• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatoglifi atau pola sidik jari merupakan gambaran guratan-guratan yang menonjol khas pada ujung jari manusia, bersifat unik dan berbeda-beda bagi setiap individu. Adanya sulur yang paralel membentuk suatu pola pada ujung jari, telapak tangan dan kaki. Gambaran tiap sulur dermal ini ditentukan oleh banyaknya gen yang saling mempengaruhi dan mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sesudah lahir (Burns & Graham, 2005). Sidik jari telah digunakan untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun membantu diagnosis (Suryadi, 1985)

Menurut Supardi (2002) dalam Veneza (2013), Sidik jari berperan sangat penting dalam proses identifikasi personal dan mengungkap pelaku suatu tindak pidana. Sidik jari adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk suatu ”punggungan“ pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak akan hilang sampai seseorang meninggal dunia dan busuk, goresan-goresan atau luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang sama. Kecuali kulit tersebut mengalami luka bakar yang parah. Pola dermatoglifi merupakan salah satu variasi biologis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Pembentukan pola dematoglifi terjadi sebelum usia 12 minggu perkembangan embrio. Pola dermatoglifi tidak akan berubah setelah 12 minggu sehingga pola dermatoglifi dapat digunakan sebagai alat identifikasi personal (Chintamani, 2007).

Terdapat media yang menggunakan sidik jari sebagai alat identifikasi personal seperti absensi sidik jari, kartu identitas, dan dokumen lain seperti SKCK. Pada abad 20, sidik jari dikembangkan ke arah security system yang berfungsi sebagai data keamanan. Sebagai contoh mesin absensi kartu identitas yang terdapat sidik jari sebagai identitas personal seperti SIM, KTP, dan Ijazah.

(2)

Penduduk baru yang ingin membuat kartu KTP baru, di dalam salah satu prosedur pembuatan melalui proses pengambilan sidik jari sebagai identitas pribadi.

Selain pada kartu KTP, pembuatan kartu SIM untuk pengendara bermotor baik yang beroda dua atau lebih pada salah satu prosedurnya juga melalui proses pengambilan sidik jari sebagai identitas pribadi. Perbedaannya adalah pada kartu KTP tidak tercantumkan sidik jari dari pemilik kartu, sedangkan pada kartu SIM selain pada database juga dicantumkan gambaan pola sidik jari dari pemilik kartu pada sisi depan kartu sim disamping identitas pemilik.

Sidik jari yang terdapat di SIM nantinya akan dibandingkan dengan cap sidik jari yang dilakukan peneliti. Faktanya, Sidik jari yang terdapat di kartu sim memiliki beberapa keterbatasan seperti pada cetakan pada kartu sim yang blur atau tidak jelas, terlalu tebal, teknik pengambilan atau penekanan jari yang tidak sesuai. Kartu SIM dinyatakan tidak berlaku lagi apabila salah satunya kartu SIM dalam keadaan rusak dan tidak terbaca lagi (Kepolisian Negara RI, 2012). Dalam ilmu daktiloskopi, sidik jari dikatakan identik apabila mempunyai minimal 12 titik yang sama dalam satu ruas jari dan tidak perlu lengkap semua, bisa kelingking atau ibu jari (Supardi (2002) dalam Veneza (2013)).

Menurut Peraturan KAPOLRI Nomor 9 tahun 2012 Pasal 4, SIM berfungsi sebagai:

a. legitismasi kompetensi pengemudi merupakan bentuk pengakuan dan penghargaan dari Negara Republik Indonesia kepada para peserta uji yang telah lulus ujian teori, ujian keterampilan melalui simulator, dan ujian praktik.

b. identitas pengemudi karena memuat keterangan identitas lengkap nama, alamat, tanggal lahir, tinggi badan, cap sidik jari pengemudi.

c. kontrol kompetensi pengemudi, SIM sebagai alat penegakan hukum dan bentuk akuntabilitas pengemudi.

d. identitas forensik kepolisian, karena keterangan identitas pada SIM dapat digunakan untuk mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidik pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas serta tindak pidana lain.

(3)

Banyak Penduduk menjadi lebih cepat mempunyai SIM daripada KTP. Hal ini karena dalam Pasal 77 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyatakan bahwa setiap penduduk yang memiliki kendaraan bermotor wajib untuk memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.

Semakin mudahnya orang memperoleh kendaraan dan meningkatnya gaya hidup hedonisme membuat kendaraan saat ini bukan lagi menjadi barang mewah. Dengan makin meningkatnya kegiatan manusia untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, seseorang diharuskan memiliki kendaraan untuk mempermudah dalam berpergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai contoh seseorang dapat mengansur uang muka Rp. 500.000 untuk memiliki kendaraan bermotor (Kompasiana, 2015).

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) D.I Yogyakarta tahun 2012, populasi pengemudi kendaraan bermotor berjumlah 1.537.534 buah dengan 1.531.006 buah kendaraan pribadi, 374 buah kendaraan umum, dan 6.154 buah kendaraan pemerintah.

Tabel 1.1. Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di BPS D.I Yogyakarta tahun 2012

Jenis Kendaraan Bukan Umum, Perorangan Umum, Perusahaan Pemeritahan Jumlah Total 1. Sepeda Motor Solo/Single Motorcycle 1,502,745 374 6,135 1,509,245 2. Sepeda Motor dengan Kereta Samping 12 - - 12 3. Scooter/ Scooter 2,380 - 17 2,397 4. Trail 22,597 - 2 22,599 5. Kendaraan bermotor lainnya 3,272 - - 3,272

(4)

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 pasal 25 ayat 1 dan UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 81 ayat 2, Persyaratan Umur yang berhak memiliki SIM paling rendah yaitu:

a. Berusia 17 tahun untuk SIM A, SIM C, dan SIM D, b. Berusia 20 tahun untuk SIM B I,

c. Berusia 21 tahun untuk SIM B II, d. Berusia 20 tahun untuk SIM A Umum, e. Berusia 22 tahun untuk SIM B I Umum, dan f. Berusia 23 tahun untuk SIM B II Umum.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui akurasi keterbacaan sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM dalam proses identifikasi personal.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbedaan keterbacaan sidik ibu jari yang tercetak pada kartu SIM dibandingkan dengan sidik ibu jari tangan kanan yang sesungguhnya?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM.

1.4 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada Kartu SIM belum pernah dilakukan, akan tetapi ada beberapa penelitian yang mempunyai topik yang serupa dengan penelitian penulis penelitian tersebut dilakukan oleh :

1. Veneza,D.A. (2013) yang berjudul “Fungsi Sidik Jari Dalam Mengidentifikasi Korban dan Pelaku Tindak Pidana”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui fungsi sidik jari dalam mengidentifikasi korban dan mengungkap pelaku tindak pidana. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan studi dokumentasi dengan data yang terdapat pada kantor POLRESTABES Makassar. Hasil penelitian menunjukkan fungsi sidik jari sangat penting

(5)

dalam mengungkap atau membuktikan korban dan pelaku secara ilmiah dan membantu untuk memperjelas identitas korban.

2. Lahiri, A., Bandyopadhyay, S., Adhya, S., Ghosh, S., Goswami, S., Bhattacharya, P. (2013) yang berjudul “A Study on Relationship between Dermatoglyphics and Hypertension”. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan dermatoglifi palmar dengan kejadian hipertensi pada 145 orang dengan tekanan darah normal dan 131 orang dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola loop ulnar memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada kedua populasi (populasi hipertensi dan populasi tidak hipertensi).

3. Umana., Uduak, E., Netete, B.V., Timbuak, J.A., Ibegbu, A.O., Musa, S.A., Hamman, W.O. (2014) yang berjudul “Dermatoglyphics and Cheiloscopy Pattern in Hypertensive Patients; A Study in Ahmadu Bello University Teaching Hospital, Zaria, Nigeria and Environs”. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pola dermatoglifi dan pola cheiloscopy pada pasien hipertensi yang mengunjungi klinik rawat jalan Ahmadu Bello University Teaching Hospital (ABUTH), Zaria. Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan subyek penelitian 118 pasien yang secara klinis didiagnosis dengan hipertensi dan 126 subyek yang normotensif

yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara pola sidik jari dan lip print dengan hipertensi pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki tidak ada hubungan antara pola sidik jari hipertensi, tapi pola lip print menunjukkan hubungan dengan hipertensi.

4. Lathif, N., Hidayatno, A., Isnanto, R.A. (2011) yang berjudul “Aplikasi

Sidik Jari untuk Sistem Presensi Menggunakan Magic Secure 2500”.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sistem presensi berbasis sidik jari menggunakan perangkat keras magic secure 2500. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian yang dimodifikasi dalam 5 variasi arah menempelkan sidik jari. Jari yang diujikan adalah ibu jari tangan kanan, ibu jari tangan kiri, jari tangan tengah kanan, dan

(6)

kelingking tangan kanan. Responden penelitian yang digunakan adalah 15 orang responden. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sistem memiliki tingkat persentase keberhasilan mengenali sidik jari sebesar 96,33%. 5. Ainur, A., Hastuti, J., Nugraha, Z.S. (2009) yang berjudul “Pola Sidik Jari

Anak-Anak Sindrom Down di SLB Bahkti Kencana dan Anak-Anak Normal di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan

untuk mengatahui meneliti perbedaan pola sidik jari dan perbedaan Total Ridge Count (TRC) pada anak dengan sindrom down di SLB Bahkti Kencana dan anak normal di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Penelitian dilakukan secara cross sectional pada dua kelompok subjek yang masing-masing berjumlah 10 anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan gambaran pola whorl pada kelompok anak dengan sindrom down dan kelompok anak normal, tetapi tidak terdapat perbedaan pada pola sidik jari lainnya.

6. Mundijo, T. (2016) yang berjudul “Gambaran Pola Sidik Jari pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan Tahun 2015”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola sidik jari pada mahasiswa FK UM Palembang. Penelitian bersifat

deskriptif dengan metode total sampling dengan total 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan pola loop ulnar lebih dominan sebesar 42,28% dan pola dengan frekuensi paling sedikit jumlahnya adalah arch sebesar 9,62%.

Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian di atas yang telah dilakukan sebelumnya yaitu penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM sebagai sarana identifikasi personal. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang berhubungan dengan pemanfaatan sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM, sehingga nantinya kartu SIM dapat digunakan sebagai salah satu media identifikasi personal.

(7)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat melatih mahasiswa untuk belajar menulis karya tulis ilmiah dan dapat melakukan penelitian yang sesuai khususnya mengenai fungsi pola sidik jari pada kartu SIM.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Menambah kemanfaatan kartu identitas yang memiliki sidik jari seperti kartu SIM atau ijasah yang digunakan sebagai alat identitas personal.

1.5.3 Bagi Kepolisian

Dapat membantu kepolisan dalam mengidentifikasi jika ada korban Mr. X yang bisa di crossmatch dengan database INAFIS polres.

Gambar

Tabel  1.1.  Jumlah  kendaraan  bermotor  yang  terdaftar  di  BPS  D.I  Yogyakarta  tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR

b) Implementansi kebijakan pengurangan risiko bencana. Dimana potensi kerentanan akan lebih banyak berbicara tentang aspek teknis yang berhubungan dengan dimensi

Dari area bisnis yang ada, ditemukan beberapa hal menyangkut permasalahan yang ada, yaitu: (1) Pihak manajemen dalam melakukan perencanaan penjualan dan produksi memperoleh data dari

Hasil uji reliabilitas instrumen variabel motivasi belajar (Y) akan diukur tingkat reliabilitasnya berdasarkan interpretasi reliabilitas yang telah ditentukan pada

tidak dapat mengukur non-perform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term

Penelitian dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan mengikuti desain penelitian Kemmis dan Mc. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi