• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI GERAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI GERAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI

GERAK MATA-KAKI DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KETEPATAN OPERAN PANJANG

DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

I Putu Panca Adi

Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan Undiksha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan koordinasi gerak mata dan kaki dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola. Populasi Penelitian adalah seluruh mahasiswa UKM Undiksha. Sampel diambil dengan teknik multistage random sampling. Data dianalisis menggunakan uji korelasi tunggal dan uji korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan korelasi kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dengan variabel kontrol koordinasi gerak mata-kaki memiliki nilai koefisien korelasi (r

hitung) sebesar 0,11 dengan p>0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang di mana variabel kontrol koordinasi gerak mata-kaki dianggap konstan. Demikian juga dengan koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan operan panjang dengan variabel kontrol kekuatan otot tungkai memiliki nilai koefisien korelasi (rHitung) sebesar 0,18 dengan p>0,05. Berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan operan panjang di mana variabel kontrol kekuatan otot tungkai dianggap konstan. Sedangkan dari tabel ANOVA diperoleh FHitung = 0,88 dengan p>0,05. Jadi, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap ketepatan operan panjang, ditolak. Dengan kata lain model linier antara variabel kekuatan otot tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap variabel ketepatan operan panjang tidak signifikan.

Kata Kunci: Kekuatan Otot Tungkai, Koordinasi Mata-Kaki,

(2)

Abstract

The purpose of this research was to know the relation between strength of muscle leg with foot eye movements in coordination with the speed of long transfer in a football game. The population of this research were all students of UKM Undiksha. This sample was selected by using multistage random sampling technique. The data were analyzed using single correlation test and multiple correlation tests. The results of this research showed that the correlation of the strength of muscle leg with the accuracy of a long transfer with the control variable of the coordination of foot eye movements has correlation coefficient value (rcalculate) 0,11 (p>0.05). There is no significance relationship between the strength variables of the muscle leg with the the accuracy of long transfer where the control variable coordination of foot eye movements is assumed constant. And so it is with coordination of accuracy foot eye movements of long transfer with strength control variable of muscle leg has correlation coefficient value (rcalculate) 0,18 (p>0.05). This result indicates that there are no significance relationship between coordination variables of foot eye movements with the accuracy of long transfer where the strength control variable of muscle leg is assumed constant. While from table of ANOVA is obtained Fcalculate = 0,88 (p>0.05). So that hypothesis says there is significance relationship between strength of muscle leg and the foot eye movements coordination to the accuracy of length transfer, refused. In other word, there was not a significance correlation between strength variables of muscle leg and foot eye movements coordination to the accuracy variable of length transfer.

Key word: strength of muscle leg, foot eye movement

coordination, accuracy of long transfer.

Pendahuluan

Dalam permainan sepakbola, seorang pemain bukan saja dituntut harus mempunyai fisik serta mental yang kuat, akan tetapi juga teknik dasar permainan yang baik dan benar.

(3)

terjadinya gol. Seperti dikatakan oleh Witarsa, seorang pemain sepakbola yang tidak dapat menendang bola dengan baik tidak mungkin akan menjadi pemain yang terkemuka, dan karena hampir setiap kesebelasan selalu mendapatkan kemenangan (membuat gol) karena ada tendangan.

Untuk melakukan teknik operan panjang, seorang pemain harus memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhinya, seperti waktu, akurasi, pandangan, tenaga dan gerakan, sehingga memberikan hasil yang memuaskan.

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola? (2) apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola? (2) apakah terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara koordinasi gerak mata-kaki serta kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola?

Dalam semua olahraga permainan termasuk juga sepakbola, penguasaan teknik dasar bermain harus baik dan benar karena dengan penguasaan teknik dasar yang baik dan benar akan mampu mewujudkan hasil yang diinginkan.

Untuk menguasai teknik dasar bermain sepakbola yang baik dan benar, diperlukan suatu latihan keterampilan yang terencana (terprogram) dengan memperhatikan aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang ada di dalam ilmu melatih. Belajar keterampilan gerak tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, akan tetapi memerlukan kesabaran dan keuletan serta memperhatikan tahapan-tahapan dalam prosesnya. Seperti dikatakan Harrow, bahwa belajar gerak adalah menyusun tahap-tahap gerak yang bersifat kontinu, mulai gerak tingkat rendah sampai gerak dengan tingkat tinggi atau kompleks.

(4)

yang dihadapinya, dan (7) mampu menciptakan gerakan atau cara baru dalam memanipulasi obyek tertentu.

Lutan (1988) menambahkan bahwa dalam upaya untuk menguasai suatu keterampilan gerakan terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan, yaitu: (1) pembentukan dan penyempurnaan gerakan-gerakan yang dibutuhkan, (2) peningkatan kemampuan menyerap informasi dan memprosesnya melalui semua perangkat analisis sebagai dasar bagi penyempurnaan gerak yang dibutuhkan dan koordinasi ke semua gerakan tersebut, dan (3) pemantapan dan pemeliharaan kelangsungan perkembangan fungsi-fungsi yang bertalian dengan perkembangan gerak sehingga koneksi/hubungan antara stimulus dan respon menjadi lebih otomatis.

Sepak bola merupakan olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan, masing-masing terdiri tidak lebih dari sebelas pemain, seorang di antaranya sebagai penjaga gawang. Permainan dilakukan di atas lapangan rata berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 100– 110 meter dan lebar 64-78 meter. Di kedua ujung lapangan terdapat gawang, yang masing-masing berukuran panjang 7,32 meter dan tinggi 2,44 meter. Masing-masing tim harus menggunakan seragam saat bertanding, yang mana masing-masing seragam diberi nomor punggung. Adapun seragam yang dikenakan saat bertanding tidak boleh memiliki warna yang serupa supaya tidak membingungkan wasit yang memimpin pertandingan. Lamanya permainan dalam sepakbola adalah 2X45 menit ditambah istirahat 10 menit.

Untuk menguasai bola dan menciptakan kesempatan mencetak gol, angota tim harus meningkatkan kemampuan teknik dasar dengan baik, di antaranya adalah mengoper bola. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang dioper harus diterima oleh rekan seregu. Keterampilan mengoper bola diharapkan membentuk suatu jalinan yang sangat baik yang mampu menghubungkan kesebelas pemain dalam satu kesebelasan ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-bagiannya.

Dalam mengoper bola, gerak, langkah dan waktu harus mampu dipadukan sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang baik dan harmonis, sehingga menghasilkan hasil yang baik pula.

Dari uraian di atas, diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara koordinasi gerak mata dan kaki dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola.

(5)

khususnya di tungkai karena bagaimanapun juga itu akan sangat berpengaruh terhadap hasil operan yang dilakukan.

Otot-otot tersebut harus mampu digerakkan sedemikian rupa, sehingga akan memunculkan suatu reaksi. Agar otot mampu bereaksi, maka diperlukanlah satu kekuatan untuk menggerakkannya.

Dari uraian di atas, dapat diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola.

Untuk menghasilkan operan yang baik dan terarah, maka seorang pemain sepakbola harus mampu mengkoordinasikan setiap gerakan yang dilakukan dan memberikan satu kekuatan yang pas dan sesuai dengan kebutuhan dari setiap gerakan yang dilakukan.

Dari uraian di atas, diduga terdapat hubungan yang positif antara koordinasi gerak mata dan kaki, kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepakbola.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Undiksha Singaraja, pada semester genap 2006/2007, dengan menggunakan UKM Sepak bola sebagai sampel. Subyek penelitian ditetapkan dengan teknik stratified random sampling.

Rancangan penelitian disajikan pada Gambar 1.

X

1

X

2

Y

r

x1 y

r

x2 y

R

r

X1 X2

Gambar 1 Rancangan Penelitian Keterangan:

X1 : Koordinasi Gerak Mata-Kaki X2 : Kekuatan Otot Tungkai

(6)

Instrumen penelitian menggunakan tes “leg dinamometer”. Sedangkan data tentang ketepatan operan panjang diperoleh dengan menggunakan tes “Aerial Pass for Accuracy”.

Hasil

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi tunggal dan uji korelasi ganda. Uji Person Product Moment digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel.

Berdasarkan hasil perhitungan, untuk hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien korelasi (r hitung) sebesar 0,11. Nilai r Tabel untuk derajat kebebasan (db) = 50-2 = 48 dan taraf signifikansi α = 5% sebesar 0,28. Berdasarkan nilai r Hitung dan r Tabel didapat hubungan bahwa - r Tabel≤ r Hitung ≤ r Tabel atau -0,28 ≤ 0,11 ≤ 0,28 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kekuatan otot tungkai dengan ketepatan operan panjang di mana variabel kontrol koordinasi gerak mata-kaki dianggap konstan.

Hipotesis kedua, diperoleh nilai koefisien korelasi (r Hitung) sebesar 0,18. Nilai r Tabel untuk derajat kebebasan (db) = 50-2 = 48 dan taraf signifikansi α = 5% sebesar 0,28. Berdasarkan nilai r Hitung dan r Tabel didapat hubungan bahwa - r Tabel ≤ r Hitung ≤ r Tabel atau -0,28 ≤ 0,18 ≤ 0,28 sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel koordinasi gerak mata-kaki dengan ketepatan operan panjang di mana variabel kontrol kekuatan otot tungkai dianggap konstan.

Sedangkan dari tabel ANOVA diperoleh FHitung = 0,88. Nilai FTabel untuk derajat kebebasan regresi dan residual secara berurutan (2,47) dan taraf signifikansi α = 5% adalah 3,20. FHitung < FTabel, sehingga hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap ketepatan operan panjang, ditolak. Dengan kata lain, model linier antara variabel kekuatan otot tungkai dan koordinasi gerak mata-kaki terhadap variabel ketepatan operan panjang tidak signifikan.

Pembahasan

(7)

Tidak adanya hubungan yang siginifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut.

Temuan pertama menunjukkan, bahwa untuk menentukan tingkat ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola, kekuatan otot tungkai bukan merupakan unsur yang perlu mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan masalah ketepatan cenderung berhubungan dengan masalah psikologis dan bukan masalah fisiologis. Dengan demikian untuk dapat melakukan ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola, seorang pemain membutuhkan kestabilan emosi dan konsentrasi yang tinggi.

Temuan kedua menunjukkan, bahwa ketepatan melakukan operan bukan merupakan kemampuan instan seorang pemain sepak bola, akan tetapi merupakan sebuah keterampilan yang didapat sebagai hasil dari latihan. Melalui latihan dengan program yang benar, seseorang dapat mengatur kekuatan yang dimiliki, dipadukan dengan koordinasi mata-kaki untuk dapat mencapai ketepatan operan yang diinginkan dalam permainan sepak bola. Keterampilan ini juga dipengaruhi oleh teknik yang benar. Apabila teknik tidak benar, maka kekuatan yang dikeluarkannya pun tidak sesuai dengan yang diperlukan (Bompa: hal. 269). Kedua variabel ini tidak berkorelasi secara positif, karena tidak mampu mengukur secara jelas ketepatan melakukan operan panjang dalam permainan sepak bola melalui kekuatan otot tungkai dan koordinasi mata-kaki.

Berdasarkan kedua variabel tersebut, yaitu kekuatan otot tungkai dan koordinasi mata-kaki dapat disimpulkan bahwa variabel yang lebih besar sumbangannya dalam ketepatan operan panjang pada permainan sepak bola adalah koordinasi mata-kaki, dan berikutnya adalah kekuatan otot tungkai. Hal ini terlihat dari korelasi yang diperoleh untuk kekuatan otot tungkai sebesar 0,11 dan untuk koordinasi mata-kaki sebesar 0,18 pada taraf signifikansi 0,05%. Jadi kontribusi variabel koordinasi mata-kaki lebih besar dibandingkan dengan kontribusi variabel kekuatan otot tungkai dalam menentukan ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut.

(8)

faktor kekuatan otot bukan merupakan unsur utama. Jadi, masalah ketepatan cenderung melibatkan unsur psikologis dan bukan unsur fisiologis semata.

Kedua, hasil pengujian hipotesis kedua, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang siginifikan antara koordinasi mata-kaki dengan ketepatan operan panjang dalam permainan sepak bola. Hal tersebut dikarenakan, untuk mendapatkan ketepatan operan panjang seorang pemain sepak bola harus melakukan latihan yang kontinyu dengan program yang benar, karena koordinasi mata-kaki merupakan salah satu keterampilan.

Ketiga, hasil pengujian kedua variabel juga menyatakan tidak ada korelasi secara positif, karena tidak mampu menjelaskan secara siginifikan bahwa kekuatan otot tungkai dan koordinasi mata-kaki dapat mengukur ketepatan melakukan operan panjang dalam permainan sepak bola.

Untuk melatih seorang pemain sepak bola, seorang pelatih seyogyanya memperhatikan faktor psikologis si pemain/atlet dan memadukannya dengan latihan yang kontinyu yang dilandasi dengan program latihan yang baik dan benar.

Daftar Rujukan

Adisapoetra, I. Z. 1999. Panduan Teknis Tes dan Latihan Kesegaran

Jasmani, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengembangan IPTEK

Olahraga Kantor Menpora.

Asisten Deputi Pengembangan Sumber Daya Manusia Keolahragaan, Deputi Peningkatan Prestasi dan IPTEK Olahraga. 2005. Panduan Penetapan Parameter Tes pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar dan

Sekolah Khusus Olahragawan. Kementrian Negara Pemuda dan

Olahraga Republik Indonesia.

Clues, A. 1977. Soccer For Coaches & Players. New South Wales:Australia & New Zaeland Book Co.PTY LTD.

Frank, M., & Verducci. 1980. Measurement Concepts in Physical Education, London: CV. Mosby Company.

Grana, W., & Kalenak, A. 1991. Clinical Sport Medicine. New York: W.B. Sounders Company.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching,

(9)

Kirkendall, D. R., Gruber., Johnson, R. E., & Dukugne. 1980. Measurement and Ecaluation for Psysical Educators. Iowa.

Kosasih, E. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan, Jakarta: C.V. Akademika Pressindo,

Lutan, R. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode, Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Riduwan. 2004. Statistika untuk Lembaga & Instansi Pemerintah/Swasta. Bandung : Alfabeta.

Sajoto, M., 1990. Pembinaan dan Peningkatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Jakarta: Effhar dan Dahara Prise.

Singer, R. N., 1980. Motor Learning and Human Performance an Application to Motor Skill and Movement Behavior, 3rd ed., New York: Mac Millan Publishing Co., Inc.

Sudjana, 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti, Bandung: Tarsito.

Thompson, & Peter, J. L. 1991. Introduction to Coaching Theory, England: International Amateur Athletic Federation.

Gambar

Gambar 1 Rancangan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap hasil penelitian oleh Fiskus maka di sarankan agar hasil-hasil tersebut dapat segera diinformasikan kepada Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat segera memenuhi

Makanan yang kita makan mengalami +pembakaran dalam tubuh kita. Pembakaran ini tidak menggunakan api, melainkan melalui reaksi imia tertentu dalam tubuh yang merupakan

Petani tidak dapat mengakses lembaga pembiayaan komersial yang menyediakan bunga rendah karena tidak memiliki agunan sertifikat tanah, pengembalian kredit bulanan sehingga tidak

karakteristik internal, eksternal dan karakteristik usaha peternak sapi potong serta persepsi peternak sapi potong terhadap IB; (2) menganalisis keragaman data deskriptif

Untuk tahun kewangan berakhir pada 31 Disember 1999, Telekom Malaysia mencatatkan penurunan sebanyak 52.7% (RM763.0 juta) dalam keuntungan bersih kendalian Kumpulan iaitu dari

3.1 Klasifikasi Hasil Evaluasi Belajar Siswa .... Matrik Penelitian ... Daftar siswa kelas VII c SMP Muhammadiyah 9 Watukebo ... Nama Kelompok Siswa ... Rekapitulasi observasi

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui : (1) pengetahuan petani yang melakukan adopsi inovasi pupuk cair organik biofish berbahan dasar ikan laut pada

Seni tidak dapat ditangkap secara langsung dalam fenomena tersebut, walaupun secara nyata seni senantiasa akan mengalir dari setiap upaya manusia untuk mengungkapkan