apa-apa yang ada dilangit dan dibumi”.

Makna intidhar disini bukan hanya sekedar mengamati dengan fikiran kosong, tetapi melakukan pemeriksaan, eksperimen atas fenomena-fenomena alam tersebut. Karena pada hakekatnya diartikan “membaca ayat-ayat Allah”

(3)

Sebab materi yang menyusun bintang-bintang dalam galaxi terdiri dari molekul, nukleus, dan elektron.

Allah menciptakan alam ini lebih rendah dari manusia. Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah (45) ayat 13 :

“Dan Dia (Allah) merendahkan (sakhkhara) bagi kamu semua apa yang ada diseluruh langit dan apa yang ada dibumi, seluruhnya dari Dia. Sesungguhnya dalam ahal itu ada tanda-tanda bagi mereka yang berfikir”.

Terdapat empat hal yang dapat ditarik dari penjelasan diatas :

1. Manusia adalah puncak ciptaan Allah, maka seluruh alam berada dalam martabat yang lebih rendah dari pada manusia.

2. Alam itu sendiri adalah untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia. 3. Manusia harus menjadikan alam itu sebagai objek kajian.

4. Dengan membuat ala mini lebih rendah dari manusia, maka alam menjadi objek yang terbuka abagi manusia dan sikap menetukan alam lebih tinggi dari dirinya merupakan perbuatan yang melawan manusia itu sendiri.

Apa yang sudah diobservasi dan dieksperimen pada waktu yang lalu dan yang sedang dilaksanakan saat ini hanyalah sebagian kecil saja dari fenomena alam semesta, maka dapat ditarik pemahaman. Pertama, bahwa kebenaran yang dicapai oleh ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran mutlak, tetapi kebenaran relative dan nisbi. Dan yang kedua, dalam keseluruhan kenyataan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh alam kepada manusia, ternyata ilmu pengetahuan manusia itu hanya sedikit saja bila dibandingkan dengan fenomena alam semesta yang luas

Islam mengingatkan bahwa alam sebenarnya juga makhluk Allah yang sama dengan manusia. Firman Allah dalam Surat Al-An’am (6) ayat 38 :

“Tidak seokor pun binatang yang melata dibumi, dan tidak pula seekor pun burung yang terbang dengan sayapnya melainkan umat-umat seperti kamu juga”.

Ayat diatas pada hakekatnya sejalan dengan penegasan-penegasan Allah lainnya dalam Al-Quran yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dalam alam ini, seluruhnya bertasbih kepada Allah sebagaimana dalam Surat Al-Isra (17) ayat 44.

(4)

2.2 Konsep Islam tentang manusia

Setiap manusia pasti ada yang menciptakannya (khalik). Menurut Ibn al-Arabi, Allah menciptakan alam dengan tujuan agar Ia dapat melihat diriNya dan memperlihatkan diriNya. Tujuan tersebut tidak akan tercapai tanpa ada manusia, karena manusia adalah roh bagi alam, dan alam adalah jasad. Alam tanpa manusia adalah seperti tubuh tanpa roh.

Allah menciptakan manusia dari tanah, dalam Al-Quran disebutkan dengan istilah

ب ارت

(al-An’am : 2; al-Hajj : 5; al-Rum : 20; Faathir : 11; al-Mu’min :67)

Allah telah memilih zat yang sangat rendah untuk dijadikan bahan asal manusia. Ini diungkapkan Allah pada tiga istilah dalam Al-Quran, yaitu dengan ungkapan lempung tembikar (al-Rahman/55 :14), yaitu lempung endapan yang kering. Pada ayat lain dengan ungkapan lumpur hitam (al-Hijr/15 : 26, 28), yaitu lempung busuk. Pada ayat lain dengan ungkapan tanah

(al-Mu’minun/23 :12) yang juga berarti lempung.

Bagaimana proses penciptaan manusia pertama secara pasti dan jelas tidak diungkapkan oleh Allah dalam Al-Quran. Maka tidak ada yang mengetahuiNya secara pasti. Al-Quran menyinggung proses reproduksi manusia secara global dalam beberapa surat secara terpencar (al-Hajj : 5; Faathir : 11; al-Zumar : 6; al-Mu’min : 67; al-Qiyaamah : 37-39), dan kemudian ayat-ayat tersebut menimbulkan berbagai penafsiran.

Manusia dapat berada dalam keadaan yang serendah-rendahnya bagaikan tanah endapan lempung, karena dalam dirinya terdapat unsure endapan lempung. Dan manusia dapat meningkat dengan setinggi-tingginya, hal ini sesuai dengan sifat-sifat baik yang dimiliki semua manusia, dan semua manusia selalu ingin maju. Kedua sifat yang berlawanan dari manusia memungkinkannya untuk mempunyai kebebasan memilih antara dua pilihan yang kemudian akan menentukan nasibnya.

Konsep manusia dalam Al-Quran dipahami juga sebagai berikut : 1.Basyar

Mengandung arti semangat, gembira, berseri-seri, langsung, kulit. Kata Mubasyir berarti pembawa kabar gembira. Allah memakai konsep basyar sebanyak 37 kali. Salah satunya al-Kahfi : 110 “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu”

2.Insan

Yaitu makhluk yang mampu memikul beban amanat risalah dari Allah SWT. Kata insan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu

“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. 3.Al-nas

(5)

“Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia

dalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan”. Konsep al-nas menunjukkan kepada semua manusia sebagai makhluk social atau secara kolektif.

4.Bani Adam

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi banyak mahasiswa yang tidak mengambil jurusan tentang kewirausahaan, sehingga para santri kurang memahami akan pentingnya berwirausaha sejak muda

STRATEGI PENGUATAN CITRA CIBADUYUT SEBAGAI KAWASAN WISATA KERAJINAN SEPATU DI KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu

Untuk kriteria berkembang sesuai harapan (BSH) mengalami peningkatan yaitu 42,86% pada pertemuan pertama, meningkat menjadi 52,39% pada pertemuan kedua, dan pada

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana. Program Studi

[7], menyebutkan bahwa induksi diet tinggi lemak akan meningkatkan ukuran sel lemak inguinal, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian ini tampak dengan

Implementasi manajemen sekolah berbasis pondok pesantren merupakan upaya lembaga dalam rangka peningkatan mutu/kualitas pembelajaran, tata kelola yang berlangsung di

Rinanti Resmadewi, 111214153041, Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Taman Kanak-kanak, Tesis , Magister Profesi Psikologi Mayoring

Hasil penelitian ini juga menguatkan lagi hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Hajar (2008) yang menyatakan bahwa siswa memiliki minat belajar dalam proses belajar