• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sukses Menjadi Dan Orang Tua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sukses Menjadi Dan Orang Tua"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

MENJADI ORANG TUA SUKSES

dan

SUKSES MENJADI ORANG TUA

Disusun oleh : Shobihin Amin

Banyak orang tua yang sukses dalam hidupnya, bahkan sukses menjadi orangtua bagi banyak orang, tetapi

tidak bayak orang yang sukses menjadi orang tua buat anak – anak dan keluarganya sendiri (Kipli : 2008)

Ayah dari seorang anak disaat ingin mengenal dan mendapatkan wanita pujaan hatinya, selalu tampil perkasa seperti Salahuddin Al Ayyubi, gaga berani seperti Umar Bin Khottob, bergaya kaya raya seperti Sayyidina Usman, Cerdas dan bijaksana seperti Muhammad, serta sabar dan tabah seperti Ayub. Sang Ibu juga tidak kala action dari sang lelaki,

disaat ingin mencuri hati dan simpati sang lelaki pujaan hati, Ia selalu tampil lembut selembut kain sutranya A’isyah, keibuan seperti khotidjah, perasa seperti Fatimah, bersahajah seperti Hajar, tidak matre sehebat Zulaiha, penuh perhatian dan selalu berfikir positif terhadap sang lelaki pujaannya sehebat Zainab. Hari-hari masa ta’aruf (pacaran) mereka berdua mengisahkan berjuta kenangan indah, penuh dengan romantisme dan “Cinta kasih” dibarengi dengan pengorbanan cinta tanpa pengharapan dari keduanya. Jalaluddin Rumi menyebutkan : “Memang muda untuk melemparkan cinta, tetapi bukti darinya akan selalu dimintak”.

Dihari yang cerah, burung pun hinggap di tepi danau nan gelap karena semak belukar. Dengan penuh perasaan Cinta dan Kasih dari keduanya (suami-istri), mereka bersepakat untuk tidur berdua dalam satu tempat guna mengawali proses terbentuknya bakal anak, penuh dengan kebahagiaan, kedamaian dan penghargaan hidup diantara keduanya.

Akhirnya anak terlahir kedunia disulut dan disambut oleh luapan api “Cinta Kasih” Ayah dan Ibu, dan karena itu Allah mentaqdirkannya lahir ke dunia yang fana ini. Tanpa barah “Cinta Kasih” Ayah dan Ibunya tidaklah mungkin seorang anak, dua orang anak atau tiga orang anak akan lahir kedunia.

Tapi mengapa anak yang terlahir kedunia buah dari “Cinta Kasih”, mereka dididik dan dibesarkan dengan kekerasan dan kesewenag-wenangan, bukan dengan “Cinta-Kasih”???... bahkan hanya ada yang bersemangat membuatnya saja, tetapi tidak mau merawat dan mendidiknya...Cinta kasih ada kerap hanya saat ta’aruf (pacaran) dan saat ada kepentingan biologis semata. “Cinta-Kasih” kerap pudar dihantam oleh permasalahan-permasalahan hidup dalam rumah tangga, seperti permasalahan ekonomi, permasalahan kesetiaan, permasalahan anak, permasalahan pekerjaan dll. Datangnya permasalahan rumah tangga yang diikuti dengan pudarnya perasaan “Cinta Kasih” Ayah dan Ibu dapat menyulut terjadi konflik rumah tangga.

(2)

konflik. Kata ayah “Ibumu tuh yang kecentilen senengange mondar-mander” berbeda dengan kata ibu “Bapakmu itu yang males, wong lanang kok tura-turu” (kata ayah “ gara-gara ibumu yang genit dan suka jalan-jalan, kata ibu “ salah bapakmu yang males, laki-laki kok tidur-tiduran melulu), pada posisi seperti itu anak yang seharusnya mendapat bimbingan dan sentuhan penuh kelembutan “Cinta Kasih” selembut kala mereka masih pacaran dulu, anak dipaksa untuk menjadi penonton merangkap wasit pertengkaran antara Ayah Vs Ibu. Saat itulah anak belajar pada orang tuanya sendiri tetang tata cara, menyelasaikan masalah, menyalahkan teman, membentak dan memarahi orang lain “Alah Ortu” yang selama ini mereka kagumi dan idolakan.

Sungguh fenomena keluarga yang dipenuhi dengan angkara dan pertengkaran akan semakin jauh dari suasana “Cinta Kasih” yang dapat mempengaruhi pola asuh anak dengan pola-pola kekerasan dan jauh dari pola asuh anak yang penuh dengan “Cinta Kasih”. Kalau anak hari-harinya dihadapkan pada percekcokan, hinaan, cacian, bahkan kekerasan fisik, maka ia akan menjadi anak yang minder dan berkurangnya semangat hidup, malas berproses, nekad tanpa perhitungan (ngawur), suka menyalakan orang lain, muda putus asa dan enggan mengakui kelebihan dan prestasi teman atau orang lain, karena yang ada dalam rumahnya adalah hujan hinaan bercampur dengan cacian dan saling menyalahkan anatar sesama dan tidak pernah ada gerimis pujian, peghargaan dari dan untuk sesama.

Padahal, mempunyai anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri selama berbulan-bulan. sekalipun mendapatkannya ada yang super cepat, ada yang sedang, ada yang

lambat, bahkan ada yang belum dikaruniai keturunan/anak sampai akhir hayat. Bagi yang sudah beranak pinak, mereka mendapat pangkat baru “sebagai Bapak dan Ibu kandung dari si anak” dan mereka berdua berhak atas perwalian dan pendidikan. Dan bagi mereka yang tidak dikaruniai anak secara biologis dan turut membesarkan dan mendidik anak orang lain, maka bersiaplah untuk dijadikan dan dipanggil “Ayah-Ibu” bagi si anak dan

menjadi idola buat mereka, karena saat sekarang banyak orang tua yang lupa pada pendidikan dan kehidupan anak dengan alasan/alibi masing-masing, sehingga anak memilih mencari “Ayah-Ayah-an dan Ibu- ibu-an diluar yang lebih peduli padanya. Maka, bagi yang dikaruniai anak secara biologis, dan tidak ikut menghidupi atau mendidik anaknya, maka bersiaplah untuk dimusuhi, tidak dipanggil “Ayah/Ibu” dan akan dipanggil “OM atau Tante” sepanjang zaman.

Adanya anak adalah berkah tiada hingga, karena tiada kebahagiaan sejati nan abadi tanpa anak dalam keluarga, meski kandang anak juga dapat menjadi fitnah dan bagian dari permasalahan rumah tangga. Maka sungguh merugi bagi yang mempunyai anak tapi tidak mau berusaha maksimal untuk menjadi sosok bapak dan ibu yang baik dan menjadi idola buat anak-anak, sebagaimana do’a nabi Ibrohim pada Tuhan-Nya : “ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh (Q.S. Ashshoffat : 37)

(3)

di atas kerap dijadikan alasan orang tua karer untuk tidak peduli dengan anak dan lebih mementingkan kerja. Padahal, mendidik anak adalah kwajiban mulia yang perlu dipelajari terus menerus dan membutuhkan pengorbanan yang besar, mendidik anak tidak boleh asal-asalan, mendidik anak tidak cukup dengan pengalaman warisan nenek moyang. Sekarang kita berada pada sebuah zaman baru yang belum perna dialami oleh kakek dan nenek kita, mereka mendidik anak-anaknya berdasarkan pengalaman dan kebutuhan saat itu.

Maka saat sekarang, didiklah anak-anak kalian dengan “Cinta Kasih-mu”, rawatlah Ia penuh dengan kesabaran dan keikhlasan hati. Jalaluddin Rohmat, seorang Cendikiawan Muslim, memberikan ciri-cirinya sebagai berikut : Empat tanda orang Sabar : tabah dalam derita, tegar dalam berbuat baik, rendah hati, dan pemaaf (Nabi SAW, Wahj Al Balaghah, hal. 154). Adapun tanda orang ikhlas ada empat : membersihkan hatinya, menggerakan tubuhnya dengan tulus, membagikan kebaikannya dan menahan keburukannya (Nabi SAW, Al Balaghah hal. 154)

Dan jangan lupa tanamkan pada jiwa mereka arti keimanan, tanggungjawab dan perjuangan dan berilah pelajaran arti hidup dan pergaulan sesuai dengan porsinya masing-masing, jangan biarkan mereka dalam kondisi

lemah dan penuh dengan keterbatasan. Allah berfirman :

                Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Memahami Gaya Anak :

Sungguh benar, pernyataan dalam hadits, bahwa salah satu anak manusia yang sukses mendapat perlindungan khusus di padang Mahsyar adalah pemuda shalih. "Permuda yang hatinya terikat dengan masjid..." juga, "Pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah. "

(4)

nyaman. Untuk menjadi remaja yang tangguh, kamu perlu belajar menjadi joki yang baik.

Menurut Trias Setyowati Sekretaris Pimpinan Pusat A’isyiyah dalam sebuah makalah singkatnya menyebutkan : Ada banyak kepercayaan atau mitos yang hidup dalam dunia orang tua. Mitos tersebut perlu dikaji dan diuji kebenarannya dalam praktek, agar pelaksanan pola asuh anak menjadi makin lancar, beberapa mitos yang dapat dikaji adalah sebagai berikut :

1. Menjadi orang tua sempurna adalah keharusan.

Setiap orang tua memiliki keterbatasan, sebagaimana yang ada pada setiap anak. Oleh karena itu yang paling penting adalah selalu belajar menjadi orang tua yang baik.

2. Anak yang ideal adalah anak yang cerdas.

Kecerdasan adalah konsep yang luas, tidak terbatas meraih rangking dalam kelas – menjadi juara – menjadi bintang pelajar dan sebagainya. Setiap anak memiliki kelebihan sekaligus kekurangan masing-masing. Orang tua perlu belajar untuk menghargai anak dan sebagaimana anak seharusnya seorang anak layak mendapat penghargaan. Apalagi jika para orang tua memiliki pengalaman sebagaimana orang yang kurang dihargai dalam kehidupan selama ini.

3. Orang tua selalu lebih baik dari anaknya.

Perkembangan ilmu dan tehnologi yang sangat cepat tidak memungkinkan lagi orang tua selalu memiliki semua “kelebihan”

dibanding dengan anaknya. Kelebihan yang sering ditonjolkan orang tua adalah bahwa “orang tua sudah pernah muda dan anak belum pernah menjadi tua”. Kelebihan lain yang sering digunakan secara terbuka atau tertutup adalah, orang tua selalu benar – sementara anak selalu salah, orang tua selalu mengetahui segala sesuatu – sementara anak dianggap tidak mengetahui banyak hal, orang tua selalu berpengalaman sementara anaknya tidak dsb. Jadi para orang tua sebaiknya selalu belajar untuk mengetahui berbagai perkembangan berbagai bidang pengetahuan.

4. Anak Selalu harus Gemuk.

Pada zaman yang sangat kompleks, terutama dalam makan dan makanan, maka yang penting saat ini adalah justru soal kesehatan, bukan kesehatan, bukan gemuk atau kurus. Maka orang tua juga perlu belajar mengenai masalah gizi dan kesehatan.

Prinsip pola asuh anak

Beberapa prinsip dalam memahami hubungan orang tua dan anak ada 4 hal, yakni resiko alamiah, resiko logis, kontrak dan strap atau Time-out. Prinsip-prinsip tersebut digunakan dalam memahami hubungan apa saja yang terjadi antara tua dan anaknya. Siapa pemilik masalah adalah hal lain yang perlu dikenali oleh orang tua.

(5)

Setiap peristiwa kehidupan yang akan berakibat pada anak namun tidak berbahaya maka sebaiknya dibiarkan terjadi secara alamiah, tanpa perlu pemberitahuan terlebih dahulu. Prinsip ini membiarkan anak beljar dari pengalaman langsung. Prinsip ini dapat dipakai dalam masalah-masalah yang tidak berbahaya bagi anak, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Contoh: anak dibiarkan memanjat pagar, tanpa perlu diperingatkan, jika dia jatuh, maka anak akan belajar jika memanjat berarti dapat jatuh. Prinsip ini dalam penerapannya membutuhkan kesabaran dari orang tua karena hasilnya sangat kuat untuk membentuk kepribadian anak.

2. Resiko Logis

Setiap peristiwa kehidupan yang akan berakibat pada anak dengan resiko jangka panjang, bisa juga terdapat orang tua dan lingkungan, anak diberikan pengetahuan terlebih dahulu agar mereka mengenal akibat perbuatan mereka. Prinsip ini pada masalah yang mempunyai akibat tetap dan berjangka panjang. Contoh : anak diberi pengetahuan tentang kesehatan gigi dan akibatnya, agar mereka mau menjaga kesehatan giginya.

3. Kontrak

Sering disebut juga membuat perjanjian. Setiap peristiwa yang mempunyai akibat jangka panjang, menciptakan hak dan kewajiban pada anak, maka perlu dibuat kontrak – kesepakatan dengan anak. Termasuk hukuman seperti apa yang mereka inginkan jika mereka tidak dapat memenhi kewajibannnya. Jika hak – kewajiban pada suatu masalah tertentu sudah di sepakati,maka kedua belah pihak, anak dan orang tua sama-sama tanda tangan. Contoh : anak ingin memelihara kelinci, apa saja kewajibannya ? apa hukumannya bila bila tidak mampu menepati. Demikian pula jika anak mampu gaya anak, maka orang tua pun perlu mengenali gayanya sendiri. Anak mempunyai banyak gaya, demikian pula

halnya dengan orang tua. Gaya orang tua yang banyak ditemui adalah gaya hakim, gaya jaksa, gaya khotib, dan gaya teman.

4. Bos.

Bos adalah gaya orang tua yang suka memberi perintah dan juga hukuman. Anak akan menjadi orang yang selalu dibawah dan merasa rendah selalu. Jika ini berkelanjutan terjadi dalam kehidupan anak maka menepati kewajibannya apa hadiahnya. Jangan lupa dalam kontrak ada proses negoisasi yang mengarahkan pada tanggung jawab anak yang bersumber dari dalam.

5. Time-out.

Time- out adalah pengingkaran terhadap kontrak yang telah disepakati. Hukuman yang diberikan pada anak adalah hukuman yang telah disepakati. Tidak hanya berdasar ‘mood’ atau “dorongan hati” orang tua. Bentuk hukuman adalah hal yang tidak membawa bahaya bagi anak, baik secara psikologis maupun fisik. Contoh : Di keluarkan dari rumah selama 10 menit, tidak boleh bermain selama 1 hari. Dsb

Keempat model pola asuh tersebut dapat dipakai secara bersama-sama maupun secara bergantian dalam mengasuh anak. Terutama anak-anak yang sudah bisa berbicara.

Macam –macam Gaya Anak

(6)

membela anak dan anaknya juga senang kalau dibela orang tuanya.

2. Gaya Pemberontak : Selalu menunjukkan kekuasaan : Gaya anak yang menunjukkan kekuasaannya adalah bagian dari kecerdasan anak yang memahami bahwa orangtuanya mudah ditaklukkanya. Anak ini biasanya mempunyai banyak jurus untuk menaklukkan hati orang tuanya, biasanya dengan menagis dan meraung-raung, dengan berguling-guling, dengan bermain pisau dll.

3. Gaya Nyoboh : Selalu mencari Perhatian : Gaya anak yang meminta orang tua untuk dengan cepat meninggalkan aktifitasnya dan berpaling pada anaknya. Biasanya digunakan pada saat orang tua sibuk, apakah menerima telepon, ada tamu, ada mertua dsb. Gaya anak biasanya marah menangis, merengek dsb.

4. Pembalas Dendam : Gaya anak yang suka melampiaskan kekesalannya pada orang tua. Gaya anak biasanya berupa, kata yang menyakitkan, tindakan berupa merusak dsb. Anak yang dendam menginginkan kesempatan untuk membalas. Anak sering terjepak dalam siklus kesedihan dan menginginkan orang tuanya bertanggung jawab atas semua ketidakberuntungannya di dunia

Memahami Gaya Orang Tua.

Sebagaimana anak akan menjadi anak yang tertekan, tidak merdeka dalam mengeluarkan pikiran dan perasaannya. Dalam jangka panjang akan mengangu komunikasinya dengan orang lain.

1. Pelindung

Gaya orang tua yang selalu membela anak dan menghargai apapun yang dilakukan anak. Biasanya orang tua yang tersenyum penuh arti yang menyenangkan. Gaya ini bisa membuat anak tidak berdaya, dan ingin selalu ada yang jadi dewa penolong bagi dirinya.

2. Penyelamat

Gaya orang tua yang menyelesaikan masalah yang dihadapi anak dalam berbagai keadaan. Gaya yang satu ini akan mengakibatkan daya juang dan daya anak melemah, akan menjadi tanggungan bagi orang tanya secara berkepanjangan.

3. Hakim.

Gaya hakim adalah gaya orang tua yang sering menjatuhkan hukuman secara sepihak kepada anak. Gaya ini sering membuat anak tertekan, anak menjadi tertutup kepada orang tua. Anak belum sempat mengemukakan masalahnya, orang tua sudah menunjukkan kekuasannya. Dengan gaya hakim anak menjadi tersangka, dan merasa bersalah selalu.

4. Jaksa.

Gaya jaksa adalah gaya orang tua yang sering menuntut anaknya, jika tuntutan terlalu berlebihan, maka hal ini membawa kecemasan pada anak, takut pada orang tua. Apalagi bila orang tua memiliki impian masa lalu yang tidak kesampaian kemudian dipindahkan keanaknya maka semakin menderitalah si anak karena menjadi bulan- bulan impian orang tuannya.

5. Khotib

(7)

yang sebenarnya yang sebenarnya belum menghargai anak. Anak akan menjadi pendengar dengan hati dongkol dan terpaksa mendengarkan “pidato”ayah bundanya.

6. Sahabat.

Gaya sebagai sahabat adalah gaya dimana orang tua dapat menjadi kepercayaan bagi anak-anaknya. Sehigga berbagi berbagai permasalahan yang ditemui anak akan dapat dibicarakan secara terbuka dan leluasa. Alangkah bahagianya mendapatkan anak yang merdeka seperti ini. Berbagai gaya orang tua diatas bisa dipakai secara bergantian sesuai tujuan, namun gaya sebagai teman nampaknya akan lebih mengena dan mencapai tujuan.

Komunikasi Terbuka Orang Tua.

Gaya orang tua dan gaya anak tadi akan indah jika para orang tua mahir menggunakan pertanyaan terbuka kepada anaknya yang memungkinkan memberikan alasan mengapa suatu hal terjadi. Seperti bertanya pada anaknya “mengapa gelasnya kok bisa jatuh?” dimana jawabnya akan berupa cerita berbagai cerita. Berbagai kata pembuka untuk menggunakan pertanyaan terbuka adalah “mengapa?”, bagaimana?”, “kenapa?”, “coba jelaskan apa yang terjadi?” dan kata-kata sejenis lainnya yang memberikan kesempatan pada anaknya.

Kebanyakan orang tua sangat mahir menggunakan pertanyaan tertutup yang cenderung menempatkan orang tua sebagai bos, hakim, jaksa, khatib. Misalnya “gelasnya jatuh tidak hati-hati ya”, si anak hanya memiliki kesempatan menjawab “ya” atau “tidak”. Dan kata lainnya yang tidak yang tidak memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaikan penjelasan atau pendapatnya.

Meski sederhana hanya menggunakan pertanyaan terbuka, namun para orang tua kebanyakan diasuh dan dibesarkan dengan pertanyaan tertutup. Maka perlu usaha yang cukup kuat dan kerjasama antara ayah dan ibu untuk membiasakannya.

Peran orang tua dalam mengasuh anak.

Seperti sudah sering disampaikan dan dipercaya sebagai suatu kebenaran abadi bahwa baik atau tidaknya seseorang anak tergantung pada kemampuan ibunya. Hal tersebut tidak selamanya tepat. Jikalau anak masih berumur dibawah tahun memang peran ibunya sangat besar, tetapi bukan peran tunggal karena ayahnya tetap mendukung dalam pendidikan anaknya dengan memberikan figure yang”kuat”, “jelas komunikasinya”, cepat dalam mengambil keputusan dan sebagainya.

(8)

juga karena diharapkan memiliki hubungan emosi yang maksimal dengan anak-anaknya dimasa tuanya.

Sungguh benar, pernyataan dalam hadits, bahwa salah satu anak manusia yang sukses mendapat perlindungan khusus di padang Mahsyar adalah pemuda shalih. "Permuda yang hatinya terikat dengan masjid..." juga, "Pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketaatan kepada Allah. " Pemuda masjid, remaja Ahli Ibadah, memang makhluk langka. Karena itu adalah usia di mana seluruh elemen dalam tubuh, seluruh unsur manusia dalam diri manusia ini, menuntut untuk diberi pengakuan, dan memaksa untuk diberi kepuasan. Segala kepentingan diri yang di masa kanak-kanak berenang-renang di alam khayal, di masa remaja dituntut menjadi nyata.

Sungguh sulit, menjadi orang shalih, di tengah lingkungan serba mengajak bermaksiat. Lebih sulit lagi menjadi remaja shalih, karena keremajaan selalu diidentikkan dengan puncak ketidakstabilan. Saat insting kenakalan sedang liar-liarnya. Menjadi remaja shalih berarti mengekang kuda liar agar menjinak, dan ditunggangi dengan nyaman. Untuk menjadi remaja yang tangguh, kamu perlu belajar menjadi joki yang baik.

Bin Abi Tholib, Ghrral Hikam)

Jaga pikiranmu karna pikiranmu menentukan prasaan. Jaga prasaanmu karna prasaan menentukan tindakan. Jaga tindakanmu karna tindakan menentukan kebiasaan. Jaga

Kebiasaanmu karna kebiasaan menentukan nasibmu. Masa kini bukanlah tujun Kita. Masa kini dan masa lalu hanyalah wahana kita.Masa depanlah satu-satunya tujuan kita

(Blaise Pascal, Fisikawan dan fissuf prancis)

Dunia hanya tahu kegunaan apa saja yang berguna, tapi tidak tahu kegunaan apa saja yang tidak berguna (Chuang – Tzu,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti bahwa produktivitas bukan hanya dilihat dari aspek ratio input dan output berkas tetapi dilihat dari kedisiplinan para

Hasil analisis cross sectional approach yaitu perbandingan rasio saham tidur dengan perusahaan sejenis pada tahun 2012, diketahui perusahaan yang memiliki kinerja baik

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Untuk melengkapi persyaratan administrasi Penerimaan Peserta Didik Baru Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan Magelang tahun pelajaran 2020/2021 maka

NO DESCRIPTION DESCRIPTION LOCATION LOCATION CUSTOMER CUSTOMER ADDRESS ADDRESS DATE DATE VALUE VALUE IDR.. IDR

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 007 Kampung Baru Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuansing dengan jumlah siswa 23 orang dan objek dalam

Dalam keberhasilan induksi pembelahan sporofitik ditunjukkan dengan parameter pengamatan yang dilakukan pada induksi pembelahan sporofitik mikrospora dengan

Tongkol jagung yang telah disimpan selama 30 hari, menunjukkan bahwa pada tingkat kadar air awal sebesar 11%, penyimpanan dengan cara dihamparkan memberikan nilai