PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
PADA FUMIGASI TELUR ITIK TERHADAP DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO Whulan Dhari Fujiawati,
Endang Sujana, Sjafril Darana
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor
THE EFFECT OF LIQUID SMOKE COCONUT SHELL CONCENTRATION FUMIGATION LEVELS ON THE HATCHABILITY AND EMBRYOS MORTALITY OF DUCK EGGS
ABSTRACT
The research was conducted at faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University from 16 March until April 20 2012. The purposed is to determine the effect concretation liquid smoke coconut shell fumigation on the hatchability and embryos mortality of duck eggs. This research used experimental methods with Completely Randomized Design (CRD). There were five treatments (P0= 0%, P1=5%, P2 =10%, P3 =15%, dan P4 =20% liquid smoke coconut shell concretation levels) and repeated three times. Based on the statistics analyisis result showed that liquid smoke coconut shell concretation levels up to 20 % were not significantly different (P>0.05)on the hatchability and embryos mortality of duck eggs. The highest hatchability percentage (66,67%) with the lowest embryos mortality (33,33 %) resulted come from the group of clean eggs with 15% concretation liquid smoke coconut shell, while the percentage of washed eggs (60,00 % hatchability ; 50 % embryos mortality) and on dirty eggs (60,00 % hatchability ; 53,33 embryos mortality). The duck egg shell condition has too thick and a little pores caused the eggs uninfluenced by disinfectant material fumigation.
Key words : Concretation liquid smoke, fumigation, hatchability, embryos mortality
PENDAHULUAN
Hampir semua bangsa itik domestik sekarang tidak lagi memiliki sifat mengeram (non broodiness). Hilangnya sifat tersebut sebagai akibat proses domestikasi dan terjadi mutasi-mutasi alamiah. Oleh karena itu, untuk perkembangbiakan itik jelas diperlukan campur tangan manusia yaitu dengan cara penetasan tiruan (artificial incubation) atau penetasan alamiah. Namun dalam pelaksanaanya tetap saja telur itik yang akan ditetaskan ada baiknya
dibersihkan dari berbagai macam kotoran,karena telur mudah terkontaminasi mikroorganisme.
Guna menanggulangi keadaan diatas maka perlu sesuatu bahan dalam rangka fumigasi, desinfektan, dan bahan antiseptik yang efisien dan efektif dalam penggunaanya pada telur-telur tetas itik tersebut. Fumigasi ini dikerjakan untuk mencegah penularan penyakit, sebab melalui inkubator penyakit unggas mudah menyebar dan terbawa oleh anak itik yang akan menetas.
berbahaya, karena didalamnya terdapat kandungan zat karsinogen dan formalin sangat sulit dipasaran.Oleh karena itu diperlukan bahanalternatif untuk fumigasi telur tetas yang bersifat alami dan tidak mengandung residu berbahaya bagi telur, perlu diapresiasi. Penggunaan asap cair tempurung kelapa diharapkan mampu mengurangi pencemaran dan kontaminasi telur dari mikroorganisme karena asap cair tempurung kelapa sebagai bahan alami memiliki efek bakteriostatik dan bakterisidal. Kandungan senyawa asam organik, fenol dan kombinasi senyawa-senyawanya efektif dalam mengontrol pertumbuhan mikroorganisme. Hipotesis dari penelitiaan adalah asap cair tempurung kelapa dapat digunakan sebagai bahan fumigasi pada penetasan telur itik.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair tempurung kelapa padafumigasi telur itik terhadap daya tetas dan kematian embrio. Menentukan konsentrasi asap cair tempurung kelapa yang paling tepat terhadap daya tetas tertinggi dengan kematian embrio terendah menjadi arah dan tujuan penelitian. Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi ilmiah dan bahan perbandingan bagi
pemerhati maupun peneliti masalah fumigasi telur tetas itik.
MATERI DAN METODE PENELITIAN Materi
Materi yang digunakan sebanyak 450 butir telur itik, dibagi menjadi 3 kelompok telur yaitu kelompok telur bersih, telur dibersihkan (dicuci), dan telur kotor. Mesin tetas digunakan sebanyak 3 unit. Bahan fumigasi berupa cairan yaitu asap cair tempurung kelapa.
Metode
Persiapan penetasan dimulai dari :
1. Telur itik dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : Telur kotor, telur bersih, dan telur yang dibersihkan (dicuci)
2. Telur itik diberi tanda satu demi satu dengan menggunakan spidol sesuai dengan perlakuan, ulangan, dan unit percobaan yang dilakukan.
3. Telur itik lalu dicelup dengan menggunakan asap cair tempurung kelapa yang dicampur aquadest dengan tingkat konsentrasi 0%, 5%, 10%,15%, dan 20%.
5. Pengamatan penetasan telur
6. Pengamatan dihentikan setelah telur menetas
Parameter yang diamati meliputi tingkat daya tetas dan tingkat kematian embrio.Data yang terkumpul di analisis ragam pada taraf ketelitian 5 persen untuk mengetahui pengaruh perlakuan, apabila terdapat pengaruh perlakuan, dilanjutkan dengan Uji Ganda Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Daya Tetas Secara rinci daya tetas telur itik dengan fumigasi asap cair tempurung kelapa tertinggi 66,67 persen dihasilkan dari telur bersih dengan perlakuan konsentrasi 15 persen (BP3) dan daya tetas terendah 46,67 persen dihasilkan dari kelompok telur kotor dengan perlakuan konsentrasi 15 persen (KP3).
Hasil analisis membuktikan bahwa dengan adanya fumigasi pada keadaan telur itik yang bersih, dibersihkan (dicuci), dan kotor menggunakan asap cair tempurung kelapa sampai dengan 20 persen tidak berpengaruh nyata satu sama lain. Hal tersebut tentunya berkaitan dengan keberadaan tebal tipisnya kerabang telur berperan terhadap keefektifan bahan fumigasi yang digunakan dalam pencapaian daya tetas tinggi.
Penggunaan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan desinfektan belum mampu meningkatkan daya tetas pada telur itik. Hal tersebut membawa suatu pengertian, bahwa perbedaan kondisi kerabang telur itik tetas turut berperan. Kondisi kerabang telur yang baik diperoleh dari telur yang memiliki nilai Specific Gravity diatas 1,080.Rata-rata nilai SG telur itik adalah 1,083 (Romanoff dan Romanoff, 1963).Semakin besar unggas maka telur yang dihasilkan semakin berat dan semakin tebal pula kerabang telur yang dihasilkan.
Kerabang telur yang tebal memiliki pori-pori yang sedikit dibandingkan kerabang telur yang tipis (Aan Kusnindar, 2001). Kondisi kerabang telur itik yang terlalu tebal menyebabkan telur kurang terpengaruh oleh desinfektan pada bahan fumigasi.
Kondisi kerabang telur itik yang terlalu tebal dan memiliki sedikit pori-pori menyebabkan telur kurang terpengaruh oleh desinfektan pada bahan fumigasi. Dalam kondisi pori-pori kerabang telur itik sedikit, maka semakin besar daya tekan larutan terhadap telur (Herman, 2003). Tekanan larutan desinfektan mengakibatkan penguapan pada proses penetasan yaitu berupa air, CO2, dan amoniak yang menyebabkan menurunnya aktivitas desinfektan (Mahfudz, L.D , 2004). Keadaan kerabang telur juga mempengaruhi daya tetas. Telur yang bersih mempunyai daya tetas lebih tinggi dibandingkan telur kotor, karena telur kotor mengandung mikroorganisme yang muah masuk kedalam telur pada proses penetasan, sehingga menurunkan daya tetas ( Agus, A. Dinawati dan Dipo, 2001).
2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kematian Embrio
Secara rinci kematian embrio telur itik dengan fumigasi asap cair tempurung kelapa tertinggi 53,33 persen dihasilkan dari kelompok telur kotor dengan perlakuan konsentrasi 15 persen (KP3) dan kematian embrio terendah 33,33 persen dihasilkan dari kelompok telur bersih dengan perlakuan konsentrasi 15 persen (BP3). Pada telur dicuci dapat dijelaskan bahwa kondisi
awal telur adalah kotor, sehingga kemungkinan adanya kontaminasi bakteri sudah terjadi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai bahan fumigasi telur itik tidak berpengaruh nyata. Keadaan tebal tipisnya kerabang telur itik tetas berkaitan dengan keefektifan bahan fumigasi yang digunakan. Telur itik memiliki kerabang yang tebal dan jumlah pori-porinya sedikit sehingga kemampuan dalam mendifusi cairan asap cair tempurung kelapa tidak maksimal dan menyebabkan telur kurang terpengaruh oleh cairan bahan fumigasi.
Perolehan hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan bahan fumigasi asap cair tempurung kelapa belum mampu menekan jumlah kematian embrio. Perkembangan embrio didalam telur pada mesin tetas tidak hanya dipengaruhi oleh bahan fumigasi, tetapi dipengaruhi juga oleh keadaan suhu dan kelembaban mesin. Suhu diatas atau dibawah optimum dapat menurunkan daya tetas dan embrio lemah, sedangkan kelembaban yang terlalu tinggimenyebabkan anak itik menetas lebih lama bahkan mematikan embrio didalam telur.
sebelum jangka waktu menetas (Woodard, 1973). Referensi tersebut sama halnya dengan apa yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, kematian embrio banyak terjadi pada tiga hari menjelang menetas (hari ke-25). Saat candling telur banyak ditemukan embrio yang mati dibuktikan dengan pemecahan telur Lampiran.1. Hal tersebut diakibatkan terjadinya fluktuasi temperatur mesin dan kelembaban mesin terlalu rendah yaitu hanya mencapai 70 persen, sedangkan kelembaban optimum pada hari ke dua puluh lima (25) seharusnya mencapai 75-80 persen. Kelembaban yang rendah menyebabkan terjadinya penguapan air dari telur dan embrio mati atau mati segera setelah menetas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa 15 persen menunjang daya tetas secara optimal (66,67%) dengan kematian embrio (33,33%) terendah.
Saran
Berdasarkan hasil dari keseluruhan penelitian disarankan perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang fumigasi telur itik
menggunakan Asap Cair Tempurung Kelapa dengan dosis konsentrasi lebih tinggi lagi.Bagi para peternak penetasan telur itik, sebaiknya menggunakan telur itik tetas dalam keadaan bersih dengan memperhatikan kondisi kandang guna mendukung pencapaian daya tetas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Kusnindar. 2001. Hubungan Antara Specific Gravity dan Shape Index Dengan Lama Tetas dan Daya Tetas Telur Itik. Skripsi. Fakultas Peternakan Unpad. Jatinangor
Agus, G.T.K., K.A Agus, A.Dinawati dan U.T Dipo. 2001. Mesin Tetas. Cetakan 1. Agromedia Pustaka. Jakarta
Herman. 2003. Hubungan Antara Bobot Tebal, dan Persentase Kerabang dengan Nilai Specific Gravity Pada Telur Itik Konsumsi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Jatinangor
Mahfudz, L.D. 2004.Hidrogen Peroksida Sebagai Desinfektan Pengganti Gas Formaldehyde pada Penetasan Telur Ayam. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang Romanoff, A.J . And A.L. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Willeyand Son, Inc., New York Winardiyono. 2011. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Perendam Telur Itik terhadap Total Bakteri dan Kadar Garam Telur Asin. Skripsi. Fakultas Peternakan Unpad. Jatinangor