• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi dan Potensi Airtanah di Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kondisi dan Potensi Airtanah di Provinsi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

[1]

Kondisi dan Potensi Airtanah di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

Luthfiya Hanim

Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: hluthfiya@gmail.com

INTISARI

Sumberdaya air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Keberadaan air ini dapat menjadi sumberdaya yang sangat bernilai manfaatnya bagi kehidupan manusia. Namun, keberadaan air ini tentu saja perlu mendapatkan pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, agar air dapat terus dimanfaatkan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi serta potensi air di suatu daerah yaitu bentuklahan. Bentuklahan akan mempengaruhi potensi sumberdaya air pada suatu tempat.Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam bentuklahan didalamnya. Salah satu cara untuk mengetahui kondisi serta potensi dari sumberdaya air yaitu dengan melihat dari perspektif geomorfologi. Pemahaman mengenai kondisi sumberdaya air berdasarkan bentuklahan dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya air serta pemanfaatannya. Pengelolaan dan pemaanfaatan sumberdaya air yang sesuai akan menjaga potensi sumberdaya air secara berkelanjutan. Kata Kunci : Airtanah, Bentuklahan,Hidrologi

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Keberadaan air ini dapat menjadi sumberdaya yang sangat bernilai manfaatnya bagi kehidupan manusia. Namun, keberadaan air ini tentu saja perlu mendapatkan pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan, agar air dapat terus dimanfaatkan. Kondisi air pada setiap lokasi tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi serta potensi air di suatu daerah yaitu bentuklahan. Oleh karena itu, potensi dan kondisi air di suatu tempat dan dilihat dari perspektif bentuklahan.

(2)

[2]

Daerah Istimewa Yogyakarta, agar nantinya dapat diketahui potensi dan kondisi sumberdaya air dari masing-masing kabupaten/kota.

ISI

Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Sleman

Wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas vulkanis yang berasal dari Gunung Merapi. Menurut Husein dan Srijono (2010), vulkanik merupakan bentangalam yang cukup dominan di Daerah Istimewa Yogyakarta, hal ini disebabkan karena aktivitas vulkanisme terjadi semenjak zaman tersier hingga saat ini. Kondisi morfologi dari Kabupaten Sleman ini juga beragam, dari curam hingga datar. Menurut Santosa dan Muta’ali (2014), setiap tempat tentunya memiliki kondisi relief dan topografi yang berbeda. Kondisi relief serta topografi yang berbeda ini akan berpengaruh terhadap struktur batuan, batuan penyusun, proses yang terjadi, serta karakteristik dari bentuklahan. Karakteristik dari bentuklahan ini akan berpengaruh pula terhadap berbagai hal, salah satunya yaitu kondisi hidologis. Karakteristik dari bentuklahan akan berpengaruh terhadap potensi air permukaan maupun airtanah.

Salah satu potensi sumberdaya air yang berada pada bentuklahan vulkanik ialah mata air. Mata air ialah pemusatan dari keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran airtanah (Tolman,1937 dalam Santosa, 2006). Todd (1980), menjelaskan bahwa, terbentuknya mata air dapat dapat dibedakan menjadi 2, yaitu mata air yang dihasilkan dari tenaga non gravitasi dan mata air yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi. Salah satu jenis mata air non gravitasi ialah mata air vulkanik. Menurut Santosa (2006), adanya persebaran mata air dengan berbagai debit aliran mata air ini sangat bergantung pada keberadaan break of slope (perubahan lereng). Adanya perubahan lereng ini dipengaruhi oleh perubahan struktur batuannya, sehingga menyebabkan timbulnya mata air (Purbohadiwiddjojo,1967). Korelasi antara litologi dengan debit mata air dipaparkan oleh Ardina (1985), bahwa jika semakin tua umur batuan yang berasal dari gunungapi, maka akan semakin kecil debit mata air yang muncul. Hal ini telah diteliti oleh Ardina (1985), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara litologi dengan debit mata air.

Apabila dilihat secara umum, kondisi dan potensi airtanah di Kabupaten Sleman beragam. Hal ini sangat terkait dengan kondisi dari morfologi. Sumberdaya air yang berada pada area Gunungapi didominasi oleh munculnya mata air. Berbeda dengan sumberdaya air yang berada pada bagian lereng kaki, kemunculan dari mata air sudah tidak lagi mendominasi, karena tidak adanya perubahan lereng atau dikenal dengan break of slope. Kondisi airtanah pada bagian lereng kaki ini sangat tergantung pada kondisi morfologi.

(3)

[3]

Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak pada bagian selatan. Bantul dipengaruhi oleh beberapa aktivitas dari bentuklahan. Menurut Kurniawan (2013), terdapat 8 bentuklahan yang berada di Kabupaten Bantul, diantaranya yaitu dataran kaki vulkanik Merapi muda, datara fluvio vulkanik Merapi Muda, lereng kaki koluvial perbukitan Baturagung, kompleks beting gisik dan gumuk pasir, perbukitan struktural formasi Nglanggeran, dan perbukitan struktural formasi Sentolo. Apabila ditinjau dari morstrukturnya, Bantul merupakan sebuah Graben. Bagian atas dari graben ini terdeposisi oleh material aluvium hasil dari erupsi Gunung Merapi. Graben merupakan area yang potensial menyimpan airtanah. Airtanah akan terkumpul pada graben Bantul, karena pada bagian timur dan barat tertahan oleh patahan perbukitan Baturagung dan perbukitan Menoreh (Santosa, dan Adji, 2014).

Sebagian besar dari wilayah Bantul dipengaruhi oleh Sistem Akuifer Merapi dan Sistem Akuifer Beting Gisik. Sistem Akuifer Merapi di Bantul memiliki ketebalan yang beragam. Ketebalan akuifer di Kota Bantul yaitu 125 m dan kemudian menipis pada bagian selatan (Hendrayana,1993; Santosa dan Adji,2014). Berikut ini merupakan Sistem Akuifer yang ada di Bantul

Sistem Akuifer Merapi (Sumber : Mac Donald and Partners,1984 dalam Santosa dan Adji, 2014)

Wilayah Bantut termasuk ke dalam Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman, akuifer-akuifer dalam CAT ini dapat dibedakan menjadi beberapa satuan hidrostratigrafi, yaitu akuifer bagian atas/akuifer bebas, akuifer bagian bawah/akuifer semi bebas, dan dasar akuifer/kelompok non akuifer (Hendrayana, dan Vicente, 2013).

(4)

[4]

bergradasi semakin kecil. Semakin ke arah selatan teradi penurunan gradien topografi yang disertai dengan penurunan gradien hidraulika, sehingga kecepatan airtanah pada arah utara ke selatan akan semakin menurun. Oleh karena itu wajar, apabila tinggi muka airtanah pada wilayah pesisir di Bantul sangatlah dangkal. Kondisi airtanah yang dangkal ini merupakan sebuah potensi sumberdaya air yang sangat berharga. Namun disamping, muka airtanah yang dangkal ini, kemungkinan adanya intrusi air laut juga mungkin terjadi pula. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan sumberdaya air, agar pemanfaatan air serta penurapan air di Bantul dapat dikelola dengan baik, sehingga sumberdaya airtanah juga terjaga dengan baik, serta dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat.

Potensi dan Kondisi Sumberdaya Air di Kabupaten Gunungkidul

Wilayah Gunungkidul merupakan wilayah yang memiliki karakteristik yang unik dan berbeda. Wilayah Gunungkidul ini utamanya didominasi oleh bentuklahan karst. Bentuklahan karst ini berkembang pada Pegunungan Selatan atau dikenal pula dengan Gunung Sewu. Secara stratigrafis bentuklahan karst tersusun oleh batu gamping terumbu, batu gamping berlapis bersifat tufan, dan napalan, yang dikelompokkan kedalam formasi Wonosari (Rahardjo,dkk 1995 dalam Husein dan Srijono, 2010).Bentuklahan karst ini juga mempengaruhi kondisi airtanahnya. Sistem aliran airtanah memiliki karakteristik yang berbeda dengan sistem aliran yang berada pada bentuklahan yang lain. Kawasan karst dikenal sebagai kawasan yang memiliki sumberdaya air permukaan yang terbatas, namun pada kenyataannya terdapat sungai bawah tanah yang berkembang baik di kawasan karst (Adji, 2006).

Material penyusun utama dari kawasan karst ialah batu gamping. Batu gamping memiliki variasi yang besar dalam densitas, porositas, dan permeabiltas. Batu gamping memiliki karakteristik yang khas, apabila batuan lain apabila semakin tua maka akan semakin padat, namun batu gamping justru sebaliknya. Semakin tua batu gamping maka akan semaking berongga. Adanya proses solusional pada batu gamping ini menyebabkan munculnya rekahan dan rongga-rongga. Rekahan dan rongga ini lama –kelamaan dapat berkembang menjadi gua bawah tanah (Purnama, 2010). Adanya rekahan serta gua bawah tanah ini akan berpengaruh terhadap sistem pengaliran airtanah.

(5)

[5]

Sistem Hidrologi Karst (Sumber : Google.com)

PENUTUP/KESIMPULAN

Kondisi geomorfologi pada suatu tempat tentunya akan berpengaruh terhadap karakteristik fisik yang lain. Salah satu karakteristik fisik yang dipengaruhi oleh kondisi bentuklahan yaitu sumberdaya airtanah. Potensi dan kondisi dari sumberdaya airtanah ini sangat berkaitan dengan bentuklahan yang membentuknya. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman untuk mengelolan sumberdaya airtanah, agar potensi sumberdaya air dapat dimanfaatkan dan terjaga dengan baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan ini dapat tersusun berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Ahmad Cahyadi,S.Si, M,Sc., selaku dosen pembimbing praktikum Geohidrologi, serta para asisten praktikum Geohidrologi, terutama kepada Hanindha Pradipa dan Fuad Dwi Rahmawan,S.Si. selaku asisten praktikum Geohidrologi.

DAFTAR PUSTAKA

(6)

[6]

Adji, Tjahyo Nugroho. 2006. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah

Tanah Karst Gunungsewu dan Kemungkinan Dampak

Lingkungannya Terhadap Sumberdaya Air (Hidrologis) Karena Aktivitas Manusia. Seminar UGK-BP DAS SLOP dengan tema Pelestarian Sumberdaya Airtanah Kawasan Karst Gunungkidul. Yogyakarta : UGM.

Haryono, Eko dan Tjahyo Nugroho Adji.2004. Geomorfologi dan Hidrologi Karst. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

Hendrayana, Heru. 1993. Hydrologie und Grundwasserwinning Im Yogyakarta. Disertasi. Germany : Aachen University.

Hendrayana, Heru dan Victor A. De Sousa Vicente, 2013. Cadangan Airtanah Berdasarkan Geometri dan Konfigurasi Cekungan Airtanah Yogyakarta-Sleman. Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6 Teknik Geologi UGM. 11-12 Desember 2013.

Husein, Salahuddin dan Srijono. 2010. Peta Geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta. Simposium Geologi Yogyakarta,23 Maret 2010. Kurniawan. 2013. Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1999- 2010 Berdasarkan Kemampuan Lahan di Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial UNY.

Purbohadiwidjojo.1967. Hydrology of Strato Volcanoes. Bandung

:Geological Survey Of Indonesia.

Purnama, Setyawan. 2010. Hidrologi Air Tanah. Yogyakarta : Kanisius

Santosa,Langgeng Wahyu dan Lutfi Muta’ali. 2014. Bentang Alam dan

Bentang Budaya. Yogyakarta : Badan Penerbit Fakultas Geografi UGM.

Santosa, Langgeng Wahyu. 2006. Kajian Hidrogeomorfologi di Sebagian Lereng Barat Gunungapi Lawu. Forum Geografi, Vol.20, No.1, Juli 2006, hlm 68-85.

Santosa, Langgeng Wahyu, dan Tjahyo Nugroho Adji.2014. Karakteristik Akuifer dan Potensi Airtanah Graben Bantul. Yogyakarta : UGM Press.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi merupakan bayi tidak asfiksia dan berat badan lahir cukup (BBLC) yaitu sejumlah 178 bayi (60,5%), sedangkan

Kabupaten Bantul sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta berkontribusi dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca dari berbagai aktivitas yang ada di

Program Televisi Oleh Swasta; Aktivitas Pasca Produksi Film, Video Dan Program Televisi Oleh Swasta; Aktivitas Distribusi Film, Video Dan Program Televisi Oleh

Bentukan yang berasal dari kombinasi asal marin dan fluvial di wilayah kepesisiran Rembang adalah dataran fluvio-marin (Gambar 4) yang berada di belakang kompleks beting

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki persentase populasi Lanjut Usia tinggi di Indonesia. Persentase Lanjut Usia di Daerah Istimewa

Melihat adanya pengaruh pola keberagamaan terhadap perilaku sosial yang saling mempengaruhi disini peneliti melihat pola keberagamaan melalui demensi-demensi

Pengendalian prosedur otorisasi yang tepat pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Ngadirojo telah terpenuhi, sebab prosedur otorisasi sudah berjalan baik yaitu hasil

yang suka bercerita, keluar masuk kelas tanpa izin. Guru belum bisa menguasai siswa di dalam kelas saat proses pembelajaran kelompok berlangsung, sehingga banyak siswa