• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI STAKEHOLDERS TERHADAP KURIKULUM. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI STAKEHOLDERS TERHADAP KURIKULUM. pdf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI

STAKEHOLDERS

TERHADAP KURIKULUM

philosophical normative approach to empirical data by considering answers from interviews both from alumni and graduate users (stakeholder). The results of this study reveal that the way to realize the curriculum within the Faculty of IAIN Malikussaleh Syariah in accordance with the needs of stakeholders is to conduct curriculum development. In general, Syari'ah curriculum is in accordance with the needs of the community, but there are some courses that do not support the work of alumni in the community. This requires reinforcement of the profession deepening courses, how to reproduce the lab in the college courses and add proficient in-depth profession required in accordance with the development of modern society. The relevance of the curriculum to the needs of the community can be seen in two ways covering the curriculum relevance in the Shari'ah Department to the Life skill of the work according to the educational background and the relevance of the course to the work required by the appropriate stakeholder of the educational background.

Keywords: Curriculum, Stakeholders, IAIN Malikussaleh

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif evaluatif dan pendekatan normatif filosofis terhadap data empirik dengan mempertimbangkan jawaban dari wawancara baik yang berasal dari alumni maupun pengguna lulusan (stakeholder). Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa langkah untuk mewujudkan kurikulum di lingkungan Fakultas Syariah IAIN Malikussaleh sesuai dengan kebutuhan stakeholder adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum. Secara umum, kurikulum Fakultas Syariah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat, namun ada beberapa mata kuliah yang tidak mendukung kiprah alumni di masyarakat. Hal tersebut memerlukan penguatan terhadap mata kuliah pendalaman profesi, caranya dengan memperbanyak praktikum pada mata kuliah-mata kuliah tersebut dan menambah mata kuliah pendalaman profesi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern. Relevansi kurikulum dengan kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari dua cara meliputi relevansi kurikulum di Fakultas Syariah terhadap Life skill pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan dan relevansi mata kuliah terhadap pekerjaan yang dibutuhkan oleh stakeholder yang sesuai latar belakang pendidikan.

(2)

198 Pendahuluan

Tingginya kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan memiliki skill

yang berkualitas sangatlah ditentukan tingkat pendidikan dan kurikulum yang

diajarkan dalam dunia pendidikan terutama dunia pendidikan tinggi, khususnya di

sini adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

tinggi. Salah satu tantangan kedepan adalah kemampuan dan kompetensi

kelulusan perguruan tinggi yang mempunyai daya saing yang kuat, di samping itu

bahwa hasil perguruan tinggi dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh stakeholder

sebagai pangsa pasar dari kelulusan.

Kurikulum merupakan salah satu instrumen penting dalam pengembangan

pendidikan tinggi dan kurikulum juga merupakan alat dalam pencapai target dan

tujuan dari pelaksanaan pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi (PT). Kurikulum

memiliki makna yang beragam, baik antar negara maupun antar institusi

penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan adanya interpretasi yang berbeda

terhadap kurikulum, yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang

dibuat oleh seseorang atau sebagai suatu kejadian atau pengaruh aktual dari suatu

rangkaian peristiwa. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional

Pendidikan Tinggi dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan bahan kajian, proses, dan

penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi.1

Jika dikaitkan dengan sistem pendidikan tinggi, maka kurikulum dapat

berperan sebagai: 1) Sumber kebijakan manajemen pendidikan tinggi untuk

menentukan arah penyelenggaraan pendidikannya; (2) Filosofi yang akan

mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik; (3) Patron atau pola

pembelajaran, yang mencerminkan bahan kajian, cara penyampaian dan penilaian

pembelajaran; (4) Atmosfer atau iklim yang terbentuk dari hasil interaksi

manajerial Perguruan Tinggi dalam mencapai tujuan pembelajarannya; (5)

Rujukan kualitas dari proses penjaminan mutu; serta (6) ukuran keberhasilan

(3)

199

Perguruan Tinggi dalam menghasilkan lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dari penjelasan ini, nampak bahwa kurikulum tidak hanya berarti sebagai suatu

dokumen saja, namun merupakan suatu rangkaian proses yang sangat krusial

dalam pendidikan.2

Dengan tingginya kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan

memiliki skill yang berkualitas sangatlah ditentukan tingkat pendidikan dan

kurikulum yang diajarkan dalam dunia pendidikan, terutama dalam dunia

pendidikan tinggi, khususnya di sini adalah sebuah lembaga pendidikan tinggi.

Salah satu tantangan ke depan adalah kemampuan dan kompetensi kelulusan

perguruan tinggi yang mempunyai daya saing yang kuat, di samping itu lulusan

perguruan tinggi dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh stakeholder sebagai

pangsa pasar dari kelulusan, kurikulum merupakan salah satu instrument penting

dalam pengembangan pendidikan tinggi dan kurikulum juga merupakan alat

dalam mencapai target dan tujuan dari pelaksanaan pendidikan dalam pendidikan

tinggi.

Terlebih lagi dengan pesatnya perkembangan pendidikan di Indonesia,

terutama pendidikan di bidang syariah di Indonesia membutuhkan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki basic skill syariah yang mumpuni.

Berdasarkan riset BI tahun 2003, ke depannya dibutuhkan 10 ribu SDM,

sementara saat ini hanya 10% SDM yang memiliki latar belakang syariah yang

bekerja di industri keuangan syariah, sisanya 90% adalah SDM berlatar belakang

dari konvensional yang dikarbit melalui pelatihan singkat perbankan syariah atau

dengan shot course syariah.

Tingginya kebutuhan SDM yang berkualitas dan memiliki basic skill

syariah merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia pendidikan.

Untuk memenuhi kebutuhan SDM yang memiliki kualifikasi yang memadai,

maka peran institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi khususnya Perguruan

Tinggi Agama Islam dalam hal ini adalah lembaga pendidikan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Malikussaleh Lhokseumawe sebagai penyelenggara

(4)

200

pendidikan formal di bidang syariah mempunyai kewajiban mengupayakan

perbaikan sumber daya manusia (Quality of human resources) beserta

kurikulumnya tidak bisa ditawar lagi. Untuk itu perlu ditata dan dirumuskan

kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh IAIN Malikussaleh

Lhokseumawe yaitu: Pertama, memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum

pendidikan Fakultas Syariah yang terbagi kepada empat jurusan yaitu (Ekonomi

Syariah (ES), Hukum Ekonomi Syariah (HES), Ahwal Saksyiyah (AS) dan

(Siyasah), dimana sudah saatnya ada ruang bagi pengkajian dan penelaahan

pendidikan di bidang syariah secara lebih mendalam dan aplikatif. Kedua adalah

dengan memperbanyak riset, studi, dan penelitian tentang pendidikan di bidang

syariah, baik yang berskala mikro maupun makro. Ini akan memperkaya khazanah

keilmuan dan literatur pendidikan syariah, sekaligus sebagai alat ukur

keberhasilan penerapan sistem syariah di Indonesia. Dan ketiga adalah dengan

mengembangkan networking yang lebih luas dengan berbagai institusi pendidikan

syariah lainnya, baik skala nasional maupun internasional. Di samping itu, perlu

direlevansikan antara teori dengan praktik. Bagi lembaga pendidikan yang ingin

mencetak para praktisi yang handal dan sesuai dengan kebutuhan stakeholder,

kurikulum haruslah dirancang secara seimbang antara teori dan praktik, jangan

hanya bersifat basic science academic semata.

Menurut Agustianto, Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI),

berpendapat bahwa penyusunan kurikulum Jurusan Syariah secara umum yang

ideal hendaknya mencakup sejumlah hal-hal berikut: 1) Kurikulum berbasis

kompetensi, harus ada pembedaan kurikulum untuk calon praktisi dengan

kurikulum untuk calon akademisi. 2) Kurikulum harus mampu mengintegrasikan

nilai-nilai syariah, terutama masalah fiqh dengan materi kuliah bidang syariah

secara komprehensif. 3) Kurikulum harus membekali mahasiswa dengan

ilmu-ilmu kuantitatif, terkait dengan pengembangan nalar dan logika. 4)

Mengintegrasikan antara teori dengan praktik. Misalnya program profesi untuk

calon praktisi lembaga keuangan syariah harus dilengkapi dengan laboratorium

(5)

201

keuangan Syariah. Tenaga pembimbing untuk magang seharusnya mereka yang

memahami praktik perbankan dan keuangan, yakni praktisi perbankan, bukan

dosen yang tidak memahami praktik perbankan.

Lembaga pendidikan Institut Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN)

Malikussaleh Lhokseumawe sebagai penyelenggara pendidikan formal khususnya

Jurusan Syariah harus mampu dan cepat tanggap serta dapat mengantisipasi setiap

perubahan yang terjadi dan mengembangkan kurikulum kompetensi yang

mengadopsi konsep link and match dan merumuskan kurikulum yang relevan

dengan kebutuhan stakeholder. Agar konsep link and match dapat dilaksanakan

dengan efektif dan efisien maka melakukan penelitian adalah langkah awal yang

perlu dilaksanakan untuk mendapat data-data yang mendukung. Oleh karena itu,

peneliti akan melihat kebutuhan stakeholder dengan kurikulum yang diterapkan di

Fakultas Syariah.

Analisis kebutuhan atau kesesuaian akan difokuskan pada isi mata kuliah

dan topik/pokok bahasan dalam konteks kurikulum sebagai dokumen tertulis

dibandingkan dengan kebutuhan stakeholder. Pada akhirnya kajian ini akan

mendapatkan pandangan menurut stakeholder tentang struktur mata kuliah

Jurusan Syariah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder terhadap

kompetensi lulusan agar dapat bekerja di bidangnya dengan tetap memperhatikan

perkembangan keilmuan.

Metode Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis para stakeholder yang

berada di kawasan Lhokseumawe dan Aceh Utara. Sedangkan jenis penelitian

yang akan dilaksanakan termasuk dalam kategori penelitian evaluasi, penelitian

ini menggunakan pendekatan „empiris‟,

Fokus penelitian ini diarahkan pada dua variabel yaitu variabel dependen

(terikat) atau disebut sebagai objek formal yaitu variabel kurikulum dan variabel

independen (tidak terikat) atau disebut juga objek material yaitu pengguna sumber

daya manusia (stakeholder), bisa lembaga pemerintah atau swasta. Oleh karena

(6)

202

yang ada di wilayah pemerintah kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe.

Adapun sampel yang dijadikan sebagai sasaran penelitian adalah:

a. Mahkamah Syar‟iyah Kota Lhokseumawe

b. Kementarian Agama Kabupaten/Kota

c. Pengadilan Negeri Kota Lhokseumawe

d. Kejaksaan Negeri Kota Lhokseumawe

e. Kantor Majelis Permusyawaratan Ulama Kabupaten/Kota

f. Dinas Syari‟at Islam Kabupaten/Kota

g. Lembaga Keuangan Syariah Kabupaten/Kota

h. Lembaga Pendidikan Negeri dan Swasta tingkat MI dan Perguruan

Tinggi Kabupaten/Kota

Penentuan sampel di atas dilakukan dengan menggunakan teknik

purpossive sampling’ dengan mempertimbangkan sisi relevansi antara lembaga pendidikan dengan pengguna sumber daya manusia (stakeholder). Data yang

dipergunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Sajian datanya dijelaskan

secara deskriptis. Adapun sumber data yang diperoleh untuk menjelaskan

permasalahan di atas diperoleh dari wawancara dan dokumen.

Pembahasan

A. Mewujudkan Kurikulum Fakultas Syariah yang Berbasis Pada

Kebutuhan Stakeholder

Salah satu cara mewujudkan kurikulum Fakultas Syariah yang berbasis

pada kebutuhan stakeholder adalah dengan melakukan pengembangan kurikulum.

Yang dimaksudkan dengan pengembangan kurikulum di sini adalah revisi atau

pembaruan atau penyempurnaan terhadap kurikulum sebelumnya atau dapat pula

berarti penciptaan kurikulum baru yang sebelumnya belum ada.3

Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan dasar. Salah satu teori yang

berbicara tentang kebutuhan dasar manusia adalah teori hierarki kebutuhan (

need-hierarchy theory) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Menurut Abraham

3

(7)

203

Maslow, sebagaimana dikutip oleh Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso,

kebutuhan manusia pada dasarnya bertingkat-tingkat, mulai dari yang paling

bawah sampai ke tingkatan yang paling tinggi.4 Kebutuhan yang paling tinggi

akan timbul sebelum kebutuhan yang lebih mendasar terpenuhi. Salah satu

kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan

aktualisasi diri menuntut seseorang untuk bekerja sesuai dengan kompetensinya di

bidang yang menjadi profesinya.

Kurikulum di Fakultas Syariah IAIN Malikussaleh, secara global sudah

mengarah pada kebutuhan masyarakat.5 Di antaranya adalah beberapa mata kuliah

yang termasuk pendalaman profesi seperti fiqh ibadah, fiqh munakahat, hukum

perwakafan, hukum perkawinan, hukum zakat, infak dan shadaqah, praktik

peradilan, hukum acara perdata dan sebagainya.6 Walaupun ada beberapa juga

mata kuliah yang tidak mendukung kebutuhan masyarakat. Demikian juga

profesi-profesi seperti hakim, panitera, naib, nadzir wakaf, advokat muslim, atau

guru agama membutuhkan alumni Jurusan Syariah yang diharapkan menguasai

kompetensi syariah dalam profesionalisme kerjanya.

Hal tersebut memerlukan penguatan terhadap mata kuliah pendalaman

profesi, caranya dengan memperbanyak praktikum pada mata kuliah-mata kuliah

tersebut dan menambah mata kuliah pendalaman profesi yang diperlukan sesuai

dengan perkembangan masyarakat modern. Contohnya profesi yang ada di KUA

membutuhkan pengetahuan semacam psikologi keluarga untuk memberikan

nasihat bagi pasangan yang akan menikah agar menjaga pernikahannya untuk

tetap langgeng dan harmonis, tentunya di samping hukum agama yang terkait

dengan pernikahan. Mata kuliah keadvokatan dimasukkan pada pendalaman

profesi agar lebih mengarahkan mahasiswa prodi al-Ahwal al-Syakhshiyyah

khususnya menjadi advokat muslim yang baik dan terampil. Demikian pula

profesi seperti hakim, panitera, bussiness, pengusaha, dan lain-lain, juga

4

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hal. 48-49.

5

Penelitian ini di lakukan pada tahun 2015 pada prodi yang sudah memiliki lulusan atau alumni yaitu prodi Ahwal al-Syakhsyiyyah dan Ekonomi Islam

6

(8)

204

membutuhkan alumni yang tanggap terhadap kemajuan ilmu dan teknologi.

Karena itulah, perlu untuk memasukkan mata kuliah pendalaman profesi yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat kekinian.

B. Relevansi Kurikulum Jurusan Syariah Terhadap Kebutuhan Stakeholder

Relevansi kurikulum meliputi relevansi kurikulum di Fakultas Syariah

terhadap Life skill pekerjaan yang sesuai latar belakang pendidikan dan relevansi

mata kuliah terhadap pekerjaan yang dibutuhkan oleh stakeholder yang sesuai

latar belakang pendidikan.

a. Relevansi kurikulum terhadap LifeSkill

Lifeskill lulusan berkaitan dengan pekerjaan saat ini terutama yang sesuai

latar belakang pendidikan diperoleh jawaban hasil survey terhadap lulusan

mengenai relevansi kurikulum terhadap lifeskill jenis pekerjaan yang sesuai latar

pendidikan diperoleh hasil bahwa banyak para lulusan yang menyatakan bahwa

tidak adanya relevansi antara kurikulum yang diterapkan dengan life skill.

Beberapa lulusan yang menjawab “tidak” menyatakan bahwa lifeskill yang paling diperlukan yaitu berkaitan dengan keterampilan non jurusan seperti

kewirausahaan, dan penggunaan IT.

b. Relevansi Materi Perkuliahan terhadap Pekerjaan

Relevansi materi perkuliahan terhadap jenis pekerjaan yang sesuai latar

belakang pendidikan diperoleh hasil yang beragam. Karena bagi responden yang

bekerja atau berprofesi sebagai Hakim Pengadilan Agama dan Penghulu di KUA

menyatakan bahwa materi perkuliahan yang telah mereka terima cukup memadai

dan menunjang pada profesionalisme pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang

bekerja diluar dari dua profesi tersebut menyatakan bahwa materi perkuliahan

yang mereka peroleh memberikan dukungan tidak langsung kepada

profesionalisme pekerjaan, namun memberikan dukungan langsung kepada

integritas (etika dan moral) alumni dan kemampuan pengembangan diri.

Para lulusan mengusulkan beberapa materi kuliah yang dianggap sangat

(9)

205

ini bisa menjadi bahan masukan bagi jurusan IAIN Malikussaleh agar kedepannya

penyesuaian kurikulum sesuai dengan kebetuhan pasar atau masyarakat.

Khususnya di wilayah Lhokseumawe banyak para alumni yang mengisi

kegiatan atau mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah maupun swasta.

Indikasi ini terlihat dari data wawancara di lokasi penelitian. Dari hasil

wawancara yang peneliti lakukan dengan berbagai intansi di Kota Lhokseumawe

dan Aceh Utara, secara umum sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

stakeholder di berbagai instansi terkait, walaupun jika dilihat persentasenya masih

sangat sedikit alumni Jurusan Syariah yang dipergunakan oleh instansi baik

pemerintah maupun swasta. Hal ini didukung oleh tersebarnya alumni yang

bekerja di berbagai instansi baik yang berada di Kota Lhokseumawe dan Aceh

Utara, misalnya di Majelis Permusyawaratan Ulama Kota Lhokseumawe, alumni

Jurusan Syariah yang bekerja di sana adalah Karlina amelia, S.EI dan Susi Yanti,

S.HI.7di Mahkamah Syar‟iyah Kota Lhokseumawe, yaitu Syahron, S.HI, dan

Safrizal, S.HI, Dinas Syari‟at Islam Aceh Utara, adalah Zulkarnaini, S.HI, dan Karlina, S.HI,8 dan masih banyak alumni yang bekerja pada berbagai instansi di

Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.

Penutup

Cara untuk mewujudkan kurikulum di lingkungan Jurusan Syariah IAIN

Malikussaleh sesuai dengan kebutuhan stakeholder adalah dengan melakukan

pengembangan kurikulum. Secara umum, kurikulum Jurusan Syariah sudah sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, namun ada beberapa mata kuliah yang tidak

mendukung kiprah alumni di masyarakat. Hal tersebut memerlukan penguatan

terhadap mata kuliah pendalaman profesi, caranya dengan memperbanyak

praktikum pada mata kuliah-mata kuliah tersebut dan menambah mata kuliah

pendalaman profesi yang diperlukan sesuai dengan perkembangan masyarakat

modern.

7Hasil wawancara dengan Sekretaris MPU Kota Lhokseumawe

(10)

206

Banyak para lulusan yang menyatakan bahwa tidak adanya relevansi

antara kurikulum yang diterapkan dengan life skill, kemudian kesimpulan

selanjutnya bahwa bagi responden yang bekerja atau berprofesi sebagai Hakim

Pengadilan Agama dan Penghulu di KUA menyatakan bahwa materi perkuliahan

yang telah mereka terima cukup memadai dan menunjang pada profesionalisme

pekerjaan. Sedangkan bagi mereka yang bekerja diluar dari dua profesi tersebut

menyatakan bahwa materi perkuliahan yang mereka peroleh memberikan

dukungan tidak langsung kepada profesionalisme pekerjaan.

Bibliography

Books

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum (Jokjakarta: Ar Ruzz Media, 2007)

Darmawati dan Parno, analisis pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(studi kurikulum program studi muamalah jurusan Syariah dan Ekonomi

Islam STAINSamarinda).Jurnal FENOMENA, Volume V, No. 2, 2013.

Hamid Hasad. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. (Bandung: UPI 1984).

Hendyat Soetopo dan Wastry Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan

Kurikulum, edisi IV (Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Indriyani, evaluasi kurikulum program studi ekonomi islam di lembaga

pendidikan tinggi ilmu agama Islam Miftahul ‘Ulum Tanjung

Pinang,(studi evaluatif kesesuaian mata kuliah program studi ekonomi

islam dengan kebutuhan stakeholders)Edisi Khusus No. 2, Agustus

2011.http://jurnal.upi.edu/file/30-Indriyati-EDIT.pdf

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013).

Nasution, I.S.P and Macalister, J. 2010. Languace Curiculum Design. New York:

Routlegde.

(11)

207

Oliva, Peter F. Developing the Curriculum (third ed). New York: Harper Collins

Publishers(1992).

Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

2007.

Soemantri, dkk, kajian relevansi lulusan jurusan pendidikan geografi UNY tahun

2005 hingga 2009, (Yogyakarta:Fakultas Ilmu Sosial dan

Ekonomi,Universitas Negeri Yogyakarta, 2010).

Sukmadinnata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Bandung:Remaja

Rosda karya, 2012)

Tim Kurikulum dan Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan,

Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi, Dirjen PT KemendikbudJakarta

Agutus 2014.

Zais. R.S.. Curriculum: Principles and Foundations. (Newyork: Harperand Row

Publishers 1976), dan Sukmadinata. Pengembangan Kurikulum: Teori dan

Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya 2009).

Laws

UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Undang-Undang 1989 Sistem Pendidikan Nasional Tahun.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bab I

pasal 19)

Permen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, “tatanan masyarakat” dipahami dalam arti luas berkaitan dengan diri seorang penulis sebagai bagian dari tatanan masyarakat, baik yang bersifat

Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang bergerak sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul tekanan yang

Hal ini segaris dengan semangat “Pendidikan untuk Semua” yang dideklarasikan di konferensi Jomtien di Muangthai tahun 1990 dan Deklarasi Hak-Hak Azasi Manusia Sedunia Artikel 29 yang

Sedangkan target peserta Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah keseluruhan berjumlah 90 (sembilan puluh) orang dibagi dalam 3 (tiga) angkatan terdiri dari aparatur PNS di

Mata Kuliah ini bertujuan memberi wawasan dan bekal keterampilan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa dapat mengetahui sejarah alat musik viola, bagian-bagian instrumen

in English derivational morphemes can occur at either beginning or end of the base words whereas regular inflection is base words whereas regular inflection is always expressed

Pola kepemimpinan Kiai dalam pendidikan pesantren (Penelitian di pondok pesantren As-sy i’ar Leles). MKDU dasar-dasar pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Intisari

Ketetapan MPRS VI/MPRS/1965 Tentang Banting Stir Untuk Berdikari Dalam Ekonomi Dan Pembangunan, menurut pendapat saja adalah suatu Ketetapan jang