• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

APLIKASI PAKAN KOMERSIL YANG DISUBTITUSI TEPUNG

SILASE DAUN MENGKUDU DENGAN INOKULAN KHAMIR LAUT

SEBAGAI PAKAN IKAN SIDAT

(Anguilla bicolor)

MOCHAMMAD AFANDI

2009.02.5.0003

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS HANG TUAH

(2)

ii Skripsi dengan judul :

Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor)

Yang disusun oleh :

Nama : Mochammad afandi

NIM : 2009.02.5.0003

Telah diuji pada sidang pendadaran tanggal : 16 Oktober 2013

Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Teknik dan Ilmu kelautan Universitas Hang Tuah

Surabaya, 16 Oktober 2013

Menyetujui : Pembimbing I

Ketua Sidang

Dr. Ir. Nuhman, M. Kes

Menyetujui : Pembimbing II

Ir. Mivida Febriani, M. P

Menyetujui : Penguji

Drs. Giman Gilmawan, M. Kes

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan

Dr. Drs. Viv Djanat P., M.App.Sc NIK. 01050

Ketua Jurusan Perikanan

(3)

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Surabaya, 09 Oktober 2013

(4)

iv

MOCHAMMAD AFANDI 2009.02.5.0003 DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Ir. Nuhman, M.Kes Ir. Mivida Febriani, M. P

ABSTRAK

Pakan ikan merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya, ikan sidat adalah salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting baik didalam maupun diluar negeri, penelitian ini bertujuan untuk mencari sumber protein alternative sebagai bahan baku dalam pakan ikan, misalnya dengan fermentasi hijauan seperti silase daun mengkudu (SDM) yang difermentasi dengan inokulan khamir laut 0,04% untuk meningkatkan kualitas silase.

Rancangan penelitian ini yaitu RAK dengan 4 Perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan, perlakuan pakan (PP) pada penelitian yaitu pakan A (0%) tepung (T) SDM, B (5%) TSDM, C (10%) TSDM, D (15%) TSDM. Parameter uji antara lain laju pertumbuhan spesifik (LPS), rasio konversi pakan (FCR), rasio efisiensi protein (PER).

Hasil uji proksimat PP menunjukan PP (B) 5% SDM dapat meningkatkan kandungan lemak dan gross energi dalam pakan, hasil uji tiga parameter penelitian menunjukan PP (D) berbeda nyata F < 0,05 dengan PP A (0%), B (5%) dan C (10%), dapat disimpulkan perbedaan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu dalam pakan komersil berpengaruh terhadap LPS, FCR dan PER.

(5)

v

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas segala rahmat, hidayah, dan segala nikmat yang telah Allah SWT limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut Sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun, memperbaiki dan menyempurnakan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan jurusan perikan universitas Hang Tuah Surabaya.

Surabaya, 10 Oktober 2013

(6)

vi

sangat besar ditiap millimeter langkah, tiap detik waktu, tiap 1 Rupiah uang, tiap 1 kalori energi dan segala jenis bentuk bantuan kepada :

1. Ibu Ir. Mivida Febriani, M. P selaku dosen pembimbing II yang telah membantu penulis semenjak mendaftar di Universitas Hang Tuah Surabaya, yang memberi ide dan mendanai penuh penelitian ini.

2. Bapak Dr. Ir. Nuhman, M. Kes selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis mulai dari huruf pertama hingga huruf terakhir dalam penulisan skripsi ini.

Bapak adalah Sosok sebaik – baiknya dosen pembimbing bagi penulis.

3. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu Ikhlas mendoakan, membiayai kuliah penulis dan memotivasi agar cepat lulus kuliah.

4. Bapak Ir. Didik Hardianto, MT. yang telah mempertahankan saya tetap tercatat sebagai mahasiswa aktif di FTIK Universitas Hang Tuah. (Batal Cuti Aaaayey...)

5. Buat mas Wakhid yang udah memotivasi dan menemani penulis berjuang mendapatkan KRS agar bisa lulus bareng, eh malah kamu yang ketinggalan. 6. Buat Anggita dan Siska makasi udah dibantuin penelitian, mungkin q bukan

partner yang baik buat kalian tapi perlu kalian tau bahwa aku ga pernah marah sama kalian.

7. Buat perikanan Hang Tuah angkatan 2010 yang udah bantuin penelitian thanks you very much.

8. Bagi pihak – pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah membantu tenaga atau pikiran atau doa atau saran atau kritik untuk penelitian ini.

Mohon maaf penulis haturkan pula atas kata – kata, perbuatan, dan khilaf yang kurang berkenan bagi semua pihak yang merasa.

(7)

vii

2.1. Daun mengkudu (Morinda Citrifolia) 2.1.1. Klasifikasi daun mengkudu

2.1.2. Kandungan kimiawi Daun Mengkudu

5 5 6 2.2. Khamir laut (Marine yeast)

2.2.1. Karakteristik khamir laut 2.2.2. Isolasi khamir laut

2.2.3. Komposisi kimia khamir laut (Marine yeast)

8 8 11 13 2.3. Ikan Sidat (Anguilla bicolor)

2.3.1. Klasifikasi ikan sidat

2.3.2. Pakan dan kebiasaan makan ikan sidat 2.3.3. Kebutuhan protein ikan sidat

(8)

viii

2.3.6. Rasio Efisiensi Protein (PER) 17

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 18

3.1. Tempat dan waktu penelitian 18

3.2. Bahan dan alat penelitian 18

3.2.1 Bahan penelitian

a) Bahan pembuatan silase b) Bahan pakan alternatif c) Bahan aplikasi pakan 3.2.2 Alat penelitian

a) Alat pembuatan silase

b) Alat dalam pembuatan pakan alternatif c) Alat aplikasi pakan

18 3.3. Metode penelitian dan rancangan percobaan

3.3.1. Metode penelitian 3.3.2. Rancangan penelitian 3.4. Variabel penelitian

3.5. Prosedur penelitian 3.5.1. Pembuatan silase

3.5.2. Pembuatan pakan alternatif 3.5.3. Aplikasi pakan alternatif 3.5.4. Kualitas air

3.6.1. Laju pertumbuhan spesifik 3.6.2. Rasio konversi pakan (FCR) 3.6.3. Rasio efisiensi protein (PER)

24 24 25 25 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Laju pertumbuhan spesifik

(9)

ix 5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

35 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

(10)

x

Tabel 1. Komposisi kimia daun mengkudu (Morinda citrifolia) 6 Tabel 2. Rata-rata kandungan Bahan kering, Protein, Lemak, Serat

kasar, Abu, Ca, Energi, dan Kecernaan Protein Silase Daun Mengkudu.

7

Table 3. Karakteristik khamir laut 9

Tabel 4. Perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut 10 Tabel 5. Pengelompokan khamir laut (Marine Yeast) obligate 12 Tabel 6. Kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak, danmineral

kultur khamir laut 14

Tabel 7. Alat dan fungsi dalam pembuatan silase 19 Tabel 8. Alat dan fungsi dalam pembuatan pakan alternatif 20

Tabel 9. Alat dan fungsi dalam aplikasi pakan 20

Tabel 10. Rata – rata laju pertumbuhan spesifik hari ke 10, 20 dan 30

26

Table 11. Rata – rata rasio konversi pakan 3 kali sampling selama 30 hari

29

Table 12. Formulasi pakan dan hasil analisa proksimat perlakuan

pakan ikan sidat 31

Table 13. Rata – rata rasio efisiensi protein 3 kali sampling selama 30 hari

32

(11)

xi

Halaman

Gambar 1. Daun Mengkudu ( Morinda citrifolia ) 5

Gambar 2. Khamir laut hasil purifikasi 8

Gambar 3. Ikan sidat (Anguilla bicolor) 15

Gambar 4. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat selama 30 hari

27

Gambar 5. Grafik rasio konversi pakan 30

(12)

xii

Halaman Lampiran 1. Data dan hasil analisa statistik laju pertumbuhan spesifik

ikan sidat selama 30 hari. 38

Lampiran 2. Data dan hasil analisa statistik rasio konversi pakan

(FCR) ikan sidat selama 30 hari. 41

Lampiran 3. Data dan hasil analisa statistik rasio efisiensi protein

(PER) ikan sidat selama 30 hari. 43

Lampiran 4. Hasil analisis proksimat. 45

Lampiran 5. Uji statistik proksimat formulasi pakan. 46 Lampiran 6. Tahapan membuat silase daun mengkudu. 47 Lampiran 7. Tahapan Membuat tepung silase daun mengkudu. 48

Lampiran 8. Tahapan pembuatan pellet. 49

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian. 50

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Ikan Sidat (Anguilla bicolor) adalah species ikan yang berbentuk bulat memanjang dan memiliki sepasang sirip dada yang terletak tepat dibelakang kepala dan digolongkan sebagai ikan karnivora yang bersifat katadromus karena pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam dan setelah memijah biasanya induk sidat akan mati. Dalam siklus hidupnya ikan sidat mempunyai beberapa tahap yakni Leptocephalus dengan bentuk lebar seperti daun, kemudian mengalami metamorphosis tubuh seperti layaknya ikan sidat namun tidak memiliki pigmen tubuh maka disebut dengan Sidat kaca (glass eel), Sidat kaca berruaya secara aktif kearah perairan tawar, mulai mengembangkan pigmen tubuh eksternal ketika memasuki kawasan pantai selanjutnya mulai menampakkan warna tubuh maka stadia ini disebut elver, perkembangan selanjutnya ikan sidat mencapai ukuran besar dengan warna tubuh coklat kekuning – kuningan hidup di perairan tawar yang disebut ikan sidat tahap (Yellow eel). Tahap terakhir ikan sidat hidup di perairan tawar terlihat pada perubahan pigmen tubuh menjadi warna perak, sehingga disebut ikan sidat perak (silver eel). Ikan sidat pada stadia ini siap melakukan ruaya dan selanjutnya memijah di laut dalam (Facey dan Avyle, 1987).

(14)

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan subtitusi pakan ikan yang lebih murah dengan mengganti sumber protein hewani dari tepung ikan dengan sumber protein nabati tepung kedelai, namun subtitusi pakan ikan menggunakan tepung bungkil kedelai mengalami kendala, oleh karena itu dibutuhkan bahan baku subtitusi alternatif lain untuk mendapatkan bahan baku pakan ikan yang lebih murah misalnya dengan silase daun mengkudu. Riset ilmiah menunjukkan bahwa buah mengkudu memiliki spektrum fitokimia yang sangat luas, salah satu senyawa alkaloid yang diketahui terkandung dalam daun mengkudu yaitu xeronin yang berfungsi untuk merangsang respon pembentukan kekebalan tubuh, membersihkan darah, mengatur fungsi sel, regenerasi sel rusak dan menghambat pertumbuhan tumor (Febriani, 2010 dan 2013) membuktikan bahwa dari 500 ekstrak tanaman herbal, mengkudu paling efektif melawan sel abnormal.

Pada prinsip pembuatan silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat dalam kondisi anaerob yang terjadi secara alamiah. Selama proses fermentasi, asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Berdasarkan penelitian Indriani dan Febriani (2008), menyatakan bahwa tepung daun mengkudu yang dicobakan dalam pakan ikan nila menggantikan tepung ikan sebesar 25%, hasilnya terhadap laju pertumbuhan kurang baik walaupun konsumsi pakan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kadar serat kasar daun mengkudu yang tinggi (22,12%) sehingga sulit dicerna oleh ikan. Oleh karena itu sebelum digunakan sebagai bahan pakan alternatif untuk pakan ikan, daun mengkudu perlu diberi perlakuan dengan cara silase dan penambahan khamir laut (yeast) untuk memudahkan ikan dalam mencernanya.

(15)

akan memproduksi berbagai enzim protease, amylase, lipase yang akan membantu perncernaan zat – zat makanan dalam tubuh ikan (Made et al., 1990 dalam Febriani, 2001). Pada penelitian sebelumnya penambahan khamir laut sebagai biokatalisator dengan dosis 0,04% memberikan pengaruh terbaik terhadap kecernaan protein (81,607% SD ±0,208c ) secara in vitro (Nizah, 2009).

Dengan adanya hal tersebut subtitusi pakan ikan komersil dengan silase daun mengkudu yang difermentasi menggunakan khamir laut 0,04 % pada dosis tertentu dimungkinkan dapat dicerna lebih baik oleh ikan, maka diperlukan penelitian ilmiah mengenai formulasi pakan ikan yang akan disubtitusi dengan tepung silase daun mengkudu agar efisien dalam aplikasinya.

1.2.Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu yang

difermentasi dengan inokulan khamir laut (marine yeast) sebagai pakan alternative terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio)?

b. Pada dosis berapa tepung silase daun mengkudu mempunyai pengaruh terbaik terdahap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) ?

1.3.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi menggunakan khamir laut dalam formulasi pakan yang disubtitusikan dengan pakan komersil terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) sebagai

(16)

1.4.Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta informasi tentang pemanfaatan silase daun mengkudu yang difermentasi dengan inokulan khamir laut (Marine yeast) sebagai pakan alternative, serta mengetahui dosis formulasi pakan yang disubtitusikan dengan pakan komersil dan aplikasinya pada ikan sidat (Anguilla bicolor).

1.5. Batasan masalah

Pada penelitian ini batasan permasalahan adalah pengaruh perbedaan dosis tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi menggunakan khamir laut dalam formulasi pakan yang disubtitusikan sebanyak 5%, 10% dan 15% dari jumlah pakan komersil terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) pada ikan sidat (Anguilla bicolor).

1.6.Hipotesa

H0 : Perbedaaan dosis tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) yang

difermentasi dengan khamir laut (marine yeast) 0,04 % dalam formulasi subtitusi pakan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (feed convertion ratio) dan rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) pada ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dibudidayakan.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Daun mengkudu ( Morinda citrifolia ) 2.1.1.Klasifikasi tumbuhan mengkudu

Tumbuhan ini berbentuk pohon dengan tinggi sekitar 4 – 8 m. Batangnya berkayu, bulat, kulit kasar, percabangan monopoidal. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan pangkal runcing. Panjang 10 – 40 cm. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai, benang sari 5. Buah bongkol, permukaan tidak teratur, berdaging, panjang 5 – 10cm, hijau kekuningan (Bangun dan Sarwono, 2002. Dalam Khamilah, 2011) dan klasifikasinya sebagai berikut :

Sumber : Khamilah, 2011

Gambar 1. Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Anak kelas : Sympatalae Bangsa : Rubiales Suku : Rubiaceae Marga /genus : Morinda

(18)

2.1.2.Kandungan kimiawi daun mengkudu

Secara umum mengkudu merupakan bahan makanan yang bergizi lengkap. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial juga tersedia dalam buah maupun daun mengkudu. Hasil uji kandungan xeronin (Febriani, 2013) pada silase daun mengkudu menunjukan nilai 2073,399/100mg dan 2059,899/100mg. xeronin adalah senyawa alkaloid yang dapat mengatur pembentukan dan flexibilitas protein tertentu, serta dapat meningkatkan fungsi struktur hormon, antibodi, enzim dan neurotransmitter. Komposisi kimia daun mengkudu dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1 . Komposisi kimia daun mengkudu (Morinda citrifolia)

No Komposisi Kimia Fungsi

1 Asam Amino :

untuk pertumbuhan optimal ikan muda

untuk pertumbuhan, defisiensi lisin menyebabkan nekrosis, merupakan A.A pembatas dalam bahan makanan sumber protein nabati

untuk menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh dan pertumbuhan larva ikan.

untuk mencegah penyakit dan merupakan AA pembatas dalam bahan makanan sumber protein nabati.

untuk mendorong sintesis protein dan fungsi fisiologis pada ikan

untuk mencegah penyakit, defisiensi tryptophan akan meningkatkan kadar Ca, Mg, Na, K dalam ginjal dan hati

untuk berbagai macam reaksi metabolic untuk berbagai macam reaksi metabolic untuk berbagai macam reaksi metabolic fungsi normal sistim syaraf

untuk pertumbuhan, berfungsi dalam produksi hormon kortikosteroid, pengatur aktif enzim tiroid.

4 Mineral: Ca

P Fe Se

proses pertumbuhan, berperanan dalam proses kontraksi otot dan rangsangan syaraf, berperanan agar enzim-enzim tertentu dapat bekerja dengan normal

untuk proses kontraksi otot, osifikasi dan sekretoris untuk proses biologis didalam sel

membantu proses sintesis immunoglobulin dan ubiquinone Sumber : Wijayanti, 2001

(19)

mengalami perombakan. Selain itu fermentasi dapat melarutkan sebagian zat-zat makanan atau mineral-mineral yang sukar larut. Tingginya kadar serat kasar ini umumnya didominasi oleh komponen lignoselulosa (karbohidrat komplek) yang sulit dicerna. Dengan perlakuan fermentasi dapat menurunkan kadar serat kasar silase daun mengkudu karena enzim – enzim dari mikroba (khamir laut dan bakteri) yang menguraikan karbohidrat komplek yang sulit dicerna sehingga mudah untuk dicerna.

Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin, tetapi juga ditentukan oleh kuatnya ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya (Djajanegara, 1986, dalam Febriani 2010). Menurut Lubis (1963) kadar serat kasar yang tinggi dapat mengganggu pencernaan zat-zat yang lainnya, akibatnya tingkat kecernaan menjadi menurun. Kadar serat yang tinggi akan menurunkan nilai TDN (Total Digestible Nutrients) dari bahan makanan. Rata – rata nutrisi daun mengkudu dan silase hasil fermentasi dengan khamir laut disajikan pada table 2 Rata-rata kandungan bahan kering, Protein, lemak, serat kasar, abu, Ca, energi, dan kecernaan protein silase daun mengkudu.

Table 2. Rata – rata kandungan bahan kering, protein, lemak, serat kasar, abu, Ca, energi, dan kecernaan protein silase daun mengkudu.

Parameter Daun mengkudu Silase tampa

khamir laut

Silase dengan 0,04% khamir laut

Warna Hijau kecoklatan Coklat kehitaman Coklat kehitaman

(20)

2.2.Khamir laut

2.2.1. Karakteristik khamir laut

Sumber : Sukoso, 2002

Gambar 2. Khamir laut hasil purifikasi

Yeast adalah organisme seluler dari golongan jamur, bersifat kemoorganotrop bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan dan pembelahan atau kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984). Reed (1991) menjelaskan dalam sistematik yeast termsuk dalam kingdom Fungi divisi Eumecotina yang tebagi dalam dalam 4 subdivisi : Phycomycetes (zigomycetes), Ascomecetes, Basidiomycetes, dan deuteromycetes. Sebagian besar yeast di alam adalah sub divisi Ascomycetes dan Deuteremycetes (tidak berspora), dan sebagian kecil lainnya termasuk dalam sub divisi Basidiomycetes, Phycomycetes adalah fungi berfilamen, karena tidak ada khamir yang temasuk dalam sub divisi ini.

Khamir termasuk fungi, tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang uniseluler. Reproduksi vagetatif pada khamir terutama pada pertunasan, sebagai sel tunggal, khamir tumbuh dan berkembang biak dengan cepat dibandingkan dengan kapang yang tumbuh dengan perkembangan filamen, khamir berbeda dengan ganggang karena tidak dapat melakukan fotosintesis, dan berbeda dengan protozoa karena mempunyai dinding sel yang kuat, khamir mudah dibedakan dari bakteri karena ukurannya lebih besar dan morfologinya berbeda (Ferdias, 1992 dalam Barlianto, 2008)

(21)

Indonesia yang luasnya 5,0 juta km² yang ditengarai mempunyai potensi kekayaan mikrobiologi laut yang besar, termasuk didalamnya marine yeast.

Khamir (yeast) adalah fungi uniseluler yang bereproduksi seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan, pembelahan atau kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984). Habitat khamir amat luas dan beragam sesuai dengan jenis strainnya (Walkel, 1998). Khamir yang mampu hidup dilingkungan bersalinitas tinggi dikenal dengan nama khamir laut (marine yeast). Karakteristik khamir laut tidak jauh berbeda dengan khamir pada umumnya kecuali habitat.

Khamir secara umum telah dimanfaatkan sejak 6000 tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria dan Babilonia (Tuite dan Oliver, 1991). Berbeda dengan khamir dihabitat darat, khamir laut pertama kali diisolasi pada tahun 1886 kemudian oleh Fischer tahun 1894 dilanjutkan oleh Zo Bell dan Feltham (Kohlmayer dan Kohlmayer 1979) sejarah dan perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik khamir laut

Faktor Karakteristik

Klasifikasi Kingdom Fungi : Divisi Eumycota; Sub Divisi Ascomycetes, deuteromycetes, dan sebagian kecil Basidiomycets (Reed, 1991)

(22)

Fisiologi Tidak berklorofil, mempunyai pigmen, kisaran ph dari 2,2-8 (pelczar dan chan, 1989) kisaran suhu optimum 25-30 ºC dengan suhu maksimum 35-47 ºC (Ferdiaz 1992), karakteristik dalam identifikasi khamir : asimilasi karbohidrat, asimilasi KNO3, fermentasi karbohidrat, kemampuan tumbuh pada medium tanpa vitamin, pembentukan pulicle, dan kemapuan tumbuh pada 37 ºC (Lin dan Fang,1987)

Habitat Air laut, hewan laut, alga, sedimen, dan tanaman (Kohlmayer dan Kohlmayer, 1979)

Reproduksi Seksual dengan spora dan aseksual dengan pertunasan, pembelahan, kombinasi keduanya (Kreger-van Rij, 1984) Nutrisi Protein mencapai 25,1 % dengan Asam Amino seimbang,

kaya akan asam lemak tak jenuh (Kinsella,1987) serta vitamin-meneral (Pelczar dan Reid, 1965)

Sumber : Febriani, 2001

Tabel 4. Perkembangan isolasi dan purifikasi khamir laut

Tahun Hasil terdiri dari khamir Berspora (Debaryomyces Kloekeri, Hansenula anomala, dan Saccaromyces fructuum) dan Khamir tidak berspora (candida, Rhodotorola, torulopsis, dan Cryptocossus)(Fell, et al (1976)

1979

 Telah teridentifikasi 177 khamir dari perairan laut, sebagian merupakan khamir obligat (benar-benar habitatnya di perairan laut). Austin (1988)

1981  Telah diisolasi khamir laut dari perairan dan estuari dengan tingkat polosi yang berbeda di Rio de Jainero Brasil (Hagler dan Hagler 1981)

1995

(23)

2001

 99 strain berhasil diisolasi dari perairan laut samudra Pasifik 40 strain diantaranya merupakan khamir laut merah (Rhodotorula dan Sporobolomyces) yang 81,5 % didapatkan dari binatang laut dan 10,6 % sedimen (Nagahama et . al 2001b)

 Didapat distribusi khamir laut yang bersifat haloterolan dan fermentatif perairan sungai dan laut di Jepang, didapat batas toleransi NaCl khamir laut 2,3-2,5 m dan Khamir sungai 1,5-1,9 M kemampuan fermentasi pada kadar garam 2,5 M adalah 17-31% pada khamir laut 0-4% pada khamir sungai. Secara umum jumlah koloni makin menurun dengan naiknya tekanan osmosis dan meningkat dengan makin banyaknya jumlah karbon organik (Urano et.al, 2001)

Sumber : Febriani, 2001

Walker (1998 dalam Barlianto, 2008), mendefenisikan fisiologis khamir sebagai pengetahuan tentang pertumbuhan dan metabolisme sel – sel khamir, Yakni fisiologi yeast terkait dengan interaksi dengan lingkungan biotik dan abiotik dan fisiologi yeast mencakup bagaimana sel – sel khamir memperoleh makanan, melakukan aktivitas metabolisme, tumbuh, bereproduksi (seksual dan aseksual), bertahan hidup dan kematian.

Yeast sebagai sumber protein mikroba yang diperlukan memiliki

karakteristik laju pertumbuhan tinggi, dapat tumbuh pada media sederhana tanpa membutuhkan bahan – bahan tambahan yang mahal, generasi dari hasil panen tinggi pada substrat karbon, mampu tumbuh pada sel yang tinggi, tetap tumbuh pada kepadatan tinggi, tetap tumbuh dalam kultur yang terus menerus atau berkelanjutan, dapat menggunakan ammonia sebagai sumber nitrogen (Ramesh, et al., 1997 dalam Febriani, 2001)

2.2.2. Isolasi khamir laut

(24)

Zona dan kondisi perairan laut menentukan kepadatan yeast. Populasi yeast makin menurun kepadatannya seiring dengan bertambahnya kedalaman dan makin jauh jaraknya dari daratan. Lautan lepas mengandung yeast dengan kepadatan 10 sel/liter atau kurang. Pelzcar, Reid dan Chan (1981) mengemukakan bahwa kepadatan yeast masih bisa didapatkan pada kedalaman kurang dari 1000 m lebih tinggi dibandingkan dengan zona laut yang lebih dalam. Pada kedalaman lebih dari 1000 m hanya didapatkan yeast dengan kepadatan 25 % dibandingkan dengan di zona yang lebih dangkal. Hagler dan Ahearn (1987) dalam Phaff (1990 dalam Barlianto, 2008), menjelaskan perbedaan kepadatan tersebut disebabkan oleh makin menurunnya kadar O2 dan meningkatnya H2S. Pada kondisi plankton

melimpah, polusi, arus kecil dan termoklin, kepadatan yeast hingga diatas 105 sel/liter.

Tabel 5. Pengelompokan khamir laut (marine yeast obligate)

Sub Division Family Genus

Ascomycotina

Metschnikowiaceae,

Saccharomycetaceae

Metschnikowiaceae

Debaryomyces, hansenula,

Kluyveromyces, Pichia

Saccharomyces

Basidiomycotina Sporobolomycetaceae

Leucosporidium, Rhodosporidium, Sporobolomyces

Deuteromycotina Torulopsidaceae

Candida, Cryptococcus, Rhodotorula,

Sterigmatomyces, Torulopsis, Trichosporan

(25)

2.2.3. Komposisi kimia khamir laut (marine yeast)

Kultur khamir adalah produk bioteknologi mikroorganisme uniselluler dalam keadaan kering berupa khamir dengan substratnya yang digunakan sebagai bahan pakan. Khamir dapat tumbuh dan aktif pada berbagai substrat dengan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya.

Khamir yang terkandung dalam kultur yeast setelah sampai pada alat pencernaan, dengan kondisi yang sesuai dengan kehidupannya akan hidup dan aktif kembali sehingga akan memproduksi berbagai enzim protease, amylase, lipase yang akan membantu perncernaan zat – zat makanan dalam tubuh ikan (Made et al., 1990 dalam Febriani, 2001).

Di jelaskan lebih lanjut bahwa selain karakteristik fisiologis, yeast secara umum sebagai protein mikroba memerlukan beberapa karakteristik tambahan yaitu : Daya cerna produk tinggi, Kandungan nutrisi tinggi, Kandungan asam nukleat tinggi, Tidak bersifat racun, Mudah memperoleh kembali, Dapat dipertanggung jawabkan terhadap proses selanjutnya, seperti pengeringan, tanpa merubah warna, tekstur dan bau (Rames et al 1997 dalam Febriani 2001).

Kandungan yeast yang diketahui yakni mengandung asam amino, sulfurnya rendah tetapi sumber yang baik akan vitamin B, sedikit mengandung vitamin E dan provitamin D. Dibandingkan dengan bakteri, yeast mempunyai kandungan asam nukleat yang lebih rendah, ukurannya lebih besar, potensial toksiknya lebih rendah dan lebih banyak diterima sebagai sumber protein oleh konsumen (Rames et al., 1997 dalam Febriani, 2001).

Secara umum, nilai nutrisi yeast menghasilkan 40 – 50 % protein murni. Kualitas protein tergantung pada komposisi asam aminonya, semua asam amino ada pada produk mikroba, meskipun kandungan asam amino sulfurnya seperti methionin dan cystin rendah. Total kandungan lemak produk mikroba bervariasi, 1

– 15 % sudah termasuk trigliserida, phospolipid dan sterol, fraksi serat kasar sel 0,5 – 10 % dari bahan kering sel. Pada yeast, glucan dan mannan adalah komponen pokok dari dinding sel, sisanya adalah protein dan lemak. Kandungan karbohidrat dari produk mikroba bervariasi 3,4 – 40 % dari berat kering sel. Pada yeast, glycogen ditemukan sebagai tempat penyimpanan energi. Total mineral

(26)

kandungan abu adalah garam – garam phosphor (Rames et al., 1997 dalam Febriani, 2001).

Tabel 6. Kandungan nutrisi, asam amino, asam lemak dan mineral kultur khamir laut

(27)

2.3. Ikan sidat (Anguilla bicolor) 2.3.1.Klasifikasi ikan sidat

Klasifikasi ikan sidat menurut Weber and de Beaufort (1928) adalah sebagai berikut:

Sumber : Khamilah, 2011

Gambar 3. Ikan sidat (Anguilla bicolor)

Fillum : Chordata Subfillum : Euchordata Kelas : Osteichtyes Subkelas : Actinoptrygii Infrakelas : Teleostei Superordo : Elopomorpha Ordo : Anguilliformes Famili : Anguillidae Genus : Anguilla

Species : Anguilla bicolor

Beberapa anggota famili Anguillidae yang terdapat diwilayah Indonesia diantaranya adalah: (1) Anguilla ancertralis, (2) Anguilla bicolor bicolor, (3) Anguilla pacifica, (4) Anguilla borneoensis, (5) Anguilla celebesensis dan (6) Anguilla mauritiana (7) Anguilla marmorata.

2.3.2.Pakan dan kebiasaan makan ikan sidat

(28)

sidat bersifat karnivora. Sidat kecil bersifat omnivore. Larva yang baru menetas makan mikroplankton. Saat fase elver mulai memakan organisme bentik seperti: Crustacea (anak kepiting, anak udang), Polichaeta (cacing kecil), Larva Chironomous, Bivalva (anak kerang/siput) (Affandi,1996 dalam Khamilah, 2011).

2.3.3.Kebutuhan protein ikan sidat

Kebutuhan protein dipengaruhi oleh umur, ukuran, fungsi fisiologis, kualitas, sumber protein dan energi non protein (karbohidrat dan lemak), suhu air, jumlah pakan yang dimakan, kualitas protein. Kebutuhan ikan terhadap protein umumnya berkisar 38% – 52%. Ikan sidat jepang Anguilla japonica kandungan protein pakan optimal 45%, Ikan sidat lokal Anguilla bicolor bicolor, kadar protein optimalnya 45% atau kadar protein minimal 40% (Affandi,1994).

2.3.4.Laju pertumbuhan spesifik ikan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat bobot persatuan waktu dari suatu jenis makhluk hidup. Pertumbuhan dapat secara utuh atau meliputi bagian-bagian tertentu saja dari suatu populasi hewan atau tumbuhan (Effendie, 2002 dalam Kamilah 2011).

Laju perumbuhan spesifik adalah rata – rata pertumbuhan harian yang dinyatakan dalam persentase dari berat awal (steffens,1989), jika pertumbuhan pada waku tertentu (dt = 0), maka laju pertumbuhan relatif dinyatakan sebagai laju pertumbuhan spesifik, bila pertumbuhan eksponensial laju pertumbuhan spesifik adalah konstan maka pertambahan berat merupakan logaritma natural dari perbandingan berat akhir dengan berat awal, perhitungan laju pertumbuhan spesifik dapat digunakan dalam waktu pemeliharaan atau penelitian yang pendek namun kurang baik bila digunakan utuk menghitung pertumbuhan seluruh masa hidup suatu species yang dipelihara (Sukardi dan Yuwono, 2010).

(29)

Yuwono, 2010). Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari suatu proses metabolisme pakan yang diakhiri dengan penyusunan unsur-unsur tubuh (Hariati, 1989). Tidak semua pakan yang dimakan oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan. Sebagian besar energi dari pakan digunakan untuk memelihara tubuh sisanya untuk aktivitas, pertumbuhan, dan reproduksi (Fujaya, 1994).

2.3.5.Rasio konversi pakan (Feed conversion ratio)

Konversi pakan diartikan sebagai kemampuan suatu species mengubah pakan menjadi daging. konversi pakan dalam bahasa praktis adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging ikan atau bobot pakan yang dibutuhkan dan bobot daging ikan yang dihasilkan atau feed conversion ratio (FCR). Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot daging ikan. Artinya semakin efisien pakan tersebut terhadap pertambahan bobot atau pertumbuhan ikan maka pakan tersebut baik bagi pertumbuhan.

FCR terkait dengan daya cerna ikan terhadap suatu bahan makanan. Nilai kecernaan suatu makanan atau disebut juga dengan koefisien pencernaan (digestibility) menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna pakan dan menggambarkan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh ikan. Informasi tentang nilai kecernaan suatu bahan makanan atau suatu pakan sangat penting sebagai dasar dalam menilai mutu pakan dan dalam merancang ransum/pakan. Apabila daya cerna pakan menurun maka nilai FCR akan meningkat. Ini disebabkan ikan tidak mampu mencerna makanan karena mengandung serat yang tinggi sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan akibatnya, pertumbuhan ikan akan berjalan lambat (Wijayanti, 2008 dalam Kamilah 2011).

2.3.6.Rasio efisiensi protein (Protein efficiency ratio)

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Universitas Hang Tuah Surabaya dan Hatchery Universitas Hang Tuah Surabaya pada bulan Mei 2013 sampai bulan Juni 2013.

3.2.Bahan dan alat penelitian 3.2.1.Bahan penelitian

Bahan yang akan digunakan secara rinci adalah sebagai berikut: a) Bahan pembuatan silase

 Daun mengkudu (Morinda citrifolia)

Hijauan yang digunakan adalah daun mengkudu (Morinda citrifolia) diambil di sekitar kampus Universitas Hang Tuah Surabaya.

 Molases

Molases yang digunakan dalam pembuatan silase daun mengkudu sebanyak 2,5% dari berat sampel daun mengkudu.

 Khamir laut (Marine Yeast)

Khamir laut didapatkan dari Balai Besar Budidaya Air Payau Jepara,

kemudian di kultur massal dengan media air laut yang telah dipupuk

dengan KCl, urea, gula dan TSP. Setelah lima (5) hari dipanen, disaring

lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama ± 3 hari, Setelah kering,

siap digunakan sebagai biokatalisator dalam pembuatan silase daun

mengkudu dengan dosis 0,04 % dari berat daun.

b) Bahan pakan alternatif

 Silase daun mengkudu didapatkan setelah difermentasi mengunakan molases 2,5% dan khamir laut sebanyak 0,04% selama 21 hari yang kemudian dikeringkan dan digiling untuk dijadikan tepung.

 Pellet komersil

(31)

c) Bahan aplikasi pakan

 Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan sidat stadia elver dengan ukuran antara 15 – 20 cm dengan berat ± 10 – 20 gram/ekor, dari benih budidaya lamongan sebanyak 150 ekor. Banyaknya ikan yang dipelihara dalam setiap akuarium adalah 9 ekor. Penempatan ikan kedalam akuarium dilakukan secara acak demikian juga akuariumnya (Steel dan Torrie, 1991).

 Media Percobaan

Air yang digunakan sebagai media hidup ikan berasal dari air PDAM dengan ditreatment menggunakan Natrium thiosulfat (NaS2O3) yang

diendapkan minimal selama satu malam pengukuran kualitas air seperti Suhu, DO, pH dilakukan setiap hari.

3.2.2.Alat penelitian

Alat yang akan digunakan dalam penelitian secara rinci pada tabel sebagai berikut:

a) Alat pembuatan silase

Tabel 7. Alat dan fungsi dalam pembuatan silase

No Nama Alat Ketelitian Fungsi

1 Timbangan

merek O Haus 0,1 Menimbang inokulan Khamir laut

2 Ember plastic - Wadah pengolahan pakan

3 Toples Plastik - Media fermentasi silase daun mengkudu

4 Pisau - Memotong daun mengkudu

(32)

b) Alat dalam pembuatan pakan alternatif

Tabel 8. Alat dan fungsi dalam pembuatan pakan alternatif

No Nama alat Ketelitian Fungsi

1 Toples Plastik - Media fermentasi silase daun mengkudu

2 Timbangan merek

O Haus 0,1 Menimbang silase daun mengkudu

3 Blender - Menghaluskan silase

4 Ayakan Size 60 Mengayak tepung Silase atau pakan pellet

c) Alat aplikasi pakan

Tabel 9. Alat dan fungsi dalam aplikasi pakan

No Nama Alat Ketelitian Fungsi

1 Akuarium - Wadah pemeliharaan ikan sidat elver

2 pH test 0,5 Mengukur pH

3 Lutron DO-5510 0,5 Mengukur DO 5 Timbangan merk

O Hous 0,1 Penimbangan ikan sidat dan pakan

6 Selang Aerasi - Aliran udara suplay O2

7 Batu aerasi - Memperkecil diameter gelembung udara

8 Seser - Mengambil ikan

9 Shelter 3/4 “ Tempat persembunyian ikan Sidat

3.3. Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan 3.3.1. Metode penelitian

(33)

langsung yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standart lain (Nazir, 1988).

3.3.2. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan acak kelompok (RAK), rancangan ini secara umum digunakan pada penelitian di lapangan dan pada media atau tempat, variable atau satuan percobaan yang tidak homogen maka media, tempat, variable mempunyai pengaruh berbeda terhadap populasi percobaan yang diteliti, sehingga mempengaruhi terhadap respon yang diamati. Dengan model RAK sebagai berikut :

Keterangan:

Yij =respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ

= nilai tengah umum

τ

i

= pengaruh perlakuan ke-i

ß

j = pengaruh kelompok ke - j

ε

ij = pengaruh kesalahan (galat) sisa atau eror

Dalam rancangan ini dilakukan 4 perlakuan dengan 3 kelompok sebagai ulangan dan formulasi perlakuan adalah sebagai berikut:

A : 100 % Pakan komersial + 0 % Tepung silase daun mengkudu.

B : 95 % Pakan komersial + 5 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut.

C : 90 % Pakan komersial + 10 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut.

D : 85 % Pakan komersial + 15 % Tepung silase daun mengkudu dengan 0,04 % khamir laut.

Pengelompokan ikan dalam satu unit akuarium didasarkan pada bobot total 9 ekor ikan sidat dengan kategori satu, dua, dan tiga pada setiap perlakuan A, B, C, dan D dengan kisaran berat total sebagai berikut :

(34)

 Kelompok 1 dengan berat total 100 gram sampai dengan 105 gram dalam 9 ekor ikan untuk perlakuan A1, B1, C1,D1.

 Kelompok 2 dengan berat total 106 gram sampai dengan 110 gram dalam 9 ekor ikan untuk perlakuan A2, B2, C2,D2.

 Kelompok 3 dengan berat total 111 gram sampai dengan 115 gram dalam 9 ekor ikan untuk perlakuan A3, B3, C3,D3.

Untuk mencegah adanya pilih kasih terhadap perlakuan maka diperlukan adanya pengacakan posisi perlakuan pada tiap akuarium, pengacakan dilakukan menggunakan acuan tabel bilangan acak adalah sebagai berikut :

3.4. Variable penelitian

a) Variabel bebas : Dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu yang berbeda dalam pakan komersil.

b) Variabel tergantung : Laju pertumbuhan spesifik, feed conversion ratio (FCR), protein eficiency ratio (PER).

c) Variabel terkontrol : Suhu (oC), pH, oksigen terlarut (DO), molases, khamir laut, pakan udang komersil merek Fengli dari PT. Matahari Sakti.

3.5. Prosedur penelitian 3.5.1. Pembuatan silase

Daun mengkudu yang akan dibuat silase dipilih yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Daun mengkudu dipotong kecil – kecil lalu dilayukan (dibiarkan) ± 1-2 hari. Daun mengkudu yang sudah dipotong – potong dan ditimbang, kemudian molasses dan khamir laut (marine yeast) dicampur terlebih dahulu dengan dosis sesuai perlakuan kemudian dituang dalam potongan daun mengkudu yang diaduk hingga homogen (rata) kemudian dimasukkan ke dalam toples plastik untuk difermentasi selama 21 hari.

Silase daun mengkudu yang sudah difermentasi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama bebrapa hari hingga kering, kemudian ditepungkan

(35)

dengan blender hingga halus, silase siap digunakan atau disimpan sementara dalam kantong plastik.

3.5.2. Pembuatan pakan alternatif

Hasil pembuatan silase daun mengkudu yang difermentasi dengan khamir laut yang kering dan halus dicampur dengan pellet komersil untuk udang yang memiliki kandungan protein 40% dengan formulasi atau perbandingan pakan yang telah ditentukan sesuai perlakuan yang direncanakan. Pakan tersebut yang diberikan pada ikan sidat dalam bentuk crumble tenggelam dengan formulasi campuran sebagai berikut :

 Perlakuan A pakan udang 100% (800 gram) + air 600 ml.

 Perlakuan B pakan udang 95 % (729,28 gram) + silase daun mengkudu 5% (70,72 gram) + air 650 ml.

 Perlakuan C pakan udang 90 % (658,48 gram) + silase daun mengkudu 10 % (141,52 gram) + air 700 ml.

 Perlakuan D pakan udang 85 % ( 587,76 gram) + silase daun mengkudu 15 % (212,24 gram) + air 750 ml.

3.5.3. Aplikasi pakan alternatif Padat tebar ikan sidat

Kisaran padat tebar ikan pada penelitian ini adalah 8000 ml air / 9 ekor ikan sidat untuk ukuran akuarium 50 x 30 x 25 cm. Terdapat 4 perlakuan dan 3 kelompok sebagai ulangan. Penimbangan ikan sidat tahap awal tebar dilakukan untuk melihat berapa biomasa ikan sidat sehingga nanti dapat dihitung jumlah pakan yang diberikan.

 Pemberian pakan

Sebelum dilakukan pemberian pakan sesuai perlakuan, dilakukan uji coba pemberian pakan (masa penyesuaian ikan dengan lingkungan yang baru selama ± 3hari. Pada pelaksanaan penelitian dalam pemberian pakan dilakukan sebagai berikut:

1) Feeding frequency

(36)

2) Feeding time

Waktu pemberian pada pagi hari pukul 07.00 wib dan sore hari pukul 16.00 wib.

3) Feeding level

Prosentase pakan yang diberikan 3% dari berat biomassa.

3.5.4. Kualitas air

Pegukuran kualitas air yang dilakukan adalah sebagai berikut  pH

Pengukuran pH dilakukan setiap hari pada saat pemeliharaan ikan sidat selama 30 hari alat yang digunakan yaitu pH paper.

 Suhu

Pengukuran Suhu dilakukan pada saat pemeliharaan ikan sidat setiap hari menggunakan termometer.

 Oksigen terlarut (DO)

Pengukuran oksigen terlarut (Disolved Oxigen) dilakukan Setiap hari untuk mengkontrol kandungan Oksigen yang terlarut dalam media budidaya, alat yang digunakan yaitu Lutron DO 5510.

3.6. Prosedur analisa

3.6.1. Laju pertumbuhan spesifik

Pengamatan laju pertumbuhan ini dilakukan 10 hari sekali selama 30 hari. Pengamatan pertumbuhan ini dilakukan dengan menimbang berat biomassa total ikan sidat tiap perlakuan dibagi individu. Untuk mengetahui laju pertumbuhan Spesifik ikan digunakan rumus :

Keterangan :

LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%) t = Jumlah hari pemberian pakan

(37)

3.6.2. Rasio konversi pakan (FCR)

Untuk mengetahui rasio konversi pakan digunakan rumus :

Keterangan :

FCR = Nilai konversi pakan yang menjadi daging

∑F = Jumlah (bobot) pakan yang dikonsumsi ikan (gram) w₀ = Berat ikan awal (gram)

bk = berat kering

wt = Berat ikan pada � hari (gram)

3.6.3. Rasio Efisiensi Protein (PER)

Untuk menghitung Rasio efisiensi protein digunakan rumus :

Keterangan :

wt = Berat ikan pada waktu t hari (gram)

w0 = Berat ikan awal (gram)

bk = Berat kering

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Laju pertumbuhan spesifik

Laju pertumbuhan spesifik adalah rata – rata pertumbuhan harian yang dinyatakan dalam persentase dari berat awal (steffens,1989), pertumbuhan ikan sidat dalam penelitian ini merupakan perhitungan laju pertumbuhan spesifik dengan menimbang berat biomasa ikan dalam satuan gram setiap 10 hari sekali. Analisa pertumbuhan berat ikan digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pakan terhadap pertumbuhan. Berdasarkan penelitian selama 30 hari masa pemeliharaan diperoleh data kuantitatif yang disajikan pada table 10 dan gambar 4 grafik laju pertumbuhan spesifik. Grafik menunjukan laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu 0,766% per hari terdapat diperlakuan pakan B dengan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 5% pada hari ke – 30, sedangkan laju pertumbuhan terendah yaitu -0,575% terdapat pada perlakuan pakan D pada hari ke – 10.

Table 10. Rata – rata laju pertumbuhan spesifik hari ke – 10, 20 dan 30

Pada masa pemeliharaan 10 hari pertama diduga merupakan proses adaptasi pakan sehingga subtitusi pakan dengan tepung silase daun mengkudu belum terlihat ada pengaruhnya. Laju pertumbuhan spesifik pada sampling pertama diperoleh hasil perlakuan pakan A dengan nilai 0,495%, perlakuan pakan B mengalami penyusutan biomasa dengan nilai -0,046% karena masih proses adaptasi pakan maka untuk mempertahankan hidupnya ikan menggunakan protein didalam tubunya untuk bertahan hidup, pada perlakuan pakan C mengalami pertumbuhan dengan nilai 0,269%, sedangkan perlakuan D mengalami penyusutan biomasa sebesar -0,575% yang merupakan nilai terendah dari masa pemeliharaan selama 30 hari hal ini diduga akibat proses adaptasi pakan dan

Perlakuan

Hari - ke A B C D

10 0,495 -0,046 0,269 -0,575

20 0,413 0,721 0,480 -0,091

(39)

pakan yang dikonsumsi perlakuan D mempunyai kandungan serat yang tertinggi diantara perlakuan lainya sehingga pakan yang dikonsumsi kurang tercerna.

Gambar 4. Grafik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat selama 30 hari

Pada pemeliharan hari ke – 20 subtitusi pakan komersil dengan tepung silase daun mengkudu mulai menunjukan pengaruh terhadap laju pertubuhan spesifik. Hal ini terlihat pada laju pertumbuhan spesifik perlakuan A (Kontrol) mengalami pertumbuhan dengan nilai 0,413%, laju pertumbuhan perlakuan pakan A lebih rendah jika dibanding dengan pada 10 hari sebelumnya, hal ini diduga akibat turunnya jumlah konsumsi pakan jika dilihat dari jumlah rata – rata sisa pakan dihari ke – 10 yaitu 7,57 gr dan dihari ke – 20 yaitu 9,57 gr. Pada perlakuan B mengalami pertumbuhan dengan nilai 0,721%, perlakuan C mengalami pertumbuhan dengan nilai 0,480%, dan perlakuan D tetap menyusut dengan nilai -0,091% namun sebenarnaya mulai mengalami pertumbuhan karena nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan masa pemeliharaan 10 hari pertama.

(40)

yaitu 0,578%, perlakuan pakan B yaitu 0,766% yang merupakan laju pertumbuhan tertinggi selama masa pemeliharaan, jika dilihat dari nilai kandungan protein perlakuan pakan B yaitu 37,32% memang lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol, namun pada perlakuan B memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi yaitu 7,42% dan gross energi 3591,82 Kkal/kg jika dibanding perlakuan pakan A dengan kadungan protein 38,17%, lemak 7,07% dan gross energi 3156,76 Kkal/kg. perlakuan pakan C mengalami pertumbuhan yaitu 0,523% namun tidak lebih cepat jika dibandingkan dengan perlakuan pakan A dan B. perlakuan D tetap mengalami penyusutan yaitu -0,017% namun sebenarnya ikan mulai tumbuh karena nilainya paling rendah jika dibandingkan sampling pada 20 hari sebelumya.

Dari hasil beda nyata terkecil laju pertumbuhan spesifik (Lihat lampiran 1) pada perlakuan A (kontrol) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B dengan dosis tepung silase daun mengkudu sebanyak 5% dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dosis tepung silase daun mengkudu sebanyak 10%, Namun ketiga perlakuan diatas berbeda nyata dengan perlakuan D dengan perlakuan dosis tepung silase daun mengkudu sebanyak 15%. Hal ini menunjukan adanya batas penggunaan tepung silase daun mengkudu dengan inokulan khamir laut 0,04% yang dapat disubtitusi dalam pakan komersil.

Pada penelitian penggunaan lactobacillus plantarum dalam pembuatan silase daun mengkudu dan aplikasinya sebagai pakan alterative ikan sidat dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan FCR, menyimpulkan laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada perlakuan pakan C dengan kandungan protein 40,69% dan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 5% dengan inokulan Lactobacillus plantarum sebanyak 1,0%, menunjukan nilai laju pertumbuhan harian yaitu 1,70% SD ± 0,22 (Khamilah,2011). Hal yang sama terjadi pada penelitian ini yaitu pada perlakuan pakan B dengan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 5% dengan inokulan khamir laut 0,04% dan kandungan protein pakan 37,32% menunjukan laju pertumbuhan tertinggi yaitu 0,766%.

(41)

dengan nilai laju pertumbuhan harian 0,6 – 0,72 % yang dikategorikan lambat (Sukardi dan Yuwono, 2010). Pada penelitian ini keempat perlakuan A, B, C, dan D tidak ada yang mencapai laju pertumbuhan dalam kategori cepat, Menurut (Affandi, 1994 dalam Kamilah, 2011) Kebutuhan protein dalam pakan Ikan sidat jepang Anguilla japonica optimal mengadung protein 45%, sedangkan kebutuhan protein Ikan sidat lokal Anguilla bicolor bicolor optimal pada protein 45% atau kadar protein minimal yaitu 40.% pakan komersil yang digunakan memiliki kandungan protein 40% pada label namun setelah di uji kembali hasil menunjukan kisaran protein hanya 38,17% dengan demikian diduga pakan komersil yang digunakan dalam penelitian terjadi penurunan kualitas menjadi kurang baik sehingga pertumbuhan ikan juga kurang baik.

4.2. Rasio konversi pakan (FCR)

Feed convertion ratio adalah rasio kemampuan suatu spesies mengkonversi

pakan menjadi pertambahan berat daging. FCR digunakan untuk mengukur keefektifan pemberian pakan, bila rasio konversi pakan nilainya rendah maka pakan yang diberikan akan efektif karena jumlah pakan yang diberikan dengan berat yang dicapai selisinya tidak berbeda jauh (Sukardi dan Yuwono, 2010). Dari hasil penelitian selama 30 hari dapat dilihat pada table 11 dan gambar 5 Grafik rasio konversi pakan.

Table 11. Rata rata rasio konversi pakan 3 kali sampling selama 30 hari

Perlakuan

Hari - ke A B C D

10 2.37 2.88 2.93 5.68

20 1.88 2.21 2.55 5.34

30 2.16 2.24 2.60 5.15

(42)

Gambar 5. Grafik rasio konversi pakan

Hasil perhitungan FCR sebanyak 3 kali sampling dalam 30 hari penelitian diperoleh nilai konversi pakan terendah sampai yang tertinggi secara berturut – turut yaitu pada perlakuan pakan A tampa subtitusi tepung silase daun mengkudu dengan nilai rata – rata 2,14 SD ± 0,24, kemudian pada perlakuan pakan B dengan perlakuan subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 5% dengan nilai 2,44 SD ± 0,37, pada perlakuan pakan C dengan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 10% memiliki nilai rata – rata FCR 2,69 SD ± 0,21, pada perlakuan pakan D dengan dosis subtitusi tepung silase daun mengkudu sebanyak 15% memiliki hasil nilai FCR tertinggi yaitu 5,39 SD ± 0,267.

(43)

Table 12. Formulasi pakan dan hasil analisa proksimat perlakuan pakan ikan sidat

Protein kasar (%) Min 40 38,17 37,32 35,30 33,96

Lemak kasar (%) Min 6 7,07 7,42 6,80 6,56

Serat kasar (%) Maks 3 2,26 3,30 4,45 5,70

BETN (%) 26 38,36 38,13 39,73 40,08

Abu (%) Maks 15 14,14 13,83 13,72 13,70

Gross Energy (Kkal/kg) 3180 3156,76 3591,82 3532,70 3581,71

Sumber : Febriani (2013) dan lebel pakan Fengli

Pemberian pakan dengan perlakuan pakan D dengan dosis tepung silase daun mengkudu 15% menghasilkan nilai FCR tertinggi yaitu 5,39 diduga pakan pada perlakuan ini mengandung serat yang tinggi yaitu 5,70% sehingga tidak tercerna dengan baik, jika dikaitkan dengan laju pertumbuhan spesifik dipembahasan sebelumnya nilai rataan laju pertumbuhan spesifik perlakuan pakan D adalah –0,228 SD ± 0,395, menurut (anonymous 2007 dalam rusmaedi 2010) kandungan serat maksimum dalam pakan ikan sidat yaitu 3 – 4%. Dengan adanya hal tersebut makan pakan pada perlakuan pakan D tidak efektif dan mengakibatkan penyusutan .

4.2. Rasio efisiensi protein (PER)

(44)

Table 13. Rata rata rasio efisiensi protein 3 kali sampling selama 30 hari.

Pada masa pemeliharan hari ke – 10 nilai efisiensi protein tertinggi yaitu pada perlakuan pakan A dengan nilai yaitu 1,11, dikuti perlakuan pakan B dengan nilai 0,84, perlakuan pakan C dengan nilai efisiensi protein 0,88, dan yang terendah yaitu pada perlakuan pakan D dengan nilai 0,49.

Pada masa pemeliharaan hari ke – 20 nilai efisiensi protein perlakuan pakan A tetap yang tertinggi dengan nilai 1,29 dikuti perlakuan pakan B dengan nilai efisiensi protein 1,12, perlakuan pakan C dengan nilai 1,04 dan nilai efisiensi protein terendah tetap pada perlakuan pakan D dengan nilai 0,52.

Pada akhir pemeliharaan yaitu hari ke – 30 nilai efisiensi protein perlakuan pakan A tetap yang tertinggi yaitu 1,15, kemudian perlakuan pakan B dengan nilai efisiensi protein 1,09, diikuti perlakuan pakan C dengan nilai efisiensi protein yaitu 1,00, dan nilai protein efisiensi protein terendah yaitu pada perlakuan pakan D dengan nilai 0,53. Rataan rasio efisiensi protein dapat dilihat pada gambar 6. Grafik rasio efisiensi protein.

Gambar 6. Grafik rasio efisiensi protein Perlakuan

Hari - ke

A B C D

10 1.11 0.84 0.88 0.49

20 1.29 1.12 1.04 0.52

30 1.15 1.09 1.00 0.53

(45)

Jika dilihat dari nilai rataan efisiensi protein selama 30 hari penelitian (Lihat table 12) nilai efisiensi protein perlakuan pakan A kontrol merupakan yang tertinggi yaitu 1,18 SD ± 0,09 hal ini dikarenakan kandungan protein pada pakan A memiliki kandungan protein tertinggi yaitu 38,17% dan kandungan serat yang terrendah yaitu 2,26 jika dikaitkan dengan nilai FCR pada pembahasan sebelumnya nilai FCR pada perlakuan A merupakan nilai yang terendah dari 4 perlakuan.

Dari hasil uji beda nyata terkecil nilai rasio efisiensi protein (Lihat lampiran 3) pada perlakuan pakan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan B dan perlakuan pakan C namun berbeda nyata dengan perlakuan pakan D. Pada perlakuan Pakan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan A dan C namun berbeda nyata dengan perlakuan pakan D, Pada perlakuan pakan C tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan A dam perlakuan pakan B namun berbeda nyata dengan perlakuan pakan D. Pada perlakuan pakan D berbeda nyata dengan perlakuan pakan A, B, dan C, maka dapat dikatakan perlakuan pakan D merupakan perlakuan yang memiliki nilai PER terburuk.

Pada perlakuan D rataan nilai efisiensi protein merupakan yang terendah dari semua perlakuan pakan yaitu 0,51 SD ± 0,51 hal ini diduga karena kandungan protein dalam perlakuan pakan D 33,96% dan kandungan serat yaitu 5,70%, menurut (anonymous 2007 dalam Rusmaedi, 2010) kandungan protein minimum yaitu 40% dan kandungan serat maksimum dalam pakan ikan sidat yaitu 3 – 4%. Maka dapat dikatakan penggunaan tepung silase daun mengkudu dengan dosis 15% dalam subtitusi dengan pakan komersil tidak efisien terhadap nilai rasio efisiensi protein untuk pakan ikan sidat dan dapat mengakibatkan tingginya nilai FCR dan penyusutan pertumbuhan.

4.3. Kualitas air

(46)

dibudidaya, parameter kualitas air yang di ukur pada penelitian ini adalah Suhu dalam º C, derajat keasaman atau pH yang merupakan suatu logaritma negatif dari koofisien molekul ion- ion hydrogen (Liviawaty dan Afrianto, 1998), dan oksigen terlarut dalam air dalam satuan ppm. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian 30 hari disajikan pada table 12 kisaran kualitas air media pemeliharaan.

Table 14. Kisaran kualitas air media pemeliharaan selama 30 hari

Parameter PERLAKUAN Batas toleransi

A B C D penelitian ini kisaran suhu pada pagi hari yaitu 26 – 29 ºC dan sore hari sekitar 28

– 32 ºC, dengan demikian kisaran suhu pada penelitian ini layak untuk ikan sidat, hal didukung oleh pendapat Suitha dan suhaeri terkait ikan sidat dapat beradaptasi pada suhu 13 – 31 ºC, maka pada penelitian ini kisaran suhu media budidaya pada tiap perlakuan masih memenuhi kebutuhan suhu optimum ikan sidat.

pH air media budidaya ikan sidat dalam penelitian ini stabil selama 30 hari masa pemeliharaan, hasil pengukuran pH air pada pagi dan sore memiliki kisaran yang sama yaitu 7 – 8, menurut (Affandi, 1999 dalam Khamilah 2011) pH optimum untuk pemeliharaan ikan sidat yaitu berkisar pada 7 – 8 maka dalam penelitian ini kisaran pH untuk media budidaya berada dalam kondisi optimum.

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Aplikasi Pakan Komersil Yang Disubtitusi Tepung Silase Daun Mengkudu Dengan Inokulan Khamir Laut selama 30 hari, peneliti menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

 Terima H1 Pada dosis tertentu tepung silase daun mengkudu (Morinda

citrifolia) yang difermentasi dengan khamir laut (marine yeast) 0,04 %

dalam formulasi subtitusi pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik, feed conversion ratio dan protein efficiency ratio pada ikan sidat (Anguilla bicolor) yang dibudidayakan.

 Perlakuan pakan A 0% subtitusi tepung silase daun mengkudu, perlakuan pakan B 5% tepung silase daun mengkudu, dan perlakuan pakan C 10% tepung silase daun mengkudu tidak berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan (FCR), dan rasio efisiensi protein (PER), namun perlakuan pakan D 15% subtitusi tepung silase daun mengkudu berbeda nyata dengan perlakuan A (0%), B (5%) dan C (10%).  Perlakuan subtitusi tepung silase daun mengkudu dengan dosis 15% dapat

menurunkan laju pertumbuhan spesifik, meningkatkan FCR, dan menurunkan nilai rasio efisiensi protein.

 Perlakuan subtitusi tepung silase daun mengkudu dalam pakan komersil sebanyak 5% dapat memacu laju pertumbuhan dan meningkatkan kandungan lemak dan energi dalam pakan komersil yang disubtitusi.

5.2. Saran

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R dan E. Riani. 1994. Studi Adaptasi Benih Ikan Sidat (Elver) Anguilla sp. Pada Berbagai Tingkat Salinitas. [Laporan Hasil Penelitian]. Fakultas Perikanan IPB, Bogor.

Anonymous.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/51674/Bab%2

0III%20Metode%20C11ira_-5.pdf?sequence=7 Diakases pada 16

september 2013, pukul 05.45 WIB.

Anonymous.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56711/C12apr

_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6. Di akases pada

16 september 3013 pada pukul 05.00 WIB.

Barlianto, D. 2008. Aplikasi Imunostimulan Khamir Laut Pada Ikan Patin (Pangasius sp.) Yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Dengan Pengamatan Histopatologi. [Tesis]. Program Magister budidaya perairan minat bioteknologi perikanan dan kelautan, Fakultas Perikanan Brawijaya, Malang.

Dhamara, Y. 2012. Uji Duncan & Uji Tukey.

http://yycrisspy4.blogspot.com/2012/06/uji-duncan-uji-tukey.html .

Diakses pada 09 Oktober 2013 Pukul 02.34 WIB.

Febriani, M. 2001. Studi Khamir Laut Sebagai Sumber Nutrisi Potensial Untuk Pakan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). [Tesis]. Program Pascasarjana Studi Pengelolaan Tanah Dan Air Minat Sumber daya Hayati Dan Mineral. Universitas Brawijaya Malang.

Febriani, M. 2008. Penggunaan Khamir Laut Sebagai Biokatalisator Dalam Pembuatan Silase Ikan Peperek (Leiognathus splendens) dan Silase Keong Mas (Pomaceae sp). Jurnal. Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Hang Tuah ,Surabaya.

Febriani, M. 2010. Penggunaan Khamir Laut Sebagai Biokatalisator Dalam Pembuatan Silase Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Salah Satu Bahan Pakan Alternatif Untuk Pakan Ikan. Jurnal. Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan, Hang Tuah ,Surabaya.

(49)

Febriani, M dan Titiek. I. 2008. Penggunaan Tepung Daun Mengkudu Sebagai Pengganti Tepung Ikan Dalam Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). [Laporan Hasil Penelitian]. Universitas Hang Tuah.

Insiah, H. 2011. Uji Duncan untuk rancangan acak kelompok/Randomized Block Design. http://haura-insiyah.blogspot.com/2011/01/uji-duncan-untuk-rancangan-acak.html . Diakses pada 09 Oktober 2013 pukul 02.30 WIB. Kaligis, Erly Y. 2010. Laju Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Kandungan Potasium Tubuh, Dan Gradien Osmotik Postlarva Vaname (Litopenaeus vannamei, boone) Pada Potasium Media Berbeda. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSRAT Manado.

Khamilah, 2011. Penggunaan Lactobacillus plantarum Dalam Pembuatan Silase Daun Mengkudu Dan Aplikasinya Sebagai Bahan Pakan Alternatif Ikan Sidat (Anguilla bicolor) Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan FCR. [Laporan Hasil Penelitian]. Fakultas tehnik dan Ilmu Kelautan. Hang Tuah, Surabaya.

Prawesti, M. 2011. Pengaruh Kombinasi Pakan Buatan Dan Pakan Alami Cacing Sutera (Tubifex tubifex) Dengan Persentase Yang Berbeda Terhadap Retensi Protein, Lemak Dan Energi Pada Ikan Sidat (Anguilla bicolor). [Laporan hasil penelitian]. Fakultas perikanan dan kelautan, Airlangga, Surabaya.

Rusmaedi, Praseno., Rasidi., Subamia. 2010. Pendederan Benih Sidat (Anguilla bicolor) System Resirkulasi Dalam Bak Beton. Jurnal. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar. Jakarta selatan. Setiawan, Ade. 2009. Slide Rancangan acak kelompok

http://www.smartstat.info/download/silde/rancangan-percobaan/slide-rancangan-acak-kelompok-rak.html?view=finish&m=0 Diakases pada 16 september 2013 pada pukul 05.30 WIB.

Sukardi,P. dan Yuwono, H, E. 2010. Nutrisi Ikan, UPT percetakan dan penerbitan Universitas Jenderal Sudirman : Purwokerto.

Sukoso. 2002. Bioprospecting Khamir Laut Isolat Baru Kajian Fisiologi Dan Molekuler. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.

(50)

Lampiran 1. Data dan hasil analisa statistik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat

* This is a lower bound of the true significance.

Uji homogenitas

Levene's Test of Equality of Error Variances(a)

Dependent Variable: PERTUMBUHAN

F df1 df2 Sig.

(51)

Uji Anova RAK

PERLAKUAN KELOMPOK Mean Std. Deviation N

(52)

Uji Beda nyata terkecil

Lower Bound Upper Bound

A B .01544 .180500 1.000 -.47738 .50827

1. Dari hasil uji statistic normalitas dan homogenitas nila signifikansi pada table > 0,05 maka data laju pertumbuhan spesifik normal dan homogen kemudian dilanjutkan dengan uji statistik berikutnya.

2. Uji Anova model RAK menujukan nilai Signifikansi perlakuan 0,01 dan nilai signifikansi kelompok 0,366, jika nilai signifikan < 0,05 maka pada variable tersebut terdapat perbedaan nyata.

(53)

Lampiran 2. Data dan hasil analisa statistik rasio konversi pakan (FCR) ikan sidat selama 30 hari.

Hari

Uji homogentitas data FCR

(54)

ANOVA FCR

Dependent Variable: FCR, Tukey HSD

(I)

Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

A B -.3067 .23036 .570 -1.0444 .4310

1. Dari hasil uji statistic normalitas dan homogenitas nila signifikansi pada table > 0,05 maka data rasio konversi pakan normal dan homogen kemudian dilanjutkan dengan uji statistik lanjutan.

2. Uji Anova (One way) menujukan nilai Signifikansi perlakuan 0,00, jika nilai signifikan < 0,05 maka pada variable tersebut terdapat perbedaan nyata.

(55)

Lampiran 3. Data dan hasil analisa statistik rasio efisiensi protein (PER) ikan sidat selama 30 hari.

Hari

PERLAKUAN Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

for Mean Minimum Maximum

(56)

ANOVA PER

Uji BNT, Tukey HSD Dependent Variable: PER

(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN

Mean

Lower Bound Upper Bound

A B .1667 .08158 .250 -.0946 .4279

1. Dari hasil uji statistik normalitas dan homogenitas nila signifikansi pada table > 0,05 maka data rasio efisiesi protein normal dan homogen kemudian dilanjutkan dengan uji statistik lanjutan.

2. Uji Anova (One way) menujukan nilai Signifikansi perlakuan 0,00, jika nilai signifikan < 0,05 maka pada variable tersebut terdapat perbedaan nyata.

(57)
(58)

Lampiran 5. Uji statistik proksimat formulasi pakan

Descriptive Statistics Pakan

Parameter N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PROTEIN 4 36.0450 2.14051 33.39 38.17 Std. Deviation 2.14051 1.48201 .36936 207.60338

(59)

Lampiran 6. Tahapan membuat silase daun mengkudu

Daun mengkudu dilayukan 1 hari dengan suhu kamar

Pencampuran

Khamir laut Molases

Dihomogenkan Dimasukkan dalam toples/ silo

(60)

Lampiran 7. Tahapan membuat tepung silase daun mengkudu

Hasil fermentasi silase dijemur

sinar matahari selama 3 hari pengeringan kembali menggunakan oven

(61)

Lampiran 8. Tahapan pembuatan pelet

Pakan Komersil (Pakan udang) Tepung silase daun mengkudu

Diaduk secara merata Dicampur

Pembuatan pasta Proses pencetakan

(62)

Lampiran 9. Dokumentasi penelitian

Pemberian pakan Pengecekan oksigen terlarut

Pengecekan pH Peralatan dan pakan

Kondisi dalam media

(63)

Lampiran 10. Biografi penulis

Gambar

Gambar 1.Sumber : Khamilah, 2011  Daun Mengkudu (
Tabel 1 . Komposisi kimia daun mengkudu (Morinda citrifolia)
Table 2. Rata – rata kandungan bahan kering, protein, lemak, serat kasar, abu, Ca, energi, dan kecernaan protein silase daun mengkudu
Gambar 2. Khamir laut hasil purifikasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dosis minimal dari ekstrak buah mengkudu ( Morinda citrifolia L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus

Bobot dan Panjang Organ Saluran Pencernaan Ayam Kampung Super Akibat Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi dalam Ransum dan penelitian

Karya Skripsi yang berjudul: Performans Produksi Ayam Kampung Super akibat Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi dalam Ransum, dan penelitian

Penggunaan silase daun Mengkudu ( M. citrifolia ) dalam formula pakan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan, rasio efisiensi

Untuk mengetahui aktivitas ekstrak kombinasi daun Sirsak (Annona muricata Linn) dengan buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap kadar kolesterol pasien hipertensi

Pemberian Tepung Daun Mengkudu ( Morinda citrifolia linn ) Terhadap Profil Protein Bronkus dan Gambaran Histopatologi Bronkus Pada Ayam Broiler yang Diinfeksi E.coli. Edhy

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan ekstrak dosis Daun Mengkudu Morinda citrifolia L untuk meningkatkan sintasan benih Ikan Lele Dumbo Clarias

Analisis Data Data hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun mengkudu dan sediaan masker gel peel-off ektrak etanol daun mengkudu Morinda citrifolia terhadap diameter zona