• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI ORIENTASI POLITIK MASYARAKAT PEKON SEBARUS DALAM PEMILUKADA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONDISI ORIENTASI POLITIK MASYARAKAT PEKON SEBARUS DALAM PEMILUKADA KABUPATEN LAMPUNG BARAT"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KONDISI ORIENTASI POLITIK MASYARAKAT PEKON SEBARUS DALAM PEMILUKADA KABUPATEN LAMPUNG BARAT

Oleh

NORALIA PRIYANTI

Kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 ini didasarkan atas adanya persaingan antara calon

incumbent dan calon baru. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama tinggal

di Pekon Sebarus, masyarakat selalu berpartisipasi dengan aktif setiap diadakan pemilihan umum. Adanya calon baru yang berasal dari Pekon Sebarus, bernama Pieterson, tidak menutup kemungkinan akan membentuk orientasi politik yang baru di dalam masyarakat Pekon Sebarus. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kondisi orientasi politik Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Pendekatan orientasi politik yang manakah lebih dominan dipakai oleh masyarakat Pekon Sebarus.

(2)

yaitu, metode yang dilakukan dengan memasukkan data dari kuesioner ke dalam kerangka tabel untuk menghitung frekuensi dan membuat persentase sebagai uraian mengenai hasil akhir penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa kondisi orientasi politik Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 terdapat dua pendekatan yang masuk ke dalam kategori tinggi, yaitu pendekatan struktural dan pendekatan pilihan rasional. Uraian kategori responden yang memilih dengan berorientasi pendekatan struktural sebesar 42%, sedangkan responden yang memilih dengan berorientasi pendekatan pilihan rasional sebesar 31% dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012.

(3)

ABSTRACT

POLITICAL ORIENTATION OF THE PEKON SEBARUS SOCIETY IN WEST LAMPUNG REGIONAL ELECTION

By

NORALIA PRIYANTI

Conditions of society's political orientation Pekon Sebarus in 2012 West Lampung Regional Election based on the competition between the incumbent candidate and the new candidate. The researcher had observated the situation in Pekon Sebarus, society always actively participating in every general election. The new candidate from Pekon Sebarus, Pieterson, had been considered would make new political orientation in Pekon Sebarus Society. The main problem of this research is How conditions of society's political orientation Pekon Sebarus in 2012 West Lampung Regional Election. Which is the most dominant political orientation used by the Pekon Sebarus society.

(4)

calculating the frequency and making percentage as an elaboration of the final result.

The result showed that conditions of society's political orientation Pekon Sebarus in 2012 West Lampung Regional Election there are two approaches which contained in high category. These are Structural approach and rasional-choosing approach. Structural approach choosed by 42% respondent whereas rasional-choosing approach choosed by 31% respondent in 2012 West Lampung Regional Election.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan sebagai perwujudan pesta demokrasi bagi rakyat, dimana adanya proses para pemilih (masyarakat) untuk memilih orang-orang yang akan mengisi jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan ini beraneka-ragam, mulai dari presiden beserta wakil presiden, wakil rakyat di parlemen/ditingkat pemerintahan pusat maupun daerah, seperti DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten, DPD, Gubernur, Walikota, dan Bupati. Awalnya, pemilu di Indonesia ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, seperti DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota/Kabupaten saja. Setelah amandemen keempat Undang-Undang Dasar tahun 1945 pada 2002, tepatnya di tahun 2004 dilaksanakan pemilu untuk memilih presiden beserta wakil presiden yang pertama kali dilakukan langsung oleh rakyat.

(6)

memilih wakil-wakil rakyat sebagai penyalur dari aspirasi rakyat itu sendiri. Pelaksanaan dari pemilu tersebut dengan memakai asas langsung, umum, rahasia, bebas, jujur, dan adil. Perwujudan kedaulatan rakyat tersebut juga tertulis dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 yang menyatakan Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengertian pemilihan umum tersebut memberi rakyat Indonesia kebebasan dalam memberikan suaranya sesuai dengan hati nurani mereka masing-masing.

(7)

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang masuk dalam peringkat lima besar di dunia. Masyarakat dengan jumlah penduduk yang banyak ini juga terdiri dari berbagai suku, agama, maupun budaya. Adanya jumlah penduduk yang banyak dan bersifat plural ini mengharuskan adanya perwakilan di setiap daerah. Perwakilan rakyat pun harus memiliki kualitas yang memadai dan berkompeten dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat. Kehidupan manusia di dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara.

Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap manusia sebagai warga negara hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak bersimbol. Proses pelaksanaanya dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi, sedangkan secara langsung, hal ini berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

(8)

maupun pelaksanaannya. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya untuk melakukan perilaku politik, seperti melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat/pemimpin, mengikuti suatu partai politik, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat, mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas, dan lain sebagainya.

Perilaku politik berkaitan dengan budaya politik. Istilah budaya politik mulai dikenal sejak aliran perilaku (behaviorism) muncul. Istilah ini tidak jelas konsepnya karena penggabungan dua konsep budaya dan politik saja sudah mengandung kebingungan apalagi jika dijadikan konsep menjelaskan fenomena politik. Istilah budaya politik sering digunakan untuk menjelaskan fakta yang hanya dilakukan dengan pendekatan kelembagaan atau pendekatan sistemik. Menjelaskan dengan pendekatan budaya politik merupakan upaya yang lebih dalam melihat perilaku politik seseorang atau sebuah kelompok.

(9)

calon tertentu. Masyarakat sebagai pemilih mempunyai kriteria tersendiri dalam menentukan calon pemimpin yang mereka inginkan. Kriteria yang dimiliki oleh masyarakat itu berasal dari pemikiran rasional yang berasal dari pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri.

Penjelasan singkat tersebut menunjukkan perilaku politik dalam suatu pemilihan langsung oleh rakyat berkaitan erat dengan budaya politik yang akan menimbulkan suatu orientasi tertentu. Perilaku politik dari masyarakat ini lebih dikenal dengan perilaku pemilih. Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh masyarakat. Setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara masyarakat umum dengan para elitenya. Budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya. Budaya politik juga sebagai sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem atau dengan kata lain, bagaimana distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu. Warga negara pun senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki. Melalui orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.

(10)

orientasi individual terhadap obyek-obyek politik tersebut dapat dibagi ke dalam tiga komponen, yaitu orientasi kognitif, orientasi afektif, dan orientasi evaluatif. Ketiga orientasi ini merupakan suatu komponen yang saling berkaitan.

Orientasi kognitif merujuk pada tingkat pengetahuan dan pemahaman politik seseorang terkait sistem politik. Orientasi afektif merujuk pada perasaan seseorang terhadap sistem politik. Orientasi evaluatif merujuk pada proses penilaian seseorang terhadap berbagai gejala politik dari sistem politik yang ada. Penggunaan ketiga aspek orientasi tersebut dikaitkan satu sama lain sehingga membentuk beberapa pendekatan yang dapat dijadikan indikator. Pendekatan tersebut secara tidak langsung akan membentuk orientasi politik suatu masyarakat dan dapat melihat secara jelas pendekatan yang lebih dominan membentuk orientasi politik masyarakat dalam suatu pemilihan langsung.

(11)

Berdasarkan hasil pengamatan selama peneliti tinggal di Pekon Sebarus, mayoritas masyarakat aktif dalam berpartisipasi setiap diadakannya pemilihan, baik pemilihan peratin (kepala desa), pemilihan bupati, pemilihan gubernur, dan pemilihan presiden serta legislatif. Selama pengamatan dari pemilihan-pemilihan tersebut, peneliti melihat aktifnya masyarakat dalam proses pemilihan dan proses sebelum pemilihan. Masyarakat disana selalu mengikuti kegiatan seperti kampanye, diskusi politik, dan juga ikut dalam kelompok kepentingan maupun partai politik. Mereka juga mengikuti dan mengamati proses pendaftaran pemilih, pemungutan suara, dan penghitungan suara. Semua bentuk partisipasi politik tersebut tidak tertutup pada tingkatan sosial, seperti pendidikan, pekerjaan, agama, maupun umur.

(12)

Orientasi masyarakat Pekon Sebarus tidak akan menutup kemungkinan akan berbeda dengan budaya yang ada sebelumnya. Perubahan orientasi ini dikarenakan adanya tokoh daerah yang mencalonkan diri dalam pemilukada Bupati Lampung Barat 2012. Orientasi yang terbentuk tidak terbatas pendekatan sosiologis semata. Masyarakat Pekon Sebarus juga kemungkinan akan memakai kalkulasi untung dan rugi dalam memilih suatu calon atau dikenal dengan pendekatan pilihan rasional. Pendekatan yang biasanya tetap digunakan masyarakat pada umumnya, yaitu pendekatan psikologis sosial yang dilihat berdasarkan keterikatan emosional pemilih dengan kandidat atau partai. Masyarakat yang sifatnya majemuk akan menuntut terjadinya perubahan karakteristik pemilih dalam suatu wilayah yang akan diidentifikasi melalui pendekatan ekologis. Terakhir, pendekatan struktural pun tidak luput dari pembentukan orientasi politik masyarakat akibat perbedaan struktur sosial.

(13)

akan merubah orientasi-orientasi sebelumnya yang telah terbentuk. Orientasi yang telah lama terbentuk tersebut pasti menjadi orientasi yang baru di dalam masyarakat Pekon Sebarus tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012.

D. Kegunaan Penelitian

1) Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai ilmu politik khususnya terkait hal orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012.

(14)
(15)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada 96 orang responden sebagai masyarakat Pekon Sebarus tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan pendekatan struktural menunjukkan bahwa masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 memakai pertimbangan pendekatan struktural ini sebesar 42% dengan kategori yang dominan. Masyarakat Pekon Sebarus melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai serta belum puas dengan kepemimpinan bupati yang masih menjabat.

(16)

seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan calon yang ikut berkompetisi dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.

3. Hasil perhitungan pendekatan ekologis menunjukkan bahwa masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 memakai pertimbangan pendekatan ekologis ini sebesar 42% dengan kategori yang sedang atau biasa saja. Masyarakat Pekon Sebarus tidak terlalu setuju melihat kegiatan memilih yang terbentuk berdasarkan perbedaan karakteristik pemilih dari unit teritorial atau kedaerahan.

4. Hasil perhitungan pendekatan psikologis sosial menunjukkan bahwa masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 memakai pertimbangan pendekatan psikologis sosial ini sebesar 43% dengan kategori yang sedang atau biasa saja. Masyarakat Pekon Sebarus tidak terlalu setuju memakai pertimbangan kegiatan memilih berupa identifikasi partai maupun kandidat.

(17)

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan, maka peneliti memberikan saran terkait orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012:

1. Kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus berdasarkan pendekatan struktural yang memilih sangat tinggi sebesar 15,62%. Oleh karena itu, calon maupun partai politik yang akan ikut berkompetisi dalam Pemilukada Lampung Barat 2012 dan yang akan datang harus mengatasi berbagai permasalahan apabila terpilih. Mereka harus memperbaiki sistem administrasi dan kualitas pelayanan pemerintah dari sisi kesehatan maupun pendidikan. Kepala daerah yang menjabat pun harus amanah terhadap kepemimpinannya dan harus bersikap aspiratif dengan memperhatikan seluruh kepentingan masyarakatnya. 2. Kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus berdasarkan pendekatan

sosiologis yang memilih sangat tinggi sebesar 7,29%. Oleh karena itu, masyarakat Pekon Sebarus seharusnya tidak menilai dari sisi sosial dan ekonomi seorang calon yang berkompetisi dalam pemilihan. Masyarakat harus menghilang paham patrilineal yang mengedepankan garis keturunan laki-laki daripada perempuan. Masyarakat juga harus objektif menilai seorang calon dan tidak mempertimbangkan pilihan berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, dan kekayaan calon.

(18)

pertimbangan berdasarkan kapabilitas dan kompetensi dari partai politik dan calonnya, dengan kata lain melihat sisi kemampuan calon dalam memimpin. Masyarakat dan aparat Pekon Sebarus harus lebih teliti dan lebih berpikiran kritis dalam mengiringi jalannya pemerintahan yang akan datang.

4. Kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus berdasarkan pendekatan psikologis sosial yang memilih sangat tinggi sebesar 5,21%. Oleh karena itu, partai politik yang berkompetisi dalam Pemilukada Lampung Barat 2012 dan yang akan datang harus memilih calon yang berkompeten. Calon tersebut harus memiliki citra yang lebih tegas, disiplin, dan berpengalaman. Partai politik beserta calon juga harus mampu mengatasi berbagai permasalahan masyarakat dari sisi sosial, politik, dan ekonomi. Aparat pemerintah Pekon Sebarus harus memberikan sosialisasi politik yang lebih persuasif untuk lebih menarik minat memilih dan meningkatkan kesadaran berpolitik.

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir... 44

2. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Struktural ... 92

3. Perhitungan Pendekatan Struktural Secara Keseluruhan ... 97

4. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Sosiologis... 108

5. Perhitungan Pendekatan Sosiologis Secara Keseluruhan ... 112

6. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Ekologis... 124

7. Perhitungan Pendekatan Ekologis Secara Keseluruhan ... 129

8. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Psikologis Sosial ... 141

9. Perhitungan Pendekatan Psikologis Sosial Secara Keseluruhan... 146

10. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Pilihan Rasional ... 157

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdulsyani. 2002. Sosiologi: Sistematika, Teori, dan Terapan. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Almond, Gabriel. dan Sidney Verba. 1984. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik

dan Demokrasi di Lima Negara. PT Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Basrowi, M. dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Budiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai. PT Gramedia. Jakarta.

. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politk. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Prenada Media. Jakarta. Danim, Sudarman. 2004. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Bumi

Aksara. Jakarta.

Gafar, Affan. 2004. Perkembangan Budaya Politik Melalui Pemilu. CIDES. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodelogi Research. Andi Offset. Yogyakarta.

Haricahyono, Cheppy. 1991. Ilmu Politik dan Perspektifnya. PT Tiara Wacana Yogya. Yogyakarta.

Huntington, Samuel P. dan Joan M. Nelson. 1994. Partisipasi Politik di Negara

Berkembang. PT Rineka Cipta. Jakarta.

(21)

Lubis, Pagut. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Maksudi, Beddy Irawan. 2012. Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara

Teoritik dan Empirik. Rajawali Pers. Jakarta.

Masyhuri dan M. Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian. PT Refika Aditama. Bandung.

Musa, Moh. dan Titi Nurfitri. 1988. Metodelogi Penelitian. Fajar Agung. Jakarta. Nazir, Mohammad. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University. Yogyakarta

Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rahman, Arifin. 2002. Sistem Politik Indonesia. SIC. Surabaya.

Roth, Dieter. 2008. Studi Ilmu Empiris: Sumber, Teori-Teori, Instrumen, dan

Metode. Friedrich Naumann Stiftung fur die Freiheit. Jakarta.

Sanit, Arbi. 1985. Perwakilan Politik di Indonesia. CV Rajawali. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 2000. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.

Sjamsuddin, Nazarudin. 1993. Dinamika Sistem Politik Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suharizal. 2011. Pemilukada: Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Suliyanto. 2005. Analisis Data. Ghalia Indonesia. Bogor.

Surbakti, Ramlan. 1999. Memahami Ilmu Politik. Gramedia. Jakarta. Sy, Pahmi. 2010. Politik Pencitraan. Gaung Persada Press. Jakarta.

(22)

Skripsi:

Mediastutie, Mega. 2006. Orientasi Politik Mahasiswa Dalam Pilkada Kota

Bandar Lampung. Skripsi. FISIP Unila. Tidak diterbitkan.

Dokumen:

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Pemilihan dan Penetapan Peratin.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Media:

(23)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Rumusan Masalah ... 9 C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian………... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Orientasi Politik ... 11 B. Klasifikasi Orientasi Politik ... 14 1. Hubungan Orientasi Politik dan Budaya Politik ... 21 2. Hubungan Pemilu dan Orientasi Politik ... 24 C. Partisipasi Politik ... 26 1. Bentuk Partisipasi Politik ... 27 2. Tipe dan Faktor Penunjang Partisipasi Politik ... 30 D. Masyarakat... 31 E. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) ... 32 1. Pemilih………..………... 32 2. Pemilihan Umum (Pemilu) ... 34 3. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada)... 35 F. Penelitian Terdahulu ... 38 G. Kerangka Pikir ... 42

III. METODE PENELITIAN

(24)

J. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 61 1. Uji Validitas Instrumen………..……..………... 62 2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 63

IV. GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Pekon Sebarus ... 65 B. Geografis ... 68 1. Letak dan Luas Wilayah………..……..………... 68 2. Iklim... 69 C. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 69 1. Jumlah Penduduk………..………... 69 2. Tingkat Pendidikan ... 70 3. Mata Pencaharian... 71 4. Kondisi Pemerintahan Pekon ... 71

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden ... 73 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………..…. 73 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 74 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 75 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 77 B. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen Penelitian ... 78 1. Uji validitas instrumen penelitian ...………..…. 78 2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 80 C. Hasil dan Pembahasan Tentang Orientasi Masyarakat Pekon Sebarus

Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 ... 81 1. Pendekatan Struktural ...………..…. 81 2. Pendekatan Sosiologis ... 98 3. Pendekatan Ekologis ... 113 4. Pendekatan Psikologis Sosial ... 130 5. Pendekatan Pilihan Rasional... 147 D. Pembahasan Keseluruhan Tentang Orientasi Masyarakat Pekon Sebarus

Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 ... 163

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... ... 172 B. Saran... ... 174

(25)

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan analisa data kuantitatif. Penggunaan penelitian deskriptif ini karena peneliti ingin melakukan pengamatan langsung mengenai kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Jenis penelitian deskriptif dianggap sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendapat tersebut sejalan dengan pengertian deskriptif menurut Moh. Nazir (1998:3) yang menyatakan bahwa deskriptif merupakan suatu metode dengan meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu hal kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Penelitian deskriptif bertujuan melakukan suatu penelitian untuk membuat deskripsi/penjelasan, gambaran yang sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta fenomena yang diselidiki. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (2000:4), menyatakan tujuan penelitian deskriptif antara lain sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui perkembangan fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu.

(26)

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang tidak mementingkan ke dalam data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyak-banyaknya dari populasi yang luas (Masyhuri dan M. Zainuddin, 2008:12). Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan penjelasan kuantitatif. Penggunaan tipe penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran jelas dari perkembangan suatu fenomena sosial terkait orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus itu sendiri.

B.Definisi Konseptual

Definisi konseptual digunakan membatasi masalah penelitian tentang hal-hal yang diamati sehingga fokus penelitian menjadi jelas. Koentjaraningrat (1980:20) menjelaskan pengertian konsep yang dimaknai sebagai pemikiran umum mengenai suatu masalah atau persoalan. Jadi, adanya konsep untuk membatasi mengenai variabel atau indikator yang akan diteliti. Pada penelitian ini definisi konseptual yang dikemukakan adalah:

1) Orientasi politik

(27)

terkait dengan sistem maupun objek politik di sekitar hidup masyarakat itu sendiri.

2) Pemilihan kepala daerah (Pemilukada)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, pemilihan kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di daerah provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah, kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah gubernur dan wakil gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, serta walikota dan wakil walikota untuk kota.

C.Definisi Operasional

Penelitian mengenai kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 ini dapat diukur dengan menggunakan lima indikator atau pendekatan. Sikap individu atau masyarakat terhadap sistem politik dapat diukur dengan menggunakan lima pendekatan dalam pembentukan orientasi politik, yakni:

1) Pendekatan struktural

a. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan banyak jumlah calon. b. Pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan

infrastruktur.

(28)

d. Pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan pelayanan pemerintah.

e. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan perbedaan agama calon.

2) Pendekatan sosiologis

a)Pertimbangan pilihan responden berdasarkan usia calon.

b)Pertimbangan pilihan responden berdasarkan jenis kelamin calon. c)Pertimbangan pilihan responden berdasarkan pendidikan calon. d)Pertimbangan pilihan responden berdasarkan pekerjaan calon. e)Pertimbangan pilihan responden berdasarkan kekayaan calon.

3) Pendekatan ekologis

a. Pertimbangan pilihan responden melihat calon merupakan putra daerah.

b. Pertimbangan pilihan responden melihat calon merupakan tokoh adat atau tokoh agama di sekitar daerah.

c. Pertimbangan pilihan responden melihat calon merupakan pemuda atau pengusaha di sekitar daerah.

d. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan kesamaan suku/etnis calon.

(29)

4) Pendekatan psikologis sosial

a. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan hubungan kekeluargaan pada partai/calon.

b. Pertimbangan pilihan responden melihat partai/calon yang merakyat.

c. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan kesamaan partai antara responden dan keluarga.

d. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan kekaguman pada partai/calon.

e. Pertimbangan pilihan responden melihat cara sosialisasi partai/calon.

5) Pendekatan pilihan rasional

a. Pertimbangan pilihan responden melihat visi dan misi calon.

b. Pertimbangan pilihan responden melihat kepemimpinan, ketegasan, kedisiplinan calon.

c. Pertimbangan pilihan responden melihat calon yang berpengalaman di birokrasi.

d. Pertimbangan pilihan responden melihat kemampuan memimpin calon mampu mengatasi permasalahan.

(30)

D.Lokasi Penelitian

Basrowi dan Suwandi (2008:85) berpendapat bahwa cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan cara mempertimbangkan teori substantif dengan menjajaki lapangan untuk melihat kesesuaian dengan kenyataan yang berada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan lokasi yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012.

(31)

E.Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki (Sutrisno Hadi, 1990:70). Pengertian populasi menurut Bambang Prasetyo (2005: 119) adalah keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian. Jadi, yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Apabila jumlah populasi dibawah seratus maka populasi tersebut dijadikan sampel oleh peneliti, sebaliknya jika di atas seratus maka digunakan perumusan dalam penarikan sampel.

(32)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1991:144), sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Sampel juga diartikan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Burhan Bungin, 2005:106). Penentuan banyaknya sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Husein Umar (1998:108). Rumusannya adalah sebagai berikut:

N n =

1 + Ne²

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih ditolerir (ditetapkan 0,1 yaitu penyimpangan dalam pemakaian sampel sebesar 10 %)

1 = Bilangan konstanta

Berdasarkan rumus tersebut maka sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah :

1.961 n =

1 + (1.961)(0,1)²

1.961 n =

1 + (1.961)(0,01) 1.961

(33)

Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 95,148 dibulatkan menjadi 96 orang.

3. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

stratified sampling atau sampel yang bertingkat atau berstrata. Burhan

Bungin (2005:112), menjelaskan bahwa stratified sampling digunakan apabila populasi menunjukan sifat berstrata, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan pada waktu menggunakan teknik sampling ini, yaitu:

1. Setiap unit strata harus memiliki kriteria yang jelas, yang dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan anggota unit strata. 2. Setiap unit strata harus dapat diketahui secara pasti jumlah anggotanya.

Misalnya, kalau populasi dibagi menjadi tiga strata, yaitu anggota Karang Taruna RT I, RT II, dan RT III. Masing-masing anggota Karang Taruna tersebut harus diketahui dengan pasti berapa jumlahnya.

(34)

wilayah yang masing-masing berbeda jumlah subjeknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1998:127) yang menyatakan untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Jadi, sampel yang diambil di setiap dusun sebanding dengan banyaknya sub populasi di masing-masing dusun yang kemudian diambil secara acak sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan di setiap dusun. Oleh karena itu, banyaknya sampel setiap dusun ditentukan menggunakan rumus:

Ni x n

Nh = N Keterangan:

Nh = Banyaknya sampel yang dibutuhkan dari setiap kelompok n = Jumlah sampel yang mewakili populasi

Ni = Banyaknya sub populasi dari setiap kelompok N = Jumlah populasi

(Moh. Musa dan Titi Nurfitri, 1988:85)

Berdasarkan rumusan di atas maka didapatkan sampel dari setiap dusun adalah sebagai berikut :

Jungku Kota Raja = 347 x 96 = 17

1.961

Jungku Umbulioh = 282 x 96 = 14

1.961

Jungku Pekon Tengah = 253 x 96 = 12

1.961

Jungku Tikoran = 228 x 96 = 11

(35)

Jungku Pelita = 216 x 96 = 11

1.961

Jungku Sembayung = 192 x 96 = 9

1.961

Jungku Sabah Berak = 188 x 96 = 9

1.961

Jungku Sukajaya = 146 x 96 = 7

1.961

Jungku Tanjung = 109 x 96 = 6

1.961

F. Sumber Data

Sumber data atau informasi adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari yang diharapkan. Menurut Arikunto (1998:114), sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian menurut Lofland dan Lofland dalam Basrowi dan Suwandi (2008:169) ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Menurut Burhan Bungin (2010:122), sumber data terdiri dari:

1. Data Primer

(36)

maka yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Sebarus yang berjumlah 96 orang sebagai sampel yang telah ditetapkan dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pekon Sebarus pada pemilukada tahun 2012.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data-data yang dibutuhkan peneliti. Data sekunder juga diperlukan untuk melengkapi informasi dan mendukung fakta yang sebenarnya atau untuk mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut dapat bersumber dari situs internet, pustaka, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005, Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 15 Tahun 2006, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008, monografi dan profil Pekon Sebarus.

G.Teknik Pengumpulan Data

(37)

1. Metode kuisioner

Metode penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan daftar-daftar pertanyaan kepada informan untuk mengumpulkan data. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan dalam penelitian ini. Kuisioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data asalkan cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:229). Kuisioner paling umum dipakai dalam metode-metode penelitian survei, dimana peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada sekelompok populasi atau representasinya (Sudarman Danim, 2004:162). Penelitian ini menggunakan kuisioner yang berstruktur atau tertutup. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan yang terperinci dan tersusun berikut dengan pilihan jawabannya, kemudian kuisioner tersebut disebarkan kepada responden yaitu masyarakat Pekon Sebarus yang berjumlah 96 orang sebagai sampel.

2. Dokumentasi

(38)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008, monografi dan profil Pekon Sebarus.

3. Observasi

Observasi pengamatan yang meliputi perbuatan pemantauan terhadap digunakan terhadap suatu objek yang menggunakan seluruh alat indra atau pengamatan langsung (Suharsimi Arikunto, 1998:146). Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis pada obyek penelitian, yaitu masyarakat Pekon Sebarus. Peneliti melakukan pengamatan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi orientasi politik masyarakat yang terbentuk sebelum pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Hasil pengamatan ini digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian dalam bentuk gambaran umum mengenai kondisi politik di Pekon Sebarus maupun sebagai data penunjang dalam menganalisis kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus.

H.Teknik Pengolahan Data

(39)

1) Editing data, yaitu proses dimana peneliti melakukan keterbacaan, konsistensi data yang sudah terkumpul. Proses keterbacaan berkaitan dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi penafsiran terhadap hasil analisis. Konsistensi mencakup keajegan jenis data berkaitan dengan skala pengukuran yang akan digunakan sehingga kelengkapan yang mengacu pada terkumpulnya data secara lengkap yang dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam penelitian.

2) Koding, yaitu tahap untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masing-masing jawaban itu dengan kode tertentu lazimnya dalam bentuk huruf-huruf. Pilihan jawaban terdiri dari huruf a, b, c, d, dan e yang kemudian diganti dengan skor jawaban yakni 5, 4, 3, 2, dan 1.

3) Tabulasi, yaitu memasukkan data ke dalam tabel tunggal yang telah diklasifikasikan sehingga mempermudah untuk menganalisis data. Tabulasi dilakukan pada data hasil kuesioner yang telah dikategori dengan skor jawaban sehingga tidak ada tahap koding sebelum tabulasi, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam tabel. Maksud dari tabulasi adalah agar jawaban responden dikelompokkan secara teratur dan sistematis sehingga tampak ringkas.

(40)

I. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dengan teknik tertentu yang meliputi beberapa teknik yang dijelaskan sebelumnya. Awalnya, kuesioner disebarkan terlebih dahulu kepada 30 responden dan diuji validitas dan reliabilitas dari pertanyaan dalam penelitian ini. Setelah semua item pertanyaan diketahui sahih dan dapat dipercaya maka seluruh kuesioner dapat disebarkan kepada 96 responden yang telah ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Hasil data yang diperoleh secara keseluruhan tersebut diedit terlebih dahulu dan diberi skor sesuai dengan kode pilihan jawaban responden. Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan ukuran ordinal, sedangkan skala yang digunakan adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang fenomena sosisal (Suliyanto, 2005:23). Skala ini hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu lainnya (Moh. Nazir, 1998:396). Kuesioner yang digunakan dalam setiap pertanyaannya memiliki lima alternatif jawaban yang diberikan skor 1, 2, 3, 4, dan 5 yang menggunakan ukuran berdasarkan skala likert. Skor yang diberikan pada tiap item jawaban kuesioner ini menunjukkan bobot nilai dari pilihan jawaban tersebut.

(41)

keterangan yang lebih jelas dan nyata tentang pengetahuan, sikap, pendapat, dan penilaian responden tentang permasalahan atau isu yang dipertanyakan dalam kuisioner. Tahapan terakhir dan penganalisisan utama dalam penelitian ini dengan memasukan bobot nilai yang diperoleh ke dalam tabulasi yang kemudian diolah dengan rumusan penentuan batas interval yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1986:45) sebagai berikut:

I = NT - NR K Keterangan :

I = intervensi nilai skor NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah K = kategori jawaban

J. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dan reliabilitas instrumen merupakan dua hal yang sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah karena hal tersebut merupakan karakter utama yang menunjukkan suatu alat ukur dapat dikatakan baik atau tidak baik. Validitas dan reliabilitas instrumen perlu diketahui sebelum digunakan dalam pengambilan data agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya.

1. Uji Validitas Instrumen

(42)

Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Data yang valid memberikan ukuran dan gambaran yang cermat sesuai dengan yang diinginkan. Uji validitas ini digunakan untuk menguji kualitas item yang dipergunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini mengukur tingkat validitas instrumen dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product

Moment. Rumusan tersebut dapat dilihat secara jelas di bawah ini:

n∑xy –

( ∑x )( ∑y

)

r

xy

=

√ {n∑x²

-

(∑x)²}{n∑y²

-

(∑y)²}

Keterangan:

r

xy = nilai koefisien korelasi

x = total skor untuk variabel bebas (x) y = total untuk variabel terikat (y) xy = total untuk variabel x dan y n = jumlah responden

x² = hasil perkalian kuadrat total skor bebas (x) y² = hasil perkalian kuadrat total variabel terikat (y)

(Sugiyono, 2009:183)

(43)
[image:43.595.140.511.92.261.2]

Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi

Nilai Koefisien Penjelasan

+0,70 - ke atas Hubungan positif yang sangat kuat +0,50 - +0,69 Hubungan positif yang kuat

+0,30 - +0,49 Hubungan positif yang sangat sedang +0,10 - +0,29 Hubungan positif yang tak berarti

0,00 Tidak ada hubungan

-0,01 - -0,09 Hubungan negatif tidak berarti -0,10 - -0,29 Hubungan negatif tidak rendah -0,30 - -0,49 Hubungan negatif tidak sedang -0,50 - -0,69 Hubungan negatif tidak kuat -0,70 - ke bawah Hubungan negatif tidak sangat kuat Sumber : Burhan Bungin (2010:184)

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen menurut Arikunto (1998:170) adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Sementara instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Instrumen yang dipercaya apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha (α). Rumusan ini digunakan karena teknik pengumpulan data yang terutama dalam penelitian ini berbentuk kuesioner atau angket. Bentuk rumusnya dapat dilihat jelas sebagai berikut:

k ∑σ²b

r₁₁ = 1 – k-1 σ²1 Keterangan:

r₁₁ = reliabilitas instrumen

k =banyaknya jumlah pertanyaan σ²1 = varians total

(44)

Setelah didapatkan hasilnya, langkah selanjutnya adalah dengan menginterpretasikan hasil nilai r₁₁ yang diperoleh dari rumus alpha ini dengan cara mengartikan indeks korelasi sebagai berikut:

Tabel 4. Nilai Interpretasi Reliabel

Besarnya Nilai r Interpretasi Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak Rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

(45)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pendekatan Dalam Pembentukan Orientasi Politik Masyarakat... 19 2. Hubungan Orientasi Politik Dengan Budaya Politik ... 24 3. Nilai Koefisien Korelasi ... 63 4. Nilai Interpretasi Reliabel ……… ... 64 5. Nama- Nama Peratin Yang Pernah Menjabat Di Pekon Sebarus ... 66 6. Jumlah Penduduk Setiap Pemangku Pekon Sebarus ... 70 7. Tingkat Penduduk Pekon/Desa Sebarus ………... 70 8. Mata Pencaharian Penduduk Pekon/Desa Sebarus ... 71 9. Nama Dan Jabatan Aparat Pekon Sebarus ... 72 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… ... 75 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 76 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 77 14. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 78 15. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 80 16. Pernyataan Responden Melihat Banyaknya Jumlah Calon Yang

Berkompetisi... 82 17. Pernyataan Responden Melihat Permasalahan Infrastruktur

(Pembangunan) ... 83 18. Pernyataan Responden Karena Belum Puasnya Dengan

Kepemimpinan Bupati... ... 85 19. Pernyataan Responden Melihat Permasalahan Yang Meliputi

Kesehatan, Pendidikan Dan Pelayanan Pemerintah... ... 86 20. Pernyataan Responden Melihat Perbedaan Agama Calon ... 88 21. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan

Pendekatan Struktural ... 94 22. Pernyataan Responden Melihat Usia Calon... ... 98 23. Pernyataan Responden Melihat Jenis Kelamin Calon ... 100 24. Pernyataan Responden Melihat Pendidikan Calon... 101 25. Pernyataan Responden Berdasarkan Pekerjaan Calon ... 102 26. Pernyataan Responden Melihat Kekayaan Calon... 104 27. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan

Pendekatan Sosiologis... ... 110 28. Pernyataan Responden Melihat Calon Putra Daerah ... 114 29. Pernyataan Responden Melihat Calon Merupakan Tokoh Adat Atau

(46)

30. Pernyataan Responden Melihat Calon Merupakan Tokoh Pemuda

Atau Pengusaha ... 117 31. Pernyataan Responden Melihat Kesamaan Suku/Etnis Calon ... 118 32. Pernyataan Responden Melihat Kesamaan Profesi Calon... 120 33. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan

Pendekatan Ekologis... ... 126 34. Pernyataan Responden Melihat Hubungan Kekeluargaan Pada

Partai/Calon... 131 35. Pernyataan Responden Melihat Partai/Calon yang Merakyat... 132 36. Pernyataan Responden Melihat Kesamaan Partai Antara Responden

Dan Keluarga... 134 37. Pernyataan Responden Melihat Kekaguman Pada Partai/Calon... . 135 38. Pernyataan Responden Melihat Cara Sosialisasi Partai/Calon... 137 39. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan

Pendekatan Psikologis Sosial... ... 143 40. Pernyataan Responden Melihat Visi Dan Misi Calon... 148 41. Pernyataan Responden Melihat Kepemimpinan, Ketegasan, dan

Kedisiplinan Calon... 149 42. Pernyataan Responden Melihat Calon Yang Berpengalaman

Di Birokrasi... 151 43. Pernyataan Responden Melihat Kemampuan Memimpin Calon Dalam

Mengatasi Permasalahan... 152 44. Pernyataan Responden Melihat Janji Calon Dapat Diwujudkan Saat

Terpilih... 154 45. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan

(47)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Aman Toto Dwijono, M. H ...………

Sekretaris : Robi Cahyadi K, S.IP, M.A ....………

Penguji Utama : Drs. Hi. Agus Hadiawan, M. Si .………..

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Hi. Agus Hadiawan, M. Si NIP. 19580109 198603 1 002

(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 96 orang yang ditarik dengan teknik stratified sampling dimana responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Sebarus yang telah berumur 17 tahun yang telah ditetapkan sebagai daftar pemilih tetap (DPT) dan masyarakat Pekon Sebarus yang berniat ikut dalam memberikat suaranya pada pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar, dapat diketahui identitas responden yang mengisi kuesioner. Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin responden, usia, pendidikan, dan pekerjaan responden.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(49)
[image:49.595.148.513.88.164.2]

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1. Laki-Laki 42 44%

2. Perempuan 54 56%

Jumlah 96 100%

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden antara laki-laki dan perempuan yaitu responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang atau sebesar 44 %, sedangkan sebanyak 54 orang atau sebesar 56% berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian jumlah responden perempuan lebih banyak 12% dibandingkan dengan responden laki-laki. Peneliti menyebarkan kuesioner secara acak dan tidak membaginya berdasarkan proporsi jenis kelamin karena sesuai dengan batasan purposive sampling yang ditentukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa responden yang menjadi sampel tidak memiliki batasan dari segi jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan pendidikannya.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

(50)
[image:50.595.146.514.88.174.2]

Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia (Tahun) Frekuensi Persentasi (%)

1. 17-35 tahun 25 26,04%

2. 36-54 tahun 57 59,38%

3. 55 tahun ke atas 14 14,58%

Jumlah 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa responden yang masuk rentang usia 17-35 tahun sebanyak 25 orang atau sebesar 26,04%, rentang usia antara 36-54 tahun sebanyak 57 orang atau sebesar 59,38%, sedangkan untuk rentang usia 55 tahun ke atas sebanyak 14 orang atau sebesar 14,58%.

Tabel 11 di atas menunjukkan jumlah responden didominasi oleh responden pada rentang usia 36-54 yang tergolong usia produktif dan pada umumnya memiliki daya ingat dan daya tangkap yang baik serta memiliki kedewasaan dalam berfikir. Usia penduduk di lingkungan Pekon Sebarus mayoritas berada di rentang usia produktif tersebut. Oleh karena itu, usia produktif tersebut banyak dipilih menjadi responden dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

(51)

Gambaran mengenai pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Jenis Pendidikan Frekuensi Persentasi (%)

1. SD/Sederajat 11 11,46%

2. SMP/Sederajat 19 19,79%

3. SMA/Sederajat 37 38,54%

4. Diploma/Sarjana 29 30,21%

Jumlah 96 100

[image:51.595.151.513.153.261.2]

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak didominasi oleh responden yang berpendidikan SD/Sederajat sebanyak 11 orang atau 11,46% responden, pendidikan SMP/Sederajat sebanyak 19 orang atau 19,79% responden, pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 37 orang atau 38,54% responden dan untuk pendidikan Diploma/Sarjana sebanyak 29 orang atau 30,21% responden.

(52)

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

[image:52.595.146.515.190.323.2]

Identitas responden berdasarkan mata pencaharian atau pekerjaan dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 28 orang 29,17%

2 Pelajar 6 orang 6,25%

3 Pedagang/pengusaha kecil/ pengusaha menengah

12 orang 12,5%

4 Petani 36 orang 37,5%

5 Ibu Rumah Tangga 14 orang 14,58%

Jumlah 96 orang 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(53)

B. Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen Penelitian

Pengujian validitas instrumen penelitian dilakukan sebelum kuesioner disebarkan kepada 96 responden. Sebanyak 30 kuesioner disebar kepada masyarakat Pekon Sebarus yang menggunakan hak pilihnya pada pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Kuesioner yang berjumlah 30 tersebut lalu dikumpulkan kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan correlation product moment dan reliabilitasnya dengan menggunakan cronbach alpha agar diketahui valid atau tidaknya dan bagaimana tingkat reliabilitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini. Uji validitas dan reliabilitas tersebut menggunakan bantuan aplikasi SPSS 17.

1. Uji validitas instrumen penelitian

Uji validitas pada penelitian ini dilakukan terhadap data pertanyaan struktural, sosiologis, ekologis, psikologis, dan pilihan rasional dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner yang telah disebar adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Nomor

Item

Validitas keterangan r-hitung r-tabel

Pendekatan Struktural (Struktur Sosial)

1 0,495 0,312 Valid

rhitung>rtabel

2 0,610

3 0,437

4 0,637

(54)

Variabel Nomor Item

Validitas keterangan r-hitung r-tabel

Pendekatan Sosiologis (Sosial Dan Ekonomi)

6 0,501 0,312 Valid

rhitung>rtabel

7 0,799

8 0,464

9 0,397

10 0,449

Pendekatan Ekologis (Kedaerahan)

11 0,526 0,312 Valid

rhitung>rtabel

12 0,646

13 0,478

14 0,600

15 0,363

Pendekatan Psikologis Sosial (Identifikasi Partai)

16 0,568 0,312 Valid

rhitung>rtabel

17 0,396

18 0,368

19 0,494

20 0,546

Pendekatan Pilihan Rasional

21 0,438 0,312 Valid

rhitung>rtabel

22 0,461

23 0,444

24 0,413

25 0,678

Sumber: Data diolah dari hasil kuesioner Juli-Agustus 2012

[image:54.595.162.513.82.412.2]
(55)

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Hasil uji reliabilitas terhadap instrument pertanyaan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 15. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

No Variabel Nilai

Reliabilita s Keterangan Cronbach alpha Keterangan

1 Pendekatan Struktural (Struktur Sosial)

0,681 0,600 s/d 0,800 Reliabel

2 Pendekatan Sosiologis (Sosial Dan Ekonomi)

0,687 0,600 s/d 0,800 Reliabel

3 Pendekatan Ekologis (Kedaerahan)

0,677 0,600 s/d 0,800 Reliabel

Pendekatan Psikologis Sosial (Identifikasi Partai)

0,632 0,600 s/d 0,800 Reliabel

5 Pendekatan Pilihan Rasional

0,652 0,600 s/d 0,800 Reliabel

Sumber: Data Diolah dari Hasil Kuesioner Juli-Agustus 2012

(56)

C.Hasil dan Pembahasan Tentang Kondisi Orientasi Masyarakat Pekon Sebarus Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012

Penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan judul Orientasi Masyarakat Pekon Sebarus Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 mulai menampakkan hasil yang sesuai dengan metodelogi yaitu penerapan deskriptif kuantitatif. Hasil yang didapat dari kuesioner yang disebarkan sebanyak 96 kepada masyarakat Pekon Sebarus dapat dilihat dari lima pendekatan yang akan membentuk orientasi politik suatu masyarakat antara lain pendekatan struktural, pendekatan sosiologis, pendekatan ekologis, pendekatan sosiologi sosial, pendekatan pilihan rasional. Hasil lima pendekatan tersebut dapat dilihat secara jelas sebagai berikut:

1. Pendekatan struktural

(57)

a. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan banyak jumlah calon

Pertanyaan pertama terkait pendekatan struktural ini, yaitu pertimbangan pilihan responden berdasarkan banyak jumlah calon yang berkompetisi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16. Pernyataan Responden Melihat Banyaknya Jumlah Calon Yang Berkompetisi

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat setuju 29 30,21

2 Setuju 44 45,83

3 Cukup setuju 15 15,63

4 Tidak setuju 8 8,33

5 Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(58)

Responden yang masuk dalam kategori cukup setuju dan tidak setuju dilatarbelakangi alasan bahwa semakin banyaknya jumlah calon yang berkompetisi maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pemilukada, selain itu dengan sedikitnya calon yang berkompetisi maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kisruh dalam pemilihan maupun setelah pemilihan. Terakhir mereka beralasan bahwa sedikitnya jumlah calon maka semakin memudahkan mereka memilih dan tidak membuat mereka bingung.

b. Pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan infrastruktur

Pertanyaan kedua terkait pendekatan struktural ini, yakni pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan infrastruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17. Pernyataan Responden Melihat Permasalahan Infrastruktur (Pembangunan)

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat setuju 58 60,42

2 Setuju 24 25

3 Cukup setuju 10 10,42

4 Tidak setuju 4 4,16

5 Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(59)

menjawab sangat setuju dan setuju ini memiliki alasan bahwa pertimbangan pilihan mereka melihat permasalahan infrastruktur khususnya pembangunan yang tidak merata di desa. Mereka memiliki kecenderungan untuk memilih calon yang berjanji akan membangun infrastruktur di Pekon Sebarus terutama tentang perbaikan jalan di dalam desa-desa.

Sebanyak 10 orang atau sebesar 10,42% responden menjawab cukup setuju dan sebanyak 4 orang atau sebesar 4,16% responden menjawab tidak setuju. Responden yang menjawab sangat tidak seytuju sebesar 0% atau tidak ada yang memilih. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, responden yang menjawab cukup setuju dan tidak setuju dikarenakan permasalahan infrastruktur di Pekon Sebarus tidak hanya dilihat dari permasalahan infrastruktur fisik saja tetapi juga permasalahan infrastruktur non-fisik seperti kesehatan dan pendidikan. Mereka beranggapan bahwa sisi kesehatan harus lebih diperbaiki khusunya dari sisi administrasi maupun pelayanannya.

c. Pertimbangan pilihan responden dikarenakan belum puasnya dengan kepemimpinan bupati saat ini

(60)

Tabel 18. Pernyataan Responden Karena Belum Puasnya Dengan Kepemimpinan Bupati

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat setuju 28 29,17

2 Setuju 54 56,25

3 Cukup setuju 9 9,37

4 Tidak setuju 5 5,21

5 Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(61)

Sebanyak 9 orang atau sebesar 9,37% responden menjawab cukup setuju, 5 orang atau sebesar 5,21% responden menjawab tidak setuju, dan responden yang menjawab sangat tidak setuju berjumlah 0% atau tidak ada. Responden yang memilih jawaban ketiga kategori ini beralasan bahwa bupati yang masih menjabat telah memberikan perubahan yang cukup berarti bagi masyarakat. Mayoritas masyarakat yang berpendapat demikian adalah para pemilih yang dahulu mendukung bupati yang masih menjabat. Alasan lain responden yang tidak setuju dikarenakan mereka memiliki kedekatan emosional pribadi/keluarga dengan bupati yang masih menjabat sehingga jawabannya cenderung subjektif.

d. Pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan pelayanan pemerintah

Pertanyaan keempat terkait pendekatan struktural ini, yakni pertimbangan pilihan responden melihat permasalahan yang meliputi kesehatan, pendidikan, dan pelayanan pemerintah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Pernyataan Responden Melihat Permasalahan Yang Meliputi Kesehatan, Pendidikan Dan Pelayanan Pemerintah

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat setuju 33 34,38

2 Setuju 50 52,08

3 Cukup setuju 6 6,25

4 Tidak setuju 7 7,29

5 Sangat tidak setuju 0 0

Total 96 100

[image:61.595.179.510.582.732.2]
(62)

Berdasarkan Tabel 19 dapat dijelaskan bahwa serbanyak 33 orang atau sebesar 34,38% responden menjawab sangat setuju dan 50 orang atau sebesar 52,08% responden menjawab setuju. Responden yang menjawab kategori sangat setuju dan setuju melihat dari beberapa permasalahan yang meliputi pelayanan pemerintah. Salah satunya adalah permasalahan kesehatan. Masyarakat melihat masih terdapat kekurangan pelayanan administratif dalam penggunaan jamkesmasda. Masyarakat masih merasakan sulitnya menggunakan jamkesmasda, seperti ketika mereka atau salah satu keluarga mereka ada yang sakit maka mereka harus memenuhi beberapa persyaratan dan ketentuan yang ada. Apabila salah satu persyaratan tidak terpenuhi maka mereka tidak akan dilayani dari pihak rumah sakit.

(63)

mereka menjawab tidak setuju mengenai pertanyaan adanya permasalah pendidikan di Lampung Barat.

e. Pertimbangan pilihan responden berdasarkan perbedaan agama calon

Pertanyaan kelima terkait pendekatan struktural ini, yaitu pertimbangan pilihan responden berdasarkan perbedaan agama calon, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Pernyataan Responden Melihat Perbedaan Agama Calon

No Kategori Jawaban Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Sangat setuju 11 11,46

2 Setuju 27 28,13

3 Cukup setuju 14 14,58

4 Tidak setuju 41 42,71

5 Sangat tidak setuju 3 3,12

Total 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(64)

atau dengan kata lain semua orang memiliki kemungkinan untuk korupsi, tidak tertutup pada salah satu agama pun.

Sebanyak 14 orang atau sebesar 14,58% responden menjawab cukup setuju, sebanyak 41 orang atau sebesar 42,71% responden menjawab tidak setuju, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau 3,12% responden. Responden yang menjawab tiga kategori jawaban ini beranggapan bahwa sebagian dari mereka yang menganut agama Islam dan beranggapan umat Islam harus dipimpin oleh calon bupati dan wakil bupati yang beragama sama dengan mereka. Mereka menilai agama menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam memilih seorang pemimpin.

f. Analisis Data Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural pada penelitian ini melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial, pekerja, agama, perbedaan kota dan desa dan bahasa/nasionalisme.

(65)

berdasarkan pendekatan struktural ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai bahwa permasalahan infrastruktur dan permasalahan pelayanan pemerintah menjadi pertimbangan mereka dalam memilih. Ketidakpuasan masyarakat dengan kepemimpinan Bupati yang masih menjabat pun tidak lepas dari penilaian masyarakat sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih. Masyarakat juga menilai bahwa banyaknya jumlah calon yang berkompetisi menjadi pertimbangan mereka dalam memilih, tetapi perbedaan agama calon yang berkompetisi tidak menjadi pertimbangan yang cukup berarti bagi mereka dalam memilih nantinya. Semua penilaian tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari pribadi dan lingkungan sekitar masyarakat sehingga menjadi penilaian untuk mempertimbangan dalam memilih.

Selanjutnya untuk mengetahui besar persentase sikap responden dari pendekatan struktural digunakan rumus persentase sebagai berikut :

Keterangan : P : Presentase

(66)

Berdasarkan rumus di atas diperoleh persentase sebagai berikut:

Kategori Jawaban (a) = 159/480 x 100% = 33,12% Kategori Jawaban (b) = 199/480 x 100% = 41,46 % Kategori Jawaban (c) = 54/480 x 100% = 11,25 % Kategori Jawaban (d) = 65/480 x 100% = 13,54 % Kategori Jawaban (e) = 3/480 x 100% = 0,63 %

Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan, perasaan, dan penilaian masyarakat secara keseluruhan berdasarkan pendekatan struktural. Sebanyak 33,12% responden menjawab sangat setuju, sebanyak 41,46% responden menjawab setuju, sebanyak 11,25% responden menjawab cukup setuju dan sebanyak 13,54% responden menjawab tidak setuju serta sebnayak 0,63% responden menjawab sangat tidak setuju yang didasarkan atas pertimbangan pilihan melihat banyaknya jumlah calon yang berkompetisi, melihat permasalahan infrastruktur khususnya terkait pembangunan fisik berupa jalan, melihat belum puasnya dengan kepemimpinan bupati, melihat permasalahan pelayanan pemerintahan sertdari sisi pendidikan dan kesehatan, dan melihat perbedaan agama calon.

(67)

mendapatkan pengetahuan dan perasaan pribadi yang berasal dari keluarga dan pendidikan yang mereka miliki, sedangkan pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari lingkungan sekitar mereka karena bersosialisasi dengan tetangga dan teman sepermainan mereka.

Sebaran jawaban responden berdasarkan pendekatan struktural ini dapat dilihat jelas pada grafik berikut ini :

Gambar 2. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Struktural

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

[image:67.595.177.509.306.534.2]
(68)

pemerintahan, serta belum puasnya dengan kepemimpinan bupati yang masih menjabat. Jawaban tidak setuju dari masyarakat mengenai perbedaan agama calon tidak menjadi pertimbangan mereka dalam memilih. Masyarakat beranggapan bahwa apabila ada calon yang memiliki agama berbeda dengan mereka maka mereka akan tetap memilih calon tersebut asalkan dapat memberikan kemajuan untuk Lampung Barat. Hasil yang didapatkan oleh peneliti dilapangan ini melihat dari penilaian masyarakat secara keseluruhan berdasarkan pendekatan struktural yang terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan pribadi serta lingkungan sekitar mereka.

Selanjutnya untuk menganalisa pendekatan struktural responden terhadap orientasi masyarakat pekon sebarus dalam pemili dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut:

I = NT - NR K

Keterangan :

I = intervensi nilai skor NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah K = kategori jawaban

(69)

Diketahui dari pendekatan struktural NT= 25 NR= 12 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori (K) penulis tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :

NT - NR

I =

K 25 - 12 I =

5

I = 2,6 dibulatkan = 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut:

Tabel 21. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan Pendekatan Struktural

No Interval Kategori Frekuensi (F)

Persentase (%)

1 23-25 Sangat Tinggi 15 15,62

2 20-22 Tinggi 40 41,66

3 17-19 Sedang 27 28,12

4 14-16 Rendah 9 9,37

5 11-13 Sangat rendah 5 5,20

Jumlah 96 100

Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012

(70)

banyaknya jumlah calon menjadi pertimbangan pilihan mereka. Semakin banyak calon yang berkompetisi maka akan semakin selektif masyarakat melakukan penilaian terhadap calon pemimpin yang berkompeten untuk menjadi bupati, selain itu adanya banyak calon yang be

Gambar

Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi
Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden paling
+7

Referensi

Dokumen terkait

Enterobacter hafniae adalah bakteri batang gram negatif ditemukan pada feses,tanah,air 25 bakteri ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial berhubungan dengan penyakit

3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia

Dengan adanya pemangkasan daun yang tidak aktif melakukan fotosintesis, hasil asimilat yang ditransfer ke bagian tongkol akan lebih besar, sehingga dengan memangkas

1) Proses rekrutmen dimulai saat adanya bidang pekerjaan baru di perusahaan, karena jika ada jabatan kosong dan berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

Dalam banyak bagiannya, teks yang diumumkan oleh Pleyte tampaknya telah terpotong-potong; namun, yang jelas, meskipun terdapat perbedaan mencolok antara jalan cerita dalam

Berdasarkan paparan tersebut, terdapat dua sisi output dan predictive outcomepembelajaran siswa yang harus diamati dan karenanya dimungkinkan untuk diukur

Seperti yang telah dijelaskan dalam penyajian hasil analisis data, maka dalam pembahasan ini untuk melihat pandangan pengarang dalam karyanya, latar belakang