• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Pemberdayaan Masyar pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Program Pemberdayaan Masyar pdf"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Bhunta

Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, NAD - Indonesia

(Pembangunan Saran Air Bersih Berbasis Masyarakat)

WORKING PAPER

COMMUNITY EMPOWERMENT

Oleh:

Ginanjar Syamsuar

MAGISTER PERENCANAAN & KEBIJAKAN PUBLIK

FAKULTAS EKONOMI

(2)

DAFTAR ISI

2. Metode Kesinambungan Teknik Sistem Sarana Air Bersih (SAB) ...10

3. Time Frame / Rencana Jadwal Kegiatan ... 12

Bab II. GAMBARAN UMUM DAN PROFIL LOKASI STUDI ... 13

1. Gambaran Umum Situasi Desa. ... 13

2. Kondisi Fisik ... 14

3. Potensi ekonomi ... 17

4. Kesehatan ... 18

5. Sosial dan Budaya... 19

6. Hubungan Kelembagaan, Partisipasi sosial, dan Sensitivitas Gender ... 20

Bab III. HASIL DAN PEMBAHASAN (ACTION PLAN) ... 22

1. Implementasi Kegiatan ... 22

1. Pelatihan dan Orientasi Tim Fasilitator dan Local Researcher... 22

2. Pelatihan dan Orientasi Pengurus Kelompok Pengguna Sarana Air Bersih ... 22

3. Kegiatan Sosialisasi dan Identifikasi Permasalahan ... 23

4. Focus Group Discussion (FGD) ... 24

5. Community Gathering ... 25

6. Evaluasi dan Orientasi Tim Fasilitator dan Local Researcher ... 27

7. Kegiatan Penyiapan dan Penguatan Kelompok Pengguna ... 27

2. Kegiatan Konstruksi Sarana Air Bersih ... 28

3. Hasil (Output) Kegiatan Pembangunan Sistem Sarana Air Bersih (SAB) . 30 Bab IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 32

1. Kesimpulan ... 32

2. Rekomendasi ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN... 34

Lampiran 1. Peta Lokasi Desa Bhunta ... 34

(3)

PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH BERBASIS MASYARAKAT

(Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Bhunta Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya)

Bab I.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

a. Pemberdayaan Masyarakat

Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia (people

centred development) dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan

langsung dari masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi

pembangunan). Karena dengan adanya partisipasi dari masyarakat penerima program,

maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan

masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat akan terjadi apabila pelaku atau

pelaksana program pembangunan di daerahnya adalah orang-orang, organisasi, atau

lembaga yang telah mereka percaya integritasnya, serta apabila program tersebut

menyentuh inti masalah yang mereka rasakan dan dapat memberikan manfaat

terhadap kesejahteraan hidupnya. Pemberian kewenangan kepada masyarakat

setempat yang tidak hanya untuk menyelenggarakan kegiatan atau program

pembangunan, tetapi juga untuk mengelola program tersebut akan mendorong

masyarakat untuk mengerahkan segala kemampuan dan potensinya demi

keberhasilan kegiatan/program tersebut. Pada gilirannya keberdayaan masyarakat

setempat akan menjadi lebih baik sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan dan

kapasitas masyarakat.

Terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pendekatan

yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak kepada

orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk

memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan,

artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat

perlu didampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator,

dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian

(Soegijoko dkk, 1997: 179). Arah baru strategi pembangunan diwujudkan dalam

(4)

pemantapan otonomi dan desentralisasi, dan (3) modernisasi melalui penajaman arah

perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat (Sumodiningrat, 1999: 82).

Untuk merealisir arah baru pembangunan tersebut, maka perlu lebih

mempertajam fokus pelaksanaan strategi pembangunan yaitu melalui penguatan

kelembagaan pembangunan masyarakat maupun birokrasi. Penguatan kelembagaan

pembangunan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan model pembangunan

partisipatif yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan

kemampuan aparat birokrasi dalam menjalankan fungsi lembaga yang berorientasi

pada kepentingan rakyat.

b. Pembangunan Sarana Air Bersih Berbasis Masyarakat

Air bersih adalah merupakan salah satu kebutuhan paling pokok dan mendasar

dalam kehidupan manusia. Secara umum, sumber daya alam air digunakan untuk

keperluan rumah tangga, pertanian, industri, dan peternakan. Secara khusus, air

bersih dan higienis digunakan untuk minum, memasak, mencuci dan mandi.

Kekurangan air bersih berarti akan mengganggu kehidupan manusia, mengingat lebih

dari 50 persen kegiatan manusia sehari-hari mempergunakan air.

Minimnya sarana penyediaan air bersih yang dihadapi oleh masyarakat telah

menimbulkan persoalan-persoalan lain di masyarakat, seperti tingginya pengeluaran

masyarakat untuk memperoleh air bersih serta gangguan penyakit kulit akibat

penggunaan air yang keruh dan tidak higienis. Hal ini sangat mengganggu masyarakat

dari sisi kesehatan terutama anak-anak dan perempuan yang lebih sering melakukan

kegiatan dengan mempergunakan air.

Sesuai dengan kebijakan umum dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Air

Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat, maka dalam upaya

membangun sarana dan prasarana air bersih dan penyehatan lingkungan harus

berdasarkan pendekatan tanggap kebutuhan, yang menempatkan masyarakat pada

posisi teratas dalam pengambilan keputusan, baik dalam hal pemilihan sistem yang

akan dibangun (pilihan teknologi), pola pendanaan, maupun tata cara pengelolaannya.

Dalam kaitannya dengan pilihan teknologi tepat guna penyediaan air bersih

(5)

(1) Ketersediaan jenis sumber air baku yang dapat dimanfaatkan;

(2) Jumlah biaya yang dibutuhkan serta kemampuan masyarakat untuk memberikan kontribusi pembangunan;

(3) Kompleksitas teknologi dan kesiapan masyarakat untuk mengelola teknologi yang telah dipilih;

(4)Nilai manfaat, kemudahan penggunaan dan kesinambungan terhadap opsi teknologi yang dipilih.

2. Permasalahan

Sebagai akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam

dan Nias maka sumber/sarana air dan sanitasi rusak karena limpahan air laut dan

terjangan tsunami, masyarakat bukan hanya kehilangan sumber air dan sarana sanitasi

tetapi juga anggota keluarga, sanak dan saudara. Keadaan ini memperlemah

kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sarana air minum dan sanitasi

(penyehatan lingkungan).

Desa Bhunta di wilayah kecamatan Krueng Sabee kabupaten Aceh Jaya merupakan

salah satu desa yang semua sumber/sarana air bersihnya rusak parah dari hampir

semua desa yang ada di wilayah kabupaten Aceh jaya yang terkena dampak bencana

alam tersebut. Pada awal tanggap darurat kebutuhan akan air bersih setelah relokasi

penduduknya mulai tertata kembali dipenuhi oleh bantuan dari berbagai organisasi

internasional sebagai donor seperti CARE International dan lainnya, akan tetapi

sifatnya darurat dimana sumber air bersih yang digunakan tidak bersifat permanen

(sifatnya tanggap darurat) walaupun bangunan penampung air yang dibangun

bersifat kokoh dan permanen, sehingga seiring dengan waktu sumber air yang

digunakan banyak yang tidak keluar airnya atau dampak intrusi air laut sudah mulai

terasa yang mengakibatkan kualitas air sudah tidak layak kembali. Sedangkan berbagai

program bantuan hibah lain seperti ADB yang salah satunya bekerja berbasiskan

masyarakat kecukupan dana untuk cakupan kerja sudah terbatas peruntukannya,

begitu juga berdasarkan pertimbangan lain seperti topografi dan sebaran penduduk

yang relatif terpencar adalah merupakan kendala tersendiri yang sangat diperhatikan

oleh berbagai sumber donor lain. Sehingga hal ini merupakan cobaan yang sangat

berat bagi masyarakat desa Bhunta tersebut, mengingat kebutuhan akan ketersedian

(6)

Berdasarkan potensi yang dicerminkan oleh data eksisting hasil identifikasi

masalah maka yang mengakses ketersidaan air bersih ditampilkan dalam tabel berikut:

Miskin Menengah Kaya Total Total (%)

Jumlah penduduk : 231 109 71 411 100

Jumlah Rumah tangga (KK) : 64 34 19 117 100

Akses awal kepada air bersih*) (KK) : 2 2 1 5 4,42

Akses awal kepada jamban (KK) : 2 4 2 8 7,08 *) Maksudnya: akses yang baik kepada sarana air bersih

Dari data tersebut diatas tampak bahwa akses terhadap air bersih yang layak

sangat kecil sekali, sehingga permasalahan tersebut merupakan potensi yang perlu

diperhatikan untuk memprioritaskan pembangunan sarana air bersih.

3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas maka tujuan dari

program pemberdayaan masyarakat ini adalah:

1. Penyiapan, pengembangan, pemantapan kelembagaan masyarakat di tingkat

masyarakat sehingga dapat mengkoordinasikan dan mengorganisasikan dalam

rangka pelaksanaan kegiatan program pembangunan sarana air bersih;

2. Pembangunan Sarana Air Bersih berbasis masyarakat.

3. Peningkatan kemampuan dan keterampilan perseorangan dan kelompok

masyarakat didalam pengelolaan keberadaan sarana air bersih masyarakat demi

(7)

4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian pada latar belakang disampaikan bahwa ketersedian akan air

bersih saat ini sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat desa Bhunta kecamatan

Krueng Sabee kabupaten Aceh Jaya, dimana hal ini ditunjukan pula oleh kecilnya nilai

cakupan sarana air bersih pada data eksisting-nya. Dipihak lain sumber donor yang

sebelumnya ada di wilayah tersebut sudah tidak bisa memenuhinya lagi karena

dengan keterbatasan dana yang dimilikinya serta keadaan topografi wilayah yang

menjadi kendala. Akan tetapi dipihak masyarakat keberadaan akan sarana air bersih

tersebut sangatlah dibutuhkan terlebih sumber air yang ada dan digunakan sekarang

sudah tidak mencukupi kebutuhan.

Dengan adanya dukungan penuh dari pihak pemerintah desa setempat serta

keinginan masyarakat untuk melaksanakannya secara bersama dan mandiri, maka

pelaksanaan pembangunan sarana air bersih berbasis masyarakat di desa Bhunta

kecamatan Krueng Sabee kabupaten Aceh jaya dilaksanakan berdasarkan partisipasi

masyarakat dengan mengimplementasikan metode pemberdayaan masyarakat MPA

(Methodology for Participatory Assessment) yang biasa digunakan untuk

pemberdayaan masyarakat didalam bidang pembangunan sarana air bersih, dimana metode ini adalah merupakan paduan antara metode partisipatif dasar umum dengan

metode pokok untuk mendorong kesinambungan teknis pembangunan sistem sarana air

bersih secara khusus.

Didalam metoda MPA tersebut kerangka pemikiran program pembangunan sarana

air bersih pelaksanaanya mengikuti phase-phase pokok sebagai berikut:

(1) Phase persiapan masyarakat;

Pada phase ini yang dilakukan adalah sosialisasi program pemberdayaan

mengenai pembangunan sarana air bersih kepada seluruh anggota masyarakat

desa dengan teknis pelaksanaan merujuk kepada kesiapan masyarkat melalui

koordinasi pimpinan setempat atau tokoh masyarakat/agama, saat

pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif untuk tujuan pemahaman tentang

(8)

(2) Phase identifikasi masalah dalam penentuan opsi teknis dan pembentukan tim kerja masyarakat (TKM);

Pada phase ini adalah merupakan tindak lanjut dari tahapan pertama, adapun

yang menjadi fokus kegiatan adalah pada masalah pengumpulan informasi

yang berkaitan dengan program kegiatan pembangunan sarana air bersih

untuk selanjutnya dilakukan identifikasi masalah guna penentuan opsi teknis

sarana tersebut. Selanjutnya apabila telah didapatkan kesepakatan opsi teknis

yang dipilih, lalu dibentuk kepanitiaan sebagai tim kerja masyarakat yang

dilaksanakan secara demokratis dan partisipatif masyarakat melalui suatu

rembug masyarakat (community gathering).

(3) Phase penyusunan rencana kerja masyarakat;

Pada phase ini tim kerja masyarakat dengan difasilitasi oleh fasilitator membuat

rencana kerja masyarakat untuk pembangunan sarana air bersih sesuai opsi

yang dipilih, dimana isi yang dimuat didalam dokumen rencana kerja

masyarakat tersebut meliputi Rencana Anggaran Biaya (RAB), jadwal

pelaksanaan kegiatan, dan sumber biaya pembangunan.

(4) Phase pelaksanaan rencana kerja masyarakat;

Phase ini adalah tahapan implementasi rencana kerja masyarakat sesuai yang

telah dituangkan didalam dokumen RKM-nya. Baik itu pengadaan material

bangunan, teknis dan jadwal pelaksanaan.

Kesemua tahapan tersebut pelaksanaannya dilakukan berdasarkan partisipasi

masyarakat, sehingga masyarakat merasa memiliki atas sarana air bersih yang

dibangunnya serta jaminan kesinambungan (sustainability) sarana akan terjaga.

Sedangkan untuk mendampingi masyarakat didalam pelaksanaan rangkaian

kegiatannya adalah dibantu oleh fasilitator masyarakat yang secara kemampuan

(9)

Kondisi existing

Dari uraian keterangan diatas maka secara bagan dapat dibuat diagram kerangka

pemikiran dalam rangka pembangunan sistem sarana air bersih berbasis masyarakat

sebagai berikut:

(10)

5. Metode

Program kegiatan pembangunan sarana air bersih berbasis masyarakat

dilaksanakan dengan mengimplementasikan metode pemberdayaan masyarakat MPA

(Methodology for Participatory Assessment).

Alasan Metode MPA diterapkan didalam pemberdayaan ini karena metode MPA

adalah suatu metode pemberdayaan masyarakat yang secara khusus diterapkan untuk

proses pembangunan sistem sarana air bersih basis masyarakat dan disamping itu

metode ini berdasarkan pengalaman yang sudah menggunakan metode MPA adalah

lebih mudah untuk diterima dimasyarakat karena praktis dan sederhana serta tidak

banyak ketergantungan terhadap adanya fasilitator, selain itu metode ini digunakan

tidak hanya dalam masa pelaksanaan kegiatan saja melainkan terus menerus secara

sinambung, sehingga dapat menuntut dan memicu masyarakat untuk dapat mandiri.

Secara jelas Metodologi dan Instrumen yang terkandung dalam metode MPA ini

terdiri atas penerapan metode-metode dasar sebagai berikut:

1. Metode Partisipatif

Metode partisipatif mendorong keikutsertaan setiap pribadi didalam suatu

proses kelompok tanpa memandang usia, jenis kelamin, kelas sosial dan latar

belakang pendidikan. Metode ini terbukti sangat berguna untuk mendorong

keikutsertaan kaum perempuan (yang selama ini kurang berperan dalam

proses pembangunan dan agak tersisihkan ). Metode partisipatif dirancang

untuk membangun rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab atas keputusan

yang diambilnya. Metoda partisipatif mencoba membuat proses pengambilan

keputusan sebagai pekerjaan yang mudah dan menyenangkan. Hal tersebut

dirancang untuk perencanaan pada tingkat masyarakat. Para peserta belajar

satu sama lain dan mengembangkan rasa saling menghargai atas pengetahuan

dan keterampilan orang lain.

Dalam memfasilitasi setiap kegiatan, dipilih metode yang tepat dan lazim

digunakan dalam program perbaikan sarana Air Bersih masyarakat secara

partisipatif dengan tetap menerapkan cara-cara yang selama ini dianggap

(11)

pilihan metode yang dalam pelaksanaannya dilakukan juga

penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi setempat.

Pendekatan MPA membantu orang merasa lebih percaya diri dan yakin akan kemampuannya untuk berbuat sesuatu untuk menjadikan masyarakatnya

lebih baik. Perasaan memiliki keberdayaan dan tumbuhnya kepribadian dalam

diri masyarakat, sama pentingnya dengan perbaikan fisik seperti terbangunnya

sistem sarana air bersih. Dalam implementasinya, dikembangkan instrument

wangkongan (informal meetings), diskusi kelompok terfokus (Focus Group

Discussion), serta temu warga (Community Gathering).

Beberapa Alat dan atau Instrumen yang digunakan didalam kegiatan penerapan

metode Partisipatif adalah sebagai berikut:

a. Pertemuan Informal (Informal Meetings)

Instrumen ini menjadi bagian penting yang digunakan fasilitator terutama

untuk memperoleh hasil yang kualitatif yang tidak dapat dicapai dalam FGD

maupun community gathering. Melalui instrument ini dapat dilakukan klarifikasi

dan konfirmasi data, fasilitasi konflik kepentingan (bila terjadi), serta hal-hal

lain guna kelancaran kegiatan. Informal meeting dilakukan secara kondisional,

setiap saat dianggap perlu. Dengan instrument ini pula fasilitator dapat tetap

melakukan improvisasi-improvisasi langkah, terutama dalam upaya mendekati

warga menuju terbangunnya pemahaman dan kesepakatan.

b. Kuesioner

Guna memperoleh data awal (baseline data) yang akurat, dirancang format

kuesioner yang sederhana namun dapat memenuhi keperluan data yang

dibutuhkan. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh local researcher dengan

panduan dari fasilitator dengan mengunjungi setiap keluarga yang terdapat di

dua wilayah pembangunan sarana air bersih ini.

c. Focus Group Discussion (FGD)

Pada tahapan ini, kegiatan diskusi kelompok terfokus dan diarahkan agar

terjadinya proses assessment oleh warga dengan menggunakan alat (tools)

yang telah dipersiapkan. Alat yang digunakan tersebut berhubungan dengan

peringkat kesejahteraan, pemetaan sosial, jalur penyebaran penyakit serta

(12)

pelaksanaannya, dilakukan pemilihan peserta secara acak dan terbatas, yakni 15

sampai 20 orang yang dapat mewakili strata kesejahteraan (kaya, miskin,

sedang), sebaran lokasi permukiman, usia serta jenis kelamin (gender).

d. Community Gatherings

Merupakan instrumen sosialisasi program serta forum untuk menyepakati

temuan dan rencana yang dihasilkan dalam FGD yang melibatkan seluruh

masyarakat di wilayah ini. Setiap warga memiliki peluang serta hak yang sama

untuk turut mengemukakan pendapatnya, kritik dan saran terhadap hasil dari

FGD, termasuk penyepakatan rencana tindak lanjutnya.

e. Pelatihan (Trainings)

Pada tahapan ini, kelompok pengguna sarana air bersih diberi pelatihan

tentang bagaimana nanti operasional dan pemeliharaan sarana tersebut

setelah beroperasi. Disamping itu juga diberi pemahaman tentang organisasi

diantaranya administrasi organisasi, administrasi keuangan, dan mekanisme

pembuatan aturan main antara kelompok dengan pengguna.

2. Metode Kesinambungan Teknik Sistem Sarana Air Bersih (SAB)

Metode ini adalah merupakan suatu metode pendekatan yang khusus

memperhatikan segi kesinambungan pengelolaan dan penggunaan sistem

Sarana Air Bersih (SAB) untuk mendorong agar kesinambungan dapat terjadi,

yaitu dengan cara memperhatikan 5 aspek kesinambungan sebagai berikut:

a. Kesinambungan Teknis

Pertimbangan jenis teknologi yang dimanfaatkan sesuai dengan kondisi di

masyarakat.

b. Kesinambungan Finansial

Pertimbangan biaya operasi dan pemeliharaan serta iuran melibatkan

semua kelompok masyarakat (Kaya/Miskin, Laki/Perempuan). Yang pada

prinsipnya teknik SAB yang dipilih tidak memberatkan masyarakat dalam

hal penentuan iuran untuk operasi dan pemeliharaan.

(13)

Teknik SAB yang dipilih harus memperhatikan aspek lingkungan dalam

kaitannya dengan sumber air yang dimanfaatkan dan pembuangan air yang

telah dimanfaatkan.

d. Kesinambungan Institusi

Dalam proses pembentukan badan pengelola harus memperhatikan

kesetaraan gender dan pelibatan kelompok miskin, serta mewujudkan

nilai-nilai demokrasi dan transparansi. Selain itu dalam kaitannya dengan

pengembangan kemampuan melalui pelatihan juga harus melibatkan

kelompok miskin dan kesetaraan gender, baik dalam menentukan jenis

pelatihan maupun peserta pelatihan.

e. Kesinambungan Sosial

Seluruh kelompok masyarakat (miskin/kaya, laki-laki/perempuan) diberikan

pilihan seperti opsi teknologi, jenis sarana, tingkat pelayanan, jenis

pelatihan termasuk kelompok masyarakat yang disertakan serta

memperhatikan nilai-nilai Demand Responsive Approach (DRA).

(14)

3. Time Frame / Rencana Jadwal Kegiatan

Berdasarkan pada tahapan metoda MPA maka rencana jadwal kegiatan (time

frame) pembangunan sarana air bersih di desa Bhunta pelaksanaanya dijadwalkan

sebagai berikut:

No. Jenis kegiatan

Waktu, Minggu ke- dalam Bulan ke-

(15)

Bab II.

GAMBARAN UMUM DAN PROFIL LOKASI STUDI

1. Gambaran Umum Situasi Desa.

Desa Bhunta adalah salah satu desa di kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh

Jaya dengan luas area 535 Ha.

Ketika bencana gempa bumi dan tsunami melanda Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam desa ini tidak mengalami kerusakan yang berarti karena jarak desa ini

dengan garis pantai sekitar 7 km. Akan tetapi walaupun desa ini bukan desa yang

parah dilanda Tsunami, namun cukup menerima imbas dari bencana yang terjadi

dimana semua jalur transportasi terputus, saluran listrik mati total, sumber sarana air

bersih rusak dan di perparah dengan minimnya persediaan makanan yang dimiliki

masyarakat desa ini. Selain itu desa ini juga menjadi salah satu basis penampungan

pengungsi dari desa lain yang terkena tsunami, diantaranya dari Desa Cot Trap, Leung

Gayo, Paya Baro, Alue Ambang , Tanoh Manyang serta desa-desa lainnya di kecamatan

Krueng Sabee dan hal ini cukup menimbulkan permasalahan di Desa Bhunta.

Seiring dengan kedatangan pengungsi ke desa ini, secara langsung maupun tidak

langsung masyarakat desa ini mempengaruhi situasi dan kondisi kehidupan sosial baik

itu permasalahan kebutuhan pokok, tempat tinggal dan masalah–masalah lainnya

sebagai akibat pembauran.

Sekarang masyarakat Desa Bhunta secara perlahan telah memulai kembali aktivitas

seperti dahulu dimana para petani sudah mulai kembali bercocok tanam di

persawahan mereka walaupun banyak permasalah yang mereka hadapi dalam

menjalankan usaha mereka, diantaranya areal sawah yang rawan banjir dan terendam

ketika musim hujan dan hal ini juga diperparah dengan rusaknya tanggul penyangga

aliran sungai yang melalui wilayah desa.

Walaupun masih banyak permasalahan bagi warga khususnya petani menjalankan

usaha pertanian akan tetapi mereka tetap melakukan cocok tanam karena sangat

didukung oleh areal persawasahan yang cukup luas yaitu sekitar 150 Ha. Ini merupakan

potensi primadona yang dimiliki oleh Desa Bhunta disamping potensi–potensi lainnya

yang belum tergali diantaranya usaha perternakan, penambangan pasir/galian C dan

(16)

Sebagai gambaran umum, masyarakat saat ini sedang merencanakan kembali

untuk turun kesawah guna melanjutkan usaha pertanian. Disamping itu juga ada

beberapa perencanaan yang bersifat infrastruktur diantaranya pembangunan atau

rehab tempat ibadah (Mesjid Desa) Bhunta, sarana Air Bersih dan pembukaan jalan

untuk mengakses potensi SDA desa berupa pasir di Sungai.

2. Kondisi Fisik

a. Geografi

Luas wilayah desa Bhunta adalah 535 Ha, dimana disebelah utara berbatasan

dengan hutan Seumira, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Rambong

Payong, sebelah barat berbatasan dengan desa Tanoh Anoe, dan disebelah

timur berbatasan dengan desa Pulo Tinggi. (Lampiran 1. Gambar peta lokasi)

Desa Bhunta terdiri atas 2 (dua) dusun, yaitu dusun Masa Jaya dan dusun Masa

Karya. Sedangkan jarak desa Bhunta ke pusat pemerintahan kecamatan sejauh

3 km, ke ibu kota kabupaten 33 km, dank ke kota provinsi sejauh 420 km.

b. Demografi

Tabel 1: Data Dasar Penduduk

(17)

c. Sarana dan Prasarana/Infrastruktur

Sarana dan prasarana/infrastruktur yang dimiliki desa Bhunta terdiri atas:

Jalan sepanjang 6700 m dimana sepanjang 300 m beraspal, 3400 m berpasir, dan sepanjang 3000 m kondisi rusak total.

Listrik, Desa Bhunta paska gempa bumi dan gelombang tsunami tidak menikmati lagi pelayanan listrik karna rusak total dan kondisi ini diperparah

dengan dicurinya jaringan kabel aliran oleh pihak-pihak tidak bertangguang

jawab.

Telepon, Jaringan telepon belum pernah ada di Desa Bhunta baik pra atau pasca gempa bumi dan gelombang tsunami.

Kepemilikan tanah, Pada umumnya warga Bhunta belum memiliki sertifikat kepemilikan tanah dari Badan Pertanahan Nasional.

Untuk gambaran status kepemilikan dan batas tanah tersebut, di dapat

berdasarkan informasi dari hasil pengukuran yang telah dilakukan oleh

komponen Community Land Mapping–LOGICA–AIPRD.

Tabel 2: Status Kepemilikan Tanah

Dusun Masa Jaya Dusun Masa Karya

Jumlah Persil 57 96

Status Pemilik Hidup 54 95

Status ahli waris 3 1

Status pemilik tidak ada keterangan 3 1

Kebun/sawah/tanah kosong 3 17

Bangunan rumah 50 71

(18)

d. Fasilitas Umum

Tabel 3: Ketersediaan Fasilitas Umum

Jenis Ukuran/Daya Tampung Kondisi

Mesjid 20x 30 m2/ 100 Orang Perlu renovasi Meunasah 5 x 7 m2/ 150 Orang Perlu renovasi

Kantor/Balai Desa 10 x 6 m2/ 20 Orang Terendam Banjir ketika hujan Balai Pengajian/TPA 5 x 7 m2/ 100 Orang Semi permanen dan perlu

rehab

Balai/gedung pertemuan 7 x 18 m2/ 100 Orang Dalam tahap pengerjaan (Bantuan AIPRD_LOGICA)

e. Sumber-sumber air yang bisa diakses masyarakat

Tabel 4: Ketersediaan sumber air bersih

# Sumber

(19)

f. Kondisi sanitasi secara umum

Pada umumnya masyarakat Desa Bhunta belum mempunyai system sanitasi

dan saluran pembuangan yang baik. Buangan limbah rumah tangga di salurkan

ke pekarangan belakang berupa kubangan. Sebahagian besar rumah penduduk

di Desa Bhunta belum memiliki MCK yang layak.

3. Potensi ekonomi

Beberapa potensi ekonomi yang dimiliki oleh desa Bhunta diantaranya adalah

sebagai berikut:

a. Ketrampilan mata pencaharian

Pada umumnya penduduk desa Bhunta hanya mempunyai ketrampilan dasar

sebagai petani maupun tukang bangunan.

b. Sumber-sumber mata pencaharian pokok dan usaha sampingan

Tabel 5: Jenis mata pencaharian Jenis Mata

Pencaharian Utama Jumlah Keterangan

Bengkel L: 2 Termasuk bengkel las,

sepeda motor dll P: -

PNS L: 2 Pada umumnya pegawai golongan menengah P: 2

Pedagang L: 25 Jualan kecil-kecilan atau

kios dan warung P: -

Sumber: (Kantor desa dan penduduk: 2008)

c. Jenis mata pencaharian dan perlengkapan/peralatan yang digunakan

Tabel 6: Perlengkapan mata pencaharian Jenis mata

pertukangan Perlu pelatihan Modal usaha kurang

b. Gergaji,palu,meteran

Petani

a. Cangkul Tractor yang tersedia

tidak sesuai dengan luas area pertanian /sawah

b. Parang c. Hand traktor

(20)

d. Potensi SDA (Sumber Daya Alam)

Tabel 7: Potensi Sumber Daya Alam

Jenis Luas/Unit Keterangan

Sawah 150 Ha

Para petani belum turun kesawah karena areal persawahan terendam

Ladang 10 Ha Produksi buah kelapa Sebagian

area terendam di musim hujan

Kebun 35 Ha Tanaman keras

(durian,rambutan,Mangga)

Perkampungan 50 Ha Total keseluruhan pemukiman

penduduk

Rawa-Rawa 7 Ha Rawa- rawa yang tidak digarap

Pohon produksi / perkebunan 35 Ha Kelapa penghasil kopra

Tanah Kosong 33 Ha Areal wilayah Desa yang tidak

produktif Sumber: (Kantor desa dan penduduk: 2008)

4. Kesehatan

a. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan

Di Desa Bhunta tidak ada fasilitas kesehatan yang berbentuk bangunan

(infrastruktur) maupun tenaga medis yang menetap, fasilitas kesehatan yang

ada di desa hanya Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) yang jadwal

aktifitasnya adalah seminggu sekali. Warga desa umumnya memperoleh

pelayanan kesehatan di PUSKESMAS yang terletak di pusat Kecamatan dengan

jarak tempuh dari desa sekitar 3 km, yang dapat dicapai dengan kendaraan

roda dua milik pribadi dan kendaraan umum yaitu becak mesin. Untuk

keperluan pelayanan yang bersifat mendesak atau darurat seperti ibu

melahirkan biasanya warga desa Bhunta menjemput bidan atau mantra

kesehatan yang ada di desa lain dan terkadang menggunakan jasa Bidan

Kampung (dukun terlatih).

b. Pola Penyakit

Kasus penyakit yang sering diderita warga desa Bhunta adalah Malaria,

Reumatik (lumpuh sementara), Batuk dan penyakit musiman seperti Diare,

(21)

c. Akseptor KB

Di desa Bhunta terdapat 75 pasangan usia subur dan tidak ada data valid untuk

pasangan atau keluarga pengguna alat kontrasepsi dari program Keluarga

Berencana (KB). Pada umumnya warga Desa menggunakan sistem dan alat

kontrasepsi tradisional yang telah dilakukan turun–temurun dan masih

berlangsung sampai sekarang.

5. Sosial dan Budaya

a. Pola kegiatan harian

Tabel 8: Pola kegiatan harian versi Ibu rumah tangga

Waktu (WIB) Jenis Kegiatan

1 05:00 s/d 10:00 Bangun pagi, shalat Shubuh, masak, cuci pakaian, cuci piring, ngopi.

2 10:00 s/d 12:00 Bekerja ke sawah, kebun, bersih rumah. ngurus anak. 3 12:00 s/d 14:00 Masak siang. Istirahat, makan siang

4 14:00 s.d 16:00 Istirahat, tidur siang 5 16:00 s/d 17:00 Mandi, shalat ashar

6 17:00 s/d 18:00 Santai. nonton, ngurus anak

7 18:00 s/d 19:30 Shalat magrib,ke mesjid, wirid yassin 8 19:30 s/d 20:00 Shalat Isya

9 20:00 s/d 22:00 Nonton, istirahat, ngumpul dengan keluarga 10 22:00 s/d 05:30 Istirahat, tidur

Pola kegiatan harian versi keluarga petani

Waktu (WIB) Jenis Kegiatan

1 05:00 s/d 07:00 Bangun pagi, shalat Shubuh, ngopi,sarapan pagi 2 07:00 s/d 08:00 Bekerja ke sawah, bersih peralatan, bersih rumah. 3 08:00 s/d 12:00 Bekerja ke sawah. ladang dan kebun

4 12:00 s.d 14:00 Istirahat, tidur siang, Shalat 5 14:00 s/d 17:00 Kembali bekerja ke sawah, ladang

6 17:00 s/d 18:00 Mandi, shalat Ashar, mandi, kumpul dengan keluarga, istirahat,

7 18:00 s/d 19:30 Ke mesjid , shalat magrib, makan malam 8 20:00 s/d 22:00 Nonton, Istirahat, ngumpul dengan keluarga 9 22:00 s/d 05:30 Istirahat, tidur

Pola kegiatan harian versi pemuda – pemudi

Waktu (WIB) Jenis Kegiatan

1 06:00 s/d 08:00 Bangun pagi, shalat shubuh, ngopi,sarapan pagi. 2 08:00 s/d 12:00 Kerja, ke sawah, Ke ladang

3 12:00 s.d 14:00 Istirahat, tidur siang, Shalat, nonton, kumpul dengan kawan

(22)

MASYARAKAT

Red Cross & Crescent

AIPRD

ACF

AMI

Camat

Koramil

PPK

Puskesmas KUA MUKIM

Kapolsek Posyandu

Forum Pemuda Keuchik

LKMD

PKK

Kadus

Kades

5 17:00 s/d 18:00 Mandi, Shalat Ashar, jalan-jalan, santai, nonton 6 18:00 s/d 20:00 Shalat magrib, ke mesjid, makan malam

7 20:00 s/d 30:00 Santai, kumpul-kumpul, nonton TV 8 22:00 s/d 06:00 Istirahat, tidur

6. Hubungan Kelembagaan, Partisipasi sosial, dan Sensitivitas Gender a. Hubungan Kelembagaan

Hunbungan kelembagaan yang terdapat di desa Bhunta, kecamatan Krueng

Sabee kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat dari pola kedekatan pada diagram

(23)

b. Partisipasi dalam kegiatan sosial, budaya dan keagamaan

Pada umumnya masyarakat desa Bhunta sangat kental atau aktif dalam

kegiatan sosial yang bersifat silahturahmi seperti hajatan, kenduri, pesta

perkawinan dan kematian dimana semua warga desa saling membantu dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut. Setelah tsunami dengan adanya program cash

for work dari beberapa lembaga yang pada dasarnya bersifat gotong royong

mempengaruhi pola hubungan sosial termasuk sendi-sendi budaya yang dulu

telah ada dimana budaya gotong royong secara perlahan telah ditinggalkan

oleh masyarakat karena telah terbiasa dengan bayaran yang diberikan. Gotong

Royong sudah pernah coba diaktifkan kembali oleh Kader Desa akan tetapi

tidak semua warga desa berperan kecuali lebih banyak kaum perempuan yang

aktif.

c. Sensitivitas Gender

Pada umumnya peran laki-laki dan perempuan di desa Bhunta tidak ada indikasi

perbedaan yang berarti, ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan di desa baik itu

musyawarah dimana semua warga desa baik laki-laki maupun perempuan hadir

dan diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat serta masukan untuk

pengambilan keputusan. Dalam kegiatan gotong royong semua warga desa

baik laki-laki maupun perempuan juga dilibatkan dan berperan aktif tanpa ada

pembedaan, tetapi perbedaan hanya pada pembagian kerja atau pada

tingkatan penyelesaian pekerjaan.

Dalam melakukan kegiatan pekerjaan sehari-hari pada umumnya ibu-ibu/kaum

perempuan juga terlibat bekerja diladang dan disawah termasuk pengolahan

hasil panen seperti pinang, kelapa yang dilakukan secara bersama–sama

(24)

Bab III.

HASIL DAN PEMBAHASAN (ACTION PLAN)

Berdasarkan metode yang dipakai yaitu MPA (Methodology for Participatory

Assessment) maka hasil analisis dari kegiatan secara keseluruhan adalah sebagai

berikut:

1. Implementasi Kegiatan

1. Pelatihan dan Orientasi Tim Fasilitator dan Local Researcher

Program ini dimaksudkan sebagai wahana pencerahan dan pembekalan

bagi seluruh anggota tim yang akan melaksanakan tugas dilapangan. Kesiapan

motivasi dan peningkatan kapasitas tim juga telaah mendalam akan hal-hal

baru menjadi fokus kerja dalam pelatihan. Dalam hal ini, pengkayaan dan

pendalaman materi dari pihak-pihak yang kompeten dan berpengalaman

menjadi sangat relevan sebagai bahan diskursus, khususnya tentang sistem

sarana air bersih.

Pada pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 5 dan 6 Mei

2009, Hari pertama diawali dengan bina suasana dilanjutkan dengan sesi orientasi program yang diisi oleh paparan dari Koordinator program (Latar

Belakang dan Arah Kegiatan Penyiapan Masyarakat menuju terbangunnya

Community-Based Water Supply System di Dusun Masa Jaya dan Dusun Masa

Karya, desa Bhunta).

Hari ke kedua, orientasi lebih diarahkan kepada pendalaman pengetahuan lapangan serta pengkayaan pemahaman terhadap alat (instrumen partisipatif)

serta bahan kuesioner. Pendalaman dan pengkayaan teknis fasilitasi dan

penggalian data primer. Local researcher dan fasilitator membedah anatomi

sosial kemasyarakatan di kedua wilayah dusun termasuk asumsi-asumsi kontra

produktif yang mungkin muncul. Local researcher dalam sesi ini menjadi sumber

informasi utama. Pada hari ke dua ini pula, diberikan pembekalan berkenaan

dengan teknik-teknik komunikasi dan improvisasi fasilitasi – the lesson learned

dari Koordinator Program yang memaparkan pengalaman-pengalaman

(25)

Pelatihan I (Operasional & Pemeliharaan), dilaksanakan tanggal 7 Mei 2009 mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.30 dihadiri oleh perwakilan

masing-masing Pengurus Kelompok Pengguna Sarana Air Bersih (SAB) sebanyak 32

orang dan seluruh Fasilitator. Proses dimaksudkan untuk memberi pemahaman

kepada kelompok pengguna bagaimana tentang operasi dan pemeliharaan dari

sarana air bersih tersebut, sehingga kelompok bisa membuat rencana kerja,

struktur dan job description.

Pelatihan II (Organisai & Managerial), dilaksanakan tanggal 8 Mei 2009 mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.30 dihadiri oleh perwakilan

masing-masing Pengurus Kelompok Pengguna Sarana Air Bersih sebanyak 30 orang,

dan seluruh Fasilitator dan Local Researcher. Proses dimaksudkan untuk

memberi pemahaman kepada kelompok pengguna bagaimana pentingnya

organisasi dan unsur-unsur pokoknya antara lain :

1. Organisasi

2. Administrasi

3. Pendanaan

4. Jaringan kerja

3. Kegiatan Sosialisasi dan Identifikasi Permasalahan

Kegiatan sosialisasi kegiatan penyiapan masyarakat di kedua wilayah, dusun

Masa Jaya dan dusun Masa Karya, Desa Bhunta, Kecamatan Krueng Sabee

dilaksanakan mulai pertengahan bulan Mei 2009 melalui berbagai tahapan.

Guna mengidentifikasi permasalahan setempat termasuk pengumpulan data

sekunder, permulaan sekali telah dilakukan pertemuan-pertemuan informal

dengan berbagai tokoh kunci masyarakat al: Ketua RW; Kader PKK, Tokoh

Pemuda; Tokoh Agama termasuk perangkat Desa dan Kecamatan – baik secara

bersama-sama dalam bentuk wangkongan (informal meeting-dialog) maupun

secara sendiri-sendiri melalui kunjungan ke rumah warga.

Dari berbagai format kajian yang dilakukan terangkum beberapa

permasalahan yang berkaitan dengan sistim penyedeiaan air bersih dan sanitasi

mulai dari kebiasaan BAB di kebun, BAB di sungai, cubluk/Septik Tank

(26)

punya drainase dan berbagai hal yang berkaitan dengan kebiasaan yang tidak

sesuai dengan syarat kesehatan.

Selama melakukan prakondisioning sampai pada pelaksanaan FGD (masing

masing 9 kali di setiap lokasi), dan Community Ghatering (2 kali di setiap lokasi)

telah dilaksanakan tahapan kegiatan sbb:

• Mendata jumlah kepala umpi (kepala rumah/terdiri dari satu atau beberapa

keluarga) dan menyebarkan kuesioner.

• Mengidentifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kriteria

kaya, miskin dan sedang dari kacamata warga setempat dikaitkan dengan

kondisi sanitasi.

• Mengidentifikasi sumber air bersih.

• Mengidentifikasi sejumlah cubluk (galian tanah tempat BAB / tanpa konstruksi).

• Mengidentifikasi drainase.

• Mengidentifikasi sebaran cubluk.

• Mengidentifikasi sebaran buangan sampah.

• Membuat pemetaan saluran pipa (pipeline) air bersih versi masyarakat.

• Membangun struktur kepengurusan pengguna SAB.

• Mendata daftar calon pengguna SAB yang siap salurannya disambungkan.

• Melibatkan sejumlah resources local pada program pembangunan system

Sarana Air Bersih (SAB).

4. Focus Group Discussion (FGD)

Untuk mendorong warga melakukan pengkajian terhadap

permasalahan-permasalahannya sendiri, dan seterusnya dapat mencari cara-cara

pemecahannya sendiri, dilakukan Serangkaian Diskusi Kelompok Terfokus

(Focus Group Discussion - FGD) dengan beberapa sasaran antara lain:

• Pemetaan /Identifikasi Permasalahan Bersama

• Derajat Kesejahteraan Warga berkaitan dengan kondisi sanitasi.

• Pemetaan Sosial

(27)

• Pemetaan Jalur Pipa versi Warga

• Pembentukan Pengurus Kelompok Pengguna SAB (Tim Pengelola).

• Pemilihan susunan Pengurus Kelompok SAB secara demokratis.

• Evaluasi dan monitoring pelaksanaan konstruksi oleh kelompok pengguna

SAB.

• Mencari beberapa opsi SAB bagi pengguna yang tidak mampu.

• Penguatan pengurus kelompok dalam memecahkan masalah (Problem

Solving)

• Penguatan pengurus kelompok dalam kebersamaan/keterpaduan (Team Work)

• Penguatan pengurus kelompok dalam kreativitas/jejaring

• Pengenalan pentingnya admintrasi organisasi dan keuangan bagi kelompok.

• Memfasilitasi Kelompok Pengguna membuat aturan main dan manual

dengan warga pengguna SAB.

5. Community Gathering

Community Gathering I, dilaksanakan tanggal 10 Mei 2009 mulai jam 14.00 sampai dengan 17.00 WIB dihadiri oleh perwakilan masing-masing RT sebanyak

78 orang. Pokok bahasan adalah penyepakatan hasil dari Pendataan Awal, FGD

Kesejahteraaan, Mapping Sosial dan Jalur Penyakit. Hasil kajian dan temuan

warga dalam proses FGD dipaparkan oleh perwakilan warga untuk ditanggapi,

dikritisi atau diperkaya oleh warga lain yang menjadi peserta. Setelah melalui

proses diskusi, akhirnya hasil kajian dan temuan warga dalam FGD dapat

disepakati warga secara keseluruhan.

Proses Community Gathering I, dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat luas tentang hasil FGD-FGD yang selama ini ditempuh

dalam kelompok terbatas. Diharapkan pemaparan hasil kajian oleh warga

sendiri ini mampu memberikan stimulan yang positif dan gayung bersambut

dari warga yang hadir (pemahaman dan akseptibilitas). Pemaparan

temuan-temuan harus diklarifikasi dan diberikan tanggapan secukupnya sehingga

(28)

1) Pendataan awal merupakan wahana pengambilan data secara sampling

dari sejumlah kepala keluarga dalam bentuk quisioner. Isi ini meliputi

jumlah KK, fasilitas air bersih, jamban, cubluk, drainase dan sebaran

sampah sebagai akibat dari aktivitas masyarakat.

2) FGD derajat kesejahteraan, memberi peluang kepada warga untuk

memahami realitas warga yang ada. Mulai dari kondisi warga, jumlah

jiwa tiap umpi, perilaku, cirri-ciri/krteria kaya, miskin dan sedang, serta

sebaran atau prosesntasi jumlah warga kaya, miskin dan sedang.

3) Mapping social, warga diminta untuk menggambarkan peta situasi

mengenai seluruh eksisting kampung, batas RW, Gang, Saluran air,

rumah-rumah sesuai dengan criteria sosial, jamban umum, kebun,

sungai dst. Kemudian warga yang hadir diminta kembali masukan dan

koreksinya.

4) Jalur penyakit, merupakan gambaran proses rute penyebaran

kontaminasi dari sumber, media, proses dan akibat. Pada kesempatan

ini warga membahas tentang hasil kajian FGD, kemudian hasil-hasil

tersebut dikamapanyekan. Khususnya menyangkut keharusana

perubahan tingkah laku dan penanganannya secara efektif oleh

khalayak luas secara bersama-sama (Perencanaan Bersama). Proses ini

sangat banyak mendapat tanggapan masyarakat karena menyangkut

dampak kerugian baik material maupun immaterial yang langsung

diderita oleh warga.

Community Gathering II, dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Mei 2009 mulai pk.13.30 WIB sampai dengan pk.17.15 WIB. Selain dihadiri hampir sekitar 100

warga setempat dengan jumlah laki-laki dan perempuan hampir sebanding,

beberapa wakil perangkat desa juga turut hadir.

Pokok utama bahasan pada temu warga II ini adalah pemaparan dari

perwakilan warga tentang temuan-temuan serta kajian yang telah dilakukan

oleh warga sendiri melalui FGD-FGD sebelumnya yang disampaikan oleh

(29)

penyediaan sarana Air Bersih, perilaku/ kebiasaan buruk buang air besar,

ketiadaan sarana sanitasi memadai, serta pemetaan social yang telah dibuat

warga secara bersama-sama, juga bagaimana warga berpendapat untuk

mengatasinya.

Secara umum warga dapat menyepakati hasil assesment tersebut dan sangat

menginginkan adanya perubahan keadaan. Untuk itu warga menerima dan antusias dengan rencana pembangunan sistem sarana Air Bersih Perpipaan dan Sumur Gali.

Pihak koordinator program memaparkan aspek design, teknis

operasionalisasi sarana serta asumsi-asumsi beban yang harus ditanggung

warga, serta saran bagaimana seharusnya warga dapat mengorganisasi diri

dalam O&P sarana yang kelak akan dibangun.

6. Evaluasi dan Orientasi Tim Fasilitator dan Local Researcher

Program ini dimaksudkan sebagai wahana evaluasi dan pembekalan bagi

seluruh anggota tim setelah melaksanakan Tahap I dan saat akan melaksanakan tugas dilapangan pada Tahap II. Kesiapan motivasi dan peningkatan kapasitas tim juga telah mendalam akan hal-hal baru menjadi

fokus kerja dalam orientasi. Dalam hal ini, pengkayaan dan pendalaman materi

dari pihak-pihak yang kompeten dan berpengalaman menjadi sangat relevan

sebagai bahan diskursus, khususnya tentang upaya penguatan kelompok

pengguna Sarana Air Bersih.

7. Kegiatan Penyiapan dan Penguatan Kelompok Pengguna

Kegiatan pertama penyiapan dan penguatan kelompok pengguna sarana

Air Bersih di kedua wilayah, Dusun Masa Jaya dan Dusun Masa Karya desa

Bhunta, Kecamatan Krueng Sabee dilaksanakan mulai akhir bulan Mei 2009

melalui berbagai tahapan. Selama melakukan prekondisioning sampai pada

pelaksanaan FGD, dan Community Ghatering telah dilaksanakan tahapan

kegiatan sebagai berikut:

a. Memilih orang untuk duduk dikepengurusan kelompok pengguna Sarana

(30)

b. Mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan pasca konstruksi oleh

masyarakat.

c. Mengidentifikasi hasil temuan monitoring pasca kontruksi olek kelompok

masyarakat.

d. Mengidentifikasi pengguna sarana SAB yang tidak mampu melakukan

penyambungan dan menyiapkan sarana lainnya.

e. Membangun dan menggali individu pengurus kelompok pengguna dalam

team work, kreativitas dan problem solving.

f. Mendorong kelompok pengguna sarana SAB membuat stuktur, rencana

kerja dan job description kelompok.

g. Memberi pemahaman kelompok pengguna dalam hal teknis Operasional

dan pemeliharaan dan juga managerial/adminitrasi.

h. Membuat aturan main pelaksanaan operasional sistem sarana SAB tersebut

antara kelompok pengguna dan pengguna itu sendiri.

2. Kegiatan Konstruksi Sarana Air Bersih

Pada dasarnya pengerjaan fisik sarana air bersih beserta pemipaan di dua lokasi

Dusun Masa Jaya dan Dusun Masa Karya telah dinyatakan selesai 100 %, hal

tersebut disepakati dalam pertemuan tripartite antara pihak coordinator program,

perangkat desa Bhunta dan pihak Tim Kerja Masyarakat yang disaksikan oleh pihak

pendamping dan masyarakat.

Pekerjaan fisik di atas meliputi:

• Bak utama Penangkap Air (Mata Air)

• Bak water treatment beserta material pendukung fungsi filtrasi seperti zeolit,

tanaman dll

• Pemasangan Pipa primer dan Sekunder lengkap dengan instalasi bak

• Pemasangan 15 titik sambungan langsung ke Bak Umum beserta

kelengkapannya

• Pengembalian kondisi bekas galian / gang ke kondisi semula

Walaupun demikian sesuai kondisi dan dinamika di lapangan, maka terdapat

(31)

pembiayaan dan itu terjadi karena didorong oleh kesiapan warga masyarakat

dalam keswadayaan.

Perubahan Penyesuaian dari Rencana Semula:

a) Perubahan penyesuaian dan panambahan volume perkerjaan dari rencana

semula, terjadi pada:

1. Perubahan jalur pemipaan dari 5 gang yang direncanakan, menjadi tiga

gang yang direalisasikan dengan pertimbangan jumlah penduduk/keluarga

yang membutuhkan.

2. Penempatan bak kontrol, semula per 50 meter, volumenya disesuaikan

dengan kondisi melalui pendekatan konsentrasi umpi, serta dimungkinkan

untuk pengembangan pengguna dimasa yang akan datang ditinjau dari sisi

kepadatan penduduk. Semula 12 buah pada pipa 4 inch dan 8 buah pada

pipa 6 inch sedangkan ralisasinya 18 buah pada pipa 4 inch dan 19 buah

pada pipa 6 inch.

3. Penambahan kualitas bak kontrol di jalur utama, dimana semula dengan

konstruksi pasangan batu-bata maka dengan pertimbangan teknis dan

lokasi pinggir jalan desa, telah disepakati untuk dirubah dengan site mix.

4. Penambahan panjang jalur pipa untuk menjangkau pengguna yang relatif

jauh dari pipa utama.

5. Perbanyakan Conecting pipa T tanpa melalui bak kontrol, karena

pertimbangan kemudahan jangkuan yang lebih efesien dan ekonomis bagi

warga pengguna. Yang sebelumnya tidak direncanakan secara detail oleh

pihak konsultan maupun kontraktor.

b) Kebijakan pemanfaatan tenaga lokal yang diusulkan masyarakat setempat,

yang sebelumnya akan memakai tenaga luar daerah. Kebijakan ini berpengaruh

terhadap tingkat pendapatan dan rasa aman bagi masyarakat setempat

maupun kontraktor. Secara otomatis kualitas yang diharapkan terjaga langsung

oleh masyarakat setempat.

c) Memasang jalur utama dan sekunder memotong jalan desa untuk persiapan

(32)

d) Pelaksanaan pemasangan sambungan langsung ke rumah pengguna (SR)

sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen RKM, Saat ini telah terpasang 47

titik SR yang digunakan oleh masyarakat.

3. Hasil (Output) Kegiatan Pembangunan Sistem Sarana Air Bersih (SAB)

Secara umum, dari implementasi kegiatan yang dimulai sejak 5 Mei 2009

sampai dengan saat ini dan dilaksanakan melalui tahapan I, II dan III serta

perkembangan selanjutnya, diperoleh gambaran hasil kegiatan sebagai berikut:

1. Terlaksananya beberapa agenda kegiatan yang dituangkan dalam bentuk

matrik kegiatan, antara lain:

a. Focus Group Discussion (FGD)

b. Community Gathering

c. Informal Meeting

d. Tripartit Meeting

e. Orientasi & Pelatihan Local Researcher dan Pengurus Kelompok Pengguna

Sistem Srana Air Bersih (SAB)

2. Diperoleh pemahaman dan kesepakatan mengenai:

a. Baseline data dan teridentifikasinya kondisi dan permasalahan lingkungan:

1) Data penduduk serta sebarannya

2) Tingkat kesejahteraan masyarakat

3) Peta potensi dan masalah dusun Masa Jaya dan dusun Masa Karya, desa

Krueng Sabee

4) Drainase dan cubluk yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan

5) Peta jalur pipa versi masyarakat

6) Data pengguna

b. Manajemen pengelolaan sistem Sarana Air Bersi (SAB) yang dituangkan dalam

bentuk:

1) Struktur organisasi beserta Job description pengurus kelompok

pengguna

(33)

c. Terlaksananya pembangunan fisik system Sarana Air Bersih (SAB) dan jalur

perpipaan dengan kondisi 100% sesuai Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang

dibuat (Terlampir dalam Lampiran 2).

d. Diakomodasinya saran dan keinginan warga dalam beberapa aspek teknis

pelaksanaan kontruksi dan pemipaan aantara lain: adanya perubahan dan

penambahan volume pekerjaan fisik berupa:

1) Penambahan panjang jalur pipa dan jumlah bak kontrol

2) Pemeluran/semenisasi gang dan perbaikan drainase

3) Dilakukannya uji kualitas beton dan dilakukannya rekayasa teknis

penambahan ketebalan dinding bak penangkap Air.

3. Pelaksanaan pekerjaan teknis hampir 80% menggunakan tenaga setempat

dengan memberdayakan tim kepengurusan pengelola yang sudah terbentuk

sebagai pengorganisir.

4. Dicapainya tujuan utama program pendampingan pembangunan Sistem Sarana

Air Bersih (SAB) berupa peningkatan kapasitas masyarakat yang telah mereka

buktikan dalam interaksi yang dilakukan pada program yang dilaksanakan,

yaitu:

a. Tumbuhnya Kesadaran dan sikap terbuka pada program

b. Adanya kesiapan motivasi dari warga

c. Adanya kesiapan kerjasama dari warga terhadap pelaksanaan program

d. Adanya peningkatan wawasan dan keahlian dalam operasional dan

(34)

Bab IV.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

a. Kehancuran total struktur sosial masyarakat paska tsunami merupakan agenda

utama yang harus disikapi oleh siapa saja baik itu pemerintah, NGO dan

lembaba-lembaga lain. Menjawab pernyataan tersebut tidak cukup hanya

memberikan bantuan-bantuan fisik dan materi saja kepada masyarakat karena

hal tersebut akan lebih memperburuk kondisi sosial masyarakat yang pada

akhirnya akan membentuk gaya hidup baru yang tidak mandiri. Pemberian

bantuan materi bagus, tetapi harus diiringi oleh program pemberdayaan yang

sifatnya lebih menonjolkan kreatifitas dan potensi yang dimilki oleh

masyarakat, dengan harapan lebih menitik beratkan pada kemandirian

masyarakat agar supaya merasa memiliki yang dampaknya akan menurunkan

biaya operasional dan pemeliharaan.

b. Secara umum masyarakat antusias bahwa Air bersih yang tersedia ingin

langsung tersambung kerumah (house connection) akan tetapi walaupun

hanya dari bak umum masyarakat sudah cukup merasa puas karena kebutuhan

akan air bersih sudah dapat dijangkau dengan mudah.

c. Dicapainya tujuan utama program pendampingan pembangunan Sistem Sarana

Air Bersih (SAB) berupa peningkatan kapasitas masyarakat yang telah mereka

buktikan dalam interaksi yang dilakukan pada program yang dilaksanakan.

2. Rekomendasi

a. Memberikan penyadaran kepada masyarakat bahwa suksesnya pembangunan

desa merupakan tanggung jawab penuh masyarakat itu sendiri.

b. Menjalin kerjasama dengan pihak luar guna memperlancar proses

pembangunan desa.

c. Meningkatan kepekaan semua pihak dalam proses membentuk kembali

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2003.

Christine Van Wijk, Nilanjana Mkherjje, Rekha Dayal, Methodology for Participatory Assessment (MPA): with communities, institutions policy makers , Jakarta, 2003.

Kartasasmita Ginandjar, Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi , Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar FIA, UNIBRAW, Malang, 1996.

Oswar Muadzin Mungkasa, Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta , Disertasi Doktor Program Studi Ilmu Ekonomi, FE-UI, 2000.

Soemodiningrat Gunawan, Membangun Perekonomian Rakyat”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998.

United Nations, Laporan Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia 2007”, Edisi Terjemahan, United Nations, 2008.

World Bank Institute, Dasar-dasar Analisis Kemiskinan”, Edisi Terjemahan, Badan Pusat Statistik, 2000.

(36)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Desa Bhunta

(37)

Lampiran 2. Tabel Ringkasan Rencana Kerja Masyarakat (RKM)

TABEL RINGKASAN RENCANA KERJA MASYARAKAT (RKM)

DATA UMUM

1. Lokasi kegiatan

Desa : BHUNTA

Kecamatan : KRUENG SABEE

Kabupaten : ACEH JAYA

Propinsi : NANGRO ACEH DARUSSALAM (NAD)

2. Tim kerja masyarakat (TKM)

Nama TKM : BHUNTA

Nama Ketua TKM : SAFRIYAN YUSNUS L / P*)

3. Data awal komunitas

Miskin Menengah Kaya Total Total (%)

Jumlah penduduk : 231 109 71 411 100

Jumlah Rumah tangga (KK) : 64 34 19 117 100

Akses awal kepada air bersih*) (KK) : 2 2 1 5 4,42

Akses awal kepada jamban (KK) : 2 4 2 8 7,08 *) Maksudnya: akses yang baik kepada sarana air bersih (yang ditingkatkan)

DATA RENCANA KEGIATAN

4. Sitem sarana air bersih yang diusulkan

Sumber: X Mata air Sumur Sumur bor

Air permukaan PDAM Lainnya

Kapasitas sumber: 10 Liter/detik

Jenis 35ocal35: X Mata air Sumur Keduanya

Bila perpipaan, sistemnya: X Gravitasi Pompa Keduanya

Kebutuhan air: 0.654 Liter/detik

Kapasitas system: 10 Liter/detik

(38)

5. Jumlah yang mengakses air minum

Sistem perpipaan System non-perpipaan Total

Miskin: KK 58 KK 58 KK

Menengah: KK 32 KK 32 KK

Kaya: KK 18 KK 18 KK

Jumlah: KK 108 KK 108 KK

6. Jenis dan jumlah titik layanan air minum

Jenis sarana Jumlah Jenis sarana Jumlah

Sumur gali: - Penangkap mata air 1

Sumur gali dg pompa tangan: - Kran umum -

Sumur bor dg pompa tangan: - Hidran/Bak umum 6

Sumur bor dg pompa listrik: - Sambungan rumah

7. Jumlah pemanfaat Jamban dalam RKM

Miskin: - KK

9. Perencanaan peningkatan akses jamban keluarga

Jumlah jamban yang akan dibangun menurut kategori: Miskin Menengah Kaya Total

10. Biaya implementasi (dalam juta rupiah)

Komponen Kecamatan/Desa Masyarakat (in-kind) Total Air Bersih

 Perpipaan 97.498.837,- 24.033.000,- 121.531.837,-

(39)

Perubahan perilaku (PHBS)

 Masyarakat : 3.648.000,- - 3.648.000,-

 Sekolah : 2.670.000,- - 2.670.000,-

Peningkatan kapasitas

masyarakat 3.394.500,- - 3.394.500,-

Administrasi Kegiatan 6.102.000 - 6.102.000

TOTAL 121.171.737,- 24.033.000,- 150.204.737,-

Total Dibulatkan 121.171.000,- 24.033.000,- 150.204.000,-

11. Biaya Operasi dan Pemeliharaan – O&M

Kategori biaya Tahunan (dalam ribu rupiah)

Bulanan (dalam rupiah)

Nilai penyusutan: Rp.8.079.027 Rp.673.252 Upah tenaga Pengelola: Rp.4.500.000 Rp.375.000

Pemeliharaan: Rp. 1.009.878 Rp. 84.157

Listrik:

Beban biaya rata-rata: Rp. 9.120 /KK/bln Rp/KK/bulan Rata-rata harga air: Rp.1.400 Rp/m3

Ket : Total O & M per bulan : Rp. 1.258.644,-

 Penerapan iuran Sama untuk semua √ Berdasarkan kategori

kesejahteraan/ proporsional

 Penggunaan meteran √ Ya Tidak

 Dibedakan menurut titik √ Ya Tidak

Gambar

Gambar 1. Diagram Bagan Kerangka Pemikiran Pembangunan Sistem Sarana Air Bersih berbasis Masyarakat
Tabel 1: Data Dasar Penduduk
Tabel 2: Status Kepemilikan Tanah
Tabel 4: Ketersediaan sumber air bersih
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Di Indonesia dikenal dengan berbagai macam suku dan agama, olehnya itu wajib bagi kita sebagai warga Negara Indonesia untuk menjaga keharmonisan hidup rukun berdampingan dengan

Sebagai dasar untuk melakukan rekayasa desain sumur resapan dalam, diperlukan data topografi untuk menentukan catchment area dan lokasi sumur, data

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current ratio berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROE) pada Perusahaan Plastik dan Kemasan yang terdaftar pada Bursa

Dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sistem pakar diawali dengan pengumpulan data gejala dan rekomendasi dari pakar terkait beserta dengan nilai

Sedangkan dasar dari hapusnya hak negara menjalankan pidana di luar KUHP adalah grasi yang diberikan oleh presiden dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung

Penelitian yang akan dilakukan penulis adalah penggunaan arificial intelligent dengan Fuzzy Mamdani untuk membantu Player dalam menambah nilai scoring yang akan