• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TRANSPORTASI DARAT TERHADAP PEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH TRANSPORTASI DARAT TERHADAP PEN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF GROUND TRANSPORTATION ON BODY WEIGHT DECREASE IN SIMMENTAL CROSS AND LIMOUSIN CROSS

Anugerah Candra Dinata1, Moch Nasich2 dan Harry Nugroho2

1)

Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University. 2)

Lecturer of Department of Animal Production of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University.

Anugerah_candra@ymail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of ground transportation on body weight decrease in Simmental cross and Limousin cross cattle. Data were collected individually from 60 Simmental cross and Limousin cross cattle with 343.25+24,51 kg in average body weight The design was using completely randomized design with a factorial with 2 factors, namrly (1) the times transportation (5 - 6 hours and 7 – 8 hours), (2) the cattle breed Simmental cross and Limousin cross cattle. Each treatment using 30 individuals. The variables measured were body weight decrease percentage. Data collected was analyzed using analysis of variance (ANOVA) which was folllowed by the Least Significant Difference test (LSD) for any significant result. The research result showed that a long time transport has higly significant effect on body weight decrease (P<0.01), breed cattle and interaction between transportation with breed cattlehas significant effect (P<0.05) on the decrease of body weight percentage during the transportation process. The average of body weight percentage was decrease during the transportation process respectively 3.69±1.24%; 4.22±1.68% and 3.18±1.18% in a long time transport 5-6 hours; Limousin cross cattle and the interaction between transportation with Limousin cross.

(2)

PENGARUH TRANSPORTASI DARAT TERHADAP PENYUSUTAN BOBOT BADAN SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DAN PERANAKAN

LIMOUSIN

Anugerah Candra Dinata1, Moch Nasich2 dan Harry Nugroho2

1 .

Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

2

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh transportasi terhadap penyusutan bobot badan sapi Peranakan Simmental dan Peranakan Limousin. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental jantan masing-masing sebanyak 60 ekor dengan bobot badan rata-rata sebesar 343,25+24,51 kg. Metode Yang digunakan Yaitu Rancangan Acak Lengkap pola faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Sebagai faktor pertama adalah lama pengangkutan (5-6 jam dan 7-8 jam). Faktor kedua adalah bangsa sapi potong (Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental) dan setiap perlakuan menggunakan ulangan 30 ekor. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase penyusutan bobot badan sapi. Analisis data menggunakan analisis ragam (ANOVA), dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) untuk menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama transportasi memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi potong, bangsa sapi potong memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi selama pengangkutan ternak. Rata-rata persentase penyusutan bobot badan selama proses transportasi berturut-turut 3,69±1,24%; 4,22±1,68% dan 3,18±1,18% dalam perjalanan dengan lama transportasi 5-6 jam, bangsa sapi, dan interaksi antara lama transportasi dengan bangsa sapi terjadi pada sapi Peranakan Limousin yang memberikan hasil persentase penyusutan bobot badan sapi terendah.

Kata kunci: Bangsa, Peranakan Simmental, Peranakan Limousin, Transportasi Ternak.

PENDAHULUAN

Perkembangan transportasi terwujud dalam bentuk kemajuan alat angkut yang selalu mengikuti dan mendorong kemajuan teknologi transportasi. Perkembangan ini telah memupus berbagai kesulitan transportasi dalam kehidupan

manusia yang tidak terjamah oleh

(3)

dapat diolah, sekalipun dapat pasar interval yakni lebih banyak yang bisa dijual dalam batas luas pasar yang sama dan eksternal yakni terbukanya pasar yang baru dilokasi yang lain. Transportasi terkait pula dengan produktifitas. Kemajuan transportasi membawa peningkatan mobilitas manusia, mobilitas faktor – faktor produksi dan mobilitas olahan yang dipasarkan. Transportasi juga berhubungan dengan kegiatan peternakan yang salah satunya adalah perdagangan sapi potong antar daerah sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi

(Sudiyono, 2004).

Pengangkutan atau transportasi yang digunakan oleh pengusaha ternak sapi antar pulau atau kota pada umumnya dapat mengakibatkan stres, sehingga dapat mempengaruhi nafsu makan menurun dan pada akhirnya dapat menurunkan berat badan ternak sapi. Untuk itu diperlukan penanganan yang cermat dalam pengangkutan antar pulau, kota, dan daerah, sehingga tidak hanya faktor jalan yang mempengaruhinya tetapi kondisi kendaraan yang dipergunakan, kepadatan ternak, bangsa atau jenis

sapi, iklim/cuaca pada saat pengangkutan, serta ketersediaan makanan pada lama diperjalanan (Ginting, 2006).

UD. Satwa Manunggaling Darmo di Desa Tenggir, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo merupakan salah perusahaan di bidang peternakan sapi potong yang membeli sapi dari peternak di karesidenan Jember. Perusahaan ini melakukan pembelian bakalan sapi potong di masyarakat untuk di bawa ke PT. Agri Satwa Malang dan dilakukan penggemukan disana sebelum di potong. Untuk membawa

(4)

METODE PENELITIAN

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental jantan masing-masing sebanyak 60 ekor dengan bobot badan rata-rata sebesar 343,25+24,51 kg. Peralatan yang akan digunakan antara lain truck sebagai sarana transportasi/pengangkutan ternak, timbangan digital, kandang jepit dan stopwatch.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola

faktorial dengan dengan 2 faktor perlakuan. Sebagai faktor pertama adalah lama pengangkutan (5-6 jam dan 7-8 jam). Faktor kedua adalah bangsa sapi potong (Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental) dan setiap perlakuan menggunakan ulangan 30 ekor.

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase

penyusutan bobot badan sapi. Persentase penyusutan bobot badan sapi dihitung dengan rumus (Ginting, 2006):

Data yang diperoleh dari penelitian ditabulasi dan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Apabila ada perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka data dilanjutkan dengan Beda Nyata Terkecil (BNT).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Lama Transportasi terhadap Persentase Penyusutan Bobot Badan Sapi

Berdasarkan hasil penelitian terhadap penyusutan bobot badan sapi diperoleh hasil pengaruh lama transportasi terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi potong dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase penyusutan bobot badan sapi berdasarkan lama transportasi.

Perlakuan Rata –rata

5-6 jam 3,69±1,24 a

7-8 jam 5,26±1,58 b

(5)

Dari Tabel 1. Menunjukkan bahwa lama transportasi memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi potong. Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan bahwa lama transportasi 7-8 jam memberikan persentase penyusutan tertinggi terhadap bobot badan sapi potong. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lama transportasi maka penurunan bobot badan sapi akan semakin meningkat. Hal ini sesuai pendapat Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa semakin lama pengangkutan ternak maka

akan semakin besar penurunan bobot badannya.

Berdasarkan analisis data diperoleh persentase penyusutan bobot badan sapi potong pada lama transportasi 8 jam lebih besar daripada persentase penyusutan bobot badan sapi potong pada lama transportasi 5-6 jam dengan selisih rata-rata sebesar 1,57 %, serta terdapat hubungan yang nyata antara lama transportasi dengan persentase penyusutan bobot badan sapi potong selama pengiriman. Semakin lama lama transpotasi maka semakin besar persentase penyusutan bobot badan

sapi potong selama transportasi. Efek stres pada ternak umumnya tinggi pada saat proses transportasi itu dimulai sampai sekitar 3 jam setelah transportasi selesai. Semakin lama proses transportasi tanpa pemberian pakan pada ternak dapat meningkatkan efek stres tersebut dan mengakibatkan perubahan metabolik pada tubuh ternak, penurunan sistem kekebalan tubuh juga menunjukkan efek samping berupa perubahan sistem metabolis seperti aktifitas plasma kreatin kinase, perubahan jumlah leukosit serta rasio neutrofil dan limfosit yang pada akhirnya

menyebabkan penyusutan bobot badan ternak (Kannan et al., 2000).

(6)

tersebut, tidak dilakukan pemberian pakan dikarenakan lama perjalanan tidak lebih dari 24 jam. European Commission Health and Consumer Protection Directoral-General (2002) menyatakan bahwa ternak sapi tidak dianjurkan untuk diangkut lebih dari 36 jam perjalanan dan harus diistirahatkan untuk pemberian pakan dan minum apabila lama lebih dari 24 jam perjalanan.

Penyusutan bobot badan rata-rata sapi pada lama transportasi selama 5-6 jam dan 7-8 jam perjalanan dengan jarak tempuh yang sama masing-masing sebesar

3,69±1,24% dan 5,26±1,58% Penyusutan bobot badan ini lebih rendah dibandingkan dengan laporan European Commission Health and Consumer Protection Directoral-General (2002) yang menyatakan bahwa penyusutan bobot badan ternak setelah 15 jam perjalanan adalah sebesar 5,5-6%. Penyusutan bobot badan yang relatif rendah dalam penelitian ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain adalah kepadatan yang terlalu tinggi dalam

pengangkutan, kondisi lingkungan saat transportasi. Tingkat kepadatan ternak sapi dalam penelitian ini dengan rata-rata bobot badan 343,25 kg adalah sebesar 0,97 m2. Angka kepadatan tersebut tidak sesuai dengan standart seperti dikemukakan Standar Nasional Indonesi (SNI) 02-4509-1998 tentang Angkutan Ternak Sapi dan Kerbau yang menyatakan bahwa kebutuhan luas area pengangkutan pada ternak sapi potong yang memiliki bobot badan 350 kg adalah seluas 1,06 m2 (Tabel 1). Kepadatan yang terlalu tinggi selama proses pengangkutan

mengakibatkan stres yang tinggi dan meningkatkan ketegangan antar ternak sehingga akan menurunkan bobot badan sapi potong selama pengiriman (Lapworth, 2002).

Pengaruh Bangsa Sapi terhadap Persentase Penyusutan Bobot Badan Sapi

(7)

Tabel 2. Rataan persentase penyusutan bobot badan sapi berdasarkan bangsa sapi.

Perlakuan Rata – rata

Peranakan Limousin 4,22±1,68 a Peranakan Simmental 4,74±1,53 b

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Dari tabel 2. Menunjukkan bahwa bangsa sapi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi. Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan bahwa sapi Peranakan Limousin memiliki persentase penyusutan terendah

dibandingkan sapi Peranakan Simmental.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sapi Peranakan Simmental menghasilkan persentase penyusutan bobot badan sapi lebih tinggi yaitu sebesar 4,74±1,53% daripada persentase penyusutan bobot badan sapi Peranakan Limousin sebesar 4,22±1,68%. Hal ini berkaitan dengan bangsa sapi Peranakan Limousin karena pada sapi Limousin sendiri pada awal pembentukan purebreed ini terdapat bangsa sapi Bos indicus yang digunakan sebagai tetua dalam pembentukan sapi Limousin sedangkan pada sapi Simmentall murni dari bangsa Bos taurus (Anonymous, 2009). Adanya

(8)

dimana pertambahan berat badan sapi tersebut yaitu masing-masing sebesar 0,487 kg dan 0,338 kg.

Bambang (2000) menambahkan bahwa ternak sapi yang terkena suhu tinggi akan mengalami stres dan gagal di dalam mengatur panas tubuh. Selain itu, suhu yang tinggi juga berpengaruh besar terhadap konsumsi pakan pada ternak menurun sedangkan aktivitas minum meningkat sehingga berat badan ternak sapi pun menurun. Akan tetapi, dalam hal ini sapi-sapi

Bos indicus relatif lebih bisa bertahan, karena adaptasi mereka

cukup bagus bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi yang berasal dari daerah sedang (subtropis) selain adanya pengaruh

genetic enviromental interaction (interaksi genetika secara lingkungan).

Interaksi Lama Transportasi dan Bangsa Sapi terhadap Persentase Penyusutan Bobot Badan Sapi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi lama transportasi dan bangsa sapi potong memperlihatkan adanya interaksi yang nyata (P<0,05) terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi. Hal ini berarti kedua faktor perlakuan (lama transportasi dan bangsa sapi) saling mempengaruhi dalam penyusutan bobot badan sapi.

Rataan persentase penyusutan bobot badan sapi dengan lama transportasi dan bangsa sapi yang berbeda

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Interaksi lama transportasi dan bangsa sapi terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi.

Perlakuan Rata –rata

Peranakan Limousin x 5-6 jam 3,18±1,18 a Peranakan Limousin x 7-8 jam 5,26±1,46 c Peranakan Simmental x 5-6 jam 4,21±1,11 b Peranakan Simmental x 7-8 jam 5,27±1,72 c

Keterangan : Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa lama transportasi 5-6 jam dengan sapi Peranakan Limousin memberikan hasil terendah pada persentase penyusutan bobot badan

(9)

hal ini disebabkan oleh faktor stres pada bangsa sapi pada saat terjadi pengangkutan yang singkat maupun yang cukup lama dan bangsa sapi memiliki teknik merespon tekanan stres secara berbeda -beda sehingga interaksi lama transportasi dengan bangsa mempengaruhi penyusutan bobot badan pada sapi Peranakan Limousin dan Peranakan Simmental. Dibandingkan dengan sapi Simpo, secara genetik sapi Limpo lebih peka terhadap peningkatan temperatur udara lingkungan. Hal ini karena sapi Simpo mempunyai jumlah kelenjar keringat per luasan

kulit yang lebih sedikit (Amakiri dan Mardi, 1975 dalam Ramdani, 2008), kulit lebih tebal dengan luasan per kg bobot hidup yang lebih kecil (Robertshaw, 1984 dalam Ramdani, 2008), rambut badan lebih panjang dan lebat serta warna tubuh lebih gelap, sehingga kemampuan membuang panas dari tubuh ke lingkungan menjadi lebih terbatas (Gebremedhin, 1984 dalam Ramdani, 2008).

Kondisi lingkungan ekstrim akibat tingginya temperature, radiasi matahari, dan kelembapan, serta rendahnya kecepatan angin dapat

menyebabkan heat stress pada ternak. Kondisi ini membuat temak mengalami gangguan fungsi fisiologi dan penurunan imunitas (Brown-Brandl, Eigenberg, Nienaber and Hahn, 2005). Pada cuaca panas, sapi jenis Bos Taurus seperti sapi Peranakan Simmentall, lebih mudah mengalami heat stress daripada sapi Bos Indicus Ini terjadi karena Bos Tarus tidak mempunyai kemampuan homeostatis yang baik pada kondisi cuaca panas (Blackshaw dan Blackshaw, 1994). Bulu yang tebal dan rendahnya kemampuan mengeluarkan keringat pada sapi Bos

Taurus menjadi penghambat dalam beradaptasi dengan cuaca panas (Beatty, Barnes, Taylor, Pethick,

(10)

mengemukakan bahwa faktor bangsa merupakan faktor yang sangat berpengaruh dimana berat badan ternak dan penyusutan bobot badan antar bangsa sangat berbeda satu sama lain.

Tingkat stres pengangkutan dipengaruhi oleh jarak, lama perjalanan, tingkah laku ternak, bentuk pengangkutan, tingkat kepadatan saat pengangkutan, keadaan iklim, kondisi jalan, penanganan pada saat perjalanan, keefektifan istirahat setelah perjalanan dan sifat kerentanan terhadap stress. Stres pengangkutan

dapat mengakibatkan penurunan kandungan glikogen otot, penurunan bobot badan, penurunan persentase karkas, luka memar dan pengeluaran darah yang kurang sempurna pada saat pemotongan (Fernandez et al., 1996; Lawrie, 1991;). Apabila stres yang dialami ternak hanya sebentar dan tidak berkepanjangan, sebagian besar ternak dapat menyesuaikan diri. Apabila stres pada ternak berlangsung lama dan berkepanjangan, ternak tidak dapat menyesuaikan diri akan menyebabkan kelelahan bahkan kematian.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama

transportasi, bangsa sapi dan interaksi antara lama transportasi dengan bangsa sapi berpengaruh terhadap persentase penyusutan bobot badan sapi. Penyusutan bobot badan sapi terendah terjadi pada lama transportasi 5-6 jam, bangsa sapi Peranakan Limousin dan interaksi lama transportasi 5-6 jam denga sapi Peranakan Limousin dengan nilai masing-masing sebesar 3,69±1,24 %; 4,22±1,68% dan 3,18±1,18%.

Disarankan pengangkutan sapi potong sebaiknya tidak lebih dari 8 jam lamanya karena semakin lama waktu yang ditempuh dengan jarak yang sama maka penyusutannya akan

semakin besar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous., 2009. Simmental cattle of history.www. www.ansi.okstate.edu diakses tanggal 7 Juli 201.

(11)

Kabupaten Probolinggo

Blackshaw, J.K and Blackshaw, A.W ., 1994. Heat stress in cattle and the effect of shade on production and behaviour: a review. Australian Journal of Experimental

Agriculture. vol . 34, pp . 285-295

Brown-Brandl, T.M., Eigenberg, R.A., Nienaber, J.A. and Hahn, G.L ., 2005. Dynamic Response Indicators of Heat Stress in Shaded and Non-Shaded Feedlot Cattle. part 1 : analyses of indicators', Biosystem Engineering, vol . 90, pp . 451-62 .

European Commission Health and Consumer Protection Directoral-General.

2002.The welfare of animals during transport (details for horses, pigs,sheep and cattle). Report of the Scientific Committee on AnimalHealth and Animal Welfare. diakses tanggal 19 Januari 2014

Fernandez, X., G. Yamin, J. Culioli, I. Legrand and Y. Quilichini. 1996. Effect of duration of feed withdrawal and transportation time on muscle characteristic and quality in Friesian Holstein calves. J. Anim. Sci. 74 : 1576-1783

Ginting, N. 2006. Komunikasi Pribadi Tentang Penyusutan Bobot Badan Pada Sapi Potong Akibat Pengangkutan. Penebar Swadaya, Jakarta

Greenwood P.L, May T.J and Finn J.A. 1993. Pre-Slaughter Management ofGoat. Development of objective methods for Marketing andpromotion of goat meat (MRC/NSW Agriculture final report. Sydney.

http://acga.org.au/goatnot es/H004.php

Kannan, G., T.H. Terrill, B. Kouakou, O.S. Gazal, S. Gelaye, E.A. Amoah, and S.Samake. 2000. Transportation of goats :

Effects on

(12)

loss Journal of Animal Science78:1450-1457.

Lampworth, J.W. 2002. Cattle Loading Strategies for Road Transport. Department of Primary Industries and Fisheries. Queensland Government, Australia.

http://www2.dpi.qld.gov. au/beef/2423.html

diakses tanggal: 6 Maret 2014

Lawrie, F. A. 1991. Ilmu Daging. Terjemahan. A. Parakkasi. Ed ke-5. UI Press, Jakarta.

Ramdani, D., 2008. Pengaruh Heat Stress Terhadap

Performa Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong - Palu, 24 November 2008 hal 67 – 77

Soeparno, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta

Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Referensi

Dokumen terkait

tanggung jawab pengembangan karier merupakan tanggung jawab individu sehingga setiap individu harus melakukan manajemen karier diri sendiri. Setiap pekerja selalu

Dengan demikian ditinjau dari aspek mutu, kalium klorida dapat digunakan sebagai pengendap dalam proses produksi karaginan dari rumput laut

Nilai pendidikan kejujuran lainnya yang terkandung dalam teks cerita randai “Malangga Sumpah” adalah nilai-nilai pendidikan kejujuran yang berindikasi pada sikap

Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat

Dalam  hal  ini ditemukan  beberapa tulisan atau penelitian  yang  membahas  tentang  aspek/  sudut  pandang  dari  segi  kriminologi  serta  pandangan  hukum 

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan kesimpulan bahwa pengaturan hukum pidana di Indonesia mengenai tindak pidana penyalahgunaan Narkotika secara

Hasilnya, pengetahuan spiritual yang dihasilkan lebih bersifat subjektif, berpijak pada ego diri (self ego), yang berujung pada narsisme spiritual. Hal ini tentunya

a) Aspek kepengawasan sekolah yaitu pengertian kepengawasan sekolah, fungsi dan peran kepengawasan sekolah, jenis-jenis kepengawasan sekolah. b) Aspek Pembinaan Kegiatan