commit to user
MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
MARUTI NUGRAHENI
F0107010
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v
Ð People with goals succeed because they know where they're going.
Earl Nightingale
Ð Patience, persistence and perspiration make an unbeatable combination for
success.
Napoleon Hill
Ð I prefer to be a dreamer among the humblest, with visions to be realized,
than lord among those without dreams and desires.
Kahlil Gibran
Ð All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them.
Walt Disney
Ð Allah SWT is my Lord, Islam is my life, Qur’an is my guide, Muhammad
SAW is my role model, Heaven is my goal, and success about them are
my right.
commit to user
vi
Dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati, serta rasa syukur dan bangga
kupersembahkan karya ini kepada:
Orang tuakutersayang Dwi Djatmiko Nugroho dan Ratna Andarti,
yang selalu mendo’akanku, mendukungku, selalu menuntunku, memberiku nasihat, memberikan segalanya dengan penuh rasa sayang dan tanpa pamrih. Ucapan terima kasih pun tak cukup rasanya untuk membalas kebaikan kalian.
Ayahku engkaulah inspirasiku, aku bangga terhadapmu.
Adik-adikku yang pintar Marmita Nugraheni dan Andaru Nugrahanto,
mereka yang senantiasa menghiburku dalam suka dan duka, mengajakku bermain, membuat lelucon-lelucon nakal, tertawa bersama, saling bercerita dan berbagi
walau kadang mereka menyebalkan.
Keluargaku tersayang Eyang Shaleh Kakung dan Putri (Alm.),Eyang Tatung (Alm.), EyangPutri,Bu Pipik, Bu Ndari.
Terimakasih atas dukungan dan do’a kalian, kalian yang mengajariku tentang arti hidup, saling berbagi pengalaman untuk membuatku lebih tegar. Untuk kedua
(Alm.) kakekku tersayang, aku bangga menjadi cucumu.
Teman-temanku Ekonomi Pembangunan 2007, terimakasih dengan memberiku
kesempatan untuk mengenal kalian.
commit to user
vii
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEH RAKYAT DI DESA
MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG”.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuihi salah satu syarat
dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Selama menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari beberapa pihak, maka
dari itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan sabar telah membimbing penulis. Terima kasih atas kritik, saran dan
perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Drs. Sutomo, M.Si dan Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih, MP selaku
dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan
pengarahan selama studi kepada penulis serta memberi kesempatan untuk
diskusi kepada penulis.
3. Bapak dan ibu dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya selama
penulis menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Teman-teman jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2007 yang telah
menjadi rekan yang menyenangkan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Anak-anak kost “ANDRI House” Surya II. Mbak Irda, Mbak Tika (Tinci),
Meilita, dan Nita. Terima kasih telah memberi semangat untuk menyelesaikan
skripsi ini. Masa-masa kuliah selalu menjadi sangat menyenangkan ketika
bersama kalian.
6. Pihak-pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah
commit to user
viii
memperbaiki penulisan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2012
commit to user
ix
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7
A. Kajian Teori ... 7
1. Teori Produksi ... 7
2. Faktor-Faktor Produksi ... 12
3. Usahatani ... 17
a. Definisi Usahatani ... 17
b. Analisis Kelayakan Usahatani ... 27
B. Penelitian Terdahulu ... 31
C. Kerangka Pemikiran ... 35
commit to user
x
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38
B. Jenis dan Sumber Data ... 38
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 39
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 41
E. Metode Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 43
1. Uji Analisis Usahatani ... 43
2. Analisa Kelayakan Usahatani ... 44
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 48
1. Keadaan Geografis ... 48
B. Jumlah Populasi dan Karakteristik Sampel... 51
1. Jumlah Petani Teh (Populasi) ... 51
2. Tingkat Pendidikan ... 51
3. Umur Petani ... 52
4. Luas Lahan Teh ... 53
C. Analisis Data Dan Pembahasan ... 55
1. Analisis Usahatani Teh Rakyat... 55
2. Analisis Kelayakan Usahatani ... 57
3. Analisis Secara Ekonomis ... 61
BAB V PENUTUP... 61
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu ... 32
TABEL 3.1 Sampel Petani Teh Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten
Batang ... 41
TABEL 4.1 Jumlah Produksi Teh di Kecamatan Reban Tahun 2003-2009 ... 50
TABEL 4.2 Jumlah Produksi Teh di Desa Mojotengah Tahun 2003-2009 ... 51
TABEL 4.3 Jumlah Populasi di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten
Batang ... 52
TABEL 4.4 Prosentase Tingkat Pendidikan Desa Mojotengah Kecamatan Reban
Kabupaten Batang ... 52
TABEL 4.5 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Umur di Desa
Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang ... 53
TABEL 4.6 Jumlah Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan di Desa Mojotengah
Kecamatan Reban Kabupaten Batang ... 54
TABEL 4.7 Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan Teh Rakyat
per Hektar per Tahun ... 55
TABEL 4.8 Analisis Kelayakan Usahatani Teh Rakyat Desa Mojotengah
commit to user
xii
GAMBAR 2.1 Tahapan Dari Suatu Proses Produksi (Kurva Produksi Total,
MP, dan AP) ... 10
commit to user
xiii
LAMPIRAN 1 Rekapitulasi Data Identifikasi Responden Dana Petani The Desa
Mojotengah, Kec. Reban, Kab. Batang ... 65
LAMPIRAN 2 Biaya Sarana Produksi Usaha Tanaman Teh Desa Mojotengah,
Kec. Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan
Ekonomis) ... 71
LAMPIRAN 3 Upah Tenaga Kerja Usaha Tanaman Teh Rakyat Desa
Mojotengah Kec. Reban, Kab. Batang ... 82
LAMPIRAN 4 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Teh Rakyat Desa Mojotengah,
Kec. Reban, Kab. Batang ... 88
LAMPIRAN 5 Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Teh Rakyat Per Tahun
Desa Mojotengah, Kec. Reban, Kab. Batang (Perhitungan
Secara Finansial dan Ekonomis) ... 94
LAMPIRAN 6 TFC, TVC, Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha
Tanaman Teh Rakyat Per Tahun Desa Mojotengah, Ke. Reban,
Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan Ekonomis) .. 105
LAMPIRAN 7 Analisis Usahatani Tanaman Teh Rakyat (BEP, RCR, NPV,
IPP, dan ROI) Per Hektar Per Tahun Desa Mojotengah, Ke.
Reban, Kab. Batang (Perhitungan Secara Finansial dan
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEH RAKYAT DI DESA MOJOTENGAH KECAMATAN REBAN KABUPATEN BATANG
MARUTI NUGRAHENI
F0107010
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) besar pendapatan usahatani teh rakyat yang dilaksanakan oleh petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang (2) untuk mengetahui apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan diperoleh dengan cara survey sampling dengan teknik sampling acak (random sampling). Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani teh adalah Total Revenue (TR) sedangkan untuk mengetahui kelayakan usahatani teh yaitu Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (RCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Return On Investment (ROI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani teh rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang adalah layak dan menguntungkan untuk diusahakan dengan tingkat RCR secara finansial sebesar 1,99 sedangkan secara ekonomis sebesar 1,20; BEP produksi secara finansial sebesar 1.914 sedangkan secara ekonomis sebesar 3.186 kg per hektar per tahun berarti lebih rendah dari rata-rata produksi sebesar 3.811,2 kg per hektar per tahun; BEP harga sebesar Rp 1.250,- per kg; nilai NPV layak secara finansial sebesar Rp 215.621.617,50,- (nilai positif) sedangkan secara ekonomis sebesar Rp 71.066.519,85,- (mengalami penurunan namun tetap bernilai positif) dengan tingkat suku bunga Bank sebesar 10%; IRR sebesar 11,17% per tahun; dan nilai ROI secara finansial sebesar 99,17% sedangkan secara ekonomis yaitu 19,60%. Apabila ROI mendekati 100% maka menunjukkan prospek yang baik dalam percepatan pengembalian modal.
Kesimpulan dari penelitian ini menurut hasil analisis kelayakan usaha dengan menggunakan perhitungan analisis kelayakan usaha yang meliputi RCR, BEP (baik BEP (Q), maupun BEP (Rp)), NPV, IRR, dan ROI usahatani teh di Desa Mojotengah, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang sangat layak secara ekonomis untuk diusahakan dan faktor produksi seperti luas lahan, biaya tenaga kerja, biaya pupuk ternyata sangat memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi teh rakyat dan pendapatan.
commit to user
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE RESIDENTS’ TEA FARMING IN MOJOTENGAH VILLAGE, REBAN, BATANG
MARUTI NUGRAHENI
F0107010
The purpose of this study was to know (1) the income of the residents’ tea farming carried out by farmers in the Mojotengah village, Reban, Batang and (2) to know whether the residents’ tea farming is economically viable for the people to run.
This research uses descriptive quantitative research methods. The data used were obtained by sampling survey with a random sampling technique. Data analysis techniques used to determine the amount of the residents’ tea farming income is Total Revenue (TR), while to determine the feasibility of the tea farming is Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (RCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Return On Investment (ROI).
The result showed that tea farming in the village of Batang Reban Mojotengah district is fisible and profitable to cultivate with the level 1.99 RCR financially, economically while for 1.20; BEP financially production by 1.914 kg while economically by 3.186 kg per hectar per year is lower than the average production of 3.811,2 kg per hectar per year; BEP price of Rp 1.250,- per kg. Financially viable NPV of Rp 215.621.617,50,- (positive value) while economically of Rp 71.066.519,85,- (decrease but still positive value) with the Bank’s interest rate by 10%. An IRR of 11,17% per annum; and financially ROI value of 99,17% while that is economically 19,60%. If the ROI is close to 100% then it indicates a good prospect of acceleratingreturn on capital.
The conclusion of this study according to the results of the feasibility analysis using the calculation of business feasibility analysis which includes the RCR, BEP (either BEP(Q), and BEP(Rp)), NPV, IRR, and ROI is that the residents’ tea farming in the Mojotengah village, Reban, Batang is economically very feasible to run and factors of production such as land, labor costs, and fertilizer costs are turned out to have big influence on the residents’ tea total production and income.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pertanian merupakan pembangunan yang
mengintegrasikan pertanian dengan industri dan jasa terkait dalam satu
kluster industri yang mencakup (input produksi), usahatani, pemasaran dan
pengolahan, serta jasa. Integrasi yang baik antara pertanian, industri dan
dan jasa dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani melalui
pengembangan sistem pertanian dan usaha-usaha agribisnis, semakin
berkembangnya aktivitas ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem
pertanian dan perusahaan-perusahaan pertanian yang mandiri.
Tujuan dan strategi pembangunan di pedesaan di Indonesia, secara
umum antara lain seperti tertuang dalam GBHN Tahun 1998, yaitu bahwa
“pembangunan masyarakat perdesaan perlu terus ditingkatkan, terutama
melalui pembangunan kemampuan sumberdaya manusia. Sejalan dengan
itu perlu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi serta
mengelola dan memasarkan produksinya, sekaligus menciptakan lapangan
kerja. Dengan demikian, maka masyarakat pedesaan semakin mampu
menggerakkan dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya segala daya dan
dana bagi peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya”.
Produk yang dihasilkan dapat mampu berdaya saing dan
commit to user
negeri diperlukan dukungan, saling keterkaitan dan sinergi dari
masing-masing sub sistem agribisnis. Saat ini, pembangunan pertanian tidak lagi
berorientasi semata-mata pada peningkatan produksi tetapi kepada
peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Petani diharapkan tidak hanya
bekerja di on-farm saja tetapi, diarahkan dan dituntut bagaimana
menumbuhkembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan serta dapat
mengolah produk yang dihasilkan menjadi produk setengah jadi maupun
produk jadi.
Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan bidang
perkebunan sangat tergantung pada partisipasi petani dalam menerima
suatu inovasi yang kemudian menerapkannya dalam melaksanakan
usahataninya. Tujuan usaha perkebunan untuk menghasilkan produksi
perkebunan dengan mengorganisir faktor-faktor produksi, diharapkan hasil
maksimal. Pada kenyataannya petani perkebunan dihadapkan pada
keterbatasan pengetahuan, keterampilan dan sumber daya. Keterbatasan ini
sangat berpengaruh kepada petani dalam mengambil keputusan untuk
melaksanakan usahataninya. Dari segi ekonomi, petani perkebunan selalu
membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen dengan
biaya yang harus dikeluarkan. Suatu usaha perkebunan dapat mencapai
usaha maksimum bilamana dapat mengkombinasikan faktor-faktor
produksi secara optimal.
Pelaksanaan pembangunan sektor perkebunan pada prinsipnya
commit to user
ekonomi, dan sumber daya manusia yang terangkai dalam kebijaksanaan
agribisnis.
Daun teh merupakan salah satu komoditas yang memerlukan
penanganan pasca panen dan pengolahan lebih lanjut untuk menjadi
produk pangan yang siap untuk dikonsumsi. Selain itu daun teh merupakan
bahan baku utama pembuatan teh. Perubahan bahan baku daun teh menjadi
daun teh kering siap saji inilah yang dapat memberikan nilai tambah
produk teh. Melalui kegiatan pengolahan daun teh diharapkan dapat
memberikan nilai tambah produk, selanjutnya dapat meningkatkan
pendapatan yang diterima petani atau perajin. Oleh karena itu perlu dikaji
tingkat kelayakan usahanya, selain kelayakan usahataninya perlu juga
diketahui pengaruh sarana produksi, khususnya bahan baku, tenaga kerja
dan bahan bakar terhadap pendapatan bersih, karena selama ini petani teh
hanya melakukan kegiatan usaha, terutama di Desa Mojotengah
Kecamatan Reban Kabupaten Batang, yang masyarakatnya sebagian besar
bermatapencaharian sebagai petani.
Sebenarnya hasil usaha perkebunan teh yang dilaksanakan petani
bergantung pada kesediaan dan kemauan petani dalam mengadopsi dan
menerapkan teknologi serta faktor-faktor produksi yang digunakan.
Selanjutnya kombinasi antara faktor-faktor produksi tersebut akan
berpengaruh pada tingkat produksi dan pendapatan yang diterima petani.
commit to user
pengetahuan yang cukup serta dapat mengelola faktor-faktor produksi
yang ada maka produksi dan pendapatan petani teh akan meningkat.
Oleh karena itu perlu dikaji usaha perkebunan teh yang dilaksanakan
petani selama ini, baik dalam penerapan teknologi maupun penerapan
faktor-faktor produksi agar diperoleh hasil yang optimal (pendapatan),
baik tingkat produksi maupun tingkat pendapatannya.
Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani perkebunan melalui
peningkatan produksi pertanian khususnya komoditas perkebunan,
Pemerintah Kabupaten Batang telah menetapkan Kecamatan Blado, Reban
dan Bawang sebagai daerah pengembangan budidaya teh, termasuk di
dalamnya Desa Mojotengah Kecamatan Reban. Hal ini dimaksudkan
selain sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
petani teh juga untuk melestarikan sumberdaya lahan dan lingkungan
hidup serta pemerataan pembangunan.
Desa Mojotengah merupakan salah satu desa penghasil teh di
Kecamatan Reban namun ketersediaan bahan baku teh tidak mencukupi
kebutuhan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan sebuah
penelitian yang berjudul “ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI
TEH RAKYAT DI DESA MOJOTENGAH, KECAMATAN REBAN,
KABUPATEN BATANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
commit to user
1. Berapa besar pendapatan usahatani teh rakyat yang dilaksanakan oleh
petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang?
2. Apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan
dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui besar pendapatan usahatani teh rakyat yang
dilaksanakan oleh petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban
Kabupaten Batang.
b. Untuk mengetahui apakah usahatani teh rakyat layak secara ekonomi
untuk diusahakan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
pengetahuan bagi pembaca tentang kelayakan usahatani teh rakyat
terhadap produksi teh sehingga berpengaruh pada pendapatan petani teh
rakyat di Kabupaten Batang dan strategi apa saja yang harus dilakukan.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi dan
commit to user
mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan perokonomian
Indonesia.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Batang, penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan
masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dengan pembuatan
kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan perkebunan teh
rakyat di Kabupaten Batang.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi
masyarakat tentang usahatani perkebunan khususnya bagi para petani
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Produksi
Produksi didefinisikan sebagai proses menciptakan atau menambah
nilai guna atau manfaat baru. Nilai guna atau manfaat baru mengandung
pengertian kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Produksi meliputi semua aktifitas menciptakan barang dan jasa.
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat
dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga
kerja, teknologi, managerial skill. Produksi merupakan usaha untuk
meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (form utility),
memindahkan tempat (place utility), dan menyimpan (store utility).
(Soeharno, 2007:67).
Proses produksi pertanian membutuhkan macam-macam faktor
produksi seperti modal, tenaga kerja, tanah, dan manajemen pertanian
yang berfungsi mengkordinasikan faktor-faktor yang ada sehingga
benar-benar mengeluarkan hasil produksi (output). Produksi diperoleh dengan
campur tangan tangan manusia yaitu tenaga kerja petani (labor). Faktor
produksi modal adalah sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat
oleh manusia. Modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan
commit to user
Modal diartikan sebagai barang dan jasa yang diinvestasikan dalam bentuk
bibit, obat-obatan serta faktor produksi lainnya. Teori produksi
mengandung pengertian mengenai usahatani yang dilakukan petani dalam
tingkat teknologi tertentu mampu mengkombinasikan berbagai macam
faktor produksi seefisien mungkin untuk menghasilkan produksi
maksimal.
Kegiatan produksi ditinjau jangka panjang (long run), yaitu suatu
produksi tidak hanya saja output dapat berubah, tetapi mungkin semua
input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak
mengalami perubahan. Secara umum fungsi produksi menunjukan bahwa
jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang
digunakan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan
faktor produksi merupakan variabel bebas :
Q = f ( K, L )
dimana :
Q = Output K = capital/modal L = Labour/tenagakerja
Menurut Sugiarto et. al. (2002), produksi adalah suatu kegiatan
yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi
biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Analisis terhadap kegiatan
produksi perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila
sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input)
commit to user
perubahan yang artinya bahwa setiap faktor produksi dapat ditambah
jumlahnya kalau memang diperlukan.
Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis , yang dalam
teori ekonomi disebut Fungsi produksi. Fungsi Produksi adalah suatu
fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat output
dan kombinasi penggunaan input-input. Hubungan antara masukan dan
keluaran ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Budiono,
2002). :
Q = f ( X1 , X2, X3 …..Xn)
Dimana :
Q = Tingkat produksi (out put) dipengaruhi oleh faktor produksi X. X = berbagai input yang digunakan atau variable yang mempengaruhi Q.
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai
sifat dari fungsi produksi, yaitu fungsi produksi dari semua produksi
dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut :
Teh Law of Diminishing Return ( Nilai Kepuasan yang Semakin Lama
Semakin Berkurang).
commit to user
C
Hukum kenaikan hasil yang berkurang merupakan kaidah yang
menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan marjinal product (MP)
dari suatu faktor produksi (Herlambang et al., 2001 dalam Sudantoko,
Djoko 2010).
Gambar 2.1
Tahapan Dari Suatu Proses Produksi (Kurva produksi total, MP, dan AP)
Sumber : Soeharno, TS., 2007:71
\
Ep = 0
Ep = 1
Ep < 0
commit to user
Terdapat beberapa tahapan dalam proses produksi, yaitu :
Tahap 1 : nilai Ep >1 , produk total , produk rata-rata menaik dan produk
marginal juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama
dengan produk rata-rata, merupakan daerah irasional karena produsen
masih dapat meningkatkan output melalui peningkatan input.
Tahap II : nilai Ep adalah 1 >Ep > 0, produk total menaik tetapi produk
rata-rata menurun dan produk marjinal nilainya juga menurun sampai 0
dan merupakan daerah rasional untuk membuat keputusan produksi dan
daerah ini terjadi efisiensi.
Tahap III : nilai Ep< 0 , produk total dan produk rata – rata menurun
sedangkan nilai produk marjinal negative, juga merupakan daerah
irrasional karena dengan penambahan input akan mengurangi output.
Sadono Sukirno (2002), menyatakan bahwa fungsi produksi
menunjukan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan
istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output .
Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus , yaitu seperti
berikut :
Q = f ( K, L, R, T )
Dimana K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja,
R adalah kekayaan alam , dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan.
commit to user
faktor-faktor produksi tersebut yaitu secara bersama digunakan untuk
memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Dari
persamaan tersebut diatas artinya bahwa tingkat produksi suatu barang
tergantung kepada , jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan
alam, dan tingkat teknologi yang dipergunakan.
2. Faktor-Faktor Produksi
a. Biaya Produksi
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya
implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran
untuk bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang
obligasi perusahaan dan sewa bangunan.
Biaya implisit (Implicit Cost) berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika la tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.
Mubyarto (1988), penyelenggara suatu usahatani diperlukan biaya
untuk menghasilkan suatu produk tertentu dalam hal ini produk usahatani.
Menurut sifatnya biaya usahatani dapat digolengkan menjadi 2 (dua), yaitu
biaya tetap dan biaya variabel/tidak tetap, sedangkan kedua biaya itu
disebut biaya produksi.
Selanjutnya biaya produksi yaitu semua pengeluaran yang
commit to user
produk. Dalam penelitian ini analisa yang dipergunakan adalah analisa
ekonomi/perusahaan, sehingga semua biaya produksi baik berupa sarana
produksi yang dibayar maupun tidak dibayar, tenaga kerja baik dari dalam
maupun dari luar keluarganya serta lain-lain diperhitungkan dan dinilai
dengan uang. Biaya tetap adalah semua biaya yang dipergunakan dalam
proses produksi berupa tanah, biaya modal, pajak tanah dan lain-lain.
Sedangkan biaya variabel/tidak tetap adalah biaya-biaya yang
dipergunakan untuk membeli suatu satuan variabel yang dipergunakan
untuk menghasilkan produk usahatani seperti pembelian bibit, pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja dan lain sebagainya.
b. Biaya Sewa Tanah, Pajak dan Bunga Modal
Sukartawi (1990), tanah merupakan salah satu unsur mutlak yang
diperlukan dalam pelaksanaan usaha perkebunan yang dipakai untuk
menghasilkan produk usahatani. Pada penelitian ini dipergunakan analisa
ekonomi atau perusahaan, jadi tanah disini baik milik sendiri atau tanah
garapan yang dipergunakan untuk pelaksanaan uasah perkebunan teh di
perhitungkan dengan sewa. Adapun besarnya nilai sewa diperhitungkan
nilai yang berlaku lokal pada saat penelitian berlangsung.
Selanjutnya pajak tanah dimasukkan sebagai biaya, sebab dalam
analisa finansial merupakan sebagian pendapatan petani yang dibayarkan
kepada pemerintah. Adapaun besarnya pajak tanah ditentukan berdasarkan
commit to user
Bunga modal merupakan biaya atas penggunaan sejumlah uang
pada saat sekarang yang diperhitungkan dengan nilai uang saat yang akan
datang, yaitu pada saat usaha perkebunan teh telah berproduksi dan telah
memberikan penerimaan serta pendapatan, dalam hal ini diperhitungkan
samapi usaha perkebunan teh berumur 10 tahun. Besarnya tingkat bunga
diperhitungkan berdasarkan jumlah bunga yang berlaku pada saat
penelitian.
c. Biaya Tenaga Keja
Tenaga kerja usahatani diperoleh dari dalam keluarga dan luar
keluarga. Tenaga kerja dari dalam keluarga biasanya terdiri atas bapak,
ibu, dan anak. Untuk biaya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga
diperhitungkan dalam pengeluaran biaya (Mubyarto, 1991). Pada
kenyataannya tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga tidak dihitung
biayanya. Petani memakai tenaga dari luar keluarga kalau memang tenaga
yang dipakai itu kurang dan harus cepat selesai.
Tenaga kerja yang berasal dari keluarga merupakan tenaga yang
diberi upah sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan dan sesuai dengan jam
kerja pada kegiatan produksi (Mubyarto, 1991). Satuan tenaga kerja yang
commit to user 1. Jumlah jam dan hari kerja total
Ukuran ini menghitung seluruh pencurahan dari sejak persiapan
sampai panen, dapat juga dengan menggunakan inventarisasi jam (1 hari
= 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total.
2. Jumlah setara pria
Jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi
diukur dengan ukuran dari kerja pria.
Jumlah hari kerja untuk seluruh proses produksi, diukur dengan
ukuran hari kerja pria menurut Mubyarto (1991), sebagai berikut :
a) Satu tenaga kerja pria = 1 hari kerja pria
b) Satu tenaga kerja wanita = 0,7 hari kerja pria
c) Satu tenaga kerja ternak/mesin = 2 hari kerja pria
d) Satu tenaga kerja anak = 0,5 hari kerja pria
Upah buruh yaitu yang dikeluarkan atau diberikan kapada orang lain
untuk menguasai sementara tenaga orang lain. Pada penelitian ini tenaga kerja
baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga diperhitungkan sebagi
biaya tanaga kerja, yaitu tenaga kerja efektif orang kerja (Hari Orang Kerja)
(Djuwari, 1976).
Selanjutnya dari masing-masing biaya tersebut di atas diperhitungkan
per hektarnya pada setiap tahun, dengan asumsi bahwa semua biaya dianggap
tetap sejak awal penelitian sesuai dengan perhitungan perusahaan semua biaya
commit to user d. Biaya Sarana Produksi
Mubyarto (1989), biaya sarana produksi, yaitu biaya yang
dipergunakan untuk membeli sejumlah faktor produksi pada pelaksanaan
usahatani nilam. Pada penelitian ini semua sarana produksi diperhitungkan
secara perusahaan. Biaya sarana produksi meliputi pembelian bibit, pupuk,
obat-obatan dan lain sebagainya.
e. Produksi dan Penerimaan
Setiap pelaksanaan usahatani mempunyai tujuan untuk
meningkatkan pendapatan, akan tetapi tujuan tersebut baru dapat dicapai
bila diikuti dengan peningkatan produksi dan meminimalkan penggunaan
faktor-faktor produksi sehingga penerimaan akan meningkat. Produksi
merupakan hasil dari usahatani teh yang berupa pucuk daun teh yang
dinyatakan dalam satuan berat (kg atau ton). Sedangkan penerimaan
merupakan hasil perkalian antara total produksi dengan harga persatuan
produksi (Mubyarto, 1988).
f. Pendapatan / Keuntungan
Hadi Darwanto (1984), keuntungan petani dapat dioptimalkan
dengan melakukan dua metode yaitu :
1. Mencari input optimal, yaitu jumlah input variabel, sehingga diperoleh
output tertentu yang dapat memberikan keuntungan maksimum.
2. Mencari output optimal atau tingkat produksi yang memberikan
commit to user
Nilai keuntungan adalah merupakan selisih dari nilai-nilai total
penerimaan. Nilai keuntungannya ditingkat produksi adalah merupakan
nilai uang dari total produksi dengan harga produksi tersebut.
3. Usahatani
c. Definisi Usahatani
Menurut Mosher (1987), dalam bahasa ekonomi, produksi
pertanian mengusahakan masukan (Input) untuk menghasilkan keluaran
(Output). Masukan adalah segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses
produksi, seperti penggunaan tanah, tenaga kerja petani beserta
keluarganya dan pekerja upahan, kegiatan petani dalam perencanaan dan
pengelolaan sarana produksi pertanian, alat–alat dan mesin pertanian dan
lainnya. Keluaran adalah hasil tanaman dan hasil ternak yang dihasilkan
oleh usaha tani.
commit to user
Menurut Ramlan (1984), kegiatan usahatani meliputi :
1) Penanaman
a) Bibit
Penyediaan bibit dapat dilakukan dengan perbanyakan
secara vegetatif, untuk mendapatkan bibit yang sama dengan
induknya.
Pada cara okulasi, mata kuncup dari pohon induk diambil
dan ditempelkan pada batang teh. Jika okulasi mulai tunas, maka
bagian bibit di atas tempelan yang berasal dari pohon induk
menjadi batang baru.
Enten (sambungan) dilakukan dengan cara mengambil
bagian muda dari pohon induk teh, dipotong lalu disambungkan
pada bibit yang telah dipersiapkan di persemaian.
Adapun cara stek adalah dengan cara mengambil bagian
dari pohon induk yang dapat ditanam dan stek tanaman teh
berupa sepotong ranting muda yang terdiri dari satu ruas dengan
dua buku dan sehelai daun dibuku yang atas.
b) Pembuatan lubang tanaman
Pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang-lubang
tanaman dengan ukuran 40 cm X 30 cm X 30 cm, lubang-lubang
tersebut dibiarkan terbuka beberapa waktu agar mendapatkan
penyiraman aerasi udara yang cukup. Jarak tanam antar barisan
commit to user
beragam antara 60-90 cm. Selain secara baris tunggal, jarak
tanam dapat pula secara baris berganda, dengan ketentuan jarak
tanam jarak tanam antar barisan minimal 100 cm dan jarak tanam
dalam barisan berganda beragam antara 50-75 cm dengan sistem
segitiga sama sisi. Lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum
penanaman (Sultoni, 1992).
c) Pohon bayangan/pelindung
Untuk melindungi tanaman dari terik sinar matahari secara
langsung, melindungi tanaman dari angin dan serangan hama
maka tanaman teh perlu pohon bayangan atau pelindung.
Tanaman pelindung yang banyak dipakai adalah jenis Crotalaria
sp. dan Tephrosia sp. tanaman dapat berfungsi ganda, yaitu di
samping sebagai tanaman pelindung, juga dapat menambah
kesuburan tanah, baik dari sersahan daunnya maupun bintil-bintil
akarnya yang mengikat unsur hara N (Sultoni, 1992).
d) Teknis penanaman
Pada waktu penanaman, lubang tanam diperikasa terlebih
dahulu, kalau-kalau ada yang tertutup kembali oleh tanah galian
yang masuk akibat air hujan. Untuk memacu pertumbuhan
tanaman perlu di beri pupuk dasar, yaitu pupuk yang diberikan ke
dalam lubang sebelum penanaman. Pupuk dasar terdiri dari 11 g
commit to user
Setelah dilakukan penanaman lubang ditutup kembali
dengan tanah asal, tanah yang berasal dari bawah dikembalikan
ke bawah dan yang berasal dari atas dikembalikan kebagian atas,
tanah sedikit dipadatkan pada sekeliling lubang dengan tujuan
tanaman tidak roboh (Sultoni, 1992).
2) Pemeliharaan tanaman
a) Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membuang tumbuh-tumbuhan
rumput atau tanaman pengganggu yang tidak perlu. Beberapa
tanaman yang tidak merugikan untuk sementara dapat ditahan
untuk membantu menutup tanah, tanaman tersebut antara lain
adalah : wedusan, sintrong (Ageratum conyzoides, Brechtitus
valerianopsis). Biasanya dalam kebun teh yang masih baru
penyiangan perlu sering diulang, munkin lama makin jarang
karena permukaan tanah semakin tertutup dengan tanaman teh
dan naungan (kalau menggunakan). Di kebun yang sudah tua
biasanya sudah jarang ditumbuhi gulma sehingga penyianganpun
jarang diperlukan. Hanya sesudah dilaksanakan pangkasan pohon
teh perlu diadakan penyiangan secukupnya (Soediardo, 1985).
b) Penyulaman
Bibit teh yang ditanam dikebun biasanya tidak semuanya
commit to user
sehat maka perlu secepatnya disulam. Tujuan penyulaman adalah
untuk mendapatkan jumlah tanaman yang tumbuh merata, sehat
dan sama umur, sesuai dengan jumlah tanaman yang diinginkan
yang berguna untuk meramalkan produksi yang akan diperoleh.
Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus menerus
dilakukan sampai tanaman berumur dua tahun. Untuk dapat
melaksanakan penyulaman dengan baik, dua minggu setelah
penanaman perlu dilakukan sampai dua bulan menjelang musim
kemarau. Banyaknya bibit sulaman yang diperlukan pada tahun
pertama maksimal 10% dan pada tahun kedua maksimal 5%.
Pada tahun ketiga populasi tanaman menjadi penuh
(Setyamidjaja, 2000).
c) Pemupukan
Tanaman teh perlu dipupuk dengan pupuk yang
mengandung unsur hara N, P, K, Mg, dan Zn. Oleh karena itu,
pupuk yang digunakan untuk memupuk tanaman teh dapat
berupa pupuk majemuk atau pupuk campuran dari bahan baku
pupuk tunggal dengan imbangan N-P-K-Mg-unsur mikro sesuai
dengan rekomendasi pupuk bagi kebun atau lokasi setempat
(Setyamidjaja, 2000).
Waktu pemupukan yang tepat sangat penting karena irama
penyerapan hara pada setiap tanaman berbeda-beda. Tanaman teh
commit to user
dan cukup. Oleh karena itu hal yang penting untuk pedoman
waktu pemupukan adalah adanya curah hujan dan jangka waktu
di antara dua pemupukan, serta waktu penyerapan oleh tanaman
yang dimulai pada minggu kedua dan terakhir 3 bulan setelah
pemberian. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pada kondisi
curah hujan 60-200 mm/minggu. Curah hujan yang kurang dari
60-200 mm/ minggu menyebabkan unsur hara dari pupuk belum
dapat diurai dengan sempurna, sebaliknya pada curah hujan yang
lebih dari 200 mm/minggu terjadi pelarutan pupuk yang besar
dan haranya larut bersama air (Sultoni, 1992).
d) Pemberian mulsa
Pemberian mulsa (serasah) bertujuan untuk menahan
terjadinya erosi, menekan pertumbuhan gulma, menambah bahan
organik di dalam tanah, dan menstabilkan suhu permukaan tanah.
Pemberian mulsa diutamakan dilakukan pada lahan-lahan yang
miring dan rendah kesuburannya.
Cara pemberian mulsa adalah dengan menebarkan bahan
mulsa setebal 3-5 cm merata di permukaan tanah degan tidak
menyentuh tanaman teh. Kebutuhan mulsa per hektar adala 10-20
ton bahan segar. Bahan mulsa dapat berupa sisa pemangkasan
pupuk hijau, daun lalang, jerami, rumput guatemala, dan
rumput-rerumputan berdaun lebar. Waktu pemberian mulsa yang baik
commit to user
sebelum mulsa disebarkan, tanah digarpu lebih dahulu
(Setyamidjaja, 2000).
e) Pemangkasan
Menurut Sultoni (1992), untuk dapat melakukan pemetikan
dengan muda dan diperoleh jumlah daun muda/pucuk yang
banyak, maka perdu/bidang petik teh harus rendah dan luas.
Perdu/bidang petik yang rendah dan luas diperoleh dengan jalan
pemangkasan. Adapun tujuan pemangkasan adalah :
a. Mengusahakan pertumbuhan/perkembangan tanaman teh agar
tetap pada fase vegetatif, menghindari fase generatif;
b. Mengusahakan agar perdu/bidang petik tetap rendah sehingga
pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien;
c. Membentuk frame/bidang petik seluas mungkin;
d. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, sehingga mampu
menghasilkan pucuk yang banyak;
e. Mempermudah frame tanaman dan memperbaiki bentuk frame;
f. Membuang cabang-cabang yang tidak dihendaki yang
menghambat pertumbuhan tunas-tunas baru;
g. Membantu meringankan biaya pengendalian gulma dan penyakit;
h. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa
commit to user
Dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa
maksud pemangkasan adalah untuk meningkatkan produktivitas
tanaman teh.
Dalam budidaya tanaman teh dikenal ada 3 jenis pangkasan, yaitu :
a. Pangkasan bentuk (untuk membentuk kerangka);
b. Pangkasan produksi (untuk memperluas bidang petik dan mempertinggi produksi);
c. Pengkasan rehabilitasi (untuk memperbaiki kerangka yang rusak) (Soediardo, 1985).
3) Pemberantasan hama tanaman
Tanaman teh diganggu oleh berbagai hama yang merusak
perakaran, batang, ranting, daun dan buah. Gangguan hama yang
sangat besar pengaruhnya terhadap produksi daun adalah
beberapa hama yang merusak daun. Beberapa jenis hama penting
yang menjadi masalah diantaranya adalah Helopeltis antonii, ulat
jengkal, ulat penggulung daun, ulat penggulung pucuk, ulat api,
dan tungau jingga.
Penyakit pada tanaman teh juga merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangi produksi. Penyakit pada tanaman
teh antara lain adalah cacar daun, busuk daun, penyakit mati
ujung pada bidang petik, busuk akar, penyakit upas dan lain-lain.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara
mekanis dengan pengambilan/pemetikan bagian yang terserang
commit to user
penyakit tanaman dengan menggunakan inseksida dan pestisida
(Sultoni, 1992).
4) Pemungutan hasil
Hasil tanaman teh yang dipungut adalah kuncup dan
ranting muda beserta daun-daun. Pemetikan adalah perkerjaan
memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang
masih muda, untuk kemudia diolah menjadi produk teh kering
yang merupakan komoditi perdagangan. Pemetikan berfungsi
pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman teh agar mampu
berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Adapun jenis
pemetikan yang dilakukan selama satu daur pangkas terdiri dari
pemetikan jendangan dan pemetikan produksi. Pemetikan
jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal
setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang
lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang
cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.
Biasanya pemetikan jendangan dilakuakan 6-10 kali petikan,
kemudian diteruskan dengan pemetikan produksi. Pemetikan
produksi adalah pemetikan yang berlangsung secara rutin hingga
tiba giliran pemangkasan produksi berikutnya. Sedangkan
commit to user
a. Pemetikan halus, yaitu pucuk yang dihasilkan terdiri dari
pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b)
dengan satu daun yang muda (m), bisa ditulis dengan rumus
p+1 atau b+1m;
b. Petikan medium, yaitu apabila pucuk yang dihasilkan terdiri
dari pucuk peko dengan dua duan, tiga daun muda serta pucuk
burung dengan satu, dua, tiga daun muda, ditulis dengan
rumus p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m;
c. Petikan kasar, yaitu apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari
pucuk peko dengan empat daun atau lenih, dan pucuk burung
dengan beberapa daun tua, ditulis dengan rumus p+4 atau
lebih, b+(1-4t). Umumnya jenis petikan yang dikehendaki
adalah jenis petikan medium, dengan komposisi minimal 70%
pucuk medium, maksimal 10% pucuk halus, dan 20% pucuk
kasar (Sultoni, 1992).
d.
5) Standar perhitungan
Menurut Setyamidjaja (2000), untuk tanaman teh yang
sudah ada tanamannya maka standar harga input didasarkan pada
biaya riil yang sudah dilekuarkan pada tahun sebelumnya.
Sedangkan standar harga pada tahun dimana kegiatan pendataan
commit to user
harga jual riil yang diterima petani pada tingkat harga di pasar
lokal.
Selanjutnya produksi teh dihasilkan setiap 15 hari dengan
hasil rata-rata 453,26 kilogram per hektar, sebulan 906,52
kilogram per hektar, sehingga dalam satu tahun 10.878.24
kilogram per hektar.
d. Analisis Kelayakan Usahatani
1) Analisa biaya, penerimaan dan pendapatan
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya biaya produksi,
penerimaan dan pendapatan usahatani teh. Total penerimaan atau Total
Revenue dihitung dengan rumus :
TR = P x Q
dimana :
TR = Total Revenue / Penerimaan (Rp/ha) P = Price / Harga (Rp/kg)
Q = Quantum / total produksi (kg/ha)
Biaya (cost) produksi yang dikeluarkan untuk usaha perkebunan
teh merupakan penjumlahan dari seluruh biaya diperhitungkan, meliputi
biaya tetap (sewa tanah, pajak) dan biaya variabel (biaya untuk
membeli sarana produksi dan membayar upah tenaga kerja).
Adapun pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha
perkebunan teh adalah selisih antara total penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan, dengan rumus :
commit to user atau Y = TR –TC
2) Analisa kelayakan usaha
Untuk mengetahui apakah usahatani teh yang dilakukan oleh petani
teh rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang
layak atau tidak untuk diusahakan, maka dilakukan perhitungan analisis
kelayakan usaha dengan :
a) Break Even Point (BEP)
Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah keadaan
dimana suatu usaha memperoleh penerimaan yang besarnya sama
dengan besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga usaha tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Secara
matematik BEP dapat dirumuskan dengan BEP volume produksi dan
BEP harga.
BEP volume produksi atau BEPQ
BEP Q =
Jika harga pasar telah melebihi BEPRp , maka usahatani tersebut
layak dijalankan.
commit to user
Menurut Rukmono R (1999), Revenue Cost Ratio (R/C) adalah
perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya total yang telah
dikeluarkan.
Jika R/C > 1, maka usahatani tersebut layak dijalankan,
jika R/C ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak dijalankan,
jika R/C = 1 maka usahatani masih bisa diusahakan.
c) Net Present Value (NPV)
Bahwa nilai uang sekrang tidak sama (lebih tinggi) dari nilai
uang dikemudian hari. Nilai uang sekarang dihitung dengan
menggunakan discount rate yang sedang berlaku (Kadariah, 1988).
NPV dihitung dengan rumus :
NPV = Net B x DF
dimana :
B = Benefit (keuntungan) dalam rupiah T = Umur ekonomi usahatani (tahun)
DF = Discount factor (tingkat bunga yang berlaku %)
Apabila NPV > 0 atau bernilai positif, berarti usahatani
commit to user
Apabila NPV < 0 atau bernilai negatif, berarti usahatani mengalami
kerugian (tidak layak).
d) Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah discount rate yang dapat
membuat besarnya Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0),
atau dapat membuat Net Benefit Cost Ratio (BCR) sama dengan satu
(1). Dalam perhitungan IRR ini dirumuskan bahwa setiap benefit
netto tahunan secara otomatis diinvestasikan kembali dalam tahun
berikutnya, dan memperoleh rate of return yang sama dengan
investasi-investasi sebelumnya. Besarnya IRR tidak dtanamkan secara
lengsun dan harus dicari lagi dengan dicoba lagi. Tahapannya
mula-mula dipakai discount rate yang diperkirakan mendekati besarnya
IRR. Bila perhitungan tersebut masih memberikan nilai yang positif,
maka harus NPV discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya
sampai diperoleh NPV yang negatif (Kadariah, 1988), dengan
menggunakan rumus :
IRR = i1 +
dimana :
IRR = Internal rate of return
i1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1 i2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
commit to user
ROI digunakan untuk mengetahui total biaya produksi yang
dikeluarkan dan kapan akan kembali. Total biaya itu akan kembali
apabila produksi tersebut mengalami keuntungan, yaitu pendapatan
yang diperoleh lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan dalam
satu tahun periode usaha.
Produksi Biaya
Total
Bersih Pendapatan
ROI = X100%
Kaidah keputusan : apabila ROI mendekati 100%, maka menunjukkan
prospek yang baik dalam percepatan pengembalian modal (Rahardi,
1999).
B. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu , para peneliti telah melakukan berbagai
penelitian tentang efisiensi produksi/ekonomi sehingga akan sangat membantu
dalam mencermati masalah yang akan diteliti dengan berbagai pendekatan
spesifik sebagai rujukan utama, khususnya penelitian yang menggunakan
model fungsi produksi. Selain itu juga memberikan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa hasil
penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu
commit to user Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Penulis
Tahun Judul Metodologi
Research/Tehory - Mengaktifkan dan
commit to user teh di Indonesia jauh dibawah
pertumbuhan ekspor teh dunia.
- Diperlukan upaya untuk
meningkatkan ekspor teh Indonesia - Diperlukan upaya
untuk
meningkatkan komposisi produk teh
- Diperlukan upaya untuk - Mengaktifkan dan
memfungsikan
6. Valeriana Darwis (2007)
Deskriptif Perhitungan R/C sebesar 2,43
- Pengusahaan di rumah kaca lebih tinggi
commit to user
- Produktivitas dan pendapatan - Analisis biaya dan
pendapatan
- Pemanfaatan dana KUT berpengaruh nyata terhadap penggunaan sarana produksi pada usahatani padi - Produktivitas dan
pendapatan petani
- Relatif besarnya dampak bencana
Setiap pelaksanaan usahatani mempunyai tujuan untuk meningkatkan
pendapatan, akan tetapi tujuan tersebut baru dapat dicapai bila diikuti dengan
peningkatan produksi dan meminimalkan penggunaan faktor-faktor produksi
sehingga penerimaan akan meningkat. Produksi merupakan hasil dari
commit to user
(kg atau ton). Produksi teh rakyat yang merupakan variabel terikat dipengaruhi
oleh variabel-variabel bebas yang meliputi variabel luas lahan, modal, tenaga
kerja, bibit, pupuk organik, pestisida organik, dan penyuluhan.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Biaya (cost) produksi yang dikeluarkan untuk usaha perkebunan teh
merupakan penjumlahan dari seluruh biaya diperhitungkan, meliputi biaya tetap
(sewa tanah, pajak) dan biaya variabel (biaya untuk membeli sarana produksi dan
membayar upah tenaga kerja).
Pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha perkebunan teh adalah
selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.
Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah keadaan dimana suatu
usaha memperoleh penerimaan yang besarnya sama dengan besarnya biaya yang Analisis Biaya,
Penerimaan, dan Pendapatan
Analisis Kelayakan Usahatani
Biaya Pendapatan BEP RCR NPV IRR ROI
Layak Tidak Layak
commit to user
dikeluarkan, sehingga usaha tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian.
Revenue Cost Ratio (R/C) adalah perbandingan antara penerimaan kotor
dengan biaya total yang telah dikeluarkan.
Net Present Value (NPV) merupakan nilai uang sekarang dihitung dengan
menggunakan discount rate yang sedang berlaku (Kadariah, 1988).
Internal rate of return (IRR) adalah discount rate yang dapat membuat
besarnya Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0), atau dapat membuat Net
Benefit Cost Ratio (BCR) sama dengan satu (1).
Return On Investment (ROI) digunakan untuk mengetahui total biaya
produksi yang dikeluarkan dan kapan akan kembali.
Setelah beberapa analisis tersebut diperhitungkan, maka akan dapat
diketahui layak atau tidaknya usahatani teh rakyat di Desa Mojotengah
Kecamatan Reban Kabupaten Batang.
D. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian ini
disusun sebagai berikut:
1. Diduga usahatani teh rakyat yang dilaksanakan oleh petani teh rakyat di Desa
Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang dapat meningkatkan
pendapatan petani teh.
2. Diduga usahatani teh rakyat tergolong dalam kategori layak untuk diusahakan
commit to user
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berjudul, Analisis Usahatani Teh Rakyat Di Desa
Mojotengah, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang. Objek penelitian dalam
penelitian ini adalah para petani teh rakyat di Desa Mojotengah, Kecamatan
Reban, Kabupaten Batang.
B. Jenis dan Sumber Data
Menurut Arikunto (2006), data adalah segala fakta dan angka yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumber atau tempat dimana penelitian akan dilakukan secara
langsung. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari informasi
yang diberikan responden dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
(kuesioner) yang diberikan kepada para petani teh rakyat dan
Koperasi di Desa Mojotengah Kecamatan Reban serta Dinas
commit to user 2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber penelitian yang diperoleh
secara tidak langsung, melalui media perantara. Diperoleh dengan
mengumpulkan data-data yang ada di Biro Pusat Statistik Kabupaten
Batang, data Pabrik Teh Kabupaten Batang yang telah ada dan
diambil keterkaitan dengan masalah yang diteliti dan sebagainya.
Sebagai suatu penelitian empiris, maka data sekunder dalam
penelitian ini juga dapat diperoleh dari artikel, jurnal, dan
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan usahatani teh.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006:130) populasi adalah keseluruhan dari
subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani teh di
Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang.
Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode area random sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan wilayah dimana masing-masing bagian terambil sampelnya
secara acak. Penentuan sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2
1 Ne
N n
+ ³
Keterangan :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
commit to user
ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat
ditolerir atau diujikan (Slovin dalam Husein, 2000: 189).
2
Berdasarkan perhitungan di atas sampel minimal yang harus diteliti
sebanyak 83 petani teh. Dalam penelitian ini menggunakan metode area
random sampling, sampel yang diteliti sebanyak 100 petani teh rakyat yang
berada di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang.
Tabel. 3.1
commit to user
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Variabel yang akan di bahas dalam penelitian
ini adalah :
1. Luas Lahan
Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan petani untuk produksi teh
dalam satu musim tanam diukur dalam satuan hektar (Ha).
2. Biaya tenaga kerja
Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang digunakan untuk proses produksi
teh dalam satu masa tanam. Tenaga kerja diukur menggunakan satuan hari
orang bekerja (HOK).
3. Biaya pupuk
Pupuk adalah banyaknya jumlah pupuk yang digunakan petani dalam satu
musim tanam. Pupuk diukur menggunakan satuan kwintal (Kw).
4. Pendapatan petani
Adalah seluruh penerimaan yang diperoleh dari usahatani dalam satu kali
masa tanam. Diperhitungkan dari hasil penjualan produk, yaitu jumlah
produksi x harga per kesatuan (Rp/Kg).
5. Penerimaan bersih
Adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya produksi dalam satu kali
commit to user
E. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode mencari data tentang
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006:
231).
2) Metode Wawancara
Menurut Arikunto (2006:227) wawancara atau sering disebut
interview atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
mengenai data tentang variabel, perhatian, sikap tantang sesuatu.
Dalam metode ini digunakan untuk membantu menjelaskan kepada
responden apabila responden kurang jelas dalam menjawab angket.
3) Metode Angket atau Kuesioner
Metode angket/kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang diri pribadi atau hal lain yang ia ketahui
(Arikunto, 2006: 225).
F. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan suatu cara untuk mengolah data yang telah
commit to user
yang diberikan mudah dipahami. Hasil dari pengolahan data ini
digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Dalam
penelitian ini analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
dak meyakinkan (inconclusive).
1. Uji Analisis Usahatani
3) Analisa biaya, penerimaan dan pendapatan
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya biaya
produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani teh. Total
penerimaan atau Total Revenue dihitung dengan rumus :
TR = P x Q
dimana :
TR = Total Revenue / Penerimaan (Rp/ha) P = Price / Harga (Rp/kg)
Q = Quantum / total produksi (kg/ha)
Biaya (cost) produksi yang dikeluarkan untuk usaha perkebunan
teh merupakan penjumlahan dari seluruh biaya diperhitungkan,
meliputi biaya tetap (sewa tanah, pajak) dan biaya variabel (biaya
untuk membeli sarana produksi dan membayar upah tenaga kerja).
Adapun pendapatan yang diterima oleh petani dari usaha
perkebunan teh adalah selisih antara total penerimaan dengan total
biaya yang dikeluarkan, dengan rumus :
Pendapatan = Total Penerimaan – Total Biaya
commit to user
2. Analisa kelayakan usahatani
Untuk mengetahui apakah usahatani teh yang dilakukan oleh
petani teh rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten
Batang layak atau tidak untuk diusahakan, maka dilakukan perhitungan
analisis kelayakan usaha dengan :
f) Break Even Point (BEP)
Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah keadaan
dimana suatu usaha memperoleh penerimaan yang besarnya sama
dengan besarnya biaya yang dikeluarkan, sehingga usaha tidak
memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Secara
matematik BEP dapat dirumuskan dengan BEP volume produksi dan
BEP harga.
BEP volume produksi atau BEPQ
BEP Q =
Jika harga pasar telah melebihi BEPRp , maka usahatani tersebut layak
commit to user g) Revenue Cost Ratio (RCR)
Menurut Rukmono R (1999), Revenue Cost Ratio (R/C) adalah
perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya total yang telah
dikeluarkan.
Jika R/C > 1, maka usahatani tersebut layak dijalankan,
jika R/C ≤ 1, maka usahatani tersebut tidak layak dijalankan,
jika R/C = 1 maka usahatani masih bisa diusahakan.
h) Net Present Value (NPV)
Bahwa nilai uang sekrang tidak sama (lebih tinggi) dari nilai
uang dikemudian hari. Nilai uang sekarang dihitung dengan
menggunakan discount rate yang sedang berlaku (Kadariah, 1988).
NPV dihitung dengan rumus :
NPV = Net B x DF
dimana :
B = Benefit (keuntungan) dalam rupiah T = Umur ekonomi usahatani (tahun)
DF = Discount factor (tingkat bunga yang berlaku %)
Apabila NPV > 0 atau bernilai positif, berarti usahatani
commit to user
Apabila NPV < 0 atau bernilai negatif, berarti usahatani mengalami
kerugian (tidak layak).
i) Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return adalah discount rate yang dapat
membuat besarnya Net Present Value (NPV) sama dengan nol (0),
atau dapat membuat Net Benefit Cost Ratio (BCR) sama dengan satu
(1). Dalam perhitungan IRR ini dirumuskan bahwa setiap benefit
netto tahunan secara otomatis diinvestasikan kembali dalam tahun
berikutnya, dan memperoleh rate of return yang sama dengan
investasi-investasi sebelumnya. Besarnya IRR tidak dtanamkan secara
lengsun dan harus dicari lagi dengan dicoba lagi. Tahapannya
mula-mula dipakai discount rate yang diperkirakan mendekati besarnya
IRR. Bila perhitungan tersebut masih memberikan nilai yang positif,
maka harus NPV discount rate yang lebih tinggi, dan seterusnya
sampai diperoleh NPV yang negatif (Kadariah, 1988), dengan
menggunakan rumus :
IRR = i1 +
dimana :
IRR = Internal rate of return
commit to user j) Return On Investment (ROI)
ROI digunakan untuk mengetahui total biaya produksi yang
dikeluarkan dan kapan akan kembali. Total biaya itu akan kembali
apabila produksi tersebut mengalami keuntungan, yaitu pendapatan
yang diperoleh lebih banyak daripada biaya yang dikeluarkan dalam
satu tahun periode usaha.
Produksi Biaya
Total
Bersih Pendapatan
ROI = X100%
Kaidah keputusan : apabila ROI mendekati 100%, maka menunjukkan
prospek yang baik dalam percepatan pengembalian modal (Rahardi,
commit to user
47
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Keadaan Geografis
Desa Mojotengah merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Reban Kabupaten Batang dengan dibatasi :
Sebelah Utara : Kecamatan Limpung
Sebelah Barat : Kecamatan Blado dan Pecalungan
Sebelah Selatan : Kabupaten Banjarnegara
Sebelah Timur : Kecamatan Limpung
Kabupaten Batang dibagi 15 kecamatan. Kecamatan Reban
meliputi 19 (sembilan belas) desa yaitu: Desa Pacet, Desa Mojotengah,
Desa Cablikan, Desa Ngroto, Desa Ngadirejo, Desa Reban, Desa
Tambakboyo, Desa Adinuso, Desa Kumesu, Desa Kepundung, Desa
Podomasan, Desa Semampir, Desa Wonosobo, Desa Sojomerto, Desa
Karanganyar, Desa Polodoro, Desa Kalisari, Desa Sukomangli, dan Desa
Wonoroja.
Kecamatan Reban mempunyai luas wilayah 1.925,9 Km2
sedangkan Desa Mojotengah mempunyai luas wilayah sekitar 1.925 Ha.
Dengan ketinggian kurang lebih 600 m sampai 1500 m dari permukaan
laut. (sumber data monografi Kecamatan Reban 2009).
Dalam tabel 4.1 dapat diketahui jumlah produksi teh di Kecamatan