• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori dan pendekatan di dalam organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "teori dan pendekatan di dalam organisasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

“ORGANISASI DAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL

REZIM DAN INSTITUSI”

Disusun oleh:

 Adinda Amalia (145120400111007)  Bachrul Ilmi (145120401111052)

 Della Sefira Dwi Amelia P. (145120407111007)  Ekky Wahyu Ramadhan (145120400111060)  Rosa Dwi Kirana (145120400111025)  Kinta Ayuning Lintang (145120401111026)  Edo Pratama Darmawan (145120407111034)

 Yuni Kurnia (145120401111014)

ORGANISASI DAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL B.HI.3

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Organisasi Internasional seakan menjadi kebutuhan atau keharusan bagi negara-negara yang ada di dunia saat ini. Hal tersebut terjadi karena negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, terlebih pada era globalisasi pada saat ini. Dalam Organisasi Internasional, terdapat dua pendekatan yang membantu kita untuk melihat bagaimana Organisasi Internasional dipahami. Kedua pendekatan ini dapat menjadi acuan dalam memandang Organisasi Internasional dalam studinya.

 Pendekatan pertama adalah pendekatan institusionalisme dan yang kedua adalah pendekatan rezim. Kedua pendekatan ini akan menjelaskan bagaimana cara pandang untuk melihat Organisasi Internasional. Pendekatan institusionalisme memandang dari dalam institusi organisasi tersebut (faktor-faktor dan komponen internal). Sedangkan pendekatan rezim, melihat organisasi internasional tidak hanya dari dalam, melainkan melihat adanya faktor, aktor dan komponen lain (dari luar) yang terlibat dalam Organisasi Internasional.

 Untuk mengetahui dan memahami organisasi Internasional melalui beberapa pendekatan yang sudah dijelaskan tadi, kami mencoba menguraikan beberapa poin dalam rumusan masalah yang akan kami sajikan ke dalam makalah ini.

1. Apakah yang dimaksud dari pendekatan institusional dalam OAI? 2. Apakah yang dimaksud dari neo-fungsionalisme?

(3)

4. Apa dan Bagaimana maksud dari analisa rezim dalam OAI? 1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan maksud dari pendekatan institusional dalam OAI 2. Untuk menjelaskan maksud dari neo-fungsionalisme

3. Untuk menjelaskan maksud dari neo-institusionalisme 4. Untuk menjelaskan maksud dari analisa rezim dalam OAI

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Institusional dalam Organisasi Internasional

 Teori pendekatan institusional sendiri bisa diartikan sebagai pendekatan analisis formal institusi yang dimana mengamati proses penyaluran aspirasi landasan kepentingan dan alur kerja suatu organisasi-organisasi internasional dalam merumuskan suatu kebijakan. Teori pendekatan institusional sudah dikenal lebih awal dibandingkan teori pendekatan rezim, yaitu sekitar tahun 1950-1960. Teori pendekatan institusional berporos pada fokus struktur formal , jenis , sistem birokrasi dan kekuatan dari sebuah organisasi internasional. Pendekatan institusional mengupas seluk beluk suatu organisasi dengan cara menganalisa charter atau traktat awal yang dimiliki suatu organisasi tersebut, dengan maksud pengguna teori ini dapat betul-betul memahami mulai dari bagaimana proses pembentukan, persyaratan dan prosedural suatu aktor untuk dapat bergabung , struktur birokrasi organisasi , pembiayaan , proses keluar masuk anggota sampai dengan mekanisme penutupan ketika suatu organisasi telah menyelesaikan tugas dan amanat yang telah disepakati.

(5)

yang berbeda dari kerjasama daripada mereka yang bekerja atas dasar suara mayoritas.

 Memahami struktur birokrasi dari OI juga sama penting dalam memahami apa yang organisasi dapat dan tidak dapat dilakukan. Ini melibatkan melihat ukuran , komposisi, dan komponen struktur yang diberikan organisasi. Masalah ukuran adalah salah satu relatif mudah. Sebuah birokrasi dengan seribu karyawan akan beroperasi secara berbeda sebagai contoh, IMF, dengan staf sekitar 2.700 orang, bisa melacak, penelitian, menerbitkan laporan ekstensif, dan membuat kebijakan terhadap ekonomi lebih dari seratus negara serempak1. Bisa dikatakan sebuah organisasi dengan sekretariat yang kuat dapat mempengaruhi suatu pembuatan kebijakan. Dengan demikian kita dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan institusional mementingkan apa yang terjadi di dalam organisasi internasional.

2.2 Neofungsionalisme dalam Organisasi Internasional

 Pendekatan institusional dalam organisasi internasional, yang telah dibahas sebelumnya, hanya berbicara tentang apa yang terjadi dalam organisasi itu sendiri seperti adanya struktur, hirarki birokrasi, dan sebagainya. Memang melalui pendekatan ini kita dapat memahami apa sebenarnya organisasi internasional itu dan bagaimana proses yang terjadi dalam organisasi tersebut. Namun, pendekatan ini dianggap terlalu statis karena hanya menggambarkan apa yang terjadi dalam organisasi intenasional pada masa tertentu dan tidak menjelaskan apakah organisasi internasional dapat berubah dan bagaimana proses perubahannya2. Seiring berjalannya waktu, organisasi internasional pada kenyataannya mengalami perubahan fungsi yang disebabkan karena fungsi tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan isu yang ada. Organisasi internasional yang fungsinya sudah 1 J. Samuel Barkin, International Organization: Theories and Institutions, (New York: Palgrave

Macmillan, 2006), hlm. 28

(6)

tidak sesuai akan berusaha untuk berkembang lagi dengan mengatur ulang peraturan-peraturan dalam organisasi tersebut agar dapat sesuai dengan isu-isu yang ada. Seperti misalnya, European Coal and Steel Community (ECSC) yang dulunya berfungsi untuk mengatur kerjasama batu bara dan baja diantara negara-negara Eropa kini berkembang menjadi European Union atau Uni Eropa yang memiliki fungsi lebih luas untuk mengatur kerjasama negara-negara Eropa dalam hal apapun yang dapat memengaruhi setiap hal dalam kehidupan negara anggotanya3.

 Pendekatan institusional yang tidak mampu menjelaskan bahwa organisasi internasional dapat mengalami perubahan memunculkan pandangan lain yang lebih berfokus pada perubahan fungsi dalam organisasi internasional, yaitu pendekatan fungsionalisme yang muncul pada tahun 1950-an4. Isu-isu atau masalah yang dihadapi oleh negara maupun organisasi internasional selalu mengalami perkembangan sehingga cakupan permasalahannya semakin meluas. Hal ini menyebabkan organisasi internasional harus menyesuaikan fungsi dan peranannya dalam isu global. Penyesuaian ini mengakibatkan fungsi organisasi internasional menjadi lebih meluas dan tidak hanya untuk membahas masalah yang spesifik saja. Selain itu, pendekatan fungsionalisme ini juga berfokus pada permintaan secara teknis dari lingkungan internasional. Semakin banyak permintaan teknis maka semakin banyak pula organisasi internasional yang berusaha mengembangkan fungsi dan peranannya untuk memenuhi permintaan tersebut.

 Dalam pendekatan fungsionalisme, kerjasama internasional masih dianggap karena adanya permintaan teknis belaka. Namun, pada tahun 1960-an muncul sebuah pandangan bahwa kerjasama antar negara tersebut sudah tidak lagi disebabkan karena permintaan teknis saja tetapi karena adanya unsur politik yang lebih mendominasi. Pendekatan yang memertimbangkan adanya unsur politik ini adalah neofungsionalisme. Neofungsionalisme merupakan cabang dari fungsionalisme.

3 Ibid.

(7)

Neofungsionalisme membicarakan unsur politik dalam berkembangnya sebuah organisasi internasional sebaik fungsionalisme membicarakan adanya permintaan teknis yang memengaruhi perubahan fungsi dalam organisasi internasional. Pendekatan ini lebih menganalisis perkembangan pola ataupun struktur dalam organisasi internasional yang sudah ada demi memenuhi permintaan global daripada membuat sebuah organisasi yang baru5. Neofungsionalisme yang dipelopori oleh Ernst Haas ini juga menjelaskan terjadinya integrasi negara-negara di Eropa menjadi sebuah organisasi supranasional, yaitu Uni Eropa. Pada awalnya, negara-negara di Eropa Barat seperti Prancis, Jerman Barat, Italia, Belanda, Belgia dan Luksemburg awalnya bekerjasama dalam batu bara dan baja hingga membentuk European Coal dan Steel Community (ECSC)6. Selanjutnya, negara-negara tersebut juga membentuk European Economic Community (EEC) dan European Atomic Energy Community (Euratom). Munculnya komunitas-komunitas diantara negara Eropa yang memiliki fungsinya masing-masing ini adalah cara untuk membangun sebuah kawasan Eropa menjadi satu kesatuan yang membentuk entitas politik yang bernama Uni Eropa7. Jadi, komunitas atau organisasi di Eropa yang awalnya hanya berfungsi dalam perekonomian berkembang menjadi suatu organisasi supranasional yang mengintegrasikan negara-negara di Eropa secara ekonomi dan politik. Hal ini emnunjukkan bahwa perkembangan organisasi di Eropa berawal dari permintaan secara praktis dalam bidang ekonomi berkembang menjadi organisasi yang memiliki unsur politik didalamnya.

 Aktor-aktor politik dalam neofungsionalisme dapat berasal dari negara dan organisasi internasional. Hal ini menyebabkan munculnya anggapan bahwa neofungsionalisme dapat mencakup pendekatan institusional dan pendekatan rezim dalam organisasi internasional. Dikatakan mencakup

5 Ibid., hlm. 33

6 Clive Archer, International Organizations 4th edition,(London: Routledge, 2015), hlm. 81 diakses melalui https://books.google.co.id pada 8 Oktober 2015 pukul 20.12 WIB

(8)

pendekatan institusional ketika aktor utamanya adalah organisasi internasional dan dikatakan mencakup pendekatan rezim ketika aktor utamanya adalah negara. Neofungsionalisme memiliki keuntungan yang lebih banyak dari pendektatan institusional maupun fungsional karena neofungsionalisme dapat menjelaskan perubahan-perubahan.

(9)

2.3 Neoinstitusionalisme dalam Organisasi Internasional

 Pendekatan ini sebenarnya memperbaiki pendekatan-pendekatan yang sebelumnya, dimana pendekatan-pendekatan neo-fungsionalisme dan pendekatan institusional terbatas dalam sejauh mana mereka dapat menjaring poiltik internal dan power dalam politik untuk Organisasi Internasional. Institusionalisme formal melihat bagaimana OI dirancang secara tertulis. Meskipun langkah ini cukup penting dalam memahami politik internal OI, namun langkah ini tidak cukup memadai, karena organisasi tidak selalu berfokus pada fungsi dalam rancangan dan penataan yang direncanakan. Sedangkan neofungsionalisme mengakui bahwa OI memilki agenda-setting power yang cukup signifikan dalam politik internasional, dan OI juga memiliki sejumlah otonomi dalam memutuskan bagaimana mempengaruhi agenda tersebut. Namun neofungsionalisme ini terlimitasi oleh asumsinya yang menyatakan bahwa OI mengatur agenda untuk pemerintahan internasional lebih lanjut dalam issue-area yang harus mereka tangani dan OI akan merepresentasikan kepentingan yang lebih luas dari negara yang menciptakannya.

(10)

seluruh institusi. Institusionalisme fungsional berfokus pada peraturan dan prosedur dalam organisasi, dan memandang bagaimana peraturan dan prosedur tersebut membentuk perilaku organisasi dan orang-orang di dalamnya. Neoinstitusionalisme memandang bahwa birokrasi akan memiliki komitmen yang besar di tingkat minimum untuk preservasi diri sendiri dan maksimum bagi pertumbuhan institusional.

2.4 Analisa Rezim dalam Organisasi Internasional

 Ketika analisis institutional menjadi pendekatan studi Organisasi International yang dominan pada tahun 1950-1960, analisis rezim menjadi kajian baru pada tahun 1980-1990. Perbedaan yang sangat mendasar anatara analisis institusional dengan analisis rezim adalah jika dalam analisis institusional yang dikaji adalah proses apa yang terjadi dalam sebuah organisasi internasional, maka analisis rezim mengkaji dari sisi luar organisasi internasional, yaitu dampak atau pengaruh dari organisasi tersebut kepada aktor lainnya.

 Kunci kedua dari perbedaan pendekatan rezim dan institutional terletak pada aktor yang terlibat dalam organisasi internasional. Institusional melihat bahwa Organisasi Internasional adalah aktor utama yang terlibat. Sedangkan analisis rezim lebih melihat kepada aktor lain yang dipengaruhi oleh organisasi internasional tersebut.

(11)

 Pada dasarnya Analisis rezim muncul dari sebuah frustasi dengan keterbatasan analisis kelembagaan. Hal utama dalam keterbatasan ini adalah ketidakmampuan analisis istitutional untuk mengatasi gambaran yang lebih besar dari efek organisasi internasional pada pola perilaku dalam hubungan internasional yang lebih luas. Institusionalism dapat menjelaskan kepada kita apa yang dilakukan organisasi internasional, tapi tidak dengan perbedaan yang mereka buat. Analisis rezim memberikan jawaban pada kita darimana organisasi internasional berasal dan bagaimana efektifnya organisasi internasional bekerja. Beberapa pelajar teori organisasi internasional mengatakan bahwa rezim merupakan perkembangan evolusi dari awal institutionalis formal, melebihi neofunctionalism.

 Berikut ini merupakan hasil observasi dari rezim yang menjelaskan karakteriktinya. Pertama, isu area pada rezim sangat sepesifik. Kedua, analisis rezim lebih fokus pada prinsip/aturan, norma dalam proses pembuatan kebijakan. Pada teori rezim ada dua pendekatan rationalis fokus pada peraturan dan prosedur dan mempertanyakan bagaimana rezim ini bisa bekerja seefektif mungkin. dan pendekatan reflektivis yang fokus pada prinsip dan norma, pertanyaanya efek organisasi internasional membuat aktor internasional memikirkan ide dan menguasai hubungan internasional.

 Kemudian, analisa rezim adalah sebuah pendekatan dimana fokus dari pendekatan tersebut adalah prinsip,norma, peraturan, dan proses pembuat kebiijakan. Analisa rezim itu sendiri terbagi menjadi dua pendekatan, yaitu pendekatan rasionalis dan pendekatan reflektivis.

Pendekatan rasionalisme

(12)

bagaimana cara supaya sebuah rezim dapat menyelesaikan masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh rezim tersebut. Pendekatan ini terbagi lagi menjadi dua cabang, yaitu rasionalisme dan transparansi, serta rasionalisme dan efisiensi.

 Rasionalisme dan transparansi berupaya untuk menggunakan konsep ekonomi dalam studi Organisasi Internasional. Cabang ini melihat negara sebagaimana pakar ekonomi melihat manusia, yaitu uniter, rasional, dan mampu menghitung keuntungan untuk memaksimalkan tujuan. Cabang kedua adalah rasionalisme dan efisiensi. Rasionalisme dan efisiensi melihat bahwa negara-negara akan menciptakan rezim, dimana sekelompok negara tersebut setuju dan tunduk pada aturan di dalam rezim tersebut, yang bertujuan untuk meminimalisir ketidaksempurnaan dari pasar politik internasional.

Pendekatan reflektivisme

 Pendekatan reflektivisme, atau yang sering disebut sebagai konstruktivisme, biasa digunakan untuk menjelaskan mengenai sistem internasional. Pendekatan reflektivisme pun terbagi lagi menjadi dua cabang, yaitu reflektivisme dan legitimasi, serta reflektivisme dan efektivitas.

(13)

 Reflektivisme dan efektivitas menentang pandangan rasionalisme yang berpendapat bahwa aturan dapat dijadikan ukuran untuk keefektifan sebuah organisasi internasional. Menurut reflektivisme dan efektivitas, hal tersebut tidaklah berguna dan tidak sepatutnya digunakan sebagai satu-satunya ukuran dalam mengukur efektivitas organisasi internasional. Haggard dan Simmons memaparkan jika Rezim Internasional dibagi menjadi empat pendekatan teoritis. Tiga pendekatan condong pada state-centered, yaitu struktural, game-theories, dan fungsional. Sedangkan kognitifis condong pada perilaku aktor8.

 Pendekatan teoritis pertama adalah strukturalisme yang beranggapan besarnya power suatu negara berbanding lurus dengan sistem Rezim Internasional. Asumsi ini disebut juga teori hegemonic stability.

Dominasi ini masih dibagi dalam dua pandangan, yaitu: malign view, dan

benign system. Dalam malign view, negara hegemon akan cenderung bersikap koersif dalam sistem tapi membuahkan hasil yang positif karena sejalan dengan tujuan yang diraih. Sedangkan dalam benign view (menganut realisme), negara hegemon dianggap sebagai supplier gratis dalam memenuhi segala kebutuhan sistem (Haggard & Simmons, 1987).

 Pendekatan teoritis kedua adalah game theory yang menjelaskan bagaimana kerjasama antar negara bisa terwujud walaupun dunia ini anarki. Otoritas suprasional diselamatkan oleh prisoner’s dilemma yang melanggengkan interdependensi antar negara. (Haggard & Simmons, 1987).

 Pendekatan teoritis ketiga yaitu fungsionalisme yang fokus pola-pola perilaku, institusi, dan power dari suatu rezim. Biasanya fungsionalisme ini menekankan pada fungsi, alasan terbentuk, dan manfaat

(14)

rezim. Rezim yang baik yaitu ketika bisa menjalankan sesuai fungsinya yang normatif. (Haggard & Simmons, 1987).

 Pendekatan teoritis yang terakhir adalah kognitifisme yang tidak state centered. Untuk mengadakan kerjasama yang efektif, harus dilakukan penyeragaman ideologi, pandangan, kepercayaan, dan pengetahuan. Kekurangannya, kognitifisme tidak menjelaskan bagaimana cara proses penyamaan bisa dilakukan jika ada ketimpangan power (Haggard & Simmons, 1987).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Dari penjelasan yang telah kami uraikan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi internasional dapat dijelaskan melalui dua pendekatan. Yang pertama, pendekatan institusionalisme dimana pendekatan ini diartikan sebagai pendekatan analisis formal institusi yang dimana mengamati proses penyaluran aspirasi landasan kepentingan dan alur kerja suatu organisasi-organisasi internasional dalam merumuskan suatu kebijakan ini berpandangan atau melihat organisasi internasional lebih kedalam atau faktor-faktor internal. Yang kedua pendekatan rezim mengkaji dari sisi luar organisasi internasional, yaitu dampak atau pengaruh dari organisasi tersebut kepada aktor lainnya.

(15)
(16)

DAFTAR PUSTAKA

 Archer, Clive. International Organizations 4th edition. London: Routledge, 2015,

diakses melalui

 https://books.google.co.id/books?

id=aRgcBQAAQBAJ&pg=PA85&lpg=PA85&dq=neofunctionalism+Clive+archer&sourc e=bl&ots=0KsZ5MDB3J&sig=rzx06stwdyeAddFkPVyMLfSQdFw&hl=id&sa=X&redir_e sc=y#v=onepage&q=neofunctionalism%20Clive%20archer&f=false pada 8 Oktober 2015 pukul 20.12 WIB

 Barkin, J. Samuel. International Organization: Theories and Institutions. New York: Palgrave

 Macmillan,2006.

 Stephan Haggard and Beth A. Simmons, 1987, “Theories of International Regimes”, International Organization, Vol. 41, No. 3 (Summer, 1987)

(17)

LAPORAN NOTULEN KELOMPOK 3

1. Kelompok 1 tutor: Adinda Amalia

a. Hayu: Apakah institusional dan rezim berhubungan? 

b. Rani : apakah reflektivitas benar-benar sama seperti konstruktivisme atau hanya bagian dari konstruktivisme?

c. Marisya: Penjelasan strukturalisme menurut haggard bagaimana? 

d. Mayland: Bagaimana rezim menjelaskan pola perilaku aktor dalam organisasi internasional?

e. Kelompok 2, tutor: Yuni Kurnia dan Rosa Kirana

a. Adita : Apa yg dimaksud menjaring politik internal di dalam  pendekatan institusionalisme?

b. Nyimas : Apakah pendekatan neoinstitusionalisme juga menjawab  kritik dari neofungsionalisme ?

c. Adelarey : Apakah di dalam game theory terdapat sebuah simulasi?  Apa hubungan antara prisonner dilema dengan organisasi- supranasional di dalam sebuah rezim? 

d. Astari Arum : Jelaskan kembali tentang rasionalisme-transparansi,

 rasionalisme-efisiensi, malign view, dan benign system! 

e. Linda octaviani : Bagaimana contoh malign view dan benign system?  Jelaskan game theory secara detail!

f. Ayu Magda :Apakah neoinstitusionalisme berkaitan erat dengan rezim? 

g. Roderikus: Bagaimana caranya agar OI bisa bertahan lama berdasarkan pendekatan-pendekatan yg telah dijelaskan?

 

f. Tutor kelompok 4: Lintang dan Ekky

(18)

b. Fiqih: Bagaimana penjelasan dari pendekatan rasionalitas dan reflektivitas? 

 

 Tutor kelompok 5: Edo

a. Dhani: Sejarah institutionalism itu berawal darimana? Bagaimana kira-kira kriteria sekretariat yang kuat itu mempengaruhi pembuatan kebijakan?

b. Febri: Pengoprasional kasus-kasus dari tiap teori pendekatan menurut barkin (institusionalism, neofungsionalis,neoinstitutionalism, dan regime) 

c. Ipik: Organisasi internasional dalam rezim sendiri dipandang sebagai apa? 

d. Yeniar: Apa sih karakteristik yang spesifik dalam setiap teori pendekatan menurut barkin?

e. Della Sefira Tutor kelompok 6: 

a. Putri Hani: Apakah rezim dapat berdiri tanpa adanya organisasi internasional?

b. Nadia: Bagaimana reflektivisme menjelaskan sistem Internasional? 

g. Kelompok 7: Bachrul Ilmi

c. Setyas N. Zingga: Apa yang dimaksud dengan fungsi OI dipengaruhi oleh isu yang berkembang dan menyangkut tentang kebutuhan teknis?

d. Beryl: Siapa yang dimaksud dengan aktor dominan dalam pendekatan rezim? e. Yola: Apa dampak kebijakan OI terhadap negara anggota dalam pendekatan

institusionalisme?

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dengan menggunakan uji Kappa didapatkaan nilai P-value=0.000 menandakan bahwa benar-benar terdapat tingkat ketepatan hasil pemeriksaan kanker

Peran ICCTF adalah untuk menggalang, mengelola dan menyalurkan pendanaan yang berkaitan dengan penanganan perubahan iklim serta mendukung program pemerintah untuk

ADE SYAHPUTRA L 4 Akademi Kebidanan Pamenang KQD Musabaqah Khaththil Qur'an Golongan Dekorasi 151302043 MELI PUSPITA PAMOLASARI P 5 Institut Seni Indonesia

Dan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, perilaku yang dimunculkan akan berbeda dalam menghadapi sesuatu, untuk melakukan kebutuhan secara riligius membutuhkan niat

Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan untuk mempelajari kinetika reaksi pelarutan nikel dari kalsin nikel laterit ke dalam larutan asam sulfat. Kalsin

Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah Penyelenggaraan ketahanan dan keamanan secara nasional merupakan salah satu fungi utama dari pemerintahan

Kebanyakan mikrobia yang terdapat pada tanah dan air juga ditemukan pada tanaman, karena bahan tersebut merupakan sumber utama mikrobia pada tanaman. Genus bakteri yang

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan berupa model sarana pembelajaran atletik alat lempar cakram melalui modifikasi ukuran berat,