• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN bahasa KETRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN bahasa KETRA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

KETRAMPILAN MEMBACA BAHASA INGGRIS DI SMA

NEGERI 1 BANYUWANGI MELALUI

SCHEMATA THEORY

BASED PRE-READING ACTIVITIES

Oleh:

Restu Mufanti ENGLISH LECTURER e-mail : Mufanti@yahoo.com

Abstract. This classroom action research was intended to improve the students’ reading comprehension achievement by employing Schemata theory based pre-reading activities. It was started by conducting preliminary study to get the first hand data about the English teaching and learning process, and to identify the initial problems faced by the English teacher and students, especially in the process of reading. In addition, classroom action research with cycle model was carried out in two cycles; each cycle consisted of two meetings covering four main steps, they were preparation of the action, implementation, classroom observation and reflection. The research subjects were the students of SMA Negeri 1 Banyuwangi, especially class XI IPS 2. The result of reflection of the actions revealed that the students’ reading achievement had improved from 66.9 in Cycle I up to 73.1 in Cycle II. Furthermore, the improvement of students’ achievement in reading comprehension was in line with the increasing of their participation in the reading activities. In sum, the actions given could improve the quality of the teaching and learning reading process and fulfilled the criteria of success

Key words: reading skill, schemata, pre-reading activities

Pembelajaran bahasa Inggris sesungguhnya tidak hanya ditekankan untuk memperoleh kompetensi linguistik saja, melainkan yang lebih penting peserta didik dapat berlatih dan berproses dengan optimal untuk mencapai kompetensi komunikatif. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa diharapkan dapat menguasai empat keterampilan berbahasa Inggris yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Lebih lanjut, pengajaran bahasa Inggris harus bisa mengembangkan kompetensi bahasa siswa khususnya ditekankan pada penguasaan keterampilan membaca sesuai dengan tingkat pemahaman dan literasi siswa pada jenjang pendidikan tertentu.

(2)

tersebut untuk mengajarkan keterampilan membaca pada siswa secara intensif. Siswa harus dilatih secara aktif untuk memahami teks yang mereka baca dalam sebuah proses yang sistematis agar mereka dapat memperoleh hasil yang optimal. Proses tersebut melibatkan pemahaman tentang kata-kata, kalimat, paragraf dan pemahaman terhadap teks bacaan.

Sebagaimana telah disebutkan bahwa tujuan utama pembelajaran keterampilan membaca adalah untuk membekali siswa agar mampu memahami makna teks bacaan bahasa Inggris secara akurat dan lancar. Untuk itu siswa harus diberi kesempatan berlatih berulang kali agar mereka bisa membaca dengan efektif dan efisien. Peran pendidik tidak hanya mengelola kelas, tetapi mereka harus bisa memfasilitasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses membaca di kelas. Dalam proses pembelajaran, siswa harus dikenalkan serta dilibatkan dalam proses membaca yang baik dan benar dengan memilih dan menerapkan metode, teknik, materi serta media pembelajaran yang efektif dan bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pemilihan dan penggunaan teknik pembelajaran yang tepat akan meningkatkan motivasi dan keinginan kuat siswa dalam proses belajar, sehingga secara periodik akan meningkatkan prestasi belajarnya.

Wong (1999: 35) menyatakan bahwa ada tiga fase utama dalam proses membaca yaitu: pre-reading, whilst-reading dan post-reading. Pre-reading merupakan fase awal dari kegiatan membaca. Fase ini dilakukan sebelum kegiatan inti membaca dilakukan. Pre-reading dimaksudkan untuk memfokuskan siswa terhadap beberapa fitur linguistik dalam bacaan, struktur teks, mengarahkan pemahaman siswa terhadap socio-kultural atau masalah konseptual. Whilst reading merupakan fase inti dalam membaca. Fase ini menitik beratkan pada aktifitas atau proses pemahaman bacaan. Fase akhir dalam kegiatan membaca adalah post-reading. Fase ini dilakukan setelah kegiatan membaca teks. Step ini memberi peluang siswa untuk mengekspresikan pengetahuan yang mereka dapatkan setelah membaca teks. Tujuan dari kegiatan ahir membaca ini adalah untuk mengetahui apa dan sejauh mana yang bisa dilakukan siswa setelah mendapatkan informasi dari bacaan.

Berdasarkan paparan tersebut, pre-reading atau kegiatan awal membaca merupakan salah satu fase yang penting dalam keberhasilan memahami isi bacaan. Chia (2001: 64) menjelaskan bahwa kegiatan pre-reading memberi peluang siswa untuk mengingat, mengkaitkan dan meningkatkan pengetahuan awal siswa untuk menyusun aktivitas dan untuk memahami materi yang dipelajari. Fase ini dititik beratkan pada upaya menggali serta mengaktifkan ingatan siswa pada topik sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Kegiatan ini sangat membantu peserta didik dalam membuat generalisasi isi bacaan, serta dapat memberi motivasi lebih pada siswa dalam proses memahami bacaan, sehingga tujuan pembelajaran membaca dapat dicapai secara maksimal.

(3)

Berdasarkan kondisi umum tentang pembelajaran membaca di atas, studi pendahuluan (Preliminary study) berupa observasi lapangan, studi dokumentasi dan interview dengan guru bidang studi bahasa Inggris dilakukan. Studi awal tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran umum tentang proses belajar mengajar bahasa Inggris, khususnya ketrampilan membaca di SMA Negeri 1 Banyuwangi.

Dari hasil studi pendahuluan, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan-permasalahan baik yang dihadapi siswa maupun guru dalam pembelajaran ketrampilan membaca. Dalam pembelajaran ketrampilan membaca, guru sudah menggunakan pendekatan komunikatif; tetapi cenderung sering menggunakan direct method atau grammar-translation method. Disamping itu aktifitas membaca sering dilakukan dengan menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam lembar kerja, mencari dan mengartikan kata-kata sulit dan menghafalkannya. Berdasarkan informasi yang diperoleh, guru merasa sulit mengembangkan materi bacaan serta belum mampu mengoptimalkan belajar siswa di kelas. Siswa cenderung ramai dikarenakan proses atau aktifitas membaca yang monoton. Masalah utama siswa dalam membaca adalah mereka belum menunjukkan keseriusan, rasa percaya diri, dan kurangnya kemauan untuk mengembangkan kemampuan membacanya. Disamping hal tersebut, siswa mengalami kendala dalam memahami arti bacaan karena kurangnya pemahaman akan tata bahasa, organisasi teks, dan minimnya penguasaan kosakata serta kurang dipraktikkan. Walaupun rata-rata pencapaian bahasa Inggris relative baik, akan tetapi khusus kemampuan membaca masih minim serta belum mencapai SKM 70 yang ditetapkan (data ujian tengah semester bahasa Inggris menunjukkan siswa yang tuntas SKM 70 masih 62.3%).

Kondisi tersebut perlu diatasi dengan tindakan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran membaca dengan memilih dan menerapkan metode yang dapat menghidupkan kelas, mengubah kebiasaan siswa yang pasif menjadi lebih aktif, serta dapat menanamkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada belajar siswa. Dengan demikian diharapkan siswa mampu mencapai hasil belajar yang optimal dan dapat memecahkan masalah-masalahnya dalam membaca. Berdasarkan masalah yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa, perlu dilakukan sebuah inovasi pembelajaran di kelas untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan ketrampilan membaca siswa SMA Negeri 1 Banyuwangi. Alternatif tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan teknik schemata yang difokuskan pada kegiatan awal membaca untuk meningkatkan kemampuan pemahaman bacaan siswa.

(4)

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan schemata theory based pre-reading activities dapat meningkatkan keterampilan siswa SMA Negeri 1 Banyuwangi dalam membaca bahasa Inggris? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif dengan guru bahasa Inggris yang mengajar di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Banyuwangi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi guru bahasa Inggris dan siswa dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar ketrampilan membaca. Diharapkan guru bahasa Inggris mampu memberikan pembelajaran yang konstruktif dan bermakna bagi siswa, serta mereka mempunyai pengalaman belajar baru yang menyenangkan sesuai dengan latar belakang mereka sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

METODE PENELITIAN

Seperti yang diuraikan oleh Elliot (1993: 49) bahwa tujuan utama penelitian tindakan adalah lebih pada peningkatan atau perbaikan praktik, dari pada menghasilkan pengetahuan. Jadi penelitian ini didesain untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran ketrampilan membaca Bahasa Inggris. Penelitian tindakan kelas ini diimplementasikan dalam bentuk siklus yang meliputi empat kegiatan dalam setiap siklusnya, yaitu: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan (4) Evaluasi dan refleksi. Untuk mencapai target yang diharapkan, setiap siklus tindakan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, yaitu dua kali implementasi dan sekali tes membaca dan refleksi bersama siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banyuwangi sebagai sekolah mitra. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena guru bidang studi bahasa Inggris mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran membaca di kelas seperti yang telah teridentifikasi dalam studi pendahuluan. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Banyuwangi tahun ajaran 2008/2009. Pemilihan kelas yang dijadikan subjek penelitian ini berdasarkan dari kesepakatan dengan guru pembina serta temuan dilapangan yang mana nilai rata-rata test kelas tersebut yang paling rendah diantara ke lima kelas lainnya.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan test membaca. Data yang sudah didapatkan selama tahap observasi pada siklus tindakan, dianalisa secara deskriptif kualitatif. Data ini dihasilkan untuk menunjukkan partisipasi siswa selama proses tindakan melalui penerapan schemata theory based pre-reading activities. Sedangkan data dari hasil test membaca siswa pada masing-masing siklus, dianalisa dengan menggunakan deskriptif kuantitatif untuk menunjukkan kemampuan membaca siswa.

Kegiatan observasi merupakan fase yang penting dalam pelaksanaan penelitian tindakan untuk mengontrol kegiatan-kegiatan dan aplikasi tindakan. Dalam kegiatan pemantauan, digunakan alat bantu checklist untuk merekam segala aktivitas tindakan. Ada beberapa hal yang menjadi pokok kegiatan dalam pemantauan, yaitu:

1. Partisipasi siswa dalam proses membaca selama penerapan tindakan. 2. Perkembangan kemampuan siswa dalam memahami teks.

3. Permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa selama proses membaca. 4. Antusias dan sikap siswa dalam kegiatan membaca.

5. Ketepatan siswa dalam menyelesaikan setiap fase aktifitas membaca.

(5)

Evaluasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk melihat apakah tindakan yang telah diimplementasikan sudah mencapai target yang diharapkan. Evaluasi dilakukan melalui penilaian proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan untuk mengukur apakah tindakan yang diberikan dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam proses membaca. Sedangkan evaluasi hasil digunakan sebagai indikator peningkatan kemampuan siswa dalam membaca bahasa Inggris. Evaluasi dalam penelitian tindakan ini dilakukan dengan berpedoman pada beberapa kriteria yang digunakan di SMA Negeri 1 Banyuwangi, yaitu tindakan yang diberikan dikatakan berhasil jika 75% dari siswa mencapai standar nilai rata-rata 70 atau kategori baik, dan partisipasi siswa dalam proses membaca mencapai 80%.

Setelah semua data dianalisa, dilakukan kegiatan refleksi baik oleh tim peneliti maupun siswa apakah ada perubahan yang positif setelah implimentasi tindakan. Hasil dari analisa dan refleksi pada siklus pertama, dijadikan referensi perbaikan pada implementasi siklus tindakan kedua.

Pelaksanaan Tindakan

Setelah persiapan tindakan selesai dilakukan, guru bahasa Inggris mengimplementasikan tindakan pada subyek penilitian yaitu kelas XI IPS 2. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran membaca bahasa Inggris dengan penerapan Schemata theory yang dilakukan dengan berpedoman pada skenario pembelajaran yang sudah disiapkan. Tindakan ini dilakukan untuk menggali pengetahuan awal siswa, mengaitkan pengetahuan dan pengalaman yang didapat, dan mengaplikasikannya untuk memahami teks bacaan. Ada 3 (tiga) jenis schemata, yaitu linguistik schemata, content schemata dan formal schemata. Linguistik schemata mencakup penguasaan perbendaharaan kata, struktur kalimat, pronounciation dan idiomatik. Content schemata meliputi pengetahuan awal siswa terhadap struktur retorika dan pengorganisasian sebuah teks, yang meliputi berbagai aspek seperti pengetahuan akan jenis-jenis teks, generik structure, organisasi dan fitur-fitur bahasa yang digunakan dalam setiap jenis teks misalnya bentuk waktu, pemakaian kata kerja, kata sambung dan sebagainya. Sedangkan content schemata terkait erat dengan pengetahuan awal (background knowledge) yang dimiliki siswa dalam kaitannya dengan topik, tema, atau ide cerita sebuah teks.

Ketiga jenis schemata tersebut diaktifkan dan dioptimalisasikan melalui teknik questioning dan brainstorming yang dititik beratkan pada fase awal membaca atau dalam pre-reading activities untuk membantu siswa memahami kata-kata bahasa Inggris, kalimat, paragraf dan pemahaman teks bahasa Inggris.

Siklus pertama dilaksanakan pada pada tanggal 16 dan 21 April 2009. Ketrampilan membaca siswa diarahkan pada pengembangan teks narasi. Sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 14 dan 19 Mei 2009. Pembelajaran membaca diarahkan pada pemahaman teks berbentuk analytical exposition melalui teknik questioning dan brainstorming.

(6)

Setelah itu, guru memberikan sebuah model teks narasi dan analytical exposition untuk dipelajari. Untuk meningkatkan pengetahuan siswa terkait dengan linguistics dan formal schemata, guru meminta siswa berpasangan dan atau berkelompok untuk memahami, menganalisa, dan mengidentifikasi struktur teks narasi dan analytical exposition serta beberapa fitur bahasa yang digunakan dalam pengembangan jenis teks tersebut. Guru memfasilitasi siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali informasi dari siswa agar dapat mengarahkan mereka menemukan sendiri pengetahuan dan pemahaman terkait dengan retorika pengembangan teks yang dipelajari. Diakhir kegiatan pre-reading, guru memberikan penjelasan singkat dan penekanan bagaimana langkah-langkah pengembangan teks tersebut dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.

Selanjutnya, pada kegiatan whilst reading, guru memberikan teks bacaan dan menyuruh siswa memahami bacaan tersebut dengan seksama. Guru meminta siswa menemukan informasi umum maupun rinci yang terdapat dalam teks dengan menjawab beberapa pertanyaan pemahaman. Selama proses memahami bacaan, guru menekankan siswa untuk menggunakan schemata yang dimiliki dengan memprediksi dan menghubungkan isi bacaan dengan wawasan yang mereka punyai. Setelah siswa selesai membaca dan mengerjakan beberapa pertanyaan pemahaman, kemudian guru memfasilitasi siswa membahas hasil latihan membaca dengan meminta mereka secara sukarela ataupun menunjuk beberapa siswa menjawab pertanyaan. Selama kegiatan pembahasan berlangsung, guru meminta semua siswa untuk menanggapi dan memberikan masukan-masukan terhadap jawaban yang diberikan teman. Guru membimbing dan mengarahkan jawaban siswa dengan memberikan penjelasan tambahan bila diperlukan.

Pada fase post reading, guru mencoba menggali sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dengan menggunakan teknik pertanyaan (digging question). Setelah itu, guru meminta siswa bersama-sama membuat generalisasi dan simpulan materi bacaan yang dibahas untuk meningkatkan pemahaman mereka. Sebagai kegiatan tindak lanjut, guru memberi tugas individu untuk membuat essay terkait dengan dua jenis teks yang dibahas, narasi dan analytical exposition.Sebelum pembelajaran diakhiri, guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran dengan menanyakan bagaimana pendapat mereka tentang aktifitas membaca melalui teknik schemata yang telah dilakukan.

HASIL PENELITIAN

(7)

Pelaksanaan Tindakan yang Dilakukan Guru di Kelas

Setelah segala sesuatu dipersiapkan dengan seksama, guru sebagai pelaksana tindakan mengimplementasikan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang telah dikembangkan. Selama proses pembelajaran berlangsung, dosen melakukan pengamatan dengan menggunakan rubrik observasi yang telah disusun bersama. Aktifitas ini ditujukan untuk mencatat segala aktifitas yang terjadi di kelas dan digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif tentang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan refleksi.

Berdasarkan refleksi hasil observasi kelas yang telah dilakukan pada tindakan siklus I dan siklus II, didapatkan fakta bahwa implementasi tindakan yang dilaksanakan guru secara umum sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang dirancang. Pada umumnya guru mampu menjembatani siswa untuk mengaktifkan dan meningkatkan pengetahuan awal siswa dalam proses membaca bahasa Inggris, khususnya dalam kegiatan pre-reading. Secara umum guru mampu mengaplikasikan setiap tahapan tindakan yaitu peningkatan pengetahuan awal siswa terkait linguistics schemata, formal schemata, dan content schemata.

Walaupun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada pembahahasan hasil refleksi tindakan, bahwa penerapan teknik bercerita disertai dengan digging question sebagai alternatif teknik schemata theory dalam siklus I belum berhasil mencapai target yang direncanakan. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa kendala yang dialami baik oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran membaca di kelas. Berdasarkan hasil rekaman observasi kelas dan dari penjelasan guru, siswa belum sepenuhnya melaksanakan beberapa langkah pembelajaran yang diminta guru dengan baik. Masih ada sebagian siswa yang pasif dikelas dan kurang merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru. Ada beberapa dari siswa tersebut yang terlihat bingung dan tidak percaya diri dalam memberikan jawaban.

Dilain pihak, pada awal implementasi tindakan siklus I, guru mengaku kurang berhasil dalam memfasilitasi dan mengontrol kelas dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal tersebut berakibat kelas menjadi sedikit gaduh dan kurang kondusif, sehingga guru menjadi dominan dalam mengendalikan kelas serta kurang fokus dalam menggali ide dan opini siswa.

Akan tetapi, kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan tindakan siklus I dapat diminimalisir dan diperbaiki dalam pelaksanaan tindakan siklus II. Berangkat dari refleksi siklus I, beberapa perbaikan dilakukan seperti memperjelas tujuan dan instruksi pembelajaran, optimalisasi peran siswa sebagai pusat pembelajaran, mengoptimalkan digging question untuk menggali pengetahuan awal siswa, memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing pembelajaran, serta penggunaan media gambar ternyata mampu meningkatkatkan kualitas pembelajaran membaca bahasa Inggris siswa.

Kualitas Pembelajaran Membaca Bahasa Inggris Dapat Ditingkatkan Melalui Penerapan Schemata

(8)

menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa masih di bawah kriteria keberhasilan penelitian (75% siswa dapat mencapai SKM 70). Kemampuan membaca siswa sebenarnya sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan, yaitu dari 59,73% menjadi 66,9% pada siklus I.

Dilain pihak, keterlibatan siswa dalam proses membaca juga belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Secara umum, siswa yang terlibat aktif dalam aktifitas membaca baru mencapai 72,6% pada siklus I. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa masih ada sekitar seperempat lebih siswa belum sepenuhnya terlibat aktif dalam proses membaca. Sebagian dari mereka masih enggan atau ragu untuk berdiskusi, bertukar pikiran dan mengajukan pertanyaan pada guru. Jadi dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus I masih belum mencapai target yang diharapkan, sehingga siklus tindakan dilanjutkan pada siklus II.

Dengan mendasarkan diri pada hasil refleksi tindakan siklus I, maka dilakukan beberapa revisi dan perbaikan tindakan untuk siklus II. Beberapa hal yang disempurnakan meliputi teknik yang dipakai dalam peningkatan schemata siswa, materi dan penggunaan alat bantu pembelajaran untuk membantu siswa mencapai target yang diharapkan. Selain itu, beberapa hal juga dilakukan dalam implementasi tindakan siklus II yaitu optimalisasi peran guru sebagai fasilitator dalam proses membaca serta memaksimalkan fungsi diskusi kelompok.

Refleksi hasil tindakan siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya. Kemampuan siswa membaca meningkat menjadi 73,1% pada siklus II.. Disamping itu, partisipasi siswa dalam proses membaca meningkat menjadi 82,9% pada siklus II. Terlihat hampir sebagian besar siswa mampu beradaptasi dengan proses membaca yang relatif baru bagi siswa serta mereka mampu meningkatkan kualitas proses membaca. Siswa sudah tidak terlihat lagi pasif, enggan, ataupun merasa malu dalam merespon penjelasan dan pertanyaan yang diajukan guru. Lebih lanjut, mereka juga mampu menunjukkan keinginan untuk lebih menyimak pelajaran serta mau berdiskusi, bertukar pikiran dengan teman kelompoknya, serta saling memberi masukan dalam proses memahami bacaan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan schemata theory dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ketrampilan membaca Bahasa Inggris siswa pada siklus II.

Kemampuan Membaca Bahasa Inggris Siswa Dapat Ditingkatkan Melalui Penerapan Schemata

Berdasarkan tes membaca bahasa Inggris yang dilakukan pada siklus I, didapatkan hasil bahwa rata-rata kemampuan membaca siswa adalah 66,9 atau masuk dalam kategori cukup. Pada dasarnya rata-rata kemampuan membaca siswa pada siklus I jika dibandingkan dengan sebelum tindakan (59,73%) memang sudah mengalami kenaikan, akan tetapi peningkatan tersebut belum mencapai target penelitian tindakan yang ditetapkan yaitu siswa mampu mencapai standar skor rata-rata minimal 70 atau dalam kategori baik.

Table 1. Kemampuan membaca siswa berdasarkan indikator yang diamati NO INDIKATOR PROSENTASE KLASIFIKASI

1 Pemahaman kata 70,3 Baik

2 Pemahaman kalimat 67,6 Cukup

3 Pemahaman paragraf 64,2 Cukup

4 Pemahaman teks 62,2 Cukup

(9)

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus II, kemampuan memahami bacaan siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil tes membaca bahasa Inggris yang dilakukan dalam siklus II menunjukkan fakta bahwa rata-rata skor membaca siswa mengalami peningkatan dari 66,9% pada siklus I menjadi 73,1 pada siklus II. Kemampuan siswa dalam siklus II meningkat dibandingkan siklus I yaitu sekitar 6,2%. Berdasarkan hasil refleksi tindakan, didapatkan kesimpulan bahwa, peningkatan kemampuan membaca siswa pada siklus II telah mencapai target penelitian tindakan yaitu siswa mampu mencapai standar skor minimal 70 atau kategori baik.

Tabel 4. Kemampuan membaca siswa berdasarkan aspek-aspek yang diamati

No Indikator Siklus I Siklus II

Prosentase Kriteria Prosentase Kriteria

1 Pemahaman Kata 70,3 Baik 75,2 Baik

2 Pemahaman Kalimat 67,6 Cukup 73,4 Baik

3 Pemahaman Paragraf 64,2 Cukup 71,6 Baik

4 Pemahaman Teks 62,2 Cukup 70,3 Baik

Pemahaman membaca siswa 66,9 Cukup 73,1 Baik

Dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir semua indikator-indikator yang diamati dalam penelitian tindakan kelas ini mengalami peningkatan yang signifikan serta memenuhi kriteria penelitian pada siklus II. Aspek pemahaman kata meningkat dari 70,3% pada siklus I menjadi 75,2% atau kategori Baik pada siklus II. Tingkat pemahaman kalimat siswa mengalami peningkatan dari 67,6% menjadi 73,4% siklus II atau dalam kategori Baik. Disamping itu, aspek pemahaman paragraph dan teks siswa juga mengalami peningkatan. Tingkat pemahaman paragraph siswa meningkat dari 64,2% menjadi 71,6%, dan aspek pemahaman teks siswa meningkat dari 62,2% menjadi 70,3% pada siklus II. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan yaitu melalui aktifitas pengaktifan schemata siswa yang difokuskan pada kegiatan pre-reading terbukti mampu meningkatkan pemahaman bacaan siswa secara efektif.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil observasi kelas dan refleksi implementasi tindakan siklus I dan siklus II, maka hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan yang menerapkan schemata theory based pre-reading activities dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca bahasa Inggris pada siklus I adalah 66,9%. Hasil tersebut meningkat menjadi 73,1 pada tindakan siklus II. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam penelitian tindakan kelas ini, hasil pencapaian kemampuan membaca siswa pada siklus II telah mencapai target yang diharapkan yangmana didapatkan hasil bahwa lebih dari 75% siswa mencapai nilai ketuntasan belajar 70.

(10)

dan kurang percaya diri karena kurangnya kemampuan berbahasa Inggris yang dimiliki, serta mereka mampu berperan aktif dalam berdiskusi, bertanya jawab, saling bertukar pengalaman dan mampu menyampaikan atau menerima ide. Dari pihak guru, diakui bahwa penerapan schemata theory mampu memberikan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu membantu dan memfasilitasi siswa meningkatkan kemampuan membaca bahasa Inggris melalui sebuah proses yang konstruktif, menyenangkan, bermakna dan sistematis. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa schemata theory dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca bahasa Inggris.

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penerapan schemata yang dititik beratkan pada kegiatan awal membaca merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Inggris di kelas, khususnya ketrampilan membaca. Oleh karena itu, disarankan para guru untuk menerapkan dan mengembangkan schemata theory dikelas untuk memfasilitasi siswa meningkatkan kemampuan membaca serta menghadirkan pembelajaran yang konstruktif dan bermakna bagi siswa, sehingga sejalan dengan itu tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ajedeh, P. 2006. Schema–theory Based Considerations on Pre-reading Activities in ESP Textbooks. Asian-efl-journal, Vol 16 /2 Tersedia pada (http//www.asian-efl-journal.com/November 2006_vol16Art2/html). Diakses tanggal 6 Februari 2008

Chia, H.L. 2001. Reading Activities for Effective Top-Down Processing. Forum, 39(1) January/March, p. 22.

Elliot, J. 1993. Action Research for Educational Change. Milton Keynes Philadelphia: Open University Press.

Grellet, F. 1992. Developing Reading Skill. Cambridge: Cambridge University Press. Landry, K. L. 2002. Schema theory-based pre-reading tasks: A neglected essential in

the ESL reading class. The Reading Matrix: An International Online Journal, 3(1), Tersedia pada http://www.readingmatrix.com/articles/Landry/article.pdf Diakses tanggal 8 Februari 2008

Wallace, C. (1992). Reading. Oxford: Oxford University Press.

Referensi

Dokumen terkait

放送量の年次的推移をそのまま反映しているわけでは無論ないが,両者の間にはある程

Setelah dapat dihitung dan diketahui nilah Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) yang masih harus dibayar maka hasil perhitungan tersebut dapat dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh

Tahun Bulan Laba Bersih Pert. Laba Pmbyn UMKM Pert. Sehingga data Tahun 2016 hanya diketahui hingga bulan November. Bila diperhatikan secara umum, terjadi tren yang

Fenomena penggunaan media sebagai sarana untuk berdakwah kini semakin bertambah dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi, khususnya dengan keberadaan

Djamil Padang dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan sebagai berikut: membuat alur, meningkatkan kedisiplinan petugas, memberikan informasi

Pemilihan tipe seven segment pada perancangan tugas akhir ini disesuaikan dengan IC decoder yang digunakan, tipe MAN5760 dipilih karena menggunakan metode common

Perintah yang digunakan untuk menampilkan data tersebut

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik