• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah tentang HAK ASASI ALAM DALAM ISLAM (Konsep Relasi Manusia dan Alam) (42)

N/A
N/A
farhan

Academic year: 2023

Membagikan "makalah tentang HAK ASASI ALAM DALAM ISLAM (Konsep Relasi Manusia dan Alam) (42)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HAK ASASI ALAM DALAM ISLAM (Konsep Relasi Manusia dan Alam)

Abstrak

Terjadinya kerusakan alam lingkungan yang disinyalir berasal dari cara pandang lama antroposentrisme masyarakat modern. Ini menuntut untuk adanya perubahan radikal dalam etika masyarakat modern. Maka diperlukan etika baru tidak hanya dalam interaksi antar manusia akan tetapi, interaksi manusia dengan seluruh kehidupan bumi. Sebuah etika yang menggerakan semua secara global untuk merawat bumi sebagai sebuah rumah tangga untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua kehidupan.

Salah satu etika lingkungan yang lahir dari biosentrisme dan ekosentrisme adalah hak asasi alam. Secara konsep hak ini masih controversial atau menjadi pro-kontra. banyak filsuf tidak mengakui adanya hak moral pada binatang adan tumbuhan, karena hak asasi hanya di miliki oleh manusia. Dan beberapa mengatakan bahwa alam sebagai mahluk hidup memiliki hak sebagai konsekuensi dari prinsip egalitarianism biosentris.

karena sulit ditolak bahwa semua mahluk hidup berhak atas kehidupan ini.

Sejak lahir mereka memiliki hak asasi atas kehidupan yang di berikan kepadanya. Semua mahluk hidup mempunyai hak untuk hidup dan berkembang yaitu sama untuk semua.

Islam mengajarkan hidup selaras dengan alam, Keindahan dan keselarasan alam adalah sebuah aspek ontologi alam dalam arti, alam semesta sebagai sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia, dengan adanya pengamatan terhadap alam semesta yang memiliki keserasian dan keharmonisan dan ketertiban. Harus diakui bahwa hak asasi atas ekkosistem atau habitatnya, sebuah hak yang penting yang sama pentingnya dengan hak asasi manusia atas milik pribadi

Dalam islam Tujuan utama penciptaan dalam Al-quran adalah menyediakan ayat (tanda) akan kuasa dan kebaikan Allah juga sebagai tanda kekuasaan Allah. Alam di ciptakan bukan suatu kebetulan atau ketidaksengajaan. Alam di ciptakan secara sempurna dan begitu harmonis untuk suatu tujuan universal.

Key word: Hak Asasi, Alam, Manusia, Relasi, Islam.

Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu Negara yang kaya akan keragaman hayati, ini terbukti dengan di temukannya berbagai macam tumbuhan yang

(2)

tumbuh di hutan Indonesia. Letak Indonesia yang berada di tengah garis katulistiwa, hutan tropis merupakan ekosistem daratan terkaya di bumi.

menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia, dan bagi Negara tropis lainya.

Beberapa tahun terakhir jumlah hutan di Indonesia, dari tahun ketahun semakin berkurang. Banyaknya pembakaran hutan untuk tujuan pengalih gunaan lahan untuk bidang industry atau perkebunan, ini di sinyalir yang mengakibatkan spesies asli hutan semakin berkurang. Disamping masih banyaknya kebijakan daerah yang disalah artikan, para pemangku kekuasaan daerah merasa berhak memanfaatkan hasil hutan wilayahnya secara besar- besaran tanpa memikirkan nasib generasi mendatang dan kelestarian lingkungannya. pemerintah daerah mencoba mendongkrak pendapatan asli daerah melalui ekploitasi sumber daya alam secara berlebihan.1

Fakta yang lain bahwa, Hutan rawa gambut Indonesia lenyap akibat adanya pembalakan, pengeringan dan pembakaran untuk tujuan perluasan kelapa sawit. Lahan gambut ini (kadang-kadang mencapai kedalaman hingga 12 meter) dan menyimpan karbon yang sangat besar. Ketika tanah atau lahan di keringkan dan di bakar akan menjadi sebuah bom karbon, melepaskan hampir dua milliyar ton karbondioksida berbahaya setiap tahun. akibat pengundulan hutan dan lahan gambut, Indonesia menjadi negara pencemar polusi ketiga terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina. Dari 85% emisi yang dihasilkan Indonesia, emisi bersumber dari penghancuran hutan dan konversi lahan gambut. Di Papua Nugini, sekita 83% dari hutan yang dapat diolah secara kormesial hilang atau berkurang pada tahun 2021 jika tindakan pembalakan terus dilakukan . Hutan yang tersisa di papua menyimpan dua kali lipat emisi yang di hasilkan di seluruh yang berasal dari pembakaran

1 Bernadus Wibowo Suliantoro, Rekonstruksi Etika Lingkungan Ekofeminisme Sebagai Pondasi Pengelolahan Hutan Lestari, Jurnal Bumi Lestari, Volume II No,1, Februari 2011,h 112.

(3)

bahan bakar fosil di tahun 2004. Penebangan hutan telah melepaskan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dan berkontribusi meningkatkan GRK di atmosfir2

Menurut pengamat kehutanan Titus Sarijanto ada tiga factor utama dalam masalah kerusakan hutan di Indonesia yakni, adanya kerancuan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga muncul ketimpang tindihan perizinan antara pusat dan daerah. Kedua belum terealisasinya keikutsertaan masyarakkat dalam pengelolaan hutan. Dan yang ketiga lemahnya penegakan hukum terutama dalam hal penyelundupan kayu.

Keberadaan peraturan pemerintah No 34 tahun 2002 ternyata sangat sentralistik, semakin rancu dengan adanya undang-undang No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah.3

Adanya kecenderungan manusia akan merusak alam sudah di ceritakan dalam Al-quran yakni terdapat dalam surat Al-a‟raf ayat 56 yang artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap.

Sesunggguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang yang berbuat kebaikan. Peringatan-peringatan kepada manusia dalam hal perusakan lingkungan terdapat juga dalam surat Al-baqarah ayat 60.

Berbagai kasus lingkungan hidup yang sering terjadi, baik dalam lingkup nasional maupun global. Sebagian besar bersumber dari perilaku dan cara pandang manusia. Berbagai kerusakan dan pencemaran yang di lakukan manusia sering tidak ada tanggung jawab dan tidak peduli, hanya mementingkan kepentingan pribadi. Seperti apa yang dikatakan oleh Arne Naess4 bahwa terjadinya krisis lingkungan hanya bisa dilakukan dengan cara

2http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam- terakhir/hutan-dan-perubahan-iklim/. Di akkses pada tanggal 9 Desember 2013.

3 Hadi S, Ali Kodra, Syaukani, Bumi Makkin Panas Banjir Makin Luas,(Bandung:

Nuansa 2004),h 62

4 Arne Naess seorang filsuf norwegia tahun 1973, ia dikenal sebagai salah seorang tokoh Deep Ekology sampai sekarang.

(4)

merubah cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam dengan secara fundamental dan radikal.5

Kesalahan cara pandang dan perilaku manusia bersumber dari apa yang disebut etika antroposentrisme, paham yang memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Hanya manusia yang memiliki nilai dan alam beserta isinya sebagai objek kebutuhan manusia. Cara pandang antroposentrisme adalah ciri dari masyarakat modern, yang dibawa oleh peradaban barat dan menjadi ideologi para filsuf barat6. Ini berawal dari teologi umat kristiani yang ada dalam perjanjian lama kejadian pasal 1 ayat 26-28 yang berbunyi:

(26) Berfirman Allah “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. (27) Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah di ciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan diciptakkan-Nya mereka. (28) Allah memberikati mereka lalu Allah berfirman kepada mereka: “beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

Kisah diatas terlihat bahwa manusia di beri kewenangan penuh oleh Allah mengekploitasi alam untuk kepentingannya. Dimana Allah memberi

5 Sony keraff, Etikka Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas 2009).h 3

6 Cara pandang Antroposentrisme bisa kita temukan dalam tradisi kaum Aristotelian yang kemudian di kembangkan oleh Thomas Aquinas dengan focus utamanya tentang rantai kehidupan (The Great Chain of Being). Dimana manusia di tempatkan sebagai mahluk yang hampir sempurna setelah tuhan, yang menempati urutan teratas dalam rantai ciptaan, di bandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Aristoteles dalam bukunya The Politic tentang pemikiran antroposentrisme bahwa, “ tumbuhan diciptakan untuk kepentingan binatang, dan binatang disediakan untuk kepentingan manusia. Lihat Aristoteles, The Politic (Middlesex: Penguin Book, 1986),h 79.

(5)

hak kepada manusia untuk menguasai alam semesta untuk kehidupannya.

Ajaran inilah yang kemudian manusia bersifat arogan dan bertindak sebagai penguasa yang lalim terhadap alam.7

Terjadinya kerusakan alam lingkungan yang berasal dari cara pandang lama antroposentrisme masyarakat modern. Ini menuntut untuk adanya perubahan radikal dalam etika masyarakat modern. Maka diperlukan etika baru tidak hanya dalam interaksi antar manusia akan tetapi, interaksi manusia dengan seluruh kehidupan bumi. Sebuah etika yang menggerakan semua secara global untuk merawat bumi sebagai sebuah rumah tangga untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi semua kehidupan.

Muncul kemudian apa yang dinamakan dengan etika lingkungan hidup yakni sebuah disiplin filsafat yang berbicara mengenai hubungan moral manusia dengan alam semesta, bagaimana seharusnya manusia bertindak dan berperilaku terhadap lingkungan hidup. Etika lingkungan dipahami juga sebagai ilmu yang berbicara mengenai norma dan kaidah moral yang mengatur perilaku manusia dalam interaksinya dengan alam.

Muncul kemudian etika lingkunggan yakni etika antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. Dan salah satu etika lingkungan yang lahir dari biosentrisme dan ekosentrisme adalah hak asasi alam. Secara konsep hak ini masihh controversial atau menjadi pro-kontra.

Menurut Paul Taylor, banyak filsuf dan termasuk dirinya tidak mengakui adanya hak moral pada binatang adan tumbuhan, karena hak asasi yang hanya di miliki oleh manusia. Menurutnya ada 4 aspek yang harus di penuhi untuk bisa berbicara dan mengakui adanya hak asasi manusia yakni, pemilik moral diandaikan menjadi anggota sebuah pelaku komunitas pelaku

7 Pengaruh teologi atau iman religious atas sikap terhadap lingkungan yang seringg kali berpusat pada implikasi kisah penciptaan dalam Al-kitab. Lihat. Roger E Timm, Dampak Ekologis Teologi Penciptaan Menurut Islam, dalam Agama, Filsafat dan Lingkungan Hidup,(Yogyakarta: Kanisius 2003)h. 99.

(6)

moral, Kedua, pemilik hak tersebut harus mempunyai sikap hormat terhadap dirinya sendiri, termasuk juga harus menghargai haknya sendiri. Ketiga, harus ada hubungan antara memiliki hak dan mampu memilih, dalam arti pemilik hak dengan bebas mengabaikan dan mengorbankan haknya atau memilih untuk menikmatinya. Dan yang ke Empat, ada hak lanjutan sebagai sebuah konsekuensi dari dimilikinya hak-hak moral. Menurut Taylor ke 4 aspek ini tidak di penuhi oleh binatang dan tumbuhan.8

Kemudian hak asasi alam oleh Arne Naess di dukung bahwa, alam sebagai mahluk hidup memiliki hak sebagai konsekuensi dari prinsip egalitarianism biosentris. Menurutnya sulit ditolak bahwa semua mahluk hidup berhak atas kehidupan ini. Sejak lahir mereka memiliki hak asasi atas kehidupan yang di berikan kepadanya. Semua mahluk hidup mempunyai hak untuk hidup dan berkembang yaitu sama untuk semua. Atas dasar inilah Naess mengklaim bahwa “hak semua bentuk kehidupan untuk hidup adalah suatu hak universal yang tidak bisa di tiadakan.9

Disini penulis tertarik untuk mencoba menggali dan menyelidiki tentang apakah ada Hak asasi alam dalam islam, kemudian apakah ada ayat, hadist atau literature resmi lain yang membenarkan ekploitasi alam seperti yang di percaya dalam kisah penciptaan di kitab kejadian. Sebagaimana kita tau bahwa tradisi islam memiliki tempat asal yang sama dengan tradisi Kristen dan yahudi.

Penciptaan dalam Islam

8Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup,( Jakarta: Kompas, 2010)

9 Arne Naess, Ecology, Community and Lifesyle,(Cambridge: Cambridge Univ Press, 1993), 166-172

(7)

Dalam hal kisah penciptaan Al-quran tidak menggambarkan secara lengkap seperti halnya yang ada dalam kitab kejadian, inilah perbedaan yang sangat menonjol diantara keduanya. Al-quran lebih banyak memuat petunjuk berulang pada unsur-unsur dari kisah penciptaan yang bersifat umum. Dalam hal penciptaan dunia Al-quran maupun Al-kitab sama-sama menyatakan, bahwa Allah menciptakan dunia dalam enam hari.10 Dalam hal penciptaan manusia pertama baik al-quran atau Al-kitab sama-sama menyebut bahwa manusia pertama yang di ciptakan tuhan adalah adam, sebagai mahluk yang di ciptakan dari tanah atau debu. Ada perbedaan diantara keduanya yakni Al- quran menolak bahwa manusia diciptakan dalam gambar Allah, jika demikian maka akan menurunkan keagungan Allah.

Dalam Al-quran ada beberapa ayat yang menyatakan tentang penciptaan. Diantaranya surat Al-syu‟ara ayat 23-24.

































23. Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?"

24. Musa menjawab: "Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya".

Surat As-shaffat ayat 4 dan surat Al-anbiya ayat 56. Al-quran menekan tidak hanya keesaan Allah, juga tentang kedaulatan dan kuasa Allah atas seluruh ciptaan. Banyak ayat yang menyatakkan bahwa kuasa

10 Dalam Al-quran terdapat dalam surat Al-a‟raf ayat 54, yang artinya: “sungguh, tuhhan mu (adalah) Allahh yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayan diatas „arsy. Dia menutupkkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat (Dia ciptakan) matahhari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya.

Ingatlah segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha succi Allah, tuhan seluruh alam”. Dalalm Al-kitab terdapat dalam kejadian pasal 1 ayat 2-30.

(8)

langit dan bumi hanya milik Allah.11 Dimana kuasa Allah begitu besar sehingga Allah dapat menciptakan sesuai kehendak-Nya.

Tujuan penciptaan dalam Al-quran terdapat dalam surat Al-Anbiya ayat 16.

















yang artinya: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main”.

Jelaslah bahwa bagaimana Allah mempunyai tujuan yang serius bagi penciptaan. Tujuan utama penciptaan dalam Al-quran adalah menyediakan ayat (tanda) akan kuasa dan kebaikan Allah. Seperti halnya pada surat Al- imron ayat 190 sebagai tanda kekuasaan Allah bagi yang berakal. Surat Ar- rum ayat 22 tanda kekuasaan Allah bagi yang mengetahui. Surat Yunus ayat 6 tanda kekuasaan Allah bagi yang bertakwa. Surat An-nahl ayat 65 sebagai tanda kekuasaan bagi orang yang mau mendengarkan pelajaran. Surat Ar- ra‟d ayat 3 tanda kekuasaan Allah bagi yang memikirkan. Surat Al-baqarah ayat 29 sebagai tanda kekuasaan Allah atas kebutuhan hidup manusia. Surat Al-jasiyah surat 13 sebagai tanda kekuasaan Allah akan suatu rahmat. Surat luqman ayat 20 tanda kekuasaan Allah bagi kepentingan manusia. Surat Hud ayat 2 sebagai tanda kekuasaan Allah untuk menyempurnakan nikmat dan ujian bagi semua manusia. Dan tanda kekuasaan Allah bahwa yang lebih baik adalah amalnya dalam hidup ini terdapat dalam surat Al-mulk ayat 2.

Hak Asasi Alam

Dalam perkembangannya dalam pemikiran tentang etika lingkungan hidup, ada tiga teori yang sekaligus menentukan pola perilaku manusia terhadap alam, yakni teori Antroposentrisme, Biosentrisme dan

11 2: 107, 3: 189, 9:116, 23:84-89, 35:13, dan 57:2

(9)

Ekosentrisme.12 Ketiga teori ini memiliki cara pandang yang berbeda tentang alam, manusia dan hubungan manusia dengan alam. Selain teori ini ada satu teori yang perlu kita bahas menggenai hak alam, kurang lebih hak hidup, hak berada dan berkembang. Teori ini adalah teori hak asasi alam yang banyak di singgung oleh teori biosentrisme dan ekosentrisme, khususnya Deep Ecology.13

Mengenai apakah alam mempunyai hak? Ini masih menjadi kontroversi atau pro kontra, karena selama ini etika dan paham politik kita masih antroposentris sehingga hanya manusia yang memiliki hak. Dalam prespektif etika barat yang antroposentris berlaku sekarang ini, bahwa hak asasi adalah sebuah konsep moral yang hanya berlaku untuk manusia.

Lahirnya pengakuan akan hak asasi manusia, karena muncul kesadaran bahwa semua orang sama status moralnya, sehingga harus di perlakukan sama secara moral.14 Leopad dan mayoritas penganut etika lingkungan biosentria dan ekosentris, kemudian meneruskan perluasan etika tahap berikutnya menyangkup semua komunitas biotis dan ekologis seluruhnya.

Dengan adanya perluasaan etika ini, maka etika tidak hanya berlaku untuk manusia akan tetapi bagi komunitas biotis dan ekologis seluruhnya.

12 Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup,(Jakarta: Kompas,2010),h 41 Lihat, Sylvan, Richard, David Bennett, The Greening of Ethic,( Cambridge: The Whhite Horse Press,1994),h 9

13 Deep Eclogy adalah suatu etika baru yang menuntut tidak berpusat pada manusia, akan tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam upaya menggatasi persoalan lingkungan hidup, DE memusatkan perhatian kepada semua spesies. Akar gerakan DE di temukan pada teori ekosentrisme pada umumnya dan kritik social dari Henry david Thoureau, john muir,D.H. Lawrence, Robinson Jeffer, dan Aldo Huxley. Pengaruh Taoisme, Fransiskus Asisi, Zein Budhisme dan Barukh Spinoza sangat kuat dalam teori- teori dan gerakan DE. Lihat George Sessions(ed), Deep Ecology for The 21 st Century;

reading on the Philosophy and Practice of the New Environmentalism (Boston: Shambhala, 1995.h ix

14 Awal mula etika dipahami hanya milik manusia terutama kaum laki-laki, etika tidak berlaku bagi budak apalagi budak perempuan. maka budak tidak memiliki hak untuk dijamin olleh majikan, dan budak pun tidak bisa menuntut haknya karena budak adalah barang milik majikan.

(10)

Pro-kontra dalam memahami dan menerima bahwa binatang dan tumbuhan mempunyai hak asasi yang sama dengan manusia. Sebagaimana dikatakan Paul Taylor argumennya yang sering diajukan untuk membuktikan bahwa binatang dan tumbuhan tidak memiliki hak moral karena hal semacam itu tidak dapat dipahami. Dan dalam pandanga ini bahwa berbicara mengenai hak moral binatang dan tumbuhan adalah suatu yang membingungkan secara konseptual dan absurd secara logis. Hal lain yang dianggap membingungkan dalam hak asasi alam adalah bahwa alam tidak bisa di kategorikan sebagai pelaku moral seperti halnya manusia. Akan tetapi dalam pemahaman Naess dan Deep Ecology bahwa subyek moral yang menuntut dan melakukan kewajiban dan tanggung jawab tertentu dari pelaku moral, dalam hal ini manusia yang mampu melakukannya.

Beberapa konsep dalam hal hak asasi yakni subyek harus secara sadar mengklaim dan mempertahankannya dari pelanggaran oleh pihak lain, atau ia secara sadar mempertahankan sekaligus menuntut pihak lain untuk menghormati dan mengakuinya. Dan hal semacam ini tidak berlaku bagi mahluk di luar manusia. Konsep hak asasi selanjutnya bahwa, harus adanya kewajiban pemilik hak asasi tersebut untuk menghargai hak asasi pihak lain secara seimbang, atau dengan kata lain hak asasi selalu mengandung pengertian resiprositas.15

Adanya hak asasi di luar manusia adalah sebuah argumen moral bukan argumen praktis. Dalam arti menerima hak asasi mahluk hidup lain bukan berarti tida boleh memanfaatkannya untuk kepentingan manusia. Di perbolehkan untuk kebutuhan vital manusia. Menurut James A Nas mengenai argumen moral hak asasi alam ada sebuah konsep Conatus Esend

15 Konsistennya argument atau konsep ini akan menjadikan betapa absurdnya hidup ini, perilaku aborsi, akan di terima sebagai hal yang benar secara moral, orang cacat dan orang gila kemungkinan bisa di habisi, karena mereka-mereka adalah golongan yang tidak bisa mengklaim dan mempertahankan haknya, dan tidak mempunyai kewajiban sebanding.

(11)

yang di temukan dari Barukh Spinoza adalah sebuah kecenderungan dan dorongan alamiah untuk bertahan hidup dan berada. Semua mahluk hidup memiliki kecenderungan ini, dan mahluk abiotis tidak memiliki kecenderungan ini akan tetapi mereka harus di jaga dan di lestarikan, karena kehhidupan organisme tergantung dari keutuhan benda-benda abiotis.16

Paul Taylor membedakan antar hak legal dan hak moral yakni hak legal adalah hak yang di berikan, diakui dan disahkkan oleh hhukum suatu negara sedangkan hak moral adalah hak yang di miliki oleh pihak tertentu dan diakui sah berdasarkan prinsip-prinsip moral. menurut Taylor, banyak filsuf dan termasuk dirinya tidak mengakui adanya hak moral pada binatang adan tumbuhan, karena mengacu pada arti hak asasi secara tradisional yang hanya di miliki oleh manusia. Taylor bisa menerima dua macam hak ini terhhadap hak legal tumbuhan dan binatang sejauh Negara mengatur tentang hak ini. Akan tetapi berbeda halnya dengan hak moral, taylor menolak adanya hak moral terhadap binatang dan tumbuhan, seperti kebanyakan filsuf yang menolak hak moral kepada binatang dengan berbagai alasan yang kuat untuk menolak ini.17 Dan salah satu alasannya adalah konsep hak asasi alam sebenarnya telah cukup dipenuhi hhanya denga prinsip hormat terhadap allam, dan ini menurutnya adalah sebuah prinsip utama dalam relasi antara manusia dan alam.

Dimana islam mengajarkan hidup selaras dengan alam. Dimana dalam islam ada dua ajaran dasar yang perlu di perhatikan oleh manusia dalam sisi kehidupannya. Pertama kalimat Rabbul „alamin bahwa allah adalah tuhan seluruh alam, bukan tuhan untuk sekelompok manusia atau sekelompok makhluk. Dan kedua kata rahmatalill‟alamin, dalam arti

16 James A Nash, On Bioresponsibility dalam Darrell Addison Posey (ed), Cultural and Spiritual Values of Biodiversity; A Complementary Contribution to the Global Biodiverity Assessment (London; Intermediate Technology Pub. And UNEP, 1999),h 472.

17Ibid, 226

(12)

manusia diberikan amanat untuk mewujudkan perilaku kasih sayang terhadap seluruh alam.

Dalam Alquran ada ayat yang mengatakan ”Laa tufsiduu fil ardhi ba‟da ishlahiha (jangan merusak alam ini, merusak bumi ini sesudah ditata sedemikian baik). Munculnya teori keseimbangan yang banyak di singgung oleh para filsuf barat, sesungguhnya sudah ada dalam islam pada ayat tadi yakni, pada kalimat Ba‟da Islaahiha. Meminjam bahasa vandana shiva bahwa manusia dan keseluruhan struktruk kosmis merupakan satu keluarga.18 Manusia bukan penguasa alam melainkan anggota bagian dari alam. Keberadaan sesama sebagai saudara maupun saudarinya yang saling memperkaya.

Adapun pandangan tasawuf terhadap alam bahwa, alam sebagai wahyu allah (ayat) bukan realitas independen akan tetapi sebagai ayat-ayat tuhan untuk memahami-Nya sebagai sebuah realitas absolute. Adanya alam sebagai kesatuan yang saling berhubungan menuju kelanggengan. Keindahan dan keselarasan alam adalah sebuah aspek ontologi alam dalam arti, alam semesta sebagai sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia, dengan adanya pengamatan terhadap alam semesta yang memiliki keserasian dan keharmonisan dan ketertiban. Alam semesta di ciptakan sebagai yang hak tidak batil, tidak dalam keadaan kacau melainkan secara tertib dan indah.19

Seperti halnya perkataan Ismail Al- Faruqi,

“Hakikat cosmos adalah teleologis, penuh maksud, memenuhi maksud penciptanya, dan kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan. Alam tidaklah di ciptakan sia-sia atau secara main-main. Alam bukanlah hasil sebuah kebetulan atau suatu ketidak sengajaan. Alam diciptakan dalam kondisi sempurna. Semua yang ada begitu harmonis dan

18 Vandana Shiva, M Mies, Ecofeminisme: Prespektif Gerakan Perempuan dan Lingkungan (ter), Kelik Ismunanto dan Lilik,(Yogyakarta: IRE Press, 2005)

19 Eka Julaiha, Etika Ekologi, Prespektif Tasawuf Nasr, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002,h 30-36

(13)

memenuhi suatu tujuan universal. Alam ini adalah benar-benar satu

“cosmos” (keharmonisan) bukan suatu kekacauan”.20

Kemudian dalam ilmu tasawuf, orang-orang sufi menjadikan alam sebagai tempat bagi perjalanan spritualnya. Mereka mengatakan bahwa penciptaan alam sama halnya dengan penciptaan manusia sebagai wujud dari kebaikan dan rahmat allah, dan sebagai kehendak tuhan. Maka seperti halnya manusia kesempurnaan alam haruslah berpusat pada kesempurnaan tuhan.

Dan pada hakikatnya alam dan manusia adalah milik allah dan akan kembali kepada-Nya. Tuhan dan alam memiliki hubungan structural yakni sebagai pecipta dan pemilik lingkungan. Bukti bahwa tuhan sebagai pecipta alam terdapat dalam surat Al- imran ayta 190-191.21 Dalam ayat ini Allah memberi tangung jawab pewalian kepada manusia terhadap alam. Itu berarti bukan dalam arti penaklukan atau perebutan dan dominasi terhadap alam, akan tetapi ini adalah perintah untuk hidup selaras dengan alam. Dengan memperhatikan dan memahami kebijakan tuhan dengan memanfaatkan kemurahan alam secara bijak. Maka inilah yang di maksud dengan hokum moral atau etika islam yang harus di jadikan kesadaran pada manusia, yang tidak hanya berlaku terhadap sesama manusia akan tetapi juga terhadap hewan, tumbuhan dan seluruh isi alam.

Konsep kekhalifahan yang melekat pada manusia terhadap lingkungan memiliki nilai yang strategis, yakni manusia sebagai pengelola lingkungan. Atau manusia memiliki peran fungsional sebagai kepanjangan

20A Ismail dan Lois Lamyu, Al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam,(New York:

Macmillas Pub.Co. 1986),h 74.

21 Yang Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi (jagat raya) pastilah terdapat ayat-ayat bagi mereka yang berakal budi”. "(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah saat berdiri, duduk atau atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata “wahai tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia; maha suci engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.

(14)

tangan tuhan dalam mengelola lingkungan, seperti pada surat Al-Ahzab ayat 72:







































72. Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

Dalam ayat ini pengertiannya adalah manusia yang berakalah yang mampu bertauhid, berkeseimbangan dan belajar berbagi ilmu. Dalam arti mandat dan kepercayaan yang di berikan tuhan kepada manusia sebagai mahhluk yang berakal. Baik langit, bumi atau gunung menyatakan tidak mampu menerima mandat itu, ketika tuhan menawarkan amanah tersebut kepadanya, dikarenakan mereka tidak memiliki potensi rasional. Kemudian manusia bersedia menerima mandat yang di tawarkan tuhan kepadanya.

Karena manusia meyakkini bahwa dirinya mampu menerima amanah tersebut karena manusia merupakan mahluk rasional yang mampubertanggung jawab.22

Ada tiga hak asasi alam yang bisa kita simpulkan yakni pertama, hak hidup, setiap orang berhak untuk sekali mereka di ciptakan. Senada apa yang di lontarkkan oleh Arne Naess bahwa hak untuk hidup adalahh satu dan sama untuk semua individu, apapun spesiesnya.23 Kedua, kebebasan, setiap orang

22 Al-Raghib Al-Isfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz Al-Quran, Ed. Nadim Marashily,(Beirut Dar Al-Fikr,1972),h.187

23 Arne Naess, ”Equality, Sameness and Right” dalam George Sessions(ed), op.cit,h 222-223

(15)

memang berhak untuk melakukan apa saja dengan tidak melanggar hak yang pertama dan yang ketiga, Estate atau hak atas milik pribadi,24 semua orang berhak untuk memiliki semua yang mereka buat atau mendapatkan melalui hadiah atau perdagangan, dengan tidak melanggar atau bertentangan dengan hak pertama dan kedua.

Etika lingkungan terhadap alam pada intinya adalah, mengghormati terhadap alam, tanggung jawab, adanya solidaritas, kasih sayang dan kepedulian. Tidak merusak dan merugikan karena bagaimana pun manusia memiliki kewajiban moral dan tanggung jawab terhadap alam. Adanya prinsip hidup selaras dengan alam, serta pola konsumsi dan produksi yang perlu dibatasi karena selama ini alam hanya di jadikan objek eksploitasi dan pemuas kebutuhan manusia. Adanya keadilan dalam hal kebijakan-kebijakan dan kelestarian sumber daya alam, dengan ikut menikmati manfaat sumber daya alam. Kemudian adanya demokrasi ini didasari terhadap berbagai jenis keragaman sehingga ini berperan dalam hal pengambilan kebijakan di dalam menentukan kebijkan yang baik.

Kesimpulan

Islam mengajarkan hidup selaras dengan alam, Keindahan dan keselarasan alam adalah sebuah aspek ontologi alam dalam arti, alam semesta sebagai sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia, dengan adanya pengamatan terhadap alam semesta yang memiliki keserasian dan keharmonisan dan ketertiban.

Harus diakui bahwa hak asasi atas ekkosistem atau habitatnya, sebuah hak yang penting yang sama pentingnya dengan hak asasi manusia

24 Hak ini di tambahkan oleh Jhon Locke, hak atas milik pribadi ini bisa juga di sebut hak asasi artificial, hak seperti ini tidak di miliki manusia sejak lahir, melainkan hak yang dimiliki manusia sebagai hasil dari kerja tubuhnya. Lihat, Sonny Keraf, Hukkum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi (Yogyakarta: Kanisius, 1997), dan Sonny Keraf, Pasar Bebas, Keadilan dan Peran Pemerintah, h. 131-155

(16)

atas milik pribadi. Manusia tanpa rumah dan milik pribadi tidak bisa hidup dan berkembang sempurna sebagai manusia, sama halnya dengan mahluk hidup lain. Tanpa ekosistem dan habitat yang nyaman dan kondusif sesuai habitatnya masing-masing, maka semua mahluk hidup tidak akan bertahan hidup dan berkembang secara baik. Hak alam ini pun tidak bersifat absolute sama halnya dengan hak asasi manusia. Dalam keadaan tertentu bisa di benarkan secara moral untuk membatasi hak asasi pihak lain, untuk memungkinkan terjaminnya hak asasi semua orang, demikina pula terhadap hak asasi alam.

Dalam islam Allah menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan tidak main-main”. jelaslah bahwa bagaimana Allah mempunyai tujuan yang serius bagi penciptaan. Tujuan utama penciptaan dalam Al-quran adalah menyediakan ayat (tanda) akan kuasa dan kebaikan Allah juga sebagai tanda kekuasaan Allah. Alam di ciptakan bukan suatu kebetulan atau ketidaksengajaan. Alam di ciptakan secara sempurna dan begitu harmonis untuk suatu tujuan universal.

Sejalan dengan etika biosentrisme dan ekosentrisme bahwa hak asasi pada mahluk hidup lain ini dibatasi hanya pada lingkup kolektif. Tidak membela hak binatang atau tumbuhan secara individual, melainkan hak asasi secara kolektif pada binatang dan tumbuhan. Hak spesies secara kolektif untuk tumbuh dan berkembang secara alamiah tanpa intervensi manusia termasukk intervensi tekknologi.

Satu hal yang perlu di ingat adalah bahwa hal yang terpenting nilai ekologinya bukan sekedar nilai harga kayunya. Hutan tropis Indonesia suatu ekosistem yang kaya akkan keanekaragaman jenis hayatinya yang amat mahal nilai ekosistemnya. Hutan adalah mata rantai ekosistem kehidupan bumi yang sanggat penting keberadaannya dan kelestariannya perlu di jaga.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Suliantoro, Bernadus Wibowo, Rekonstruksi Etika Lingkungan Ekofeminisme Sebagai Pondasi Pengelolahan Hutan Lestari, Jurnal Bumi Lestari, Volume II No,1, Februari 2011

Hadi S, Ali Kodra, Syaukani, Bumi Makkin Panas Banjir Makin Luas,(Bandung: Nuansa 2004

Keraf, Sony, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas 2009) Aristoteles, The Politic (Middlesex: Penguin Book, 1986),

Timm,Roger E, Dampak Ekologis Teologi Penciptaan Menurut Islam, dalam Agama, Filsafat dan Lingkungan Hidup,Yogyakarta: Kanisius 2003

Naess, Arne, Ecology, Community and Lifesyle,(Cambridge: Cambridge Univ Press, 1993

Sylvan, Richard, David Bennett, The Greening of Ethic,( Cambridge: The Whhite Horse Press,1994

Sessions, George(ed), Deep Ecology for The 21 st Century; reading on the Philosophy and Practice of the New Environmentalism Boston:

Shambhala, 1995.

Nash, James A, On Bioresponsibility dalam Darrell Addison Posey (ed), Cultural and Spiritual Values of Biodiversity; A Complementary Contribution to the Global Biodiverity Assessment (London;

Intermediate Technology Pub. And UNEP, 1999)

Shiva, Vandana, M Mies, Ecofeminisme: Prespektif Gerakan Perempuan dan Lingkungan (ter), Kelik Ismunanto dan Lilik,(Yogyakarta: IRE Press, 2005)

(18)

Julaiha, Eka, Etika Ekologi, Prespektif Tasawuf Nasr, Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002,h 30-36

Ismail,A dan Lois Lamyu, Al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam,(New York: Macmillas Pub.Co. 1986),

Naess, Arne ”Equality, Sameness and Right” dalam George Sessions(ed), op.cit,

Keraf, Sonny, Hukkum Kodrat dan Teori Hak Milik Pribadi (Yogyakarta:

Kanisius, 1997), dan Sonny Keraf, Pasar Bebas, Keadilan dan Peran Pemerintah,

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam- terakhir/hutan-dan-perubahan-iklim/. Di akkses pada tanggal 9 Desember 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Among four input variables, capitas has the highest average input slack of 11.26 percent followed by deposit, fixed assets and total operating expenses with the average

Dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan contoh menghormati dan menghargai pendapat atau penjelasan siswa dengan memberikan pujian atau tepuk tangan terhadap siswa

Di sinilah Muhammad datang, dengan tetap menggunakan kata yang sama, yakni Allah, namun ia menggeser persepsi yang dikandung oleh kata itu.Maka oleh Islam dipersepsikan tidak

Pada ulangan harian Pendidikan Kewarganegaraan dengan nilai kebersamaan dalam proses perumusan Pancasila, di dapat rata-rata nilai sebesar 62,1 dari 21 siswa,

The results of this study indicates that the understanding of personality traits as indicators described in the Theory of Planned Behavior, the assessment of

Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut signifikan dan terdapat hubungan positif antara kelekatan dengan ibu dan body image pada remaja

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian di atas yang telah dilakukan sebelumnya yaitu penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui keterbacaan pola sidik

Perkebunan Nusantara II Batang Serangan dikatakan produk berkualitas apabila tercapainya kesesuaian antara hasil produksi yang dihasilkan dengan rencana target standar mutu yang