commit to user i
IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh:
FINAYANTI ROFIAH
F0107049
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009
Surakarta, September 2011
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si
commit to user v
Motto
Tidak ada impian yang gagal kecuali kita tak pernah
berusaha meraihnya
Sesungguhnya setelah kesulitan selalu ada kemudahan
(Al-Insyirah)
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN
TEMANGGUNG TAHUN 2009”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pembahasan utama dalam sripsi ini adalah menentukan komoditas pertanian
unggulan perekonomian wilayah dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai
bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten
Temanggung.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik
dari berbagai pihak tidak bisa menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Supriyono, M.EP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Wisnu Untoro, M.S Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
commit to user vii
3. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Izza Mafruah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.
6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, terima
kasih atas bantuan dan kerja samanya.
7. Ayah dan ibuku yang senantiasa memberikan dorongan, nasehat, dan doanya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan semangat kepada
penulis.
9. Staf Karyawan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten
Temanggung atas bantuan dan kerjasamanya.
10. My little Adi untuk inspirasi dan semangatnya, akhirnya aku selesai.
11. Teman-teman “WISMONERS” tetap kompak.
12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2007, kita harus tetap semangat.
commit to user viii
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Surakarta, Agustus 2011
commit to user ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO ... iv
C. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 13
D. Komoditas Unggulan ... 14
E. Teori Basis Ekonomi ... 15
F. Produk Domestik Bruto (PDRB) ... 17
G. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ... 18
a. Metode Keunggulan Komparatif... 18
b. Metode Analisis Location Quotient ... 20
c. Metode Analisis Shift-Share ... 21
d. Metode Analisis Input-Output... 23
e. Metode Analisis Tipologi Klassen ... 24
commit to user x
I. Penelitian Terdahulu ... 28
J. Kerangka Pemikiran ... 33
K. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37
B. Jenis Dan Sumber Data ... 38
C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 38
D. Metode Analisis Data ... 40
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Gambaran Umum Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung ... 46
1. Kondisi Umum Sub Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung ... 47
2. Pertumbuhan dan Kontribusi Tanaman Bahan Makanan dan Perkebunan Kabupaten Temanggung ... 54
3. Strategi Pengembangan Komoditas Tanaman Bahan Makanan dan Perkebunan di Kabupaten Temanggung ... 58
B. Analisa Dan Pembahasan ... 64
1. Analisis Tipologi Klassen... 64
2. Analisis Location Quotient ... 73
BAB V PENUTUP... 84
A. Kesimpulan... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
ABSTRAK
IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009
FINAYANTI ROFIAH
F0107049
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung, mengetahui komoditas pertanian unggulan Kabupaten Temanggung dan bagaimanakah strategi pengembangan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.
Metode dasar penelitian ini merupakan metode deskriptif. Daerah peneliti diambil secara sengaja
(purposive), yaitu Kabupaten Temanggung. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah serta data dari Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data produksi dan nilai produksi komoditas pertanian Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Metode analisis data yang digunakan adalah Location
Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen.
Berdasarkan analisis Location Quotient terdapat komoditas pertanian yang tergolong basis dan komoditas yang non basis. Secara keseluruhan komoditas yang tergolong basis sebanyak tiga belas komoditas antara lain, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, cabai,kopi arabika, kopi robusta, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau dan panili. Klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung berdasarkan analisis Tipologi Klassen terbagi menjadi empat bagian yaitu Komoditas yang termasuk dalam kategori maju dan tumbuh cepat (komoditas prima) adalah jagung, ketela rambat, kacang tanah, kopi arabika dan aren, Komoditas yang termasuk dalam kategori komoditas berkembang cepat adalah padi dan bawang merah, Komoditas yang termasuk dalam kategori maju tapi tertekan (komoditas potensial) yaitu kobis, cabai, kopi robusta, cengkeh, kakao, kemukus, tembakau dan panili, Komoditas yang termasuk dalam kategori komoditas tertinggal adalah ketela pohon, kedelai, kentang, kapok, lada dan tebu.
commit to user
ABSTRACT
IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN
KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009
FINAYANTI ROFIAH F0107049
This study aims to determine the classification of food crops and plantations in Temanggung and to know the food crops and plantations seeded in Temanggung district.
The basis method of this research is descriptive method. The research area was taken intentionally (purposive), namely Temanggung district. Types of data used are secondary data obtained from Central Bureau of statistic (BPS) of Temanggung district and Central Java Provincies as well as data from Temanggung district and Central Java Agricultural office. The data used is data production and production value of agricultural commodities of Temanggung district and Central Java Province in 2009. Data analys methods used are Location Quotient (LQ) and Typology Klassens.
Location Quotient analysis is based on agricultural commodities are classified as base commodity and non-commodity base. Overall commodities belonging to base as many as thirteen commodities, among others maize, cassava, sweet potatoes, peanuts, chili, Arabica coffee, palm, cocoa, pepper, cubeb, tobacco and vanilla. Classification of agricultural commodities in Temanggung district by Klassen analysis is divided into four part, namely the commodities included in the category of advanced and rapidly growing (primary commodities) are corn, sweet potatoes, peanuts, palm, and Arabica coffee, commodities are included in the category of fast growing are rice and onion, commodities which are included in the advanced category but depressed (potential commodities) are cabbage, peppers, robusta coffee, cloves, cocoa, cubeb, tobacco and vanilla, commodities are included in the category of remain commodities are cassava, soybeans, potatoes, kapok, pepper and sugar cane.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas dasar struktur sosial,
sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar
akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta
pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan itu harus
mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem
sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan
keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial, untuk bergerak maju
menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material dan spiritual
(Todaro, 2000:20).
Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang ada di
Indonesia agar tepat sasaran, maka pembangunan daerah yang merupakan
bagian integral dan pembangunan nasional diarahkan untuk pengembangan
daerah. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menetapkan bahwa pembangunan
tidak hanya untuk mencapai kemakmuran lahiriah ataupun kepuasan batiniah,
akan tetapi juga keseimbangan antara keduanya. Pelaksanaan pembangunan
tersebut memerlukan suatu perencanaan yang strategis dan didukung oleh
ketersediaan dana dan serta partisipasi masyarakat sebagai subjek
pembangunan untuk meningkatkan pemerataan pertumbuhan dan
pembangunan di segala bidang.
commit to user
Undang-undang No 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah memberikan kewenangan kepada setiap pemerintah daerah
untuk melaksanakan pemerintahan serta mengatur wilayahnya sendiri, baik
untuk sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun pengelolaan
keuangan. Pelimpahan wewenang tersebut semata-mata bertujuan untuk
mempercepat proses pertumbuhan dan pembangunan perekonomian di setiap
daerah guna mensejahterakan masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Adanya kebijakan otonomi daerah didasarkan pada kenyataan bahwa
tidak semua kebijakan yang dibuat pada era orde baru bisa diterapkan di
seluruh daerah di Indonesia. Pada umumnya para ekonom secara implisit
beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekonomi yang telah digariskan akan
berlaku umum di seluruh daerah baik di kota maupun di desa, di daerah maju
maupun di daerah terbelakang. Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan bahwa
kondisi di tiap-tiap daerah tersebut tidak sama, antara lain potensi ekonominya,
tingkat kemajuan industrinya, ketersediaan prasarana tidak sama, keterampilan
yang dimiliki tenaga kerjanya tidak sama, kepadatan penduduknya berbeda,
atau harga tanah jauh berbeda Sehingga berbagai kebijakan ekonomi yang
cocok di suatu wilayah belum tentu sama dengan wilayah lain (Tarigan,
2006:4).
Otonomi daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka
mendorong pembangunan daerah, menggantikan konsep pembangunan terpusat
yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai penyebab lambannya
commit to user
prioritas pembangunan di sisi lainnya, akan dapat mendorong percepatan
pembangunan daerah (Abdullah dkk, 2002:5). Otonomi daerah juga dapat
memberikan dampak positif karena setiap daerah bisa memaksimalkan potensi
di daerah masing-masing guna mensejahterakan masyarakatnya.Untuk
mewujudkan kemandirian daerah tersebut, sudah saatnya untuk setiap daerah
mengkaji potensi yang dimiliki.
Melalui otonomi daerah pemerintah daerah dituntut untuk kreatif dalam
memajukan perekonomian masing-masing daerah.Salah satu tindakan yang
dilakukan pemerintah daerah untuk memajukan perekonomiannya adalah
dengan menentukan komoditas unggulan dari daerah tersebut. Penentuan
komoditas unggulan menjadi sangat penting bagi pemerintah daerah karena
dengan menentukan komoditas unggulan pembangunan daerah akan menjadi
lebih tepat sasaran. Hal ini sesuai dengan teori pusat pertumbuhan (growth pole
theory) yang dikemukakan oleh Francois Perroux bahwa pembangunan atau
pertumbuhan tidak terjadi di segala tata ruang, akan tetapi hanya terbatas pada
beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensitasnya
(Emilia dan Imelia, 2006:28).
Teori pusat pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa pembangunan
yang dilakukan oleh suatu daerah, tidak harus sama seperti proses
pembangunan yang dilakukan oleh daerah lain karena setiap daerah memiliki
potensi yang berbeda dan membutuhkan proses perencanaan yang berbeda
commit to user
akanmempercepat pertumbuhan perekonomian karena akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda di setiap daerah.
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang berada
di Provinsi Jawa Tengah, dimana dalam pembangunanya merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional namun dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi pembangunan di daerahnya.Untuk
itu pemerintah daerah diharapkan mampu mencari dan menggali potensi daerah
yang ada untuk dikembangkan secara optimal. Hal ini akan berguna untuk
menghindari kesalahan dalam perencanaan program pembangunan di suatu
daerah yang belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah yang lain.
Pembangunan Kabupaten Temanggung ditopang oleh sembilan sektor
perekonomian yaitu: sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri
pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan rumah
makan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dan sektor jasa. Adanya otonomi daerah ini memberikan
kesempatan bagi Kabupaten Temanggung untuk terus mengembangkan
pembangunan ekonomi salah satunya adalah sektor pertanian.Sektor pertanian
merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap pendapatan Kabupaten Temanggung. Besarnya kontribusi PDRB
sektor perekonomian terhadap perekonomian Kabupaten Temanggung pada
commit to user
Tabel 1.1
Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009
Sumber: Data BPS Kabupaten Temanggung, 2010:42
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
konstribusi PDRB sektor perekonomian Kabupaten Temanggung yaitu sektor
pertanian 31,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian 1,03 persen,
industri pengolahan 20,15 persen, listrik dan air bersih 0,87 persen, bangunan
5,31 persen, perdagangan, hotel dan rumah makan 17,01 persen, pengangkutan
dan komunikasi 5,43 persen, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,94
persen dan sektor jasa 14,39 persen. Besarnya konstribusi masing-masing
sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki konstribusi PDRB yang
paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam
perekonomian Kabupaten Temanggung.
commit to user
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan selain dilihat dari
kontribusinya terhadap PDRB juga bisa dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju
pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada
tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2
Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009 (%)
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
1,76 3,20 3,95 4,38 3,66
Jasa-Jasa 0,18 3,69 3,84 10,03 3,81
PDRB 3,99 3,31 4,03 3,54 4,09
Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2009,2009:11
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Temanggung tahun 2009 pada sektor pertanian yaitu
6,14 persen, pertambangan dan penggalian 0,38 persen, industri pengolahan
2,03 persen, listrik dan air bersih 4,35 persen, bangunan 2,91 persen,
perdagangan, hotel dan rumah makan 3,72 persen, pengangkutan dan
komunikasi 4,26 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,66
persen, dan sektor jasa 3,81 persen. Laju pertumbuhan sektor pertanian
menempati urutan pertama dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di
commit to user
Sektor pertanian merupakan sektor terpenting yang diharapkan bisa
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.Kenyataan ini bisa
dilihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Temanggung.
Sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan sebagai pembentuk
Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Temanggung dibandingkan
sektor lainnya pada tahun 2009 yaitu sebesar 31,90%. Hal ini juga didukung
oleh luasnya penggunaan lahan pertanian 74.788 ha yang ada.Besarnya
peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Temanggung dipengaruhi
mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bekerja
pada sektor pertanian.Oleh sebab itu peningkatan sektor pertanian pada
umumnya dapat meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk di
Kabupaten Temanggung. Peranan angka PDRB pada masing-masing subsektor
pertanian akan terlihat pada tabel 1.3:
Tabel 1.3
Peranan PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung 2005-2009 (%)
Sektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung, 2010:42
Dari tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman pangan
sangat dominan dibandingkan sektor lainnya yaitu pada tahun 2009 sebesar
20,97%. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan
dari sub sektor tanaman pangan lebih tinggi dibandingkan dengan sub sektor
commit to user
Sebagai daerah agraris dan sekaligus sebagai wilayah pegunungan serta
daerah tangkapan air, maka dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa
Tengah, Kabupaten Temanggung ditetapkan sebagai daerah penyangga
bidang pertanian dan konservasi sumber daya alam yang berfungsi
memberikan perlindungan daerah bawahannya (Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung 2010,
2010:14). Sebagai daerah penyangga pertanian, Kabupaten Temanggung
memiliki banyak komoditas pertanian unggulan yang bisa dikembangkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang merupakan
produk unggulan Kabupaten Temanggung selama ini, akan tetapi apakah
memang tepat bahwa tembakau benar-benar merupakan komoditas unggulan,
sedangkan komoditas pertanian yang lain masih banyak. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komoditas pertanian unggulan di Kabupaten
Temanggung.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah
dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah klasifikasi komoditas pertanian tanaman bahan makanan
dan perkebunan di Kabupaten Temanggung?
2. Komoditas apa yang menjadi komoditas pertanian tanaman bahan
commit to user
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui klasifikasi komoditas pertanian tanaman bahan
makanan dan perkebunan di Kabupaten Temanggung
2. Untuk mengetahui komoditas apa yang menjadi komoditas pertanian
tanaman bahan makanan dan pearkebunan basis di kabupaten
Temanggung
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
dalam bidang ekonomi regional terutama mengenai perencanaan
pembangunan daerah yang merupakan salah satu alternatif pemecahan
masalah di daerah serta peningkatan pembangunan daerah yang dapat
menningkatkan kemajuan daerah terutama kemajuan kabupaten yang ada
di Provinsi Jawa Tengah.
2. Bagi pemerintah daerah
Bagi Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait, penelitian ini
diharapkan bisa memberikan gambaran, masukan dan bahan pertimbangan
untuk menyusun perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten, terutama
Kabupaten Temanggung dan pengambilan keputusan dalam kebijakan
commit to user
dengan kemajuan pembangunan daerah melalui penetuan perencanaan
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pembangunan
Pembangunan bisa diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai dengan
seleranya masing-masing, sehingga pada akhirnya definisi pembangunan pun
akan bervariasi antara satu sama lain. Menurut pengertian ilmu ekonomi yang
ketat, istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai
kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi awalnya
kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk
menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional
bruto atau GNP (gross national product)-nya pada tingkat 5 hingga 7 persen
atau bahkan lebih tinggi jika hal itu memungkinkan (Todaro,2000:17).
Menurut Todaro (2000:21), paling tidak terdapat tiga komponen dasar atau
komponen inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis
untuk memahami pembangunan yang hakiki yaitu:
1. Kecukupan yang merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar.
2. Jati diri yaitu menjadikan manusia seutuhnya.
3. Kebebasan dari sikap menghamba, yaitu kemampuan untuk memilih.
Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mensejahterakan rakyatnya. Usaha ini akan dilakukan secara terus menerus
commit to user
dalam jangka panjang dan akan berhasil makin lama makin maju kalau
sekurang-kurangnya dipenuhi sejumlah syarat pokok, setidaknya ada dua hal
penting. Pertama, ada SDM yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dan semangat kerja yang cukup besar, yang menggerakkan secara terpadu dan
serasi semua kegiatan guna mengolah dan memanfaatkan sumber daya lain
dalam proses pembangunan. Kedua, ada pasar yang cukup besar untuk menjual
barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan.
B. Pembangunan Daerah
Menurut Arsyad (dalam Hapsari, 2007:23) pembangunan ekonomi pada
umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang
disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari pengertian tersebut,
pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai:
1. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang berarti perubahan yang
terjadi secara terus-menerus yang didalamnya telah mengandung
unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru.
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita
3. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik,
hukum, sosial dan budaya).
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup
commit to user
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk barang
dan jasa yang baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan
pengembangan pasar baru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Kuncoro (2000) bahwa
pembangunan regional sebaiknya lebih memperhatikan
keunggulan-keunggulan dan karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus
dapat meningkatkan pendapatan per kapita dari penduduk tersebut dan akan
meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk
menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong
kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.
Tujuan pembangunan daerah akan tercapai apabila kebijakan utama yang
dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengusahakan semaksimal mungkin
agar pembagunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah
tersebut.
C. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tersebut (Tarigan, 2008:1). Menurut
Tarigan, perencanaan juga dapat diartikan menetapkan suatu tujuan yang dapat
dicapai setelah memperlihatkan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan
tersebut, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut. Pembangunan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dilakukan
commit to user
Perencanaan pembangunan daerah bisa dianggap sebagai perencanaan
untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia
di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas swasta dalam menciptakan
sumberdaya-sumberdaya secara bertanggung jawab. Perencanaan
pembangunan daerah minimal mengandung dua unsur utama, yaitu aspek
tujuan pembangunan dan cara apa yang akan dilakukan untuk mencapainya,
termasuk bagaimana mengalokasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber
daya yang tersedia.
Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi
dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah
diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara
komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala
wilayah. Menurut Blakely (Yuwono, 2008:70), ada enam tahap dalam proses
perencanaan pembangunan daerah yang meliputi pengumpulan data dan
analisis data, pemilihan strategi pembanguanan daerah, pemilihan objek-objek
pembangunan daerah, pembuatan rencana tindakan, penetuan rencana proyek,
dan persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasinya.
D. Komoditas Unggulan
Sektor unggulan (Tumenggungan dalam Indah, 2010:17) adalah sektor
yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan
produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang
besar. Sektor unggulan juga dapat memberikan nilai tambah dan produksi yang
commit to user
serta memiliki permintaan yang tinggi baik untuk pasar local maupun pasar
ekspor. Keunggulan komparatif bagi suatu daerah atau negara adalah bahwa
komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya.
Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan
dalam bentuk nilai tambah riil.
Komoditas unggulan sendiri adalah komoditas yang memiliki nilai tambah
ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya.Nilai ekonomis
lebih tinggi dapat ditunjukkan oleh nilai transaksi yang tinggi di setiap periode
waktu, volume penjualan yang besar, profit margin yang tinggi, komoditas
yang perspektif atau memiliki nilai keberlangsungan yang tinggi.
E. Teori Basis Ekonomi
Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari
wilayah tersebut.Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan
kegiatan non basis.Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah (Tarigan, 2006:28).
Kegiatan basis merupakan kegiatan yang melakukan aktifitas yang
berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang
bersangkutan. Aktivitas basis memiliki peran sebagai penggerak utama (primer
mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah
maka semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada
commit to user
Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor dari wilayah tersebut.Sedagkan, kegiatan non
basis adalah kegiatan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat yang berada di wilayah perekonomian daerah yang bersangkutan.
Luas lingkup produksi dan pemasarannya adalah bersifat lokal (Emilia dan
Imelia, 2006:24).
Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu
daerah akan ditentukan oleh sektor-sektor yang mengekspor produknya ke
daerah atau bahkan keluar negeri. Oleh karena itu seringkali model basis
ekonomi disebut juga model basis ekspor. Sektor basis adalah sektor yang
menjadi tulang pungung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan
kompetitif yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor
lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis
(Sajfrizal dalam Fachrurrazy, 2009:33).
Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor basis
dan non basis adalah Location Quotient. Teknik Location Quotient dapat
menggunakan variabel tenaga kerja atau produk domestik bruto (PDRB) suatu
wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Location Quotient merupakan
rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total
jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB suatu daerah
dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama dengan daerah
commit to user
F. Produk Domestik Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009 adalah
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir/neto yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Angka-angka PDRB
dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu (PDRB Kabupaten Temanggung
2009,1):
1. Pendekatan produksi.
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah/kabupaten dalam
periode tertentu (bisaanya satu tahun) yang dinilai dengan harga pasar.
Unit-unit produksi tersebut bisaanya dikelompokkan menjadi sembilan
lapangan usaha yaitu:
a. Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
b. Pertambangan dan penggalian.
c. Industri pengolahan.
d. Listrik dan air bersih.
e. Konstruksi.
f. Perdagangan, hotel dan rumah makan.
g. Pengangkutan dan komunikasi.
h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
commit to user
2. Pendekatan pendapatan
PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam
waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi tersebut meliputi: Upah/gaji
(balas jasa faktor produksi tenaga kerja), Sewa tanah (balas jasa faktor
produksi tanah), Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal),
Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill), sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut
sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan
jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).
3. Pendekatan pengeluaran
PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti:
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.
b. Konsumsi pemerintah.
c. Pembentukan modal tetap bruto.
d. Perubahan stock.
e. Ekspor neto, ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.
G. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah
commit to user
Istilah keunggulan komparatif (Comparative Advantage) pertama kali
dikemukakan oleh David Ricardo (1917) dalam teori perdagangan dua
negara. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau
daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan
komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam
bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil.Apabila
keunggulan itu adalah dalam bentuk nilai tambah riil maka dinamakan
keunggulan absolut. Komoditi yang memiliki keunggulan walaupun hanya
dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan
dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua
negara atau daerah (Tarigan, 2006:79).
Keunggulan komparatif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk
memasarkan produknya di luar daerah/luar negeri/pasar global.Istilah
keunggulan komparatif lebih mudah dimengerti, yaitu cukup melihat apakah
produk yang kita hasilkan bisa dijual di pasar global secara menguntungkan.
Analisis keunggulan komparatif hanya membandingkan potensi komoditi
suatu negara terhadap semua negara pesaingnya di pasar global.
Meskipun terlihat lebih mudah, manfaat analisis keunggulan komparatif
bagi suatu wilayah adalah terbatas karena tidak banyak komoditi yang
memenuhi persyaratan tersebut.Kemampuan memasarkan barang di pasar
global sangat terkait dengan tingkat harga yang sedang berlaku di pasar
globalyang selalu berfluktuasi. Dengan demikian, analisis keunggulan
commit to user
harga yang sedang berlaku. Analisis keunggulan komparatif tidak terlalu
dipengaruhi oleh fluktuasi harga karena menggunakan metode
perbandingan.
2. Metode Analisis Location Quotient
Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap peranan
sektor/industri tersebut secara nasional. Teknik LQ merupakan salah satu
pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai
langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu
pertumbuhan.
Untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian daerah kabupaten
Temanggung mengacu pada formulasi Bendavid (Bendavid,1991 dalam
Wulandari, 2010:22) dengan persamaan sebagai berikut:
r
Pij = nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah kabupaten
Pj = nilai total produksi komoditi pertanian kabupaten
Pir = nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah provinsi
Pr = nilai total produksi komoditi pertanian provinsi
commit to user
a. LQ > 1 artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya
tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan
tetapi juga dapat diekspor ke suatu wilayah.
b. LQ = 1 artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki
keungggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
c. LQ < 1 artinya komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi
komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri
sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
Setiap analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan seperti juga metode
Location Quotient. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi
komoditas unggulan antara lain penerapanya sederhana, mudah dan tidak
memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan keterbatasan
yang dimiliki metode LQ yaitu karena sedemikian sederhananya metode ini
maka yang dituntut adalah akurasi data.
3. Metode Analisis Shift Share
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
struktur perekonomian nasional. Teknik ini menggambarkan kinerja
commit to user
(Emilia dan Imelia, 2006:26). Tiga komponen utama dalam analisis shift
share adalah:
a. Pangsa pertumbuhan nasional (national growth share), yaitu
pertumbuhan atau perubahan variabel ekonomi di suatu wilayah yang
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi nasional.
b. Pangsa pertumbuhan proporsional, yaitu menggambarkan perubahan
dalam suatu sektor lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau
kemunduran sektor yang sama di tingkat nasional.
c. Pangsa lokal (pergeseran regional), yaitu pangsa dari pertumbuhan yang
menunjukkan tingkat keunikan (kekhasan) tertentu yang dimiliki oleh
suatu wilayah (lokal) yang mengakibatkan vaiabel ekonomi wilayah
dari suatu kelompok industri atau sektor.
Analisis shift share menggunakan tiga informasi dasar yang
berhubungan satu sama lain yaitu :Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi
propinsi atau nasional (national growth effect), yang menunjukkan
bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap
perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional (proportiona l shift),
yang menunjukkan perubahan relatif kinerja
Suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi
propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional (proportiona l shift) disebut
juga pengaruh bauran industri (industri mix).Pengukuran ini memungkinkan
kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada
commit to user
dijadikan referensi.Ketiga, pergeseran diferensial (differential shift) yang
memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri
daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran
diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relative
lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada
perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial disebut juga
pengaruh keunggulan kompetitif (Widodo, 2006:112-113).
4. Metode Analisis Input-Output
Metode analisis input-output adalah suatu analisis atas perekonomian
wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor
ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila
terdapat perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya
terhadap sektor lain dapat dilihat. Fokus permasalahannya dalam metode
input-output adalah keterkaitan antarindustri sehingga terkadang ada yang
menyebutnya sebagai analisis hubungan antar sektor (inter-industry
analysis) (Tarigan, 2006:99).
Menurut Jhingan (2007:592) Analisa input-output menunjukkan kepada
kita bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan terkandung saling
hubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri
merupakan output industri lainnya dan sebaliknya, sehingga akhirnya saling
hubungan antarmereka membawa ke arah ekuilibrium antara penawaran dan
permintaan di dalam perekonomian secara keseluruhan. Batubara adalah
commit to user
keduanya merupakan output dari masing-masing industri yang
bersangkutan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi
barang-barang antara (input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan
barang-barang akhir (output).
5. Metode Analisis Tipologi Klassen
Tipologi klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor,
subsektor, usaha atau komoditi daerah dengan cara membandingkan
pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah atau
nasional yang menjadi acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor,
usaha atau komoditi suatu daerah dengan dengan nilai rata-ratanya di tingkat
yang lebih tinggi (daerah acuan atau nasional). Hasil analisis Tipologi
Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor,
subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.
Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak
hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi)
menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda
sebagai berikut (Sjafrizal, 1997 dalam Wulandari,2010:23)
Kontribusi
rik<ri Komoditi maju tapi
tertekan
Komoditi relatif
commit to user
rik = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di tingkat
kabupaten
ri = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di tingkat
provinsi
yik = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi
tingkat kabupaten
yi = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi tingkat
provinsi
a. Komoditi maju dan tumbuh cepat jika komoditi tersebut laju
pertumbuhan dan kontribusi ditingkat kabupaten lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi yang sama
ditingkat provinsi.
b. Komoditi yang relatif maju tetapi tertekan yaitu komoditi yang relatif
maju, dimana kontribusinya terhadap nilai produksi pada tingkat
kabupaten lebih besar dibandingkan kontribusi komoditi tersebut pada
tingkat provinsi, tetapi laju pertumbuhannya rendah dibandingkan
dengan laju pertumbuhan ditingkat provinsi.
c. Komoditi dikatakan berkembang cepat, yaitu komoditi yang
mempunyai prospek pengembangan yang lebih baik, tetapi memiliki
tingkat kontribusi yang rendah. Pada dasarnya komoditi-komoditi
commit to user
kabupaten dibandingkan provinsi, tetapi memberikan kontribusi tingkat
kabupaten lebih rendah dibandingkan dengan tingkat provinsi.
d. Komoditi relatif tertinggal yaitu komoditi yang pertumbuhan dan
kontribusinya terhadap nilai produksi masih kurang, sehingga
mengakibatkan kontribusi kabupaten lebih kecil dari kontribusi propinsi
dan laju pertumbuhan kabupaten lebih kecil dari pada provinsi.
Laju pertumbuhan nilai produksi komoditi i di tingkat kabupaten (rik)
dan tingkat provinsi (ri), serta kontribusi komoditi terhadap nilai total
produksi di tingkat kabupaten (yik) dan kontribusi komoditi terhadap nilai
total produksi ditingkat provinsi (yi) dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut (Lestari, 2010:24):
Pikt = nilai produksi komoditas i tingkat kabupaten pada tahun ke t
Pik0 = nilai produksi komoditas i tingkat kabupaten pada awal tahun
Pit = nilai produksi komoditas i pada tingkat provinsi pada tahun ke t
Pio = nilai produksi komoditas i tingkat provinsi pada awal tahun
commit to user
Ptk = total nilai produksi komoditas tingkat kabupaten
Pi = nilai produksi komoditas i tingkat provinsi
Pt = total nilai produksi tingkat provinsi
H. Peranan Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor utama sejak dulu dalam negara-negara
berkembang. Di Indonesia, tujuan pembangunan pertanian adalah
meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri dalam
negeri maupun untuk memperoleh devisa negara (Soeratno,1987:8). Tujuan
lain yang ingin dicapai adalah untuk memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan pendapatan petani, pekebun, peternak dan nelayan, mendorong
pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan kesempatan berusaha,
serta mendukung pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan
kelestarian sumber daya.
Sektor pertanian juga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembangunan ekonomi baik daerah maupun nasional. Salah satu peranan yang
cukup menonjol adalah pembentukan tabungan domestik lewat pendapatan
pajak yang diterima pemerintah. Menurut Soeratno (1987:8), terdapat dua cara
yang dapat dilakukan untuk memungut pajak dari sektor pertanian. Pertama,
dengan mengenakan pajak atas tanah yang dimiliki dan kedua adalah dengan
mengenakan pajak atas hasil dari tanah tersebut. Hasil penelitian dari Higgin
(dalam Soeratno,1987:8) di China, Taiwan, dan Korea menunjukkan bahwa
commit to user
apabila pajak dikumpulkan dalam bentuk hasil produksi dan bukan berupa
uang.
I. Penelitian Terdahulu
Hairul Aswandi dan Mudrajad Kuncoro (2002) dalam Evaluasi
Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan
1993-1999. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan analisis spasial regional, pendekatan Tipologi Klassen dan
Location Quotient.Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa pertimbangan
penetapan kawasan andalan Kalimantan Selatan hanya mengacu pada
pendapatan per kapita dan subsektor unggulan. Analisis Tipologi Klassen
menunjukkan dari tiga daerah di kawasan andalan hanya Kabupaten Kotabaru
yang berada pada daerah cepat maju dan cepat tumbuh dengan tingkat
pertumbuhan dan pendapatan per kapita tinggi. Kota Banjarmasin merupakan
daerah maju tapi tertekan dengan tingkat pertumbuhan rendah, sedangkan
Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah dengan klasifikasi relatif
tertinggal dengan dengan pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang rendah.
Syafruddin dan kawan-kawan (2004) dalam Penataan Sistem Pertanian
dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi di
Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil delineasi peta
zona agroekologi wilayah Sulawesi Tengah denga skala 1:250.000 didapatkan
commit to user
alternatif. Komoditas unggulan yang telah ditetapkan untuk masing-masing
kabupaten, yaitu kakao, jagung, bawang merah, sapi potong dan perikanan laut.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Susilawati dan kawan-kawan (2006)
dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional di Provinsi Kalimantan
Tengah dengan Metode Location Quotient. Hasil yang didapatkan
menyimpulkan bahwa terdapat empat komoditas nasional unggulan untuk
dikembangkan di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu: padi lading dengan nilai
LQ 11, 67, padi sawah dengan nilai LQ 1,45, ayam buras dengan LQ 1,62 dan
jagung dengan nilai LQ 0,09.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mohammad Abdul Mukhyi (2008)
dengan judul Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan
Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat: Pendekatan
Analisis Irio. Penelitian tersebut juga menggunakan pendekatan Shift-share dan
Location Quotient. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah
bahwa Propinsi Jawa Barat unggul dalam sektor industri dan pengolahan,
sedangkan sektor yang memiliki nilai multiplier effect yang besar terhadap
perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan Propinsi Jawa
Barat yaitu subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, industri makanan,
minuman dan tembakau, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya dan
subsektor industri lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fachrurrazy (2009) dalam tesisnya yang
commit to user
Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor PDRB. Metodologi yang
digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, analisis Location Quotient, dan
analisis Shif-share.Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa sektor yang
merupakan sektor unggulan dengan kriteria maju dan tumbuh dengan pesat,
sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nur Chasanah (2009) dalam
skripsi-nya yang berjudul Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Kabupaten Karanganyar Berbasis Komoditi Tanaman Bahan Makanan (2009).
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tanaman bahan makanan di
Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi empat kategori yaitu komoditi prima
yang terdiri dari: padi, jagung dan pisang, komoditi potensial terdiri dari: ubi
kayu dan kacang tanah, komoditi berkembang terdiri dari: manga, durian,
wortel, bawang merah, rambutan, nangka/cempedak, melinjo, jamur, bawang
daun, kedelai, duku/langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabai besar,
petai, sawo, buncis, jeruk siam/keprok, tomat, kembang kol, papaya, salak,
melon, cabai rawit, kacang panjang, ketimun, jambu biji, semangka, sukun,
sirsak, manggis, terung, kentang, jambu air, jeruk besar, kangkung, labu siam,
dan bayam, dan untuk komoditi yang terbelakang adalah ubi jalar, alpukat,
commit to user
Penelitian terdahulu secara ringkas disajikan dalam tabel 2.1:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
commit to user
LQ 1,62 dan jagung dengan nilai LQ 0,09 No
commit to user
strawberry,
belimbing, nanas, dan kacang merah.
J. Kerangka Pemikiran
Perencanaan merupakan tahapan penting yang harus dilalui dalam
suatu proses pembangunan karena dalam kenyataanya, proses
pembangunan akan menemui berbagai halangan dan rintangan.
Perencanaan diperlukan sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, selain itu perencanaan juga digunakan
sebagai tolak ukur dari keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.
Pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah untuk
memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengembangkan daerahnya.
Tujuan pembangunan baik ekonomi maupun nonekonomi yang dilakukan
pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan daerah Kabupaten Temanggung mencakup dua sektor yaitu
sektor perekonomian dan non perekonomian. Sektor perekonomian sendiri
dibagi menjadi sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana
masing-masing sektor tersebut memberikan sumbangan yang beragam bagi
perekomomian Kabupaten Temanggung. Sektor pertanian mencakup
subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan,
subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan.
commit to user
sektor industri, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor
perdagangan, sektor keuangan dan perbankan dan sektor jasa.
Klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung sendiri
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen,
sedangkan untuk mengetahui komoditas basis dan non basis dapat
diketahui dengan menggunakan pendekatan Location Quotient.
Berdasarkan klasifikasi Tipologi Klassen maka komoditas pertanian di
Kabupaten Temanggung dapat diklasifikasikan menjadi komoditas prima,
komoditas potensial, komoditas berkembang dan komoditas yang relatif
tertinggal. Berdasarkan klasifikasi komoditas pertanian tersebut dapat
ditentukan strategi pengembangan komoditas pertanian baik untuk strategi
pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun),
maupun jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi
pengembangan yang telah ditentukan bedasarkan periode waktu tersebut
dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah,
sehingga akan mempermudah pemerintah dalam menyusun rencana
pembangunan daerah Kabupaten Temanggung. Dengan demikian,
perencanaan pembangunan daerah merupaka tindak lanjut dari penetapan
strategi pengembangan komoditas tanaman bahan makanan dan
commit to user
Sektor ekonomi Sektor non ekonomi
Sektor pertanian
· Peternakan
· Perikanan
· kehutanan
Sektor non pertanian
· Pertambangan & Penggalian Industri
· Listrik, Gas, & Air Bersih
· Bangunan
· Perdagangan
· Angkutan
· Bank dan Lembaga Keuanganlainnya
· Jasa-jasa
Tipologi Klassen Location Quotient
Komoditas basis
Komoditas non basis
· Komoditi maju dan tumbuh cepat
· Komoditi maju dan tertekan · Komoditi berkembang · Komoditi relatif tertinggal
Strategi pengembangan komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan
commit to user
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga terdapat klasifikasi komoditas tanaman bahan makanan dan
perkebunan yang tumbuh dan berkembang cepat, komoditas yang
berkembang cepat, komoditas yang maju tapi tertekan dan komoditas
yang relatif tertinggal di Kabupaten Temanggung.
2. Diduga terdapat komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder mengenai identifikasi
komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan di Kabupaten
Temanggung. Berikut adalah gambaran umum mengenai Kabupaten
Temanggung. Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara
110o23’-110o46’30” Bujur Timur dan 7o14’-7o32’35” Lintang Selatan.
Kabupaten Temanggung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang
Sebelah selatan : Kabupaten Magelang
Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang
Sebelah barat : Kabupaten Wonosobo
Luas wilayah Kabupaten Temanggung secara keseluruhan adalah
870,65 km2 yang secara administratif terbagi dalam 20 kecamatan yaitu:
Kecamatan Parakan, Kledung, Bansari, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo,
Tembarak, Selopampang, Kranggan, Pringsurat, Kaloran, Kandangan,
Kedu, Ngadirejo, Jumo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep dan
Wonoboyo.
commit to user
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa
Tengah dan Kabupaten Temanggung, Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung
dan Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah
PDRB dan produksi dan harga komoditas dari sektor pertanian pada tahun
2009dengan harga konstan tahun 2000 Kabupaten Temanggung.
Komoditas pertanian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sub
sektor tanaman bahan makanan yaitu: padi, jagung, ketela rambat, ketela
pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis, dan
cabai; sub sektor perkebunan yang terdiri dari: kopi arabika, kopi robusta,
cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Laju pertumbuhan nilai produksi pertanian i Kabupaten Temanggung
adalah nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i
Kabupaten Temanggung pada tahun penelitian dikurangi nilai produksi
komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i pada awal tahun
penelitian dibagi nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan
perkebunan i pada awal tahun penelitian dikalikan 100%.
2. Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i Propinsi Jawa
Tengah adalah nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan
commit to user
produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i pada awal
tahun dikurangi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i
pada awal tahun penelitian dibagi nilai produksi komoditas tanaman bahan
makanan dan perkebunan i pada awal tahun penelitian dikalikan 100%.
3. Kontribusi komoditas pertanian adalah persentase nilai produksi
komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i dibagi dengan total
nilai produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan pada tahun
penelitian.
4. Nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan
merupakan hasil kali jumlah produksi komoditas tanaman bahan makanan
dan perkebunan i dan harga komoditas tanaman bahan makanan dan
perkebunan i pada tahun penelitian.
5. Komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan dalam penelitian ini
adalah padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang tanah, kacang
kedelai, bawang merah, kentang, kobis, cabai, kopi arabika, kopi robusta,
cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.
6. Komoditas maju dan tumbuh cepat adalah komoditas yang berada di
kuadran 1, yaitu jika komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan dan
kontribusi di tingkat kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan laju
pertumbuhan dan kontribusi yang sama di tingkat propinsi.
7. Komoditas berkembang cepat adalah komoditas yang berada pada kuadran
2, yaitu apabila komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat
commit to user
komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar di tingkat
kabupaten dibandingkan dengan provinsi, tetapi kontribusi yang diberikan
lebih besar pada tingkat provinsi.
8. Komoditas yang maju tapi tertekan adalah komoditas yang berada pada
kuadran 3, yaitu komoditas yang relatif maju, dimana kontribusinya pada
tingkat kabupaten lebih besar dibandingkan pada tingkat provinsi akan
tetapi laju pertumbuhannya pada tingkat kabupaten lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan pada tingkat provinsi.
9. Komoditas yang relatif tertekan adalah komoditas yang berada pada
kuadran 4, yaitu apabila laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap nilai
produksi pada tingkat kabupaten lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
provinsi.
10.Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki nilai koefisien Location
Quotient lebih besar dari 1.
11.Komoditas non basis adalah komoditas yang memiliki nilai koefiien
Location Quotient kurang dari atau sama dengan 1.
D. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diteliti dan dianalisis dengan
commit to user
1. Tipologi Klassen
Penentuan klasifikasi komoditas unggulan di Kabupaten
Temanggung dapat diketahui dengan menggunakan Tipologi Klassen.
Analisis Tipologi Klassen suatu komoditas dapat dibagi menjadi empat
kategori, yaitu komoditas yang maju cepat dan berkembang, komoditas
yang berkembang cepat, komoditas yang maju tapi tertekan dan komoditas
yang relatif tertinggal.
Penentuan kategori suatu komoditas ke dalam empat kategori di atas
didasarkan pada matrik klassen berikut ini (Sjafrizal, 1997 dalam
Wulandari, 2010:23)
ri = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di provinsi
Jawa Tengah
yik = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi
commit to user
yi = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi
provinsi Jawa Tengah
i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat,
ketela pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah,
kentang, kobis, cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi
robusta, cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau,
panili, dan tebu.
Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas i di tingkat kabupaten
(rik) dan tingkat provinsi (ri), serta kontribusi komoditas terhadap nilai
total produksi di tingkat kabupaten (yik) dan kontribusi komoditas
terhadap nilai total produksi ditingkat provinsi (yi) dapat dihitung
dengan persamaan sebagai berikut (Bendavid,1991 dalam
commit to user
Keterangan:
Pikt = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung pada tahun ke t
Pik0 = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung pada awal tahun
Pit = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah pada tahun ke t
Pio = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah pada awal tahun
Pik = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung
Ptk = total nilai produksi komoditas tingkat kabupaten Temanggung
Pi = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah
Pt = total nilai produksi provinsi Jawa Tengah
i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat, ketela
pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis,
cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi robusta, cengkeh,
kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.
t = tahun penelitian
commit to user
2. Location Quotient
Untuk mengetahui komoditi unggulan pertanian daerah kabupaten
Temanggung mengacu pada formulasi Bendavid dengan persamaan
sebagai berikut (Bendavid, 1991 dalam Wulandari, 2010:22):
r
Pj = nilai total produksi komoditas pertanian kabupaten Temanggung
Pir = nilai produksi komoditas pertanian i pada wilayah provinsi Jawa
Tengah
Pr = nilai total produksi komoditas pertanian provinsi Jawa Tengah
i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat, ketela
pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis,
cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi robusta, cengkeh,
kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.
j = wilayah penelitian/Kabupaten Temanggung
r = wilayah acuan/Propinsi Jawa Tengah
commit to user
a. LQ > 1 artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber
pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak
saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Temanggung akan tetapi juga
dapat diekspor ke suatu wilayah.
b. LQ = 1 artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki
keungggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.
c. LQ < 1 artinya komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas
di Kabupaten tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu
commit to user
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang
penting di Kabupaten Temanggung dan merupakan sektor penyumbang
PDRB yang besar terhadap PDRB Kabupaten Temanggung. Tahun 2009
sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Temanggung adalah
31,19% meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 30,59%. Distribusi
presentase PDRB berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Temanggung dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Perdagangan, Hotel &
Rumah makan
16,73 16,97 17,07 17,24 17,18 17,01 Pengangkutan &
Komunikasi
5,29 5,34 5,47 5,59 5,61 5,43 Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
3,94 3,94 3,92 3,96 3,94 3,94 Jasa 14,12 14,17 14,14 15,03 14,49 14,39
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Data BPS Kabupaten Temanggung, (2010:42)
Sumbangan masing-masing subsektor pertanian terhadap perekonomian
Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel 4.2: