• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

FINAYANTI ROFIAH

F0107049

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009

Surakarta, September 2011

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si

(4)
(5)

commit to user v

Motto

Tidak ada impian yang gagal kecuali kita tak pernah

berusaha meraihnya

Sesungguhnya setelah kesulitan selalu ada kemudahan

(Al-Insyirah)

(6)

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN

TEMANGGUNG TAHUN 2009”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan

Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembahasan utama dalam sripsi ini adalah menentukan komoditas pertanian

unggulan perekonomian wilayah dan diharapkan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai

bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten

Temanggung.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik

dari berbagai pihak tidak bisa menyelesaikan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Supriyono, M.EP selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Wisnu Untoro, M.S Selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

(7)

commit to user vii

3. Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Izza Mafruah, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih atas ilmu dan bimbingan yang telah diberikan.

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, terima

kasih atas bantuan dan kerja samanya.

7. Ayah dan ibuku yang senantiasa memberikan dorongan, nasehat, dan doanya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan semangat kepada

penulis.

9. Staf Karyawan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten

Temanggung atas bantuan dan kerjasamanya.

10. My little Adi untuk inspirasi dan semangatnya, akhirnya aku selesai.

11. Teman-teman “WISMONERS” tetap kompak.

12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2007, kita harus tetap semangat.

(8)

commit to user viii

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, Agustus 2011

(9)

commit to user ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

C. Perencanaan Pembangunan Daerah ... 13

D. Komoditas Unggulan ... 14

E. Teori Basis Ekonomi ... 15

F. Produk Domestik Bruto (PDRB) ... 17

G. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah ... 18

a. Metode Keunggulan Komparatif... 18

b. Metode Analisis Location Quotient ... 20

c. Metode Analisis Shift-Share ... 21

d. Metode Analisis Input-Output... 23

e. Metode Analisis Tipologi Klassen ... 24

(10)

commit to user x

I. Penelitian Terdahulu ... 28

J. Kerangka Pemikiran ... 33

K. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

B. Jenis Dan Sumber Data ... 38

C. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 38

D. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung ... 46

1. Kondisi Umum Sub Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung ... 47

2. Pertumbuhan dan Kontribusi Tanaman Bahan Makanan dan Perkebunan Kabupaten Temanggung ... 54

3. Strategi Pengembangan Komoditas Tanaman Bahan Makanan dan Perkebunan di Kabupaten Temanggung ... 58

B. Analisa Dan Pembahasan ... 64

1. Analisis Tipologi Klassen... 64

2. Analisis Location Quotient ... 73

BAB V PENUTUP... 84

A. Kesimpulan... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)

commit to user

ABSTRAK

IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009

FINAYANTI ROFIAH

F0107049

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung, mengetahui komoditas pertanian unggulan Kabupaten Temanggung dan bagaimanakah strategi pengembangan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Temanggung.

Metode dasar penelitian ini merupakan metode deskriptif. Daerah peneliti diambil secara sengaja

(purposive), yaitu Kabupaten Temanggung. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah serta data dari Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data produksi dan nilai produksi komoditas pertanian Kabupaten Temanggung dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Metode analisis data yang digunakan adalah Location

Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen.

Berdasarkan analisis Location Quotient terdapat komoditas pertanian yang tergolong basis dan komoditas yang non basis. Secara keseluruhan komoditas yang tergolong basis sebanyak tiga belas komoditas antara lain, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, cabai,kopi arabika, kopi robusta, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau dan panili. Klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung berdasarkan analisis Tipologi Klassen terbagi menjadi empat bagian yaitu Komoditas yang termasuk dalam kategori maju dan tumbuh cepat (komoditas prima) adalah jagung, ketela rambat, kacang tanah, kopi arabika dan aren, Komoditas yang termasuk dalam kategori komoditas berkembang cepat adalah padi dan bawang merah, Komoditas yang termasuk dalam kategori maju tapi tertekan (komoditas potensial) yaitu kobis, cabai, kopi robusta, cengkeh, kakao, kemukus, tembakau dan panili, Komoditas yang termasuk dalam kategori komoditas tertinggal adalah ketela pohon, kedelai, kentang, kapok, lada dan tebu.

(13)

commit to user

ABSTRACT

IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2009

FINAYANTI ROFIAH F0107049

This study aims to determine the classification of food crops and plantations in Temanggung and to know the food crops and plantations seeded in Temanggung district.

The basis method of this research is descriptive method. The research area was taken intentionally (purposive), namely Temanggung district. Types of data used are secondary data obtained from Central Bureau of statistic (BPS) of Temanggung district and Central Java Provincies as well as data from Temanggung district and Central Java Agricultural office. The data used is data production and production value of agricultural commodities of Temanggung district and Central Java Province in 2009. Data analys methods used are Location Quotient (LQ) and Typology Klassens.

Location Quotient analysis is based on agricultural commodities are classified as base commodity and non-commodity base. Overall commodities belonging to base as many as thirteen commodities, among others maize, cassava, sweet potatoes, peanuts, chili, Arabica coffee, palm, cocoa, pepper, cubeb, tobacco and vanilla. Classification of agricultural commodities in Temanggung district by Klassen analysis is divided into four part, namely the commodities included in the category of advanced and rapidly growing (primary commodities) are corn, sweet potatoes, peanuts, palm, and Arabica coffee, commodities are included in the category of fast growing are rice and onion, commodities which are included in the advanced category but depressed (potential commodities) are cabbage, peppers, robusta coffee, cloves, cocoa, cubeb, tobacco and vanilla, commodities are included in the category of remain commodities are cassava, soybeans, potatoes, kapok, pepper and sugar cane.

(14)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional

yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas dasar struktur sosial,

sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar

akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan itu harus

mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem

sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan

keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial, untuk bergerak maju

menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik, secara material dan spiritual

(Todaro, 2000:20).

Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional yang ada di

Indonesia agar tepat sasaran, maka pembangunan daerah yang merupakan

bagian integral dan pembangunan nasional diarahkan untuk pengembangan

daerah. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menetapkan bahwa pembangunan

tidak hanya untuk mencapai kemakmuran lahiriah ataupun kepuasan batiniah,

akan tetapi juga keseimbangan antara keduanya. Pelaksanaan pembangunan

tersebut memerlukan suatu perencanaan yang strategis dan didukung oleh

ketersediaan dana dan serta partisipasi masyarakat sebagai subjek

pembangunan untuk meningkatkan pemerataan pertumbuhan dan

pembangunan di segala bidang.

(15)

commit to user

Undang-undang No 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah memberikan kewenangan kepada setiap pemerintah daerah

untuk melaksanakan pemerintahan serta mengatur wilayahnya sendiri, baik

untuk sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun pengelolaan

keuangan. Pelimpahan wewenang tersebut semata-mata bertujuan untuk

mempercepat proses pertumbuhan dan pembangunan perekonomian di setiap

daerah guna mensejahterakan masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Adanya kebijakan otonomi daerah didasarkan pada kenyataan bahwa

tidak semua kebijakan yang dibuat pada era orde baru bisa diterapkan di

seluruh daerah di Indonesia. Pada umumnya para ekonom secara implisit

beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekonomi yang telah digariskan akan

berlaku umum di seluruh daerah baik di kota maupun di desa, di daerah maju

maupun di daerah terbelakang. Akan tetapi, kenyataannya menunjukkan bahwa

kondisi di tiap-tiap daerah tersebut tidak sama, antara lain potensi ekonominya,

tingkat kemajuan industrinya, ketersediaan prasarana tidak sama, keterampilan

yang dimiliki tenaga kerjanya tidak sama, kepadatan penduduknya berbeda,

atau harga tanah jauh berbeda Sehingga berbagai kebijakan ekonomi yang

cocok di suatu wilayah belum tentu sama dengan wilayah lain (Tarigan,

2006:4).

Otonomi daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka

mendorong pembangunan daerah, menggantikan konsep pembangunan terpusat

yang oleh beberapa pihak dianggap sebagai penyebab lambannya

(16)

commit to user

prioritas pembangunan di sisi lainnya, akan dapat mendorong percepatan

pembangunan daerah (Abdullah dkk, 2002:5). Otonomi daerah juga dapat

memberikan dampak positif karena setiap daerah bisa memaksimalkan potensi

di daerah masing-masing guna mensejahterakan masyarakatnya.Untuk

mewujudkan kemandirian daerah tersebut, sudah saatnya untuk setiap daerah

mengkaji potensi yang dimiliki.

Melalui otonomi daerah pemerintah daerah dituntut untuk kreatif dalam

memajukan perekonomian masing-masing daerah.Salah satu tindakan yang

dilakukan pemerintah daerah untuk memajukan perekonomiannya adalah

dengan menentukan komoditas unggulan dari daerah tersebut. Penentuan

komoditas unggulan menjadi sangat penting bagi pemerintah daerah karena

dengan menentukan komoditas unggulan pembangunan daerah akan menjadi

lebih tepat sasaran. Hal ini sesuai dengan teori pusat pertumbuhan (growth pole

theory) yang dikemukakan oleh Francois Perroux bahwa pembangunan atau

pertumbuhan tidak terjadi di segala tata ruang, akan tetapi hanya terbatas pada

beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel yang berbeda intensitasnya

(Emilia dan Imelia, 2006:28).

Teori pusat pertumbuhan di atas menunjukkan bahwa pembangunan

yang dilakukan oleh suatu daerah, tidak harus sama seperti proses

pembangunan yang dilakukan oleh daerah lain karena setiap daerah memiliki

potensi yang berbeda dan membutuhkan proses perencanaan yang berbeda

(17)

commit to user

akanmempercepat pertumbuhan perekonomian karena akan menciptakan pola

konsumsi yang berbeda di setiap daerah.

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang berada

di Provinsi Jawa Tengah, dimana dalam pembangunanya merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional namun dalam

pelaksanaannya disesuaikan dengan potensi pembangunan di daerahnya.Untuk

itu pemerintah daerah diharapkan mampu mencari dan menggali potensi daerah

yang ada untuk dikembangkan secara optimal. Hal ini akan berguna untuk

menghindari kesalahan dalam perencanaan program pembangunan di suatu

daerah yang belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah yang lain.

Pembangunan Kabupaten Temanggung ditopang oleh sembilan sektor

perekonomian yaitu: sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri

pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan rumah

makan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan dan sektor jasa. Adanya otonomi daerah ini memberikan

kesempatan bagi Kabupaten Temanggung untuk terus mengembangkan

pembangunan ekonomi salah satunya adalah sektor pertanian.Sektor pertanian

merupakan sektor perekonomian yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap pendapatan Kabupaten Temanggung. Besarnya kontribusi PDRB

sektor perekonomian terhadap perekonomian Kabupaten Temanggung pada

(18)

commit to user

Tabel 1.1

Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009

Sumber: Data BPS Kabupaten Temanggung, 2010:42

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

konstribusi PDRB sektor perekonomian Kabupaten Temanggung yaitu sektor

pertanian 31,90 persen, sektor pertambangan dan penggalian 1,03 persen,

industri pengolahan 20,15 persen, listrik dan air bersih 0,87 persen, bangunan

5,31 persen, perdagangan, hotel dan rumah makan 17,01 persen, pengangkutan

dan komunikasi 5,43 persen, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,94

persen dan sektor jasa 14,39 persen. Besarnya konstribusi masing-masing

sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki konstribusi PDRB yang

paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa

sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan penting dalam

perekonomian Kabupaten Temanggung.

(19)

commit to user

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan selain dilihat dari

kontribusinya terhadap PDRB juga bisa dilihat dari laju pertumbuhannya. Laju

pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada

tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Temanggung Tahun 2005-2009 (%)

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

1,76 3,20 3,95 4,38 3,66

Jasa-Jasa 0,18 3,69 3,84 10,03 3,81

PDRB 3,99 3,31 4,03 3,54 4,09

Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Temanggung Tahun 2009,2009:11

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Temanggung tahun 2009 pada sektor pertanian yaitu

6,14 persen, pertambangan dan penggalian 0,38 persen, industri pengolahan

2,03 persen, listrik dan air bersih 4,35 persen, bangunan 2,91 persen,

perdagangan, hotel dan rumah makan 3,72 persen, pengangkutan dan

komunikasi 4,26 persen, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,66

persen, dan sektor jasa 3,81 persen. Laju pertumbuhan sektor pertanian

menempati urutan pertama dari laju pertumbuhan sektor perekonomian di

(20)

commit to user

Sektor pertanian merupakan sektor terpenting yang diharapkan bisa

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.Kenyataan ini bisa

dilihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Temanggung.

Sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan sebagai pembentuk

Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Temanggung dibandingkan

sektor lainnya pada tahun 2009 yaitu sebesar 31,90%. Hal ini juga didukung

oleh luasnya penggunaan lahan pertanian 74.788 ha yang ada.Besarnya

peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Temanggung dipengaruhi

mata pencaharian sebagian besar penduduk Kabupaten Temanggung bekerja

pada sektor pertanian.Oleh sebab itu peningkatan sektor pertanian pada

umumnya dapat meningkatkan pendapatan sebagian besar penduduk di

Kabupaten Temanggung. Peranan angka PDRB pada masing-masing subsektor

pertanian akan terlihat pada tabel 1.3:

Tabel 1.3

Peranan PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung 2005-2009 (%)

Sektor Pertanian 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: PDRB Kabupaten Temanggung, 2010:42

Dari tabel 1.3 di atas dapat dilihat bahwa sub sektor tanaman pangan

sangat dominan dibandingkan sektor lainnya yaitu pada tahun 2009 sebesar

20,97%. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan

dari sub sektor tanaman pangan lebih tinggi dibandingkan dengan sub sektor

(21)

commit to user

Sebagai daerah agraris dan sekaligus sebagai wilayah pegunungan serta

daerah tangkapan air, maka dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi Jawa

Tengah, Kabupaten Temanggung ditetapkan sebagai daerah penyangga

bidang pertanian dan konservasi sumber daya alam yang berfungsi

memberikan perlindungan daerah bawahannya (Informasi Laporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung 2010,

2010:14). Sebagai daerah penyangga pertanian, Kabupaten Temanggung

memiliki banyak komoditas pertanian unggulan yang bisa dikembangkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang merupakan

produk unggulan Kabupaten Temanggung selama ini, akan tetapi apakah

memang tepat bahwa tembakau benar-benar merupakan komoditas unggulan,

sedangkan komoditas pertanian yang lain masih banyak. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui komoditas pertanian unggulan di Kabupaten

Temanggung.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah

dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah klasifikasi komoditas pertanian tanaman bahan makanan

dan perkebunan di Kabupaten Temanggung?

2. Komoditas apa yang menjadi komoditas pertanian tanaman bahan

(22)

commit to user

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui klasifikasi komoditas pertanian tanaman bahan

makanan dan perkebunan di Kabupaten Temanggung

2. Untuk mengetahui komoditas apa yang menjadi komoditas pertanian

tanaman bahan makanan dan pearkebunan basis di kabupaten

Temanggung

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

dalam bidang ekonomi regional terutama mengenai perencanaan

pembangunan daerah yang merupakan salah satu alternatif pemecahan

masalah di daerah serta peningkatan pembangunan daerah yang dapat

menningkatkan kemajuan daerah terutama kemajuan kabupaten yang ada

di Provinsi Jawa Tengah.

2. Bagi pemerintah daerah

Bagi Pemerintah Daerah dan instansi-instansi terkait, penelitian ini

diharapkan bisa memberikan gambaran, masukan dan bahan pertimbangan

untuk menyusun perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten, terutama

Kabupaten Temanggung dan pengambilan keputusan dalam kebijakan

(23)

commit to user

dengan kemajuan pembangunan daerah melalui penetuan perencanaan

(24)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembangunan

Pembangunan bisa diartikan berbeda oleh setiap orang sesuai dengan

seleranya masing-masing, sehingga pada akhirnya definisi pembangunan pun

akan bervariasi antara satu sama lain. Menurut pengertian ilmu ekonomi yang

ketat, istilah pembangunan (development) secara tradisional diartikan sebagai

kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi awalnya

kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama untuk

menciptakan dan mempertahankan kenaikan tahunan atas pendapatan nasional

bruto atau GNP (gross national product)-nya pada tingkat 5 hingga 7 persen

atau bahkan lebih tinggi jika hal itu memungkinkan (Todaro,2000:17).

Menurut Todaro (2000:21), paling tidak terdapat tiga komponen dasar atau

komponen inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis

untuk memahami pembangunan yang hakiki yaitu:

1. Kecukupan yang merupakan kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dasar.

2. Jati diri yaitu menjadikan manusia seutuhnya.

3. Kebebasan dari sikap menghamba, yaitu kemampuan untuk memilih.

Pembangunan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk

mensejahterakan rakyatnya. Usaha ini akan dilakukan secara terus menerus

(25)

commit to user

dalam jangka panjang dan akan berhasil makin lama makin maju kalau

sekurang-kurangnya dipenuhi sejumlah syarat pokok, setidaknya ada dua hal

penting. Pertama, ada SDM yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dan semangat kerja yang cukup besar, yang menggerakkan secara terpadu dan

serasi semua kegiatan guna mengolah dan memanfaatkan sumber daya lain

dalam proses pembangunan. Kedua, ada pasar yang cukup besar untuk menjual

barang dan jasa yang dihasilkan dalam pembangunan.

B. Pembangunan Daerah

Menurut Arsyad (dalam Hapsari, 2007:23) pembangunan ekonomi pada

umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan

pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang

disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari pengertian tersebut,

pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai:

1. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang berarti perubahan yang

terjadi secara terus-menerus yang didalamnya telah mengandung

unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru.

2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita

3. Kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang

4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik,

hukum, sosial dan budaya).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup

(26)

commit to user

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk barang

dan jasa yang baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan pasar baru. Dijelaskan lebih lanjut oleh Kuncoro (2000) bahwa

pembangunan regional sebaiknya lebih memperhatikan

keunggulan-keunggulan dan karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus

dapat meningkatkan pendapatan per kapita dari penduduk tersebut dan akan

meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk

menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong

kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.

Tujuan pembangunan daerah akan tercapai apabila kebijakan utama yang

dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengusahakan semaksimal mungkin

agar pembagunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah

tersebut.

C. Perencanaan Pembangunan Daerah

Perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih

langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tersebut (Tarigan, 2008:1). Menurut

Tarigan, perencanaan juga dapat diartikan menetapkan suatu tujuan yang dapat

dicapai setelah memperlihatkan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan

tersebut, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan

tersebut. Pembangunan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dilakukan

(27)

commit to user

Perencanaan pembangunan daerah bisa dianggap sebagai perencanaan

untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia

di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas swasta dalam menciptakan

sumberdaya-sumberdaya secara bertanggung jawab. Perencanaan

pembangunan daerah minimal mengandung dua unsur utama, yaitu aspek

tujuan pembangunan dan cara apa yang akan dilakukan untuk mencapainya,

termasuk bagaimana mengalokasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber

daya yang tersedia.

Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi

dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah

diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara

komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala

wilayah. Menurut Blakely (Yuwono, 2008:70), ada enam tahap dalam proses

perencanaan pembangunan daerah yang meliputi pengumpulan data dan

analisis data, pemilihan strategi pembanguanan daerah, pemilihan objek-objek

pembangunan daerah, pembuatan rencana tindakan, penetuan rencana proyek,

dan persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasinya.

D. Komoditas Unggulan

Sektor unggulan (Tumenggungan dalam Indah, 2010:17) adalah sektor

yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan

produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang

besar. Sektor unggulan juga dapat memberikan nilai tambah dan produksi yang

(28)

commit to user

serta memiliki permintaan yang tinggi baik untuk pasar local maupun pasar

ekspor. Keunggulan komparatif bagi suatu daerah atau negara adalah bahwa

komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya.

Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan

dalam bentuk nilai tambah riil.

Komoditas unggulan sendiri adalah komoditas yang memiliki nilai tambah

ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya.Nilai ekonomis

lebih tinggi dapat ditunjukkan oleh nilai transaksi yang tinggi di setiap periode

waktu, volume penjualan yang besar, profit margin yang tinggi, komoditas

yang perspektif atau memiliki nilai keberlangsungan yang tinggi.

E. Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari

wilayah tersebut.Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan

kegiatan non basis.Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah (Tarigan, 2006:28).

Kegiatan basis merupakan kegiatan yang melakukan aktifitas yang

berorientasi ekspor (barang dan jasa) keluar batas wilayah perekonomian yang

bersangkutan. Aktivitas basis memiliki peran sebagai penggerak utama (primer

mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah

maka semakin maju pertumbuhan wilayah. Setiap perubahan yang terjadi pada

(29)

commit to user

Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu

wilayah ditentukan oleh ekspor dari wilayah tersebut.Sedagkan, kegiatan non

basis adalah kegiatan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan

masyarakat yang berada di wilayah perekonomian daerah yang bersangkutan.

Luas lingkup produksi dan pemasarannya adalah bersifat lokal (Emilia dan

Imelia, 2006:24).

Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu

daerah akan ditentukan oleh sektor-sektor yang mengekspor produknya ke

daerah atau bahkan keluar negeri. Oleh karena itu seringkali model basis

ekonomi disebut juga model basis ekspor. Sektor basis adalah sektor yang

menjadi tulang pungung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan

kompetitif yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor

lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis

(Sajfrizal dalam Fachrurrazy, 2009:33).

Salah satu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor basis

dan non basis adalah Location Quotient. Teknik Location Quotient dapat

menggunakan variabel tenaga kerja atau produk domestik bruto (PDRB) suatu

wilayah sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Location Quotient merupakan

rasio antara jumlah tenaga kerja pada sektor tertentu atau PDRB terhadap total

jumlah tenaga kerja sektor tertentu atau total nilai PDRB suatu daerah

dibandingkan dengan rasio tenaga kerja dan sektor yang sama dengan daerah

(30)

commit to user

F. Produk Domestik Bruto (PDRB)

Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik tahun 2009 adalah

jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir/neto yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Angka-angka PDRB

dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu (PDRB Kabupaten Temanggung

2009,1):

1. Pendekatan produksi.

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah/kabupaten dalam

periode tertentu (bisaanya satu tahun) yang dinilai dengan harga pasar.

Unit-unit produksi tersebut bisaanya dikelompokkan menjadi sembilan

lapangan usaha yaitu:

a. Pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

b. Pertambangan dan penggalian.

c. Industri pengolahan.

d. Listrik dan air bersih.

e. Konstruksi.

f. Perdagangan, hotel dan rumah makan.

g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

(31)

commit to user

2. Pendekatan pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam

waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi tersebut meliputi: Upah/gaji

(balas jasa faktor produksi tenaga kerja), Sewa tanah (balas jasa faktor

produksi tanah), Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal),

Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill), sebelum

dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak

langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut

sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan

jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

3. Pendekatan pengeluaran

PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti:

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.

b. Konsumsi pemerintah.

c. Pembentukan modal tetap bruto.

d. Perubahan stock.

e. Ekspor neto, ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

G. Metode Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

(32)

commit to user

Istilah keunggulan komparatif (Comparative Advantage) pertama kali

dikemukakan oleh David Ricardo (1917) dalam teori perdagangan dua

negara. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau

daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan

komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam

bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil.Apabila

keunggulan itu adalah dalam bentuk nilai tambah riil maka dinamakan

keunggulan absolut. Komoditi yang memiliki keunggulan walaupun hanya

dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk dikembangkan

dibanding dengan komoditi lain yang sama-sama diproduksi oleh kedua

negara atau daerah (Tarigan, 2006:79).

Keunggulan komparatif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk

memasarkan produknya di luar daerah/luar negeri/pasar global.Istilah

keunggulan komparatif lebih mudah dimengerti, yaitu cukup melihat apakah

produk yang kita hasilkan bisa dijual di pasar global secara menguntungkan.

Analisis keunggulan komparatif hanya membandingkan potensi komoditi

suatu negara terhadap semua negara pesaingnya di pasar global.

Meskipun terlihat lebih mudah, manfaat analisis keunggulan komparatif

bagi suatu wilayah adalah terbatas karena tidak banyak komoditi yang

memenuhi persyaratan tersebut.Kemampuan memasarkan barang di pasar

global sangat terkait dengan tingkat harga yang sedang berlaku di pasar

globalyang selalu berfluktuasi. Dengan demikian, analisis keunggulan

(33)

commit to user

harga yang sedang berlaku. Analisis keunggulan komparatif tidak terlalu

dipengaruhi oleh fluktuasi harga karena menggunakan metode

perbandingan.

2. Metode Analisis Location Quotient

Location Quotient (LQ) adalah suatu perbandingan tentang besarnya

peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap peranan

sektor/industri tersebut secara nasional. Teknik LQ merupakan salah satu

pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai

langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu

pertumbuhan.

Untuk mengetahui komoditas unggulan pertanian daerah kabupaten

Temanggung mengacu pada formulasi Bendavid (Bendavid,1991 dalam

Wulandari, 2010:22) dengan persamaan sebagai berikut:

r

Pij = nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah kabupaten

Pj = nilai total produksi komoditi pertanian kabupaten

Pir = nilai produksi komoditi pertanian i pada wilayah provinsi

Pr = nilai total produksi komoditi pertanian provinsi

(34)

commit to user

a. LQ > 1 artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber

pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya

tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan

tetapi juga dapat diekspor ke suatu wilayah.

b. LQ = 1 artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki

keungggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

c. LQ < 1 artinya komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi

komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri

sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

Setiap analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan seperti juga metode

Location Quotient. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi

komoditas unggulan antara lain penerapanya sederhana, mudah dan tidak

memerlukan program pengolahan data yang rumit. Sedangkan keterbatasan

yang dimiliki metode LQ yaitu karena sedemikian sederhananya metode ini

maka yang dituntut adalah akurasi data.

3. Metode Analisis Shift Share

Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam

menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan

struktur perekonomian nasional. Teknik ini menggambarkan kinerja

(35)

commit to user

(Emilia dan Imelia, 2006:26). Tiga komponen utama dalam analisis shift

share adalah:

a. Pangsa pertumbuhan nasional (national growth share), yaitu

pertumbuhan atau perubahan variabel ekonomi di suatu wilayah yang

disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi nasional.

b. Pangsa pertumbuhan proporsional, yaitu menggambarkan perubahan

dalam suatu sektor lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau

kemunduran sektor yang sama di tingkat nasional.

c. Pangsa lokal (pergeseran regional), yaitu pangsa dari pertumbuhan yang

menunjukkan tingkat keunikan (kekhasan) tertentu yang dimiliki oleh

suatu wilayah (lokal) yang mengakibatkan vaiabel ekonomi wilayah

dari suatu kelompok industri atau sektor.

Analisis shift share menggunakan tiga informasi dasar yang

berhubungan satu sama lain yaitu :Pertama, pertumbuhan ekonomi referensi

propinsi atau nasional (national growth effect), yang menunjukkan

bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap

perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional (proportiona l shift),

yang menunjukkan perubahan relatif kinerja

Suatu sektor di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi

propinsi atau nasional. Pergeseran proporsional (proportiona l shift) disebut

juga pengaruh bauran industri (industri mix).Pengukuran ini memungkinkan

kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada

(36)

commit to user

dijadikan referensi.Ketiga, pergeseran diferensial (differential shift) yang

memberikan informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri

daerah dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran

diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relative

lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada

perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran diferensial disebut juga

pengaruh keunggulan kompetitif (Widodo, 2006:112-113).

4. Metode Analisis Input-Output

Metode analisis input-output adalah suatu analisis atas perekonomian

wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor

ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila

terdapat perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya

terhadap sektor lain dapat dilihat. Fokus permasalahannya dalam metode

input-output adalah keterkaitan antarindustri sehingga terkadang ada yang

menyebutnya sebagai analisis hubungan antar sektor (inter-industry

analysis) (Tarigan, 2006:99).

Menurut Jhingan (2007:592) Analisa input-output menunjukkan kepada

kita bahwa di dalam perekonomian secara keseluruhan terkandung saling

hubungan dan saling ketergantungan industrial. Input suatu industri

merupakan output industri lainnya dan sebaliknya, sehingga akhirnya saling

hubungan antarmereka membawa ke arah ekuilibrium antara penawaran dan

permintaan di dalam perekonomian secara keseluruhan. Batubara adalah

(37)

commit to user

keduanya merupakan output dari masing-masing industri yang

bersangkutan. Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi

barang-barang antara (input) untuk digunakan lebih lanjut dalam pembuatan

barang-barang akhir (output).

5. Metode Analisis Tipologi Klassen

Tipologi klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor,

subsektor, usaha atau komoditi daerah dengan cara membandingkan

pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah atau

nasional yang menjadi acuan dan membandingkan pangsa sektor, subsektor,

usaha atau komoditi suatu daerah dengan dengan nilai rata-ratanya di tingkat

yang lebih tinggi (daerah acuan atau nasional). Hasil analisis Tipologi

Klassen akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor,

subsektor, usaha, atau komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.

Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak

hanya di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi)

menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda

sebagai berikut (Sjafrizal, 1997 dalam Wulandari,2010:23)

Kontribusi

rik<ri Komoditi maju tapi

tertekan

Komoditi relatif

(38)

commit to user

rik = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di tingkat

kabupaten

ri = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di tingkat

provinsi

yik = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi

tingkat kabupaten

yi = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi tingkat

provinsi

a. Komoditi maju dan tumbuh cepat jika komoditi tersebut laju

pertumbuhan dan kontribusi ditingkat kabupaten lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi yang sama

ditingkat provinsi.

b. Komoditi yang relatif maju tetapi tertekan yaitu komoditi yang relatif

maju, dimana kontribusinya terhadap nilai produksi pada tingkat

kabupaten lebih besar dibandingkan kontribusi komoditi tersebut pada

tingkat provinsi, tetapi laju pertumbuhannya rendah dibandingkan

dengan laju pertumbuhan ditingkat provinsi.

c. Komoditi dikatakan berkembang cepat, yaitu komoditi yang

mempunyai prospek pengembangan yang lebih baik, tetapi memiliki

tingkat kontribusi yang rendah. Pada dasarnya komoditi-komoditi

(39)

commit to user

kabupaten dibandingkan provinsi, tetapi memberikan kontribusi tingkat

kabupaten lebih rendah dibandingkan dengan tingkat provinsi.

d. Komoditi relatif tertinggal yaitu komoditi yang pertumbuhan dan

kontribusinya terhadap nilai produksi masih kurang, sehingga

mengakibatkan kontribusi kabupaten lebih kecil dari kontribusi propinsi

dan laju pertumbuhan kabupaten lebih kecil dari pada provinsi.

Laju pertumbuhan nilai produksi komoditi i di tingkat kabupaten (rik)

dan tingkat provinsi (ri), serta kontribusi komoditi terhadap nilai total

produksi di tingkat kabupaten (yik) dan kontribusi komoditi terhadap nilai

total produksi ditingkat provinsi (yi) dapat dihitung dengan persamaan

sebagai berikut (Lestari, 2010:24):

Pikt = nilai produksi komoditas i tingkat kabupaten pada tahun ke t

Pik0 = nilai produksi komoditas i tingkat kabupaten pada awal tahun

Pit = nilai produksi komoditas i pada tingkat provinsi pada tahun ke t

Pio = nilai produksi komoditas i tingkat provinsi pada awal tahun

(40)

commit to user

Ptk = total nilai produksi komoditas tingkat kabupaten

Pi = nilai produksi komoditas i tingkat provinsi

Pt = total nilai produksi tingkat provinsi

H. Peranan Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor utama sejak dulu dalam negara-negara

berkembang. Di Indonesia, tujuan pembangunan pertanian adalah

meningkatkan produksi, memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri dalam

negeri maupun untuk memperoleh devisa negara (Soeratno,1987:8). Tujuan

lain yang ingin dicapai adalah untuk memperluas kesempatan kerja,

meningkatkan pendapatan petani, pekebun, peternak dan nelayan, mendorong

pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan kesempatan berusaha,

serta mendukung pembangunan daerah dengan tetap memperhatikan

kelestarian sumber daya.

Sektor pertanian juga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

pembangunan ekonomi baik daerah maupun nasional. Salah satu peranan yang

cukup menonjol adalah pembentukan tabungan domestik lewat pendapatan

pajak yang diterima pemerintah. Menurut Soeratno (1987:8), terdapat dua cara

yang dapat dilakukan untuk memungut pajak dari sektor pertanian. Pertama,

dengan mengenakan pajak atas tanah yang dimiliki dan kedua adalah dengan

mengenakan pajak atas hasil dari tanah tersebut. Hasil penelitian dari Higgin

(dalam Soeratno,1987:8) di China, Taiwan, dan Korea menunjukkan bahwa

(41)

commit to user

apabila pajak dikumpulkan dalam bentuk hasil produksi dan bukan berupa

uang.

I. Penelitian Terdahulu

Hairul Aswandi dan Mudrajad Kuncoro (2002) dalam Evaluasi

Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di Kalimantan Selatan

1993-1999. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan analisis spasial regional, pendekatan Tipologi Klassen dan

Location Quotient.Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa pertimbangan

penetapan kawasan andalan Kalimantan Selatan hanya mengacu pada

pendapatan per kapita dan subsektor unggulan. Analisis Tipologi Klassen

menunjukkan dari tiga daerah di kawasan andalan hanya Kabupaten Kotabaru

yang berada pada daerah cepat maju dan cepat tumbuh dengan tingkat

pertumbuhan dan pendapatan per kapita tinggi. Kota Banjarmasin merupakan

daerah maju tapi tertekan dengan tingkat pertumbuhan rendah, sedangkan

Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah dengan klasifikasi relatif

tertinggal dengan dengan pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang rendah.

Syafruddin dan kawan-kawan (2004) dalam Penataan Sistem Pertanian

dan Penetapan Komoditas Unggulan Berdasarkan Zona Agroekologi di

Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa hasil delineasi peta

zona agroekologi wilayah Sulawesi Tengah denga skala 1:250.000 didapatkan

(42)

commit to user

alternatif. Komoditas unggulan yang telah ditetapkan untuk masing-masing

kabupaten, yaitu kakao, jagung, bawang merah, sapi potong dan perikanan laut.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Susilawati dan kawan-kawan (2006)

dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional di Provinsi Kalimantan

Tengah dengan Metode Location Quotient. Hasil yang didapatkan

menyimpulkan bahwa terdapat empat komoditas nasional unggulan untuk

dikembangkan di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu: padi lading dengan nilai

LQ 11, 67, padi sawah dengan nilai LQ 1,45, ayam buras dengan LQ 1,62 dan

jagung dengan nilai LQ 0,09.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mohammad Abdul Mukhyi (2008)

dengan judul Analisis Peranan Subsektor Pertanian dan Sektor Unggulan

Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat: Pendekatan

Analisis Irio. Penelitian tersebut juga menggunakan pendekatan Shift-share dan

Location Quotient. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah

bahwa Propinsi Jawa Barat unggul dalam sektor industri dan pengolahan,

sedangkan sektor yang memiliki nilai multiplier effect yang besar terhadap

perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan Propinsi Jawa

Barat yaitu subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, industri makanan,

minuman dan tembakau, industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya dan

subsektor industri lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Fachrurrazy (2009) dalam tesisnya yang

(43)

commit to user

Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor PDRB. Metodologi yang

digunakan adalah analisis Tipologi Klassen, analisis Location Quotient, dan

analisis Shif-share.Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa sektor yang

merupakan sektor unggulan dengan kriteria maju dan tumbuh dengan pesat,

sektor basis dan kompetitif adalah sektor pertanian.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nur Chasanah (2009) dalam

skripsi-nya yang berjudul Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Kabupaten Karanganyar Berbasis Komoditi Tanaman Bahan Makanan (2009).

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tanaman bahan makanan di

Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi empat kategori yaitu komoditi prima

yang terdiri dari: padi, jagung dan pisang, komoditi potensial terdiri dari: ubi

kayu dan kacang tanah, komoditi berkembang terdiri dari: manga, durian,

wortel, bawang merah, rambutan, nangka/cempedak, melinjo, jamur, bawang

daun, kedelai, duku/langsat, bawang putih, kubis, petsai/sawi, cabai besar,

petai, sawo, buncis, jeruk siam/keprok, tomat, kembang kol, papaya, salak,

melon, cabai rawit, kacang panjang, ketimun, jambu biji, semangka, sukun,

sirsak, manggis, terung, kentang, jambu air, jeruk besar, kangkung, labu siam,

dan bayam, dan untuk komoditi yang terbelakang adalah ubi jalar, alpukat,

(44)

commit to user

Penelitian terdahulu secara ringkas disajikan dalam tabel 2.1:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

(45)

commit to user

LQ 1,62 dan jagung dengan nilai LQ 0,09 No

(46)

commit to user

strawberry,

belimbing, nanas, dan kacang merah.

J. Kerangka Pemikiran

Perencanaan merupakan tahapan penting yang harus dilalui dalam

suatu proses pembangunan karena dalam kenyataanya, proses

pembangunan akan menemui berbagai halangan dan rintangan.

Perencanaan diperlukan sebagai arahan bagi proses pembangunan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, selain itu perencanaan juga digunakan

sebagai tolak ukur dari keberhasilan proses pembangunan yang dilakukan.

Pelaksanaan otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah untuk

memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengembangkan daerahnya.

Tujuan pembangunan baik ekonomi maupun nonekonomi yang dilakukan

pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pembangunan daerah Kabupaten Temanggung mencakup dua sektor yaitu

sektor perekonomian dan non perekonomian. Sektor perekonomian sendiri

dibagi menjadi sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana

masing-masing sektor tersebut memberikan sumbangan yang beragam bagi

perekomomian Kabupaten Temanggung. Sektor pertanian mencakup

subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan,

subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan.

(47)

commit to user

sektor industri, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan, sektor

perdagangan, sektor keuangan dan perbankan dan sektor jasa.

Klasifikasi komoditas pertanian di Kabupaten Temanggung sendiri

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Tipologi Klassen,

sedangkan untuk mengetahui komoditas basis dan non basis dapat

diketahui dengan menggunakan pendekatan Location Quotient.

Berdasarkan klasifikasi Tipologi Klassen maka komoditas pertanian di

Kabupaten Temanggung dapat diklasifikasikan menjadi komoditas prima,

komoditas potensial, komoditas berkembang dan komoditas yang relatif

tertinggal. Berdasarkan klasifikasi komoditas pertanian tersebut dapat

ditentukan strategi pengembangan komoditas pertanian baik untuk strategi

pengembangan jangka pendek (1-5 tahun), jangka menengah (5-10 tahun),

maupun jangka panjang (10-25 tahun). Hasil rumusan strategi

pengembangan yang telah ditentukan bedasarkan periode waktu tersebut

dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah,

sehingga akan mempermudah pemerintah dalam menyusun rencana

pembangunan daerah Kabupaten Temanggung. Dengan demikian,

perencanaan pembangunan daerah merupaka tindak lanjut dari penetapan

strategi pengembangan komoditas tanaman bahan makanan dan

(48)

commit to user

Sektor ekonomi Sektor non ekonomi

Sektor pertanian

· Peternakan

· Perikanan

· kehutanan

Sektor non pertanian

· Pertambangan & Penggalian Industri

· Listrik, Gas, & Air Bersih

· Bangunan

· Perdagangan

· Angkutan

· Bank dan Lembaga Keuanganlainnya

· Jasa-jasa

Tipologi Klassen Location Quotient

Komoditas basis

Komoditas non basis

· Komoditi maju dan tumbuh cepat

· Komoditi maju dan tertekan · Komoditi berkembang · Komoditi relatif tertinggal

Strategi pengembangan komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan

(49)

commit to user

K. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga terdapat klasifikasi komoditas tanaman bahan makanan dan

perkebunan yang tumbuh dan berkembang cepat, komoditas yang

berkembang cepat, komoditas yang maju tapi tertekan dan komoditas

yang relatif tertinggal di Kabupaten Temanggung.

2. Diduga terdapat komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan

(50)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis data sekunder mengenai identifikasi

komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan di Kabupaten

Temanggung. Berikut adalah gambaran umum mengenai Kabupaten

Temanggung. Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara

110o23’-110o46’30” Bujur Timur dan 7o14’-7o32’35” Lintang Selatan.

Kabupaten Temanggung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang

Sebelah selatan : Kabupaten Magelang

Sebelah timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang

Sebelah barat : Kabupaten Wonosobo

Luas wilayah Kabupaten Temanggung secara keseluruhan adalah

870,65 km2 yang secara administratif terbagi dalam 20 kecamatan yaitu:

Kecamatan Parakan, Kledung, Bansari, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo,

Tembarak, Selopampang, Kranggan, Pringsurat, Kaloran, Kandangan,

Kedu, Ngadirejo, Jumo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep dan

Wonoboyo.

(51)

commit to user

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa

Tengah dan Kabupaten Temanggung, Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung

dan Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah

PDRB dan produksi dan harga komoditas dari sektor pertanian pada tahun

2009dengan harga konstan tahun 2000 Kabupaten Temanggung.

Komoditas pertanian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sub

sektor tanaman bahan makanan yaitu: padi, jagung, ketela rambat, ketela

pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis, dan

cabai; sub sektor perkebunan yang terdiri dari: kopi arabika, kopi robusta,

cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Laju pertumbuhan nilai produksi pertanian i Kabupaten Temanggung

adalah nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i

Kabupaten Temanggung pada tahun penelitian dikurangi nilai produksi

komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i pada awal tahun

penelitian dibagi nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan

perkebunan i pada awal tahun penelitian dikalikan 100%.

2. Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i Propinsi Jawa

Tengah adalah nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan

(52)

commit to user

produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i pada awal

tahun dikurangi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i

pada awal tahun penelitian dibagi nilai produksi komoditas tanaman bahan

makanan dan perkebunan i pada awal tahun penelitian dikalikan 100%.

3. Kontribusi komoditas pertanian adalah persentase nilai produksi

komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan i dibagi dengan total

nilai produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan pada tahun

penelitian.

4. Nilai produksi komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan

merupakan hasil kali jumlah produksi komoditas tanaman bahan makanan

dan perkebunan i dan harga komoditas tanaman bahan makanan dan

perkebunan i pada tahun penelitian.

5. Komoditas tanaman bahan makanan dan perkebunan dalam penelitian ini

adalah padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, kacang tanah, kacang

kedelai, bawang merah, kentang, kobis, cabai, kopi arabika, kopi robusta,

cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.

6. Komoditas maju dan tumbuh cepat adalah komoditas yang berada di

kuadran 1, yaitu jika komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan dan

kontribusi di tingkat kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan laju

pertumbuhan dan kontribusi yang sama di tingkat propinsi.

7. Komoditas berkembang cepat adalah komoditas yang berada pada kuadran

2, yaitu apabila komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat

(53)

commit to user

komoditas tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar di tingkat

kabupaten dibandingkan dengan provinsi, tetapi kontribusi yang diberikan

lebih besar pada tingkat provinsi.

8. Komoditas yang maju tapi tertekan adalah komoditas yang berada pada

kuadran 3, yaitu komoditas yang relatif maju, dimana kontribusinya pada

tingkat kabupaten lebih besar dibandingkan pada tingkat provinsi akan

tetapi laju pertumbuhannya pada tingkat kabupaten lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan pada tingkat provinsi.

9. Komoditas yang relatif tertekan adalah komoditas yang berada pada

kuadran 4, yaitu apabila laju pertumbuhan dan kontribusinya terhadap nilai

produksi pada tingkat kabupaten lebih kecil dibandingkan dengan tingkat

provinsi.

10.Komoditas basis adalah komoditas yang memiliki nilai koefisien Location

Quotient lebih besar dari 1.

11.Komoditas non basis adalah komoditas yang memiliki nilai koefiien

Location Quotient kurang dari atau sama dengan 1.

D. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diteliti dan dianalisis dengan

(54)

commit to user

1. Tipologi Klassen

Penentuan klasifikasi komoditas unggulan di Kabupaten

Temanggung dapat diketahui dengan menggunakan Tipologi Klassen.

Analisis Tipologi Klassen suatu komoditas dapat dibagi menjadi empat

kategori, yaitu komoditas yang maju cepat dan berkembang, komoditas

yang berkembang cepat, komoditas yang maju tapi tertekan dan komoditas

yang relatif tertinggal.

Penentuan kategori suatu komoditas ke dalam empat kategori di atas

didasarkan pada matrik klassen berikut ini (Sjafrizal, 1997 dalam

Wulandari, 2010:23)

ri = Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas pertanian i di provinsi

Jawa Tengah

yik = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi

(55)

commit to user

yi = Kontribusi komoditas pertanian i terhadap total nilai produksi

provinsi Jawa Tengah

i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat,

ketela pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah,

kentang, kobis, cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi

robusta, cengkeh, kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau,

panili, dan tebu.

Laju pertumbuhan nilai produksi komoditas i di tingkat kabupaten

(rik) dan tingkat provinsi (ri), serta kontribusi komoditas terhadap nilai

total produksi di tingkat kabupaten (yik) dan kontribusi komoditas

terhadap nilai total produksi ditingkat provinsi (yi) dapat dihitung

dengan persamaan sebagai berikut (Bendavid,1991 dalam

(56)

commit to user

Keterangan:

Pikt = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung pada tahun ke t

Pik0 = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung pada awal tahun

Pit = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah pada tahun ke t

Pio = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah pada awal tahun

Pik = nilai produksi komoditas i kabupaten Temanggung

Ptk = total nilai produksi komoditas tingkat kabupaten Temanggung

Pi = nilai produksi komoditas i provinsi Jawa Tengah

Pt = total nilai produksi provinsi Jawa Tengah

i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat, ketela

pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis,

cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi robusta, cengkeh,

kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.

t = tahun penelitian

(57)

commit to user

2. Location Quotient

Untuk mengetahui komoditi unggulan pertanian daerah kabupaten

Temanggung mengacu pada formulasi Bendavid dengan persamaan

sebagai berikut (Bendavid, 1991 dalam Wulandari, 2010:22):

r

Pj = nilai total produksi komoditas pertanian kabupaten Temanggung

Pir = nilai produksi komoditas pertanian i pada wilayah provinsi Jawa

Tengah

Pr = nilai total produksi komoditas pertanian provinsi Jawa Tengah

i = komoditas tanaman bahan makanan padi, jagung, ketela rambat, ketela

pohon, kacang tanah, kacang kedelai, bawang merah, kentang, kobis,

cabai dan komoditas perkebunan kopi arabika, kopi robusta, cengkeh,

kapok, aren, kakao, lada, kemukus, tembakau, panili, dan tebu.

j = wilayah penelitian/Kabupaten Temanggung

r = wilayah acuan/Propinsi Jawa Tengah

(58)

commit to user

a. LQ > 1 artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi sumber

pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak

saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Temanggung akan tetapi juga

dapat diekspor ke suatu wilayah.

b. LQ = 1 artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak memiliki

keungggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi

kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

c. LQ < 1 artinya komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas

di Kabupaten tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu

(59)

commit to user

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sektor Pertanian Kabupaten Temanggung

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian yang

penting di Kabupaten Temanggung dan merupakan sektor penyumbang

PDRB yang besar terhadap PDRB Kabupaten Temanggung. Tahun 2009

sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Temanggung adalah

31,19% meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 30,59%. Distribusi

presentase PDRB berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Temanggung dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Temanggung

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Perdagangan, Hotel &

Rumah makan

16,73 16,97 17,07 17,24 17,18 17,01 Pengangkutan &

Komunikasi

5,29 5,34 5,47 5,59 5,61 5,43 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

3,94 3,94 3,92 3,96 3,94 3,94 Jasa 14,12 14,17 14,14 15,03 14,49 14,39

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Data BPS Kabupaten Temanggung, (2010:42)

Sumbangan masing-masing subsektor pertanian terhadap perekonomian

Kabupaten Temanggung dapat dilihat pada tabel 4.2:

Gambar

Tabel 1.1
  Tabel 1.2
Tabel 1.3 Peranan PDRB Sub Sektor Pertanian Terhadap Sektor Pertanian
  Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pengelolaan sampah di Kota Palu juga belum maksimal (Rendy, 2015), hal ini ini disebabkan kurangnya kontrol dari pihak yang bersangkutan dan kesadaran

Agung Republik Indonesia atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia jika dalam waktu yang dianggap cukup sejak tanggal penahanan, Presiden melalui Menteri Kehakiman

Nilai jumlah tenaga kerja memilki tanda (+) dengan nilai sebesar 1.831.000, hal ini berarti jika variabel lain tetap responden menambah satu tenaga kerja maka

11/3373/4/06/16/Th.VIII, 6 Juni 2016 3 dari 10 Kenaikan indeks harga konsumen yang menyebabkan inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada lima dari tujuh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang aktualisasi Resource Centre dalam pelayanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus di

[r]

Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Model antrian yang digunakan (M/M/2):(FCFS/~/~) yaitu jumlah kedatangan berdistribusi poisson, waktu pelayanan berdistribusi eksponensial, dengan jumlah fasilitas