• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul praktikum kimia dasar pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Modul praktikum kimia dasar pdf"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

P

P

P

e

e

e

n

n

n

g

g

g

a

a

a

n

n

n

t

t

t

a

a

a

r

r

r

Selamat, anda telah menjadi mahasiswa Sains dan Teknologi yang memiliki peran penting dalam perkembangan sains. Sebagai mahasiswa sains, anda dituntut mampu mengintegrasi dan menginterkoneksikan berbagai disiplin ilmu, khususnya ilmu sains dalam upaya pengembangan konsep dan terapan sains. Salah satu cabang sains yang sangat terkait dengan ilmu biologi adalah ilmu kimia.

Sebagai cabang sains, ilmu kimia dikembangkan dan dipelajari secara teoritis dan empiris. Mahasiswa dituntut memahami fakta teoritis melalui pendekatan matematis dan fakta empiris melalui pelaksanaan praktikum. Oleh karena itu, anda sebagai mahasiswa biologi memiliki beban studi untuk mengikuti praktikum Kimia Dasar.

Praktikum ini meliputi konsep-konsep dasar kimia yang terkait dengan ilmu biologi, seperti konsep larutan kimia, stoikiometri, asam-basa, senyawa organik, dan streokimia molekul. Materi praktikum ini dirancang untuk memahami materi kuliah yang anda dapatkan di kelas.

Kami berharap buku petunjuk praktikum ini dapat memudahkan anda dalam mempelajari beberapa konsep dasar Kimia dengan baik dan pada akhirnya membantu anda memahami ilmu biologi secara keseluruhan.

Selamat berpraktikum dan dapatkan hasil yang luar biasa!

Yogyakarta, 23 Agustus 2014 Koordinator Praktikum

(3)

D

D

D

a

a

a

f

f

f

t

t

t

a

a

a

r

r

r

I

I

I

s

s

s

i

i

i

Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Pedoman dan Tata Tertib Praktikum ... iii

1. Stoikiometri Reaksi Sederhana ... 1

2. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan ... 5

3. Sifat Larutan Buffer ... 9

4. Sifat Koligatif Larutan ... 12

5. Uji Kualitatif Sederhana Senyawa Organik ... 15

(4)

P

P

P

e

e

e

d

d

d

o

o

o

m

m

m

a

a

a

n

n

n

d

d

d

a

a

a

n

n

n

T

T

T

a

a

a

t

t

t

a

a

a

T

T

T

e

e

e

r

r

r

t

t

t

i

i

i

b

b

b

P

P

P

r

r

r

a

a

a

k

k

k

t

t

t

i

i

i

k

k

k

u

u

u

m

m

m

A. Pelaksanaan Praktikum

1. Praktikum Kimia Dasar terdiri atas asistensi, enam kali praktikum, dan responsi yang wajib diikuti oleh semua praktikan.

2. Praktikan hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan > 10 menit dari waktu tersebut dapat mengakibatkan praktikan tidak

diperbolehkan mengikuti praktikum pada hari yang bersangkutan.

3. Praktikan wajib membawa perlengkapan praktikum yang disampaikan oleh asisten praktikum saat asistensi, seperti kalkulator, data-data referensi, tabel priodik unsur, pipet tetes (jika diperlukan), serta lap atau tisu.

4. Praktikan wajib mengenakan jas praktikum dan berpakaian sesuai kode etik (bersepatu dan berkaos kaki, tidak berkaos oblong, pakaian tidak ketat, dan lain-lain). Pelanggaran atas ketentuan ini berakibat praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

5. Praktikan wajib memahami dan melaksanakan prinsip Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium. Prinsip Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium dapat diunduh di e-learning fakultas.

6. Jangan menyentuh dan atau melakukan apapun di dalam laboratorium sebelum ada instruksi dari asisten praktikum. Semua aktivitas di dalam laboratorium harus diketahui dan disetujui oleh asisten praktikum.

7. Praktikan tidak diperkenankan makan, minum, merokok, menggangu praktikan lain, bercanda, bermain, menggunakan HP (HP dalam status diam) atau aktivitas lain yang menggangu proses praktikum.

8. Setelah menyelesaikan praktikum, praktikan harus mengembalikan semua peralatan laboratorium dalam keadaan bersih. Kerusakan peralatan dan bahan yang terjadi selama praktikum menjadi tanggung jawab kelompok praktikan (bukan individu) kecuali kerusakan dilakukan dengan sengaja (misalnya sambil bermain-main, di luar konteks langkah kerja praktikum). Dalam kasus terakhir, tanggung jawab jatuh pada individu itu saja.

9. Semua data pengamatan harus dicatat dalam laporan sementara dan disahkan oleh asisten praktikum.

10. Setiap praktikan wajib membuat laporan resmi yang dikumpulkan sebelum mengikuti praktikum selanjutnya.

11. Praktikan wajib mematuhi seluruh ketentuan lain yang berlaku di lingkungan Laboratorium Terpadu UIN Sunan Kalijaga.

(5)

B. Evaluasi Praktikum

1. Evaluasi praktikum bagi praktikan yang mengikuti seluruh rangkaian praktikum: asistensi 10%); praktikum (60%); responsi (30%).

(6)

S

S

S

T

T

T

O

O

O

I

I

I

K

K

K

I

I

I

O

O

O

M

M

M

E

E

E

T

T

T

R

R

R

I

I

I

R

R

R

E

E

E

A

A

A

K

K

K

S

S

S

I

I

I

S

S

S

E

E

E

D

D

D

E

E

E

R

R

R

H

H

H

A

A

A

N

N

N

A

A

A

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa mampu

1. Menentukan koefisien reaksi berdasarkan reaksi pembentukan endapan dan

perubahan temperatur.

2. Menentukan hasil reaksi berdasarkan konsep mol.

B. Dasar Teori

Ilmu kimia mempelajari perubahan materi secara kimia, yakni perubahan yang menghasilkan materi dengan jenis dan sifat yang berbeda dari materi pembentuknya. Perubahan ini dapat diamati dari bentuk hasil reaksi seperti t e r b e n t u k gas, endapan, terjadi perubahan warna, atau perubahan kalor.

Secara teoritis, perubahan kimia dapat ditulis dalam bentuk persamaan reaksi kimia yang menunjukkan reaktan dan produk reaksi. Persamaan tersebut disetarakan dengan koefisien reaksi, yakni konversi yang menunjukkan jumlah atom atau molekul yang terlibat dalam reaksi. Secara stoikiometri, koefisien tersebut menyatakan jumlah mol senyawa yang bereaksi seperti reaksi antara gas nitrogen dan gas hidrogen membentuk gas amonia sebagai berikut:

N2 (g) + 3H2 (g) → 2NH3 (g)

Persamaan ini menyatakan bahwa 1 molekul nitrogen bereaksi dengan 3 molekul hidrogen membentuk 2 molekul ammonia. Jika dikonversi ke mol, berarti 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol hidrogen menbentuk 2 mol amonia. Angka 1, 3, dan 2 adalah koefisien reaksi sebagai faktor konversi.

Koefisien tersebut dapat ditentukan secara eksprimen. Salah satu cara sederhana yang sering digunakan adalah metode variasi kontinu. Dalam sederetan percobaan yang dilakukan, jumlah molar total campuran pereaksi dibuat tetap, sedangkan jumlah molar masing-masing reaktan diubah secara teratur. Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan jumlah zat, volume, atau temperatur sistem.

(7)

berdasarkan jumlah endapan yang terbentuk. Jika sifat reaksi menghasilkan perubahan temperatur, misal reaksi asam basa yang bersifat eksotermis, maka variasi kontinu yang digunakan adalah perbedaan temperatur. Reaksi yang menghasilkan endapan, temperatur, atau parameter lainnya yang terukur maksimal adalah reaksi yang koefisiennya sesuai.

C. Alat dan Bahan

a. Masukkan 5 mL NaOH 0,1 M pada gelas piala 50 mL, kemudian tambahkan 25

mL larutan CuSO4 0,1 M. Aduk lalu diamkan hingga terbentuk endapan.

b. Ukur tinggi endapan yang terbentuk menggunakan mistar (agar akurat

gunakan satuan milimeter).

c. Lakukan cara yang sama untuk:

- 10 ml NaOH 0,1 M dan 20 ml CuSO4 0,1 M - 15 ml NaOH 0,1 M dan 15 ml CuSO4 0,1 M - 20 ml NaOH 0,1 M dan 10 ml CuSO4 0,1 M - 25 ml NaOH 0,1 M dan 5 ml CuSO4 0,1 M

d. Saring larutan yang endapannya paling tinggi menggunakan kertas saring

yang beratnya telah diketahui. Endapan yang diperoleh dikeringkan kemudian ditimbang.

2. Stokiometri reaksi asam-basa

a. Masukkan 5 mL NaOH 1,0 M ke dalam gelas piala 50 mL, kemudian

tambahkan 25 ml HCl 1,0 M. Sebelum dicampurkan, wadah kedua larutan direndam dalam penangas agar temperaturnya sama.

b. Setelah tercampur, ukur temperatur campuran dan catat temperatur

(8)

c. Lakukan cara yang sama untuk:

volume larutan NaOH (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.

2. Stokiometri reaksi asam-basa

Buat grafik yang menyatakan hubungan antara perubahan temperatur (sumbu y) dan volume NaOH (sumbu x), sehingga diperoleh titik optimum kurva.

F. Pengolahan Data

1. Titik optimum kurva menyatakan perbandingan koefisien reaksi yang sesuai.

2. Berdasarkan titik optimum tersebut, tentukan koefisien reaksi berdasarkan

perbandingan mol reaktan.

3. Mol reaktan dihitung menggunakan persamaan mol = M x V.

4. Bandingkan koefisien reaksi tersebut dengan koefisien reaksi secara teori

berdasarkan persamaan reaksinya.

5. Tentukan rendemen hasil reaksi pengendapan menggunakan konsep mol

berdasarkan berat endapan yang diperoleh.

(9)

G. Pembahasan

1. Jelaskan prinsip percobaan ini!

2. Jelaskan alasan titik optimum kurva digunakan sebagai acuan untuk

menentukan koefisien yang sesuai!

3. Bandingkan dan berikan penjelasan singkat hubungan antara perhitungan

teoritis dan hasil percobaan yang diperoleh!

H. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Pelajari konsep reaksi endapan!

3. Pelajari hubungan reaksi eksotermis dan temperatur!

I. Referensi

Chang R., 2003, General Chemistry:TheEssentialConcepts , alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.

(10)

P

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa mengetahui prinsip reasi asam basa

lemah dan kuat

1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat.

2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

B. Dasar Teori

Asam cuka perdagangan merupakan jenis cuka yang sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Cuka ini merupakan campuran antara asam asetat CH3COOH, air, dan mineral lainnya. Karena bersifat asam, jumlah asam asetat dalam asam cuka perdagangan dapat dianalisis secara kimia menggunakan metode asidimetri.

Metode asidimetri merupakan metode analisis kuantitatif yang dilakukan dengan cara titrasi. Reaksi yang terlibat dalam metode ini merupakan reaksi asam-basa, misal reaksi antara basa NaOH dan asam asetat CH3COOH berikut:

NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O

Reaksi tersebut menyebabkan semua asam asetat akan bereaksi dengan NaOH. Jumlah NaOH yang digunakan sebanding dengan jumlah asam asetat dalam cuka tersebut Oleh karena itu, konsentrasi NaOH yang digunakan sebagai titran harus diketahui terlebih dahulu. Hasil kali konsentrasi dan volume NaOH yang digunakan dalam titrasi adalah jumlah mol NaOH. Jumlah mol ini ekivalen atau sama dengan jumlah mol asam asetat dalam cuka.

Untuk mengetahui titik ekivalen diperlukan indikator. Indikator ini berfungsi sebagai petunjuk bahwa asam asetat dalam larutan telah habis bereaksi dengan NaOH. Petunjuk yang diberikan berupa perubahan warna. Artinya, jika telah terjadi perubahan warna, maka titrasi harus dihentikan. Akhir titrasi ini disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang digunakan dicatat sebagai volume titrasi.

(11)

struktur pp pada pH 0-8,2 tidak berwarna

struktur pp pada pH 8,2-12 berwarna merah muda

Oleh karena itu, jika penambahan NaOH pada asam cuka telah mencapai pH basa maka larutan akan berubah menjadi warna merah muda.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gelas piala 100 mL

b. Pengaduk magnet

c. Asam cuka perdagangan

d. Indikator p.p

e. Akuades

D. Cara Kerja

1. Penentuan molaritas NaOH (Standarisasi NaOH)

a. Sebanyak 1,26 g asam oksalat dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL,

kemudian ditambahkan akuades sekitar 70 mL dan diaduk dengan pengaduk magnet hingga larut sempurna.

b. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambah akuades hingga

volume tepat 100 mL.

c. Larutan dimasukkan ke dalam buret 50 mL yang dibilas terlebih dahulu dengan

larutan tersebut.

d. Sebanyak 10 mL larutan NaOH dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah

1-2 tetes indikator pp. Larutan tersebut dititrasi dengan larutan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang.

e. Langkah 1.d. diulangi 3 kali.

2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

a. Sebanyak 10 mL larutan cuka perdagangan dimasukkan ke dalam labu ukur

(12)

b. Sebanyak 10 mL larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambah 2 tetes indikator pp.

c. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan

warna.

d. Langkah 2.b – 2.c. diulangi 3 kali.

E. Hasil Pengamatan

1. Penentuan Molaritas NaOH

Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata

Volume NaOH (mL) 10 10 10 10

Volume

H2C2O4.2H2O (mL)

2. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Titrasi I Titrasi II Titrasi III Vrata-rata

Volume sampel

asam cuka (mL) 10 10 10 10

Volume NaOH (mL)

F. Pengolahan Data

1. Penentuan molaritas NaOH (Standarisasi NaOH)

a. Tentukan konsentrasi asam oksalat yang dibuat berdasarkan cara kerja 1.a –

1.b.!

b. Tentukan volume rata-rata asam oksalat yang digunakan untuk standarisasi

NaOH!

c. Tentukan jumlah mol asam oksalat yang digunakan menggunakan

persamaan mol = M x V!

d. Tentukan jumlah mol NaOH yang bereaksi berdasarkan reaksi:

H2C2O4 + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O

e. Tentukan konsentrasi NaOH berdasarkan jumlah mol yang diperoleh!

2. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

a. Tentukan volume rata-rata NaOH yang digunakan untuk titrasi asam cuka!

b. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan menggunakan persamaan

mol = M x V!

c. Tentukan jumlah mol asam cuka berdasarkan reaksi:

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

d. Tentukan berat asam cuka dalam sampel menggunakan persamaan

gram = mol x Mr!

(13)

f. Nyatakan berat tersebut dalam % (b/v) menggunakan persamaan:

% ( / ) =

100 %

G. Pembahasan

1. Jelaskan prinsip percobaan ini!

2. Jelaskan hubungan perubahan warna bening menjadi merah jambu atau sebaliknya dengan titik akhir titrasi!

3. Berikan penjelasan singkat mengenai hasil perhitungan yang diperoleh!

H. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Pelajari konsep titrasi asam basa!

3. Apa yang dimaksud dengan titik ekivalen, titik akhir titrasi, dan indikator asam

basa!

I. Referensi

Chang R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts , alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Beran & Brady, 1978, Laboratory Manual for General Chemistry , New York: John Wiley & Sons.

(14)

S

S

S

I

I

I

F

F

F

A

A

A

T

T

T

L

L

L

A

A

A

R

R

R

U

U

U

T

T

T

A

A

A

N

N

N

B

B

B

U

U

U

F

F

F

F

F

F

E

E

E

R

R

R

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa dapat menggunakan pH meter, pH universal, dan kertas lakmus

A. Tujuan Percobaan

1. Mempelajari sifat larutan penyangga.

2. Menentukan pH larutan penyangga.

B. Dasar Teori

Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan pHnya pada kondisi tertentu. Jika pada larutan buffer ditambahkan larutan asam, basa, atau akuades, maka pHnya relative tetap. Perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga pH larutan dianggap tidak bertambah atau pH tetap pada kisarannya.

Hal ini terjadi karena kombinasi asam basa konjugat pada larutan buffer dapat

menghilangkan ion H+ atau OH- yang masuk dalam larutan. Akibatnya, jumlah ion

tersebut relative tetap dalam larutan.

Larutan buffer sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Demikian halnya dalam kegiatan penelitian, larutan buffer sangat dibutuhkan. Misalnya kita memerlukan suatu larutan dengan pH = 7 selama melakukan penelitian terhadapa sel agar pH-nya tidak berubah-ubah dan sel yang diteliti tidak rusak..

Cairan dalam tubuh kita juga pH-nya harus tetap dijaga, yaitu pada harga 7,4. Apabila pH-nya berubah misalnya kurang dari 7,0 atau lebih dari 7,8, hal tersebut akan sangat membahayakan tubuh kita bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, cairan dalam tubuh kita harus memiliki sifat sebagai larutan buffer sehingga dapat mempertahankan pH cairan tubuh walaupun tubuh kita menerima berbagai penambahan, misalnya zat yang mengandung asam atau basa.

(15)

C. Alat dan Bahan

1. Perubahan pH larutan bukan buffer

a. Ukur pH larutan NaCl 0,1 M menggunakan pH meter.

b. Siapkan 3 gelas kimia 100 mL.

c. Masing-masing diisi dengan 10 mL larutan NaCl 0,1 M, kemudian :

- Dalam gelas kimia 1 tambah 1 ml HCl 0,1 M - Dalam gelas kimia 2 tambah 1 ml NaOH 0,1 M - Dalam gelas kimia 3 tambah 10 ml akuades

d. Ukur pH ketiga larutan tersebut.

2. Perubahan pH larutan buffer asam

a. Campurkan 25 ml larutan CH3COOH 0,1 M dan 25 ml larutan CH3COONa

0,1 M dalam gelas kimia. ukur pH larutan.

b. Larutan yang dihasilkan, dimasukkan dalam 3 gelas piala, masing-masing

sebanyak 10 mL, kemudian:

- Dalam gelas kimia 1 tambah 1 ml HCl 0,1 M - Dalam gelas kimia 2 tambah 1 ml NaOH 0,1 M - Dalam gelas kimia 3 tambah 10 ml akuades

c. Ukur pH ketiga larutan tersebut.

3. Perubahan pH larutan buffer basa

a. Campurkan 25 ml larutan NH3 0,1 M dan 25 ml larutan NH4Cl 0,1 M dalam

gelas kimia. Ukur pH larutan.

b. Larutan yang dihasilkan, dimasukkan ke dalam 3 gelas piala, masing-masing

sebanyak 10 mL, kemudian:

- Dalam gelas kimia 1 tambah 1 ml HCl 0,1 M - Dalam gelas kimia 2 tambah 1 ml NaOH 0,1 M - Dalam gelas kimia 3 tambah 10 ml akuades

(16)

E. Hasil Pengamatan

No. Larutan yang diuji

pH mula-

1. Buat grafik yang menyatakan perubahan pH masing-masing larutan! Gunakan

Microsoft Excel dengan perintah Insert >> Charts (Line) >> Line With Markers!

2. Lengkapi grafik dengan Legend!

G. Pembahasan

1. Jelaskan prinsip percobaan ini!

2. Berikan penjelasan mengenai pola grafik untuk masing-masing larutan!

3. Berikan kesimpulan untuk masing-masing larutan!

H. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Pelajari konsep pH asam, basa, dan garam!

3. Pelajari konsep larutan buffer!

I. Referensi

Chang R., 2003, General Chemistry:TheEssentialConcepts , alih bahasa: Indra Noviandri dkk, 2004, Kimia Dasar Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga.

(17)

S

S

S

I

I

I

F

F

F

A

A

A

T

T

T

K

K

K

O

O

O

L

L

L

I

I

I

G

G

G

A

A

A

T

T

T

I

I

I

F

F

F

L

L

L

A

A

A

R

R

R

U

U

U

T

T

T

A

A

A

N

N

N

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa memahami konsep larutan kimia dan

sifat-sifatnya

1. Mempelajari perbedaan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan larutan non

elektrolit.

2. Mempelajari hubungan antara molalitas zat terlarut dengan titik didih larutan.

B. Dasar Teori

Sifat koligatif (colligative properties ) larutan merupakan sifat penting larutan yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan bukan pada jenis partikel zat terlarut. Jenis sifat koligatif larutan adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik.

Sifat koligatif larutan elektrolit memerlukan pendekatan yang sedikit berbeda daripada sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal ini dikarenakan elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan sehingga satu satuan senyawa elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel bila dilarutkan. Oleh karena itu, penentuan sifat koligatif larutan memerlukan faktor van’t Hoff .

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gelas piala 250 mL

b. Pengaduk

a. Siapkan 100 gram akudes dalam gelas piala 250 mL.

b. Panaskan akuades tersebut menggunakan hot plate hingga mendidih.

(18)

2. Titik didih larutan sukrosa dalam berbagai konsentrasi

a. Siapkan 30, 60, dan 90 gram sukrosa (C12H22O11).

b. Masukkan sukrosa tersebut ke dalam gelas piala 250 mL, kemudian

masing-masing ditambahkan 100 gram akuades.

c. Campuran diaduk hingga larut (boleh dibantu dengan pemanasan ringan).

d. Masing-masing larutan dipanaskan hingga mendidih. Termometer tercelup

menggantung dalam gelas piala menggunakan statif.

e. Catat temperatur didih masing-masing larutan dalam tabel yang telah

disediakan.

3. Titik didih larutan NaCl dalam berbagai konsentrasi

a. Ulangi cara kerja di atas menggunakan 5, 10, dan 15 gram NaCl.

b. Catat temperatur didih masing-masing larutan dalam tabel yang telah

disediakan.

E. Hasil Pengamatan

Titik didih (Td) air : ……… oC

Tabel 1. Titik didih larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi

No Massa zat

terlarut (gram)

Molalitas larutan/m

Titik didih larutan /Td (oC)

Berdasarkan data di atas, buatlah grafik hubungan titik didih larutan dan molalitas larutan.

Tabel 2. Titik didih larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi

No Massa zat

terlarut (gram)

Molalitas laruta/m

Titik didih larutan /Td (oC)

Berdasarkan data di atas, buatlah grafik hubungan perubahan titik didih larutan dan molalitas larutan.

F. Pengolahan Data

1. Molalitas larutan dihitung menggunakan persamaan = �

(1000 � ).

2. Kenaikan titik didih (ΔTd) merupakan selisih titik didih larutan dengan titik didih

(19)

3. Berdasarkan grafik yang diperoleh, tentukan konstanta kenaikan titik didih (Kb)

menggunakan persamaan Δ� =� � yang analog dengan persamaan garis

lurus y = mx +c.

G. Pembahasan

1. Jelaskan prinsip percobaan ini!

2. Jelaskan perbedaan pengaruh masing-masing zat terhadap titik didih larutan!

3. Berikan kesimpulan untuk masing-masing zat yang dengan pengaruhnya

terhadap titik didih larutan!

H. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Pelajari konsep kenaikan titik didih!

3. Pelajari konsep persamaan garis lurus, kemiringan grafik, dan regresi linear!

I. Referensi

Chang, R., 2003, General Chemistry: The Essential Concepts,diterjemahkan oleh:

Suminar Setiati Achmadi, 2005, Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti, Jakarta: Penerbit Erlangga

Zumdahl, S.S., 1998, Chemical Principles, Boston: Houngton Mifflin Company

(20)

U

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa mengetahui prinsip dasar uji kualitatif

senyawa organik

A. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif senyawa organik.

2. Mengetahui kandungan senyawa organik dalam beberapa sampel.

B. Dasar Teori

1. Uji Alkohol

Asam karboksilat dan alkohol dapat diidentifikasi sebagai senyawa ester, yakni dipanaskan bersama asam sulfat pekat hingga tercium bau senyawa ester. Reaksi tersebut berlangsung lambat dan dapat balik (reversible) sehingga ester yang terbentuk tidak banyak.

Aroma khas ester sering tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat. Cara sederhana untuk mendeteksi senyawa ester selain aromantya tersebut adalah menaburkan campuran hasil reaksi ke dalam sejumlah air. Jika terbentuk lapisan yang tidak larut, maka senyawa ester dapat dianggap terbentuk.

2. Uji Formalin

Identifikasi formalin dapat dilakukan menggunakan kalium permanganat (KMnO4) yang disebut uji PK (Permanganas Kalikus). Warna ungu/merah jambu larutan kalium permanganan berkurang/hilang jika ditambahkan sampel yang mengandung formalin.

3. Uji Pati

Pati merupakan polisakarida yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Molekul amilosa membentuk warna biru tua apabila bereaksi dengan iodium.

(21)

e. Hot plate

c. Larutan AgNO3 0,5 M

d. NH4OH

e. Asam asetat glasial

f. Larutan iodium

g. Sampel: bakso, tahu, roti, apel, Mie basah, tape, dll.

D. Cara Kerja

1. Uji kualitatif senyawa aldehid dengan test Tollens

a. Bersihkan sebuah tabung reaksi denganlarutan HNO3 panas dan cuci

dengan akuades sampai bersih dan keringkan.

b. Masukkan 1 ml larutan AgNO3 0,5 M, kemudian encerkan dengan

menambah NH4OH tetes demi tetes sampai endapan yang terbentuk larut.

c. Tambahkan 20 mg atau 1 ml sampel yang tidak diketahui, kocok, dan letakkan

dalam air hangat selama 5 menit. Cermin atau endapan hitam yang terbentuk menandakan sampel memiliki gugus aldehid.

2. Uji kualitatif senyawa alkohol dengan pembuatan ester

a. Masukkan 1 mL asam asetat glasial ke dalam tabung reaksi

b. Tambahkan 2 ml zat sampel yang tidak diketahui dan 2 tetes asam sulfat pekat

c. Panaskan tabung reaksi tersebut sambil dikocok.

d. Amati apa yang terjadi dan cium baunya

3. Uji kualitatif sederhana senyawa formalin pada makanan

a. Masukkan 3 ml larutan KMnO4 1,0 M ke dalam gelas piala 250 mL.

b. Masukkan sampel (tahu, bakso, dan mie basah) ke dalam larutan KMnO4

tersebut.

c. Amati dan catat perubahan warna larutan yang terjadi.

4. Uji kualitatif sederhana senyawa pati pada makanan

a. Siapkan sampel (roti dan mie basah) dalam cawan porselen.

b. Teteskan 2-4 tetes larutan iodium pada sampel tersebut.

(22)

E. Hasil Pengamatan

No Jenis uji Hasil pengamatan

1 Uji Tollens

2 Uji senyawa alcohol

3 Uji formalin

4 Uji pati

F. Pembahasan

1. Jelaskan prinsip percobaan ini!

2. Jelaskan ciri khas/penampakan/perubahan masing-masing sampel berdasarkan uji yang digunakan!

3. Berikan penjelasan ilmiah yang mendasari ciri khas/penampakan/perubahan masing-masing sampel tersebut!

G. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Pelajari konsep dan reaksi yang terlibat dalam uji tollens, uji alkohol, uji formalin, dan uji pati yang digunakan dalam percobaan ini!

H. Referensi

Fessenden & Fessenden, 1986, Organic Chemistry , Alih Bahasa: Hadyana

Pudjaatmaka, 1991, Kimia Ornaik Jilid I , Jakarta: Penerbit Erlangga.

(23)

S

S

S

T

T

T

E

E

E

R

R

R

E

E

E

O

O

O

K

K

K

I

I

I

M

M

M

I

I

I

A

A

A

Kompetensi yang akan dicapai:

mahasiswa dapat

1. Menggambar molekul 2D dan 3D menggunakan aplikasi kimia.

2. Memahami bentuk 3D molekul menggunakan model molekul.

B. Dasar Teori

Stereokimia adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi, yakni penataan atom-atom molekul tersebut relatif terhadap atom yang lain. Kajian ini membantu dalam menentukan stereoisomer dan kekiralan berbagai molekul.

Isomer adalah sebutan untuk senyawa-senyawa organik yang memiliki rumus molekul sama tapi masing-masing memiliki sifat dan penataan atom yang berbeda. Beberapa penggolongan isomer adalah isomer posisi, isomer fungsional, isomer geometrik, dan isomer optik.

Konsep yang terkait dengan isomer adalah kekiralan molekul atau pola bayangan molekul. Sebagai contoh, jika atom C mengikat 4 atom/gugus yang berbeda (senyawa tipe Cabcd), maka akan terbentuk 2 molekul yang merupakan bayangan cermin yang tidak saling menutup satu sama lain. Dua molekul tersebut adalah molekul yang berlainan sebagai sepasang stereoisomer yang disebut enantiomer. Sebaliknya, sebuah molekul akiral dapat diimpitkan dengan molekul bayangan cerminnya sehingga molekulnya adalah senyawa yang sama.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah satu set model molekul (Molymod) dan

seperangkat komputer dengan program ChemSketch dan Avogadro.

D. Cara Kerja

1. Gambarkan dalam bentuk 3D molekul berikut:

(24)

i. Cis-2-Butena

j. Trans-2-Butena

k. Fruktosa

l. Glukosa

2. Gambar molekul eritrosa dan seluruh stereoisomernya

a. Tentukan konfigurasi R dan S dari setiap stereoisomernya!

b. Apakah merupakan senyawa meso?

3. Perhatikan dan bandingkan bentuk 3D masing-masing molekul tersebut!

E. Pembahasan

1. Kategorikan masing-masing molekul ke dalam kelompok isomer posisi, isomer

fungsional, isomer geometrik, atau isomer optik!

2. Berikan penjelasan mengenai kesamaan isomer tersebut! 3. Berikan penjelasan mengenai stereoisomer eritrosa!

F. Tugas Pendahuluan

1. Buat laporan sementara percobaan ini!

2. Unduh dan instal aplikasi ChemSketch!

G. Referensi

Fessenden & Fessenden, 1986, Organic Chemistry , Alih Bahasa: Hadyana

Pudjaatmaka, 1991, Kimia Ornaik Jilid I , Jakarta: Penerbit Erlangga. Bloch,D., 2006,

(25)

Gambar

Tabel 1. Titik didih larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu elektrolisis nanopartikel perak terhadap konsentrasi nanopartikel perak ionik yang dihasilkan, mengetahui

Data dalam penelitian ini berupa frasa atau kalimat yang mengandung gaya bahasa pada lirik-lirik lagu di dalam album Blonde, sedangkan sumber data berupa 12 lirik lagu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Pelayanan ujian nasional berbasis online dilihat dari aspek tangible (berwujud) di MTs Negeri 4 Tabalong dikategorikan

s Modul training disusun dari berbagai sumber dan media pembelajaran dengan penyajian materi dalam bentuk pengenalan konsep; teori; dan praktek; serta tentunya dipandu oleh

Dalam hal ini penulis berusaha untuk mengetahui apakah pelayanan yang diberikan Yellow Truck Coffee & Tea Co sesuai dengan yang diharapkan konsumen atau

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa,

Berdasarkan permasalahan yang telah di paparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Metode Quantum Learning Berbantuan Media

Faktor tunggal invigorasi osmoconditioning mem- berikan pengaruh yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, keserem- pakan tumbuh dan bobot kering kecambah