• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi kak audri hub asupan aktivitas f

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi kak audri hub asupan aktivitas f"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN INTAKE KALORI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA/I DI SMA N 1 KOTA SOLOK

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

AUDRY TILDHA PRITAMI No. BP. 1210312078

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKIHR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya mahasiswa/dosen/tenaga kependidikan*Universitas Andalas yang bertandatangan di bawah ini:

Nama lengkap : Audry Tildha Pritami No. BP/NIM/NIDN : 1210312078

Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran

JenisTugas Akhir : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Andalas hak ata spublikasi online Tugas Akhir saya yang berjudul :

Hubungan Intake Kalori dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight Pada Siswa/i di SMAN 1 Kota Solok

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Universitas Andalas juga berhak untuk menyimpan, mengalihmedia / formatkan, mengelola, merawat, dan mempublikasikan karya saya tersebut di atas selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penuiis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya bug dengan sebenarnya.

Dibuat di Padang

Pada tanggal 26 April 2016 Yang menyatakan,

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirraahiim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang

berjudulu “Hubungan Intak Kalori dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight pada Siswa/i di SMA N 1 Kota Solok” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Penyelesaian skripsi ini mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak.

Oleh karena itu izinkanlah penulis menyampaikan timakasih, penghormatan dan

penghargaan kepada :

1. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK selaku Dekan beserta Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

2. Bapak Dr. dr. Masrul, M.Sc, Sp.GK dan Ibu Dra. Yustini Alioes, M.Si, Apt

selaku pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan serta

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. Ibu Prof. dr. Nur Indrawati Lipoeto, M.Sc, Sp.GK, Bapak dr. Erkadius, M.Sc,

dan Ibu Dra. Asterina, MS sebagai tim penguji yang telah memberikan

masukan, saran dan petunjuk demi kesempurnaan skripsi ini.

4. dr. Wahyudi, SpPD selaku Pembimbing Akademik yang telah memacu

(7)

5. Seluruh dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan kepada penulis bernilai ibadah

di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari

pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kekurangan yang

ada, penulis hanya bisa mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama

kepada pembaca dan penulis sendiri.

Padang, 14 April 2016

(8)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia

mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan mendapat (siksa) dari

(kejahatan) yang diperbuatnya.

(QS. 1 : 286)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan.

(QS. 94 : 5-6)

Skripsi ini didedikasikan kepada :

Keluarga tercinta : Mama (Dra. Titi Suharti), Papa (Afdal, SH),

dan adik (Fariz Dwi Jandika)

serta sahabat-sahabat tersayang (Resti Yomelia, S.Ked, Ranny Anneliza, S.Ked,

(9)
(10)

viii Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN CALORY INTAKE AND PHYSICAL

ACTIVITY WITH INCIDENCE OF OVERWEIGHT ON STUDENTS AT

SENIOR HIGH SCHOOL 1 SOLOK CITY

By

AUDRY TILDHA PRITAMI

Overweight’s prevalence is increasing and become a big problem in the world. Calorie intake, physical activity and genetic history are the universal risk factors of overweight in adolescents. The purpose of this study is to determine the relation between calory intake, physical activity and genetic history with incidence of overweight on students at Senior High School 1 Solok City.

This research is an analytic study with cross sectional approach to the subject of research students in Senior High School 1 Solok City. The study was conducted on November 2015. The samples are 118 students were measured weight and height and interviewed by the Food Frequency Questionary (FFQ) to assess the intake of calories; Baecke index questionnaire to assess their physical activity; and asked about the overweight genetic history. This data then analyzed by using Chi Square test and considered significant if p <0,05.

The prevalence of overweight was 25,4%, samples that have excess calory intake was 50%, samples with low phisical activity was 40,7% and the genetic history present in 41,5 % samples. Bivariat analyse result show there are significant correlation between calory intake (p=0,000), physical activity (p=0,039) and genetic history (p=0,000) with incidence of overweight.

Based on these results, it can be concluded that there is relation between calory intake, physical activity and genetic history with overweight.

(11)

ix Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

ABSTRAK

HUBUNGAN INTAKE KALORI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN

KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA/I DI SMA N 1 KOTA SOLOK

Oleh

AUDRY TILDHA PRITAMI

Overweight menjadi permasalahan yang semakin meningkat prevalensinya di dunia. Asupan makanan, aktivitas fisik dan riwayat keluarga adalah faktor risiko universal pada remaja yang mengalami overweight. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional

dengan subjek penelitian yaitu siswa/i di SMA N 1 Kota Solok. Penelitian dilakukan pada bulan November 2015. Sampel diambil sebanyak 118 orang yang diukur berat badan dan tinggi badannya dan diwawancari dengan Food Frequency Quetionary (FFQ) untuk menilai intake kalorinya; kuesioner indeks Becke untuk menilai aktivitas fisiknya; dan ditanyakan tentang riwayat overweight pada keluarganya. Data ini kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dan dianggap bermakna bila nilai p<0,05.

Hasil univariat didapatkan prevalensi overweight adalah 24,5%, sampel dengan intake kalori lebih sebanyak 50%, sampel dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 40,7% dan sampel yang memiliki riwayat keluarga overweight sebanyak 41,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna anatara intake kalori (p=0,000), aktivitas fisik (p=0,039) dan riwayat keluarga (p=0,000) dengan kejadian overweight.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara intake kalori, aktivitas fisik, dan riwayat keluarga dengan

overweight.

(12)

x Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Daftar Singkatan ………... xiv

Daftar Lampiran ……….. xv

1.4.1 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan 1.4.2 Manfaat bagi Institusi..……… 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat 8 9 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10 2.1 Overweight……….. 10

2.1.1 Pengertian Overweight……….. 10

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi ..…………. 10

2.1.3 Etiologi Overweight………..………... 11

2.1.4 Dampak Overweight……… 2.1.5 Pencegahan dan Penatalaksanaan Overweight 17 18 2.2 Remaja ……….. 2.2.1 Pengertian Remaja ………... 2.2.2 Gizi pada Masa Remaja 2.3 Intake Kalori………... 21 21 23 27 2.3.1 Sumber Intake Kalori 2.3.2 Faktor yang Memengaruhi Intake Kalori 27 29 2.3.3 Pola Makan Sesuai Konsep Gizi Seimbang ……… 30

2.4 Aktivitas Fisik ……… 31

(13)

xi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2.4.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik ………... 32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 34

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ………... 34

3.2 Hipotesis Penelitian ……….. 35

BAB 4 METODE PENELITIAN 36

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1 Populasi ………..

4.3.2 Sampel 4.3.3 Besar Sampel

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

36

4.5 Instrumen Penelitian 39

4.6 Prosedur Pengumpulan Data 40

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data 4.7.1 Pengolahan Data

4.7.2 Analisis Data

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Data Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.2 Analisis Univariat

5.3 Analisis Bivariat

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Kejadian Overweight

6.2 Gambaran Intake Kalori Responden

6.3 Gambaran Tingkat Aktivitas Fisik Responden 6.4 Gambaran Riwayat Keluarga Responden

6.5 Hubungan Intake Kalori dengan Kejadian Overweight

6.6 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Overweight

6.7 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Overweight

(14)

xii Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Daftar Tabel

Halaman TABEL 2.1 : Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT menurut Kriteria

WHO

10

TABEL 2.2 : Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT menurut Kriteria Asia Pasifik

11

TABEL 2.3 : Dampak Patologis dari Berat Badan Lebih dan Obesitas 18

TABEL 2.4 : Kebutuhan Nutrisi Remaja Klasifikasi Aktivitas Fisik 25

TABEL 2.5 : Angka Kecukupan Gizi Remaja Indonesia yang Dianjurkan (Perorang Perhari)

TABEL 2.6 : Klasifikasi Aktivitas Fisik

26

33

TABEL 5.1 : Karakteristik Responden menurut Kelas

TABEL 5.2 : Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin

TABEL 5.3 : Karakteristik Responden menurut Umur

TABEL 5.9 : Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Overweight

(15)

xiii Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Daftar Gambar

Halaman

GAMBAR 2.1 : Kecenderungan Status Gizi (IMT/U) Remaja Umur 16-18 tahun 2010 dan 2013

GAMBAR 2.2 : Metabolisme Zat Penghasil Kalori

27

(16)

xiv Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Daftar Singkatan

AKG = Angka Kecukupan Gizi

BMR = Basal Metabolic Rate

IMT = Indeks Massa Tubuh

LPL = Lipoprotein Lipase

MET = Metabolic Equivalent Task

MEOS = Microsomal Ethanol Oxidizing System

NEAT = Non Exercise Activity Thermogenesis

PAL = Physical Activity Level

SMA = Sekolah Menengah Atas

VLDL = Very Low Density Lipoprotein

WHO = World Health Organization

(17)

xv Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Informed Consent Form

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Teknis Pengambilan Sampel Lampiran 4. Tabel Data

(18)

1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak.

(Purnamawati, 2009). Kelebihan lemak tubuh disebabkan oleh tidak adanya

keseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan

(Supeni dan Asmayuni, 2007).

Kalori adalah satuan dasar yang digunakan untuk menyatakan energi, yaitu

jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 g H2O sebesar 1°C.

Masukan energi diperoleh dari intake kalori yang masuk melalui sumber makanan yang dikonsumsi. Energi yang dihasilkan dari proses biokimiawi makanan yang

masuk ke dalam tubuh akan digunakan oleh sel dalam bentuk ATP (Adenosin Tri

Phosphat) untuk melakukan kerja biologis. Energi tersebut juga dapat disimpan

dalam bentuk glikogen (di hati dan otot) dan triasilgliserol (di jaringan adiposa)

dan dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar tubuh ketika tidak terjadi

pencernaan dan penyerapan makanan. Penumpukan cadangan energi yang

disimpan dalam jaringan adiposa dapat menyebabkan kelebihan berat badan

apabila intake kalori tidak seimbang dengan jumlah energi yang digunakan untuk aktivitas fisik (Sherwood, 2011).

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2010). Aktivitas fisik dapat

didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

(19)

2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Obesitas dan overweight menjadi permasalahan yang semakin marak saat ini dan memengaruhi lebih dari 1,1 miliar orang di seluruh dunia. Keduanya

dikaitkan dengan kematian prematur, morbiditas kronis, dan peningkatan

penggunaan layanan kesehatan (Rucker et. al, 2007).

Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko penyakit tidak menular, seperti

penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan

stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di

Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat dari

penyakit tidak menular yang sebagian besar berhubungan dengan kelebihan berat

badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi (Depkes RI, 2008).

Terdapat korelasi antara peningkatan prevalensi gizi lebih dengan

peningkatan prevalensi kesakitan akibat penyakit non infeksi seperti hipertensi

dan diabetes mellitus (Prihatini dan Jahari, 2007). Risiko yang paling penting dari

penyakit tidak menular antara lain tekanan darah tinggi, konsentrasi kolesterol

tinggi dalam darah, kurangnya asupan buah dan sayur, kelebihan berat badan,

aktivitas fisik dan perilaku merokok (WHO, 2002).

Data WHO pada tahun 2014 menunjukkan lebih dari 1,9 miliar orang

dewasa, yang berusia 18 tahun ke atas mengalami overweight, dan 600 juta diantaranya mengalami obesitas. Persentase orang dewasa berusia 18 tahun ke

atas di seluruh dunia yang mengalami overweight adalah 39%. Jumlah keseluruhannya adalah 38 % dari jumlah populasi laki-laki dan 40% dari semua

populasi wanita.

Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI (2003) di 12 kota besar di

(20)

3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukkan secara nasional

pada remaja berusia 16-18 tahun berdasarkan IMT/U adalah sebesar 1,4%

(Kussoy et al., 2013).

Data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 menunjukkan

bahwa terdapat 24% orang dewasa yang termasuk dalam kategori gemuk dengan

IMT >25,0 kg/m2 di Sumatera Barat (Supeni dan Asmayuni, 2007). Berdasarkan

hasil Riskesdas tahun 2013 pervalensi remaja di Sumatera Barat yang mengalami

overweight adalah 8,3% (usia 13-15 tahun) dan 6% (usia 16-18 tahun).

Asupan makanan, aktivitas fisik dan perilaku kurang gerak adalah faktor

risiko universal pada remaja yang mengalami overweight (Rena I et al., 2007). Kecenderungan terjadinya kelebihan berat badan dijumpai pada sebagian besar

orang yang sangat terkait erat dengan pola makan, status sosial,

ketidakseimbangan aktivitas tubuh, dan konsumsi makanan (Misnadiarly, 2007

dalam Sutiari et al., 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supeni dan Asmayuni pada tahun

2007 di Kota Padang Panjang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara asupan kalori (intake kalori) dengan terjadinya overweight, yaitu dari keseluruhan energi total, karbohidrat menyumbang sebanyak 58% (lebih

rendah daripada yang dianjurkan yaitu sebesar 60%-65%), lemak menyumbang

sebanyak 29% (lebih besar dari yang dianjurkan yaitu sebesar 20%-25%) dan

asupan protein menyumbang sebanyak 14% (masih dalam batas yang dianjurkan

yaitu 10%-15%). Asupan serat (total) yang rendah terlihat lebih tinggi daripada

(21)

4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Sebuah penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa baru Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin menunjukkan hanya 56,6%

mahasiswa yang melakukan praktik gizi seimbang. Sedangkan 43,4% sisanya,

belum menerapkan gizi seimbang dalam keseharian (Sunarti, 2011). Terdapat

hubungan yang signifikan antara energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi, dan

seng dengan status gizi berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) dan LILA

(Lingkar Lengan Atas) sedangkan untuk asupan vitamin A, vitamin C, asam folat,

dan kalsium tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi (IMT

dan LILA) pada remaja putri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

(Muchlisa, 2013). Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia

pada tahun 2013 di Pondok Pesantren Hidayatullah Makassar yaitu terdapat

hubungan antara asupan energi, protein dan zink dengan status gizi santri,

sedangkan untuk lemak, karbohidrat, vitamin C, natrium, kalsium, magnesium,

dan zat besi tidak memiliki hubungan dengan status gizi.

Secara nasional pada tahun 2007 hampir separuh penduduk Indonesia

(48,2%) kurang melakukan aktivitas fisik secara teratur (Kementerian Kesehatan,

2007). Laporan Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat 22 provinsi

dengan penduduk yang melakukan aktivitas fisik tergolong kurang aktif di

Indonesia, termasuk di dalamnya Sumatera Barat.

Perubahan gaya hidup, yakni dari traditional life style berubah menjadi

(22)

5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

hubungan positif yang signifikan antara aktivitas sedentari dengan kejadian

overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar

.

Hudha (2006) menyatakan dalam penelitiannya bahwa remaja yang kurang

melakukan aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan.

Sebuah penelitian yang dilakukan Rahmadani et al., pada tahun 2014 (p=0,000) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku

sedentari (aktivitas fisik yang sangat kurang) dengan kejadian overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Siswa yang sering melakukan

aktivitas sedentari (78,6%) cenderung mengalami overweight (50,9%).

Penelitian Mahmudah tahun 2014 di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta

juga memperlihatkan hasil yang sama, yaitu ada perbedaan aktivitas fisik yang

signifikan antara kelompok siswi yang mengalami overweight dengan kelompok siswi yang tidak overweight (p=0,000). Kelompok overweight cenderung lebih banyak melakukan aktivitas yang ringan (84,6 %) dibandingkan dengan kelompok

yang tidak overweight.

Kasus obesitas dan overweight relatif lebih tinggi terjadi pada anak-anak dan remaja dibandingkan orang dewasa (Neovius et al., 2009). Remaja adalah usia rentan gizi karena pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan kedua

setelah sebelumnya terjadi percepatan pertumbuhan pertama pada masa

anak-anak. (Azrimaidaliza dan Purnakarya, 2011). Usia remaja merupakan masa

pematangan dari pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus kehidupan

manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi status gizi pada

masa ini. Ketidakseimbangan asupan kebutuhan akan dapat menimbulkan masalah

(23)

6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Masa remaja merupakan tahapan penting dalam siklus kehidupan manusia

karena pada saat inilah remaja mulai independen untuk menentukan gaya

hidupnya, termasuk konsumsi makanan. Peningkatan interaksi sosial dengan

teman sebaya juga menjadi faktor pembentuk kebiasaan makan dan aktivitas fisik

pada remaja (Al-Hazza et al., 2011).

SMA N 1 Kota Solok adalah salah satu Sekolah Menengah Atas unggulan

di Kota Solok. Hal ini dibuktikan dengan akreditasi A yang disandang sekolah

tersebut semenjak penetapan pada tahun 2009. Kelulusan siswa SMA N 1 Kota

Solok mencapai 100% pada tahun 2015 dan 197 siswa diantaranya diterima di

berbagai perguruan tinggi favorit, baik di Sumatera Barat maupun di luar

Sumatera Barat (SMA N 1 Kota Solok, 2015).

Selain sumber daya yang bagus, sistem pembelajaran yang baik dan guru

yang berkualitas, gizi juga ikut berperan dalam pencapaian prestasi belajar. Zat

gizi yang terdapat dalam makanan dapat mempengaruhi perkembangan otak

seseorang. Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat-zat

gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama maka dapat

menyebabkan perubahan metabolisme otak (Cakrawati, 2012). Sebuah penelitian

yang dilakukan di SD Negeri Semarang memperoleh hasil bahwa terdapat

hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut

(Ristiyati et al., 2014).

Sumber makanan seorang pelajar umumnya terutama didapatkan di rumah

masing-masing dan di sekolah mereka. Lokasi SMA N 1 Kota Solok terletak

cukup dekat dengan pusat kota. Hal ini akan memudahkan siswa/i SMA N 1 Kota

(24)

7 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

pusat kota tersebut. Pada umumnya makanan cepat saji mengandung lebih tinggi

kalori, garam, dan lemak termasuk kolesterol dan hanya sedikit mengandung serat

(Bowman, 2004). Ketidakseimbangan energi di dalam tubuh dapat terjadi jika

perilaku mengonsumsi makanan yang tidak memenuhi kebutuhan zat gizi seperti

makanan cepat saji dijadikan pola makan sehari-hari (Mahdiyah et al., 2004). Siswa/i SMA N 1 Kota Solok rata-rata berasal dari keluarga dengan

ekonomi menengah ke atas. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung

peningkatan penggunaan teknologi seperti gadget dan kendaraan bermotor pribadi yang dapat menyebabkan menurunnya aktivitas fisik yang aktif. Mereka akan

cenderung malas untuk berjalan kaki, bersepeda dan melakukan aktivitas fisik di

luar ruangan lainnya. Perilaku ini dapat menurunkan keluaran energi sehingga

dapat memicu penyimpanan lemak berlebihan di dalam tubuh (Syarif D, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui hubungan intake

kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana frekuensi kejadian overweight pada siswa/i di SMAN 1 Kota Solok ?

2. Bagaimana hubungan intake kalori dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok?

(25)

8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian

overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

2. Mengetahui distribusi frekuensi intake kalori pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

3. Mengetahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada siswa/i di SMA N1

Kota Solok.

4. Mengetahui hubungan antara intake kalori dengan kejadian overweight

pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

5. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian

overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

6. Mengetahui hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian

overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

1. Memberikan sumbangan ilmiah terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai overweight.

2. Menjadi pembanding dan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya

sehingga dapat memperluas pengetahuan mengenai hubungan antara

(26)

9 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.4.2 Manfaat bagi Institusi

1. Meningkatkan pengetahuan siswa/i SMA N 1 Kota Solok tentang

status gizi ideal, intake kalori yang seimbang dan aktivitas fisik yang baik bagi tubuh.

2. Memberikan motivasi kepada siswa/i SMA N 1 Kota Solok untuk

mengatur intake kalori dengan seimbang dan melakukan aktivitas fisik yang baik sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan dan

semangat belajar serta mencegah berbagai dampak buruk dari

kelebihan berat badan di masa depan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

1. Memberikan informasi tentang intake kalori dan aktivitas fisik yang baik untuk tubuh serta langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah

dan mengatasi kelebihan berat badan.

2. Memberikan informasi tentang dampak negatif bagi kesehatan akibat

kondisi overweight.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatannya

dengan cara memiliki proporsi tubuh yang ideal sehingga dapat

(27)

10 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Overweight

2.1.1 Pengertian Overweight

Berat badan berlebih (overweight) bisa didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Akumulasi lemak yang berlebihan dapat

mencapai 50% dari berat badan total (Barasi, 2007).

Overweight (gizi lebih) yaitu kelebihan berat badan 10% dari berat badan normal sedangkan obesitas (kegemukan) yaitu kelebihan berat badan 20% dari

berat badan normal (WHO, 2010).

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi

Pengukuran berat badan dan tinggi badan adalah komponen dari

antropometri yang merupakan indikator status gizi. Penilaian keseimbangan

asupan dan penggunaan energi dapat dinilai dengan membandingkan berat badan

(satuan kg) dengan tinggi badan dalam kuadrat (satuan meter2), yaitu

menggunakan metode IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT dapat digunakan untuk

menentukan klasifikasi komposisi tubuh seseorang yang menggambarkan status

gizinya.

Berikut adalah klasifikasi status gizi berdasarakan IMT menurut WHO :

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut Kriteria WHO

Kategori Kisaran IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (kurang) < 18,5 Berat badan normal (ideal) 18,5 – 24,9

Overweight (overweight) 25– 29,9

Obesitas tingkat 1 30 – 34,9

Obesitas tingkat 2 35-39,9

Sangat obesitas >39,9

(28)

11 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik

Kategori Kisaran IMT (kg/m2)

Kurus (kurang/underweight) < 18,5

Normal (ideal) 18,5 – 22,9

Kelebihan (overweight) 23– 29,9

Obesitas tingkat 1 30 – 34,9

Obesitas tingkat 2 35-39,9

Obesitas tingkat 3 >40

Sumber : The Asia-Pacific Perspective : Redefining Obesity and Its Treatment, World Health Organization (WHO)

2.1.3 Etiologi Overweight

Penyebab mendasar dari overweight dan obesitas ialah kelebihan asupan energi dalam makanan dibandingkan pengeluaran energi. Jika seseorang diberi

makan diet tinggi kalori dalam jumlah tetap, sebagian mengalami pertambahan

overweight cepat dari yang lain, tetapi pertambahan berat badan yang lebih lambat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran energi dalam bentuk gerakan kecil yang

gelisah (Nonexercise Activity Thermogenesis; NEAT) (Ganong, 2008).

Kegemukan dapat terjadi jika konsumsi kilokalori berlebihan

dibandingkan dengan yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh.

Sehingga kelebihan tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak.

Seorang manusia dewasa dapat memiliki sekitar 40 milyar hingga 50 milyar

adiposit dan setiap sel lemak mampu menampung 1,2 μg trigliserida. Jumlah ini

akan terus mengalami peningkatan seiring jumlah kalori yang dikonsumsi

(Sherwood, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujur (2011)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian

overweight di SMA N 4 Semarang (p=0,005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supeni dan Asmayuni pada tahun 2007 di Kota Padang Panjang juga

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalori

(29)

12 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

karbohidrat menyumbang sebanyak 58% (lebih rendah daripada yang dianjurkan

yaitu sebesar 60%-65%), lemak menyumbang sebanyak 29% (lebih besar dari

yang dianjurkan yaitu sebesar 20%-25%) dan asupan protein menyumbang

sebanyak 14% (masih dalam batas yang dianjurkan yaitu 10%-15%).

Overweight terjadi jika aktivitas fisik yang dilakukan lebih sedikit dibandingkan dengan asupan kalori yang dikonsumsi. Hasil penelitian yang

dilakukan Hudha (2006) menunjukkan bahwa responden yang kurang melakukan

aktivitas fisik cenderung untuk mengalami kelebihan berat badan. Sebuah

penelitian lain yang dilakukan Rahmadani et al., pada tahun 2014 (p=0,000) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu, terdapat hubungan positif yang signifikan

antara perilaku sedentari (aktivitas fisik yang sangat kurang) dengan kejadian

overweight pada remaja di SMA Katolik Cendrawasih Makassar. Siswa yang sering melakukan aktivitas sedentari (78,6%) cenderung mengalami overweight

(50,9%).

Berikut ini adalah komponen makanan yang berperan menyebabkan

peningkatan jumlah lemak (adiposit) di dalam tubuh pada kondisi gizi lebih dan

diet yang tidak seimbang :

2.1.3.1Lemak

Diet kaya lemak dapat menyebabkan konsumsi energi secara berlebihan

dan keseimbangan energi menjadi positif. Lemak dalam makanan yang

kebanyakan berbentuk triasilgliserol (trigliserida) dapat menghasilkan 9

kkal/g. Ini adalah jumlah kalori tertinggi di antara yang dapat dihasilkan

oleh jenis asupan makanan lainnya. Triasilgliserol yang masuk ke lambung

(30)

13 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

oleh garam empedu, lalu dicerna oleh lipase pankreas menghasilkan

2-monoasilgliserol dan asam lemak yang dikemas dalam misel untuk diserap

oleh vili-vili usus. Kemudian 2-monoasilgliserol dan asam lemak

bergabung kembali menjadi triasilgliserol lalu bersama protein dan

fosfolipid dikemas menjadi kilomikron (lipoprotein). Kilomikron

disekresikan ke dalam kilus sistem limfatik dan masuk ke dalam darah

melalui duktus torasikus. Triasilgliserol pada kilomikron dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dicerna oleh LPL (Lipoprotein Lipase) menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak ini akan masuk ke dalam otot untuk

selanjutnya dioksidasi menjadi energi dan CO2 + H2O sedangkan gliserol

dapat digunakan untuk membentuk triasilgliserol di dalam hati dalam

keadaan kenyang. Sisa asam lemak bebas yang tidak digunakan untuk

membentuk energi akan diserap oleh jaringan adiposa dan disimpan

sebagai trigliserida kembali (Marks et. al, 2000). 2.1.3.2Karbohidrat

Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat akan memicu insulin untuk

merangsang penyaluran glukosa ke dalam hati dan otot. Hati akan

mengoksidasi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi. Kelebihan

glukosa disimpan di hati dalam bentuk glikogen dan glukosa diubah

menjadi asam lemak dan menjadi gugus gliserol yang bereaksi dengan

asam lemak untuk menghasilkan gliserol, proses ini dinamakan

lipogenesis. Triasilgliserol ini dikemas dalam VLDL lalu dikeluarkan ke

(31)

14 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dalam bentuk trigliserida. Glukosa juga dapat disimpan dalam bentuk

glikogen di hati dan otot pada saat istirahat (Marks et. al, 2000). 2.1.3.3Alkohol

Alkohol dapat menyebabkan asupan energi berlebihan jika dikonsumsi

sebagai tambahan makanan normal (Barasi, 2007). Alkohol dioksidasi

menjadi CO2 dan H2O dalam tubuh dan menghasilkan energi sekitar 7

kkal/g, lebih besar daripada karbohidrat tetapi lebih kecil daripada lemak.

Alkohol dioksidasi menjadi asetaldehida terutama oleh ADH (alkohol

dehidrogenase) di dalam mitokondria. Etanol pada konsentrasi tinggi juga

dapat dioksidasi oleh MEOS (Microsomal Ethanol Oxidizing System). Efek dari proses ini dapat berdampak pada peningkatan pembentukan

triasilgliserol. Penimbunan triasilgliserol di dalam hati dapat menyebabkan

perlemakan hati sedangkan triasilgliserol yang disekresikan ke luar hati

dalam bentuk VLDL (Very Low Density Lipoprotein) akan dicerna oleh LPL (Lipoprotein Lipase) menjadi asam lemak. Asam lemak ini bisa

diserap oleh adiposa dan disimpan sebagai trigliserida (Marks et. al, 2000).

Pada orang yang mengalami berat badan yang berlebihan terjadi

keseimbangan energi positif. Pada saat jumlah energi dalam makanan yang masuk

lebih besar daripada jumlah energi yang dikeluarkan untuk kerja eksternal dan

fungsi internal, maka kelebihan energi tersebut akan disimpan di dalam tubuh,

terutama sebagai jaringan lemak, sehingga berat tubuh bertambah. Sebaliknya,

(32)

15 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

keseimbangan energi netral dicapai jika energi yang masuk sebanding dengan

energi yang digunakan (Sherwood, 2011).

Beberapa penyebab yang diduga mungkin terlibat dalam terjadinya

overweight antara lain(Sherwood, 2011) :

- Pembentukan sel lemak dalam jumlah berlebihan

Sekali terbentuk, sel lemak tidak akan lenyap dengan pembatasan makan

dan usaha penurunan berat badan. Trigliserida dapat menghilang dari sel

lemak ketika seseorang melakukan diet, namun sel-sel lemak ini akan

senantiasa siap untuk diisi kembali oleh trigliserida saat seseorang berhenti

dari program dietnya. Karena itu, rebound setelah penurunan berat badan sulit dihindari.

- Gangguan jalur sinyal leptin

Leptin adalah suatu hormon yang esensial bagi regulasi berat tubuh. Defek

dapat terjadi pada reseptor leptin di otak yang tidak berespon terhadap

tingginya kadar leptin darah yang berasal dari jaringan lemak yang

banyak. Defek lain yang mungkin terjadi adalah gangguan transpor leptin

menembus sawar darah otak atau defisisensi salah satu pembawa pesan

kimiawi di jalur leptin. Sehingga otak tidak mendeteksi leptin tersebut

sebagai sinyal untuk menurunkan nafsu makan. Hal ini akan memicu

penimbunan lemak terus menerus di dalam tubuh yang berakibat

terjadinya kelebihan berat badan.

- Kurang olahraga

Saat ini seseorang harus melakukan olahraga atas keinginan sendiri karena

(33)

16 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

penyebabnya adalah teknologi yang banyak menggantikan sebagian besar

kerja fisik. Tingkat aktivitas yang sangat rendah ini biasanya tidak disertai

penurunan asupan makanan. Sehingga menjadi risiko penyebab terjadinya

kelebihan berat badan.

- Perbedaan “fidget factor” (Non Exercise Activity Thermogenesis/NEAT) Fidget factor adalah energi yang dikeluarkan oleh aktivitas fisik di luar olahraga yang direncanakan. Orang yang sering mengetuk-ngetukkan kaki

atau jenis aktivitas fisik spontan berulang menghabiskan kilokalori yang

cukup besar sepanjang hari tanpa mereka sadari.

- Perbedaan dalam mengekstraksi energi dari makanan

Studi-studi memperlihatkan bahwa orang dengan berat badan ideal

memiliki lebih banyak uncoupling proteins yang memungkinkan sel-sel mereka mengubah lebih banyak kalori nutrien menjadi panas dan bukan

menjadi lemak. Mereka adalah orang yang dapat makan banyak tanpa

bertambah berat badannya. Sebaliknya, orang dengan overweight mungkin memiliki sistem metabolik yang lebih efisien dalam mengekstraksi energi

dari makanan sehingga menyebabkan penimbunan lemak yang lebih

banyak dalam tubuh.

- Keberadaan penyakit endokrin tertentu misalnya hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah defisiensi produksi hormon tiroid. Fungsi hormon

tiroid yaitu meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR) sehingga tubuh membakar kalori lebih banyak saat beristirahat. Pada pasien

hipotiroidisme, hormon tiroid tidak dapat menjalankan perannya secara

(34)

17 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Ketersediaan makanan yang berlimpah, lezat, padat energi dan relatif

murah.

- Gangguan emosi di mana makan berlebihan menggantikan kepuasan yang

lain.

- Pengaruh Genetik

Pada populasi umum, meskipun cacat gen spesifik belum teridentifikasi

dengan jelas, pengaruh riwayat keluarga jelas menunjukkan peran genetik

sebagai faktor obesitas manusia (Greganti dan Runge, 2009). Menurut

Mustofa (2010) Parentalfatness merupakan faktor genetik yang memiliki peranan besar. Bila kedua orangtua obesitas, 80% anaknya menjadi

obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40%

dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14%.

2.1.4 Dampak Overweight

Beberapa penelitian menunjukkan overweight dapat menyebabkan keterhambatan fungsi fisik dan psikologis yang berdampak pada penurunan

kualitas hidup (Kim dan Kawachi, 2008). Keadaaan overweight pada remaja cenderung dapat berlanjut ketika dewasa dan lansia (Khomsan, 2004). Hal ini

dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2 dan berpotensi mengalami

gangguan metabolisme glukosa serta mendapat penyakit degeneratif seperti

(35)

18 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 2.3 Dampak Patologis dari Overweight dan Obesitas

Jenis efek Contoh penyakit/dampak patologis

Efek Metabolik Diabetes mellitus tipe 2 (gangguan intoleransi glukosa, resistensi

insulin)

Penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi dislipidemia,dan gangguan pembekuan darah

Disfungsi hormonal : kelainan menstruasi, perubahan anatomis

Efek Mekanis Muskuloskeletal (osteoarthritis pada sendi yang menahan berat

badan)

Kesulitan bernafas termasuk sleep apnoe dan sesak nafas

Komplikasi Bedah Resiko anastetik, buruknya penyembuhan luka, risiko thrombosis

Efek Psikologis Keletihan, agorafobia, rasa rendah diri, masalah dalam hubungan

keluarga

Sumber : Jurnal Gizi Universitas Sumatera Utara, 2011

2.1.4 Pencegahan dan Penatalaksanaan Overweight

Menurut Barasi (2007) pencegahan overweight dapat dilakukan di tingkat individu, yaitu antara lain dengan cara:

- Mengubah pilihan makanan menjadi lebih sehat dan seimbang

Makanan yang sehat dan seimbang adalah makanan yang mengandung

komponen-komponen zat gizi yang cukup secara kuantitas dan kualitas.

Zat gizi tersebut terdiri dari energi, protein, vitamin dan mineral yang

diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), menjaga kesehatan,

melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari, serta menyimpan

zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan tidak

mengandung zat gizi yang dibutuhkan (Kemenkes RI, 2014).

- Menurunkan asupan kalori total sehingga sebanding dengan keluaran

energi (ukuran porsi sedang)

Asupan kalori yang baik secara umum terdiri dari 65 % karbohidrat,

(36)

19 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tergantung kepada umur, ukuran tubuh, keadaan fisiologis, dan mutu

protein yang dikonsumsi. Informasi mengenai asupan energi total bagi

orang Indonesia setiap golongan usia per orang per hari dapat diketahui

dari tabel AKG (WNPG VIII, 2004).

- Memilih kudapan atau minuman yang lebih sehat

Kudapan dan minuman ringan yang sehat adalah asupan selingan (selain

makanan pokok) yang mengandung nilai gizi seimbang, higienis, tidak

mengandung pewarna dan zat kimia berbahaya serta tidak dikonsumsi

dalam jumlah yang berlebihan (Aprillia, 2011).

- Melakukan lebih banyak aktivitas fisik dan mengurangi aktivitas bersantai

Aktivitas fisik bertujuan untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan

pemasukan zat gizi (sumber energi) dalam tubuh. Selain itu, aktivitas fisik

juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk

metabolisme zat gizi (Kemenkes, 2014). Jenis olahraga yang dianjurkan

untuk menurunkan berat badan adalah olahraga bersifat yang bersifat

aerobik, contohnya antara lain latihan senam aerobik, berenang, bersepeda

santai, dan jogging (Wijayanti, 2013).

- Memiliki pengetahuan tentang risiko kelebihan berat badan terhadap

kesehatan dan bertekad untuk melakukan perubahan

Motivasi untuk menurunkan berat badan dapat timbul jika individu

tersebut memiliki pengetahun tentang dampak negatif dan bahaya

kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh berat badan berlebihan. Berbagai

penyakit tidak menular, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung

(37)

20 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

adalah penyebab utama setengah dari kasus kematian di Indonesia akibat

kelebihan berat badan (Depkes, 2008).

Prinsip penurunan berat badan :

- Asupan energi harus lebih rendah daripada keluaran energi untuk

menciptakan keseimbangan energi negatif, yang menghasilkan penurunan

berat badan karena cadangan lemak yang tersimpan dipergunakan sebagai

energy

- Defisit energi sebesar 500-1000 kkal per hari dapat direkomendasikan,

tergantung usia dan jenis kelamin

- Penurunan berat badan umumnya terjadi secara lambat, yaitu sekitar

0,5 kg/minggu. Kecuali jika defisit energinya besar, karena pada kondisi

ini mungkin jaringan bebas lemak ikut berkurang

- Mempertahankan berat badan yang sudah berhasil diturunkan adalah hal

yang sangat penting untuk dilakukan yaitu dengan cara menjaga

keseimbangan antara jumlah asupan makanan dan aktivitas fisik

Aktivitas fisik berupa kegiatan olahraga adalah salah satu upaya untuk

menurunkan berat badan. Tujuan utama olahraga pada overweight dan obesitas adalah untuk membakar kelebihan lemak yang dimiliki.

Latihan olahraga yang dianjurkan untuk mengatasi kelebihan berat badan

antara lain (Afriwardi, 2010) :

- Frekuensi : 4-6 kali per minggu

- Intensitas : 50-75 % frekuensi denyut nadi maksimal

- Lama : 45-75 menit

(38)

21 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Mengurangi asupan kalori dan mengurangi mengemil selama program

penurunan berat badan

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, remaja adalah

individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah, sedangkan

WHO mendefinisikan remaja sebagai anak yang sudah mencapai usia 10-19

tahun. Dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah fenomena fisik

yang berhubungan dengan pubertas, yaitu masa transisi antara masa anak dan

dewasa, dimana terjadi percepatan pertumbuhan, timbul ciri-ciri seks sekunder,

tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang menyolok (Narendra et al., 2002).

Masa remaja dibagi menjadi 3 fase, yaitu (Narendra et al., 2002) : - Masa remaja awal

Pada anak perempuan masa remaja awal adalah usia 10 – 13 tahun,

sedangkan pada anak laki-laki adalah usia 10,5 – 15 tahun. Anak perempuan

mencapai puncak percepatan tumbuhnya rata-rata pada usia 12 tahun, yaitu 25 cm.

Sedangkan anak laki-laki mencapai pertambahan tinggi maksimalnya rata-rata

pada usia 13 tahun, yaitu 28 cm.

Penambahan berat badan pada masa remaja awal masih sama dengan akhir

masa anak yaitu 2 kg per tahun. Terdapat perbedaan dari jaringan yang

menyebabkan penambahan berat badan pada anak perempuan dan laki-laki. Pada

(39)

22 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

tubuh, sedangkan kenaikan berat badan pada anak laki-laki terkait dengan

penambahan massa otot.

- Masa remaja menengah

Usia masa remaja menengah berkisar antara 11-14 tahun pada anak

perempuan dan 12-15,5 tahun pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan dan

usia puncak pertambahan tinggi pada masa remaja menengah masih sama dengan

masa remaja awal. Pada masa puncak tersebut, panjang badan secara keseluruhan

lebih besar pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Penambahan berat badan pada anak laki-laki terutama terjadi karena

pertambahan empat kali lipat dari sel-sel otot, sedangkan jumlah lemak tubuh

relatif berkurang dari 8 menjadi 7 persen saja. Pada anak perempuan pertambahan

jumlah dan ukuran sel lemak justru menjadi penyebab kenaikan berat badan, dari

8 persen saat prepubertas menjadi 20 persen pada saat puncak pertumbuhan di

masa remaja menengah.

- Masa remaja akhir

Usia kronologis pencapaian masa ini sama bervariasinya dengan masa

remaja sebelumnya. Pada anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun dan pada

anak laki-laki antara 14-16 tahun. Pada masa remaja akhir pertambahan tinggi

badan tidak terlalu signifikan sedangkan bertambahnya jumlah sel-sel otot

mengiringi bertambahnya berat badan pada anak laki-laki.

Secara kronologis dapat dikatakan akhir masa remaja adalah pada usia 19

atau 20 tahun sedangkan secara biologis akhir masa remaja bisa bersamaan

dengan berakhirnya perkembangan pubertas atau sempurnanya pertumbuhan

(40)

23 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2.2.2 Gizi pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi proses tumbuh kembang yang pesat sehingga

asupan nutrisi menjadi hal yang harus diperhatikan. Kenaikan tinggi badan selama

masa remaja adalah sekitar 20 % tinggi dewasa dan kenaikan berat badannya

adalah sekitar 50 % berat badan dewasa. Pertumbuhan ini akan terus terjadi dan

baru akan melambat pada usia 18 tahun pada anak perempuan dan 20 tahun pada

anak laki-laki. Komposisi tubuh juga mengalami perubahan, yang paling menjadi

perhatian khusus adalah komposisi lemak tubuh. Pada masa remaja pertumbuhan

lemak anak perempuan lebih cepat, sehingga pada waktu dewasa menjadi 22 %

pada perempuan dan 15 % pada laki-laki (Narendra et al., 2002).

Kebutuhan zat gizi remaja sangat bervariasi dan sulit ditentukan karena

banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya adalah perbedaan pola

pertumbuhan remaja laki-laki dan perempuan, aktivitas fisik dan faktor kelabilan

psikologis.

Di bawah ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah gizi

remaja :

- Kalori

Kebutuhan kalori tergantung pada kecepatan tumbuh dan jumlah aktivitas

fisik pada remaja yang cenderung mengalami peningkatan. Total kalori per

hari yang dibutuhkan oleh remaja laki-laki adalah ≤2675 Kkal, sedangkan

(41)

24 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

- Protein

Total protein yang dianjurkan pada masa remaja adalah sekitar

45-72 gram/hari, tergantung pada jenis kelamin, umur, status gizi, dan

kualitas protein.

- Mineral

Pada masa remaja terjadi proses pacu tumbuh sehingga dibutuhkan 2 kali

lipat lebih banyak asupan mineral kalsium, besi, seng, dan magnesium.

Mineral-mineral tersebut dibutuhkan untuk optimalisasi pertumbuhan

tulang, otot, serta penggantian besi yang hilang saat menstruasi pada

remaja perempuan.

- Vitamin

Tiamin, riboflavin dan niasin dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk

mengimbangi kebutuhan energi yang tinggi pada masa remaja. Begitu juga

dengan kebutuhan vitamin A, C, E, B6 dan asam folat yang juga harus

(42)

25 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Berikut adalah tabel kebutuhan nutrisi utama pada masa remaja (Barasi, 2007) :

Tabel 2.4 Kebutuhan Nutrisi Remaja

Nutrien Alasan Meningkatnya Kebutuhan Hal Lain yang Perlu

Diperhatikan

Kalori Untuk proses pembentukan jaringan baru Peningkatan ukuran tubuh menyebabkan meningkatnya laju metabolik dan penggunaan energi untuk aktivitas

Kebutuhan anak laki-laki lebih besar daripada anak perempuan karena ukuran tubuhnya lebih besar

Protein Sintesis jaringan baru

Lemak Membran sel membutuhkan asam lemak tak jenuh

Peningkatan sintesis hormon seks menyebabkan meningkatnya sintesis kolesterol

Makanan cepat saji yang banyak dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan lemak tak jenuh

Vitamin B Kofaktor untuk reaksi metabolik dan proses sintesis

Kebutuhan meningkat seiring peningkatan kebutuhan energi (tiamin dan niasin) dan protein menunjang jaringan ekstra Pada anak perempuan, kebutuhan besi meningkat saat dimulainya menstruasi

Status zat besi yang buruk dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif

Kalsium dan vitamin D

Untuk pertumbuhan rangka Nutrisi lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan rangka adalah vitamin A, C, K, fosfor, magnesium, kalium dan zink

Sumber : At A Glance Ilmu Gizi, hal. 84

Salah satu acuan dalam menilai kecukupan gizi seseorang adalah AKG

(Angka Kecukupan Gizi). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1593/MENKES/SK/XI/2005 dan rekomendasi Widya Karya Nasional Pangan dan

Gizi XI Tahun 2012, maka dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(43)

26 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Berikut adalah tabel AKG tahun 2013 untuk golongan usia remaja : Tabel 2.5 Angka Kecukupan Gizi Remaja Indonesia yang Dianjurkan (per orang, per hari)

*Nilai median berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) orang Indonesia dengan status gizi normal berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 dan 2010. Angka ini dicantumkan agar AKG dapat

disesuaikan dengan kondisi berat dan tinggi badan kelompok yang bersangkutan.

Vitamin

Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang

Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2013

tentang Angka Kecukupan Gizi, AKG yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia

didefinisikan sebagai suatu kecukupan rata-rata zat gizi bagi semua orang menurut

golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai

(44)

27 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Dalam penelitian Podojoyo (2006) dalam Sutiari et al., (2010) menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi energi di atas AKG yang

dianjurkan berisiko memiliki kelebihan berat badan 9,5 kali lebih besar

dibandingkan dengan orang yang mengonsumsi energi di bawah AKG. Konsumsi

berlebihan zat penghasil energi yang paling berpengaruh terhadap meningkatnya

risiko terjadinya overweight adalah protein total (5,2 kali berisiko), lemak (4,2 kali berisiko), dan karbohidrat (2,7 kali berisiko).

Berikut ini adalah gambaran status gizi remaja di Indonesia yang

memperlihatkan peningkatan frekuensi kegemukan yang sangat tinggi :

Gambar 2.1 Kecenderungan Status Gizi (IMT/U) Remaja Umur 16-18 Tahun 2010 dan 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar RI tahun 2013

Pada gambar 2.1 terlihat kecenderungan prevalensi remaja gemuk naik

dari 1,4% (2010) menjadi 7,3% (2013).

2.3 Intake Kalori

2.3.1 Sumber Intake Kalori

Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik dan proses metabolisme di dalam

(45)

28 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dioksidasi menjadi ATP (Adenosin Tri

Phosphat) melalui proses katabolisme untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan

bakar metabolik tubuh. Apabila asupan kalori yang dikonsumsi tidak mencukupi,

maka akan digunakan cadangan karbohidrat (glikogen di hati dan otot) dan lipid

(triasilgliserol di jaringan adiposa) untuk menghasilkan energi. Sebaliknya apabila

intake kalori lebih besar dibandingkan pengeluaran energi, maka kelebihan bahan bakar akan disimpan sebagai triasilgliserol di jaringan adiposa (Bender dan

Mayes, 2009).

Berikut adalah skema proses metabolisme sumber kalori di dalam tubuh manusia :

lipogenesis

pencernaan & penyerapan

glikogenolisis

glikogenesis glikolisis deaminasi oksidasi β lipolisis esterifikasi

Gambar 2.2 Metabolisme Zat Penghasil Kalori Sumber : Biokimia Harper, hal. 140

Karbohidrat Protein Lemak

Asam Lemak + Gliserol Asam Amino

Glukosa

Asetil Ko-A

Siklus Asam Sitrat

ATP H2

2CO2

Triasilgliserol

Disimpan di Jaringan Adiposa Glikogen

(46)

29 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2.3.2 Faktor yang Memengaruhi Intake Kalori

Intake kalori berkaitan erat dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kebiasaan

makan, yakni (Sulistyoningsih dan Hariyani 2011) :

1. Faktor ekonomi

Variabel ekonomi yang mempengaruhi konsumsi makanan ialah

pendapatan keluarga dan harga. Jumlah pendapatan akan mempengaruhi

daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun, apabila

tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang baik, maka perilaku sangat

konsumtif akan terlihat dalam pola makannya sehari-hari, sehingga

pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan

selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi

makanan siap santap (fast food) telah meningkat tajam terutama di kalangan generasi muda dan kelompok masyarakat menengah ke atas.

2. Faktor sosial budaya

Kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah

makanan yang akan dikonsumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara

bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, termasuk

kebutuhan pangan.

3. Faktor agama

Misalnya dalam agama islam, konsep halal dan haram akan mempengaruhi

(47)

30 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

4. Faktor pendidikan

Pendidikan dikaitkan dengan pengetahuan yang akan berpengaruh

terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Pada

orang yang berpendidikan rendah, porsi bahan makanan sumber

karbohidrat cenderung lebih banyak dibandingkan kelompok bahan

makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi akan

memilih bahan makanan dengan proporsi yang seimbang.

5. Faktor lingkungan

Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah,

serta adanya promosi makanan melalui media cetak dan media elektronik.

2.3.3 Pola Makan Sesuai Konsep Gizi Seimbang

Pola makan seimbang adalah konsumsi makanan berupa karbohidrat,

protein hewani dan nabati, lemak, serta vitamin dan mineral yang memenuhi

kualitas (mutu) dan kuantitas (jumlah) yang dianjurkan (Arvianti, 2009).

Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian

hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu

adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau

dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan,

yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Hidangan dalam satu hari

idealnya terdiri dari tiga kali makan utama dan dua kali makan selingan atau snack

(48)

31 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Departemen Kesehatan RI (2006) mengeluarkan pedoman praktis untuk

mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan tertuang dalam 13 pesan dasar

sebagai berikut:

- Makanlah aneka ragam makanan

- Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

- Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

- Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan energi

- Gunakan garam beryodium

- Makanlah makanan sumber zat besi

- Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan Makanan

Pendamping ASI sesudahnya

- Biasakan makan pagi

- Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya

- Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

- Hindari minuman beralkohol

- Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

- Bacalah label pada makanan yang dikemas

2.4 Aktivitas Fisik

2.4.1 Pengertian Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik yang tidak ada

(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit

kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global

(49)

32 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2.4.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik

Ada 3 klasifikasi aktivitas fisik menurut WHO (WHO GPAQ, 2012; WHO

STEPS, 2012) :

- Aktivitas fisik berat

Aktivitas fisik berat adalah melakukan kegiatan fisik secara terus menerus

minimal 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat

dari biasanya (misalnya menimba air, mendaki gunung, lari cepat,

menebang pohon, mencangkul, dll) selama minimal tiga hari dalam satu

minggu dan total waktu beraktivitas ≥1500 MET minute. MET minute

aktivitas fisik berat adalah lamanya waktu (menit) melakukan aktivitas

dalam satu minggu dikalikan bobot sebesar 8 kalori.

- Aktivitas fisik sedang

Aktivitas fisik sedang dapat berupa menyapu, mengepel, dll, minimal lima

hari atau lebih dengan total lamanya beraktivitas 150 menit dalam satu

minggu.

- Aktivitas fisik ringan

Selain yang disebutkan dalam aktivitas fisik berat dan sedang,

digolongkan sebagai aktivitas fisik ringan.

Contoh klasifikasi pembagian aktivitas fisik (Statistik Kesehatan, 2004) :

Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik Klasifikasi

2,5-4,9 kkal/menit Berjalan kaki, tenis meja, golf, mengetik, membersihkan kamar, berbelanja Aktivitas Fisik

Sedang

5-7,4 kkal/menit Bersepeda, ski, menari, tennis, menaiki tangga

Aktivitas Fisik Berat

7,5-12 kkal/menit Basket, sepak bola, berenang, angkat beban

(50)

33 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Kriteria aktivitas fisik ‘aktif’ adalah individu yang melakukan aktivitas

fisik berat atau sedang atau keduanya, sedangkan kriteria 'kurang aktif' adalah

individu yang tidak melakukan aktivitas fisik sedang ataupun berat (Riskesdas

2013).

Ketepatan porsi intensitas fisik dapat diukur dengan menghitung detak

nadi pada saat beraktivitas. Rumus yang digunakan adalah :

Denyut Nadi Maksimum = 220 – Usia (dalam Tahun)

Setelah didapatkan denyut nadi maksimum, selanjutnya dihitung

persentase nya dibandingkan dengan denyut nadi saat melakukan aktivitas fisik.

Idealnya persentase denyut nadi saat melakukan aktivitas fisik adalah 72-87% dari

denyut nadi maksimum. Angka ini disebut zona sasaran. Jika persentase tersebut

kurang dari 70%, maka manfaatnya akan terasa kurang maksimal. Sebaliknya, jika

intensitas denyut nadi saat aktivitas fisik melebihi 85 %, maka dapat

menimbulkan kerugian pada tubuh.

Zona sasaran (intensitas 72-87%) hendaknya dipertahankan selama 25

menit setiap melakukan aktifitas fisik untuk mendapatkan efek yang lebih baik.

Namun terlalu memaksakan aktivitas fisik juga tidak baik karena dapat

berdampak buruk bagi tubuh. Frekuensi aktivitas fisik yang dianjurkan adalah tiga

(51)

34 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Energi ↓ Pengaturan Gangguan

Metabolisme Faktor yang Mempengaruhi Overweight

Status Gizi

Overweight

Underweight Ideal Obesitas

(52)

35 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

3.2 Hipotesis

(53)

36 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan

cross sectional untuk mengetahui hubungan intake kalori dan aktivitas fisik dengan kejadian overweight pada siswa/i di SMA N 1 Kota Solok.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kota Solok dari bulan November

2015 hingga selesai.

4.3 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah siswa/i kelas X, XI dan XII di SMA N 1 Kota

Solok yaitu sebanyak 1396 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi

dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi :

- Siswa kelas X, XI dan XII yang bersedia dijadikan sampel

- Siswa yang berusia 12-18 tahun (usia remaja)

Kriteria eksklusi :

- Siswa yang tidak hadir pada saat dilakukan penelitian

(54)

37 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

4.3.3 Besar Sampel

Penghitungan besar sampel didapatkan dari rumus simple random sampling

(Sastroasmoro et al, 2011) :

n = besar sampel

Zα = tingkat kemaknaan (1,96)

P = proporsi overweight / kegemukan di Sumatera Barat berdasarkan Riskesdas tahun 2013 (7,8 % = 0,078)

Q = 1-P (1 – 0,078 = 0,922)

d = perbedaan hasil klinis (0,05)

Besar Sampel = (1,96)2.0,078.0,922

(0,05)2

= 3,8416.0,078.0,922

0,0025

= 0,2762725056

0,0025

= 110,50900224 ~ 111+10%.111= 122

Dari perhitungan di atas didapatkan sampel dengan jumlah 122 orang

siswa/i.

4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik

(55)

38 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Sampel diambil dari setiap kelas secara acak dengan menggunakan rumus :

4.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel Penelitian

Variabel dependen : Overweight

Variabel independen : Intake kalori dan aktivitas fisik

4.4.2 Definisi Operasional

1. Overweight (variabel dependen)

a. Definisi : Seseorang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)

≥25 menurut kriteria WHO, termasuk di dalamnya

kategori overweight dan obesitas b. Cara Ukur : Antropometri

c. Alat Ukur : - Pengukuran berat badan : timbangan injak dengan

ketelitian 100 gram

- Pengukuran tinggi badan : microtoise dengan

ketelitian 0,1 cm

a. Skala Ukur : Ratio

b. Hasil Ukur : - Overweight jika IMT ≥25

- Berat badan normal jika IMT 18,5-24,9

(56)

39 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2. Intake Kalori (variabel independen)

a. Definisi : Jumlah asupan makanan responden yang menghasilkan

kalori berupa frekuensi, jumlah dan jenis makanan

yang dikonsumsi, dengan menggunakan Formulir Food Frequency Questionnaire Semi Kuantitatif

b. Cara Ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner Food Frequency

d. Skala Ukur : Ratio

e. Hasil Ukur : - Lebih, jika laki-laki >2675 kkal dan perempuan

>2125 kkal

- Cukup, jika laki-laki ≤ 2675 kkal dan perempuan

≤2125 kkal

3. Aktivitas Fisik (variabel independen)

a. Definisi : Total kalori yang biasa dikeluarkan responden setiap

harinya

b. Cara Ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner Aktivitas Fisik Indeks Baecke

d. Skala Ukur : Ratio

e. Hasil Ukur : Total skor index Baecke :

- Aktivitas ringan : ≤ 7,5

- Aktivitas sedang : > 7,5

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data

(57)

40 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

badan injak, microtoise pengukur tinggi badan, kuesioner Food Frequency dan kuesioner aktivitas fisik Indeks Baecke. Data diambil oleh peneliti dengan

kunjungan langsung ke SMA N 1 Kota Solok (data primer).

4.6 Prosedur Pengumpulan Data

4.6.1 Data Overweight

Data overweight diperoleh dari Indeks Massa Tubuh yang diperoleh dengan cara antropometri yaitu membandingkan berat badan (dalam kg)

dengan tinggi badan (dalam m) dikuadratkan.

Rumus Antropometri :

Berat badan didapatkan dengan pengukuran langsung responden dengan

menggunakan timbangan injak (ketelitian 0,5 kg) sedangkan tinggi badan

diperoleh dengan pengukuran menggunakan microtoise (ketelitian 0,1 cm).

Overweight apabila IMT responden ≥ 25, berat badan normal jika IMT 18,5-24,9 dan berat badan kurang jika IMT <18,5.

4.6.2 Data Intake Kalori

Data intake kalori didapatkan berdasarkan wawancara menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnare Semi Kuantitatif. Hasil wawancara berupa data mentah dimasukkan ke program Ms. Excel

Master Entry FFQ lalu hasil penghitungan dipindahkan ke program aplikasi Perhitungan Kandungan Zat Gizi FFQ oleh Ratno Widoyo,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas. Selanjutnya hasil

Gambar

GAMBAR 2.2      :   Metabolisme Zat Penghasil Kalori 18 tahun 2010 dan 2013
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut Kriteria WHO Kategori Kisaran IMT (kg/m2)
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT menurut kriteria Asia Pasifik Kategori Kisaran IMT (kg/m2)
Tabel 2.3 Dampak Patologis dari Overweight dan Obesitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan bimbingan kepada para pemakai atau pengguna perpustakaan untuk mencari atau menemukan bahan pustaka dalam kelompok koleksi referensi yang tepat sesuai dengan

Posisi pembelian spot dan derivatif yang masih

Tujuan dari penulisan ilmiah ini adalah mengetahui pengaruh jumlah anggota dan kinerja koperasi yang di lihat dari segi pendapatan dan net profit margin terhadap pembagian SHU

 jadi sebelum sebelum memulai memulai terapi terapi harus harus disingkirka disingkirkan n kemungkin kemungkinan an kelainan kelainan organik. Adapun Adapun tujuan

mengangkat judul “ Pengaruh Kualitas Layanan Elektronik Terhadap Return On Assets (ROA) Dengan Kepuasan Dan Loyalitas Nasabah Sebagai Variabel.

itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Profil Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Teorema Pythagoras. Berdasarkan Tahapan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan pada kelas V SD 2 Bakalan Krapyak dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran take and