• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter I Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja pada Dinas Pemuda, Olahragaebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter I Hubungan Pengawasan Melekat dengan Akuntabilitas Kerja pada Dinas Pemuda, Olahragaebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Akhir penghujung abad ke 20, dunia di landa arus organisasi, transparansi, dan

tuntutan hak asasi manusia. Tidak satupun yang luput dari gelombang perubahan

tersebut. Seluruh Negara, terutama Negara - Negara berkembang menghadapi tantangan

baru yang membawa konsekuensi pada perubahan atau pembaharuan yang akan

mempengaruhi kehidupan umat manusia, baik di bidang ekonomi, politik, maupun

social budaya. Menghadapi perkembangan dunia yang lebih pesat, dan seiring dengan

derasnya aspirasi reformasi di dalam negeri, maka peranan penyelenggaraan

pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi sangat penting. Salah satu

elemen yang penting dalam tata pemerintahan yang baik adalah adanya akuntabilitas, di

samping transparansi dan peraturan. Karena itu, pengawasan yang merupakan unsur

penting dalam manajemen pemerintahan, memiliki peran yang sangat strategis untuk

terwujudnya akuntabilitas di dalam pemerintahan. Melalui seuatu kebijakan

pengawasan yang kemprehensif dan membina, maka diharapkan kemampuan

administrasi publik yang saat ini di anggap lemah terutama di bidang kontrol

pengawasan. Maka dari itu untuk mencapai tujuan dari pada organisasi secara optimal

di perlukannya aspek manajemen suatu organisasi tersebut agar dapat berfungsi sebagai

mestinya, selain itu pula pengawasan merupakan salah satu manajemen yang harus

dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah

di tetapkan dalam rangka pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat di peroleh

informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.

Informasi tersebut dapat di gunakan untuk sebagaimana pada ketetapan nomor

IX/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi

(2)

2

kepegawaian, melalui sosialisasi keputusan menteri pendayagunaan aparatur Negara

No.KEP/46/M.PAN/4/2004, tentang petunjuk pelaksanaan pengawasan dalam

penyelenggaraan pemerintah di tegaskan bahwa pengawasan merupakan salah satu

unsur penting dalam rangka peningkatan pendayagunaan aparatur Negara dalam

melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan menuju terwujudnya

pemerintah yang bersih dan beribawa.

Demi mewujudkan visi dan misi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Asahan tidak cukup totalitas dan loyalitas dalam implementasi

misi-misi Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan ,

namun diperlukan pengawasan demi tercapainya visi dari organisasi tersebut. Tidak

hanya itu akan lebih jelas Akuntabilitas Kerja dari kerja setiap pegawai demi terarahnya

misi-misi organisasi dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Asahan sehingga memaksimalkan setiap perencanaan, pelaksanaan serta

koordinasi dari dinas tersebut. Dengan demikian pegawai dituntut untuk memiliki

kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya untuk berpartisipasi

dalam kegiatan pemerintahan secara efektif dan efisien. Untuk itu setiap pegawai tidak

cukup melaksanakan pekerjaannya, melainkan harus mampu mempertanggungjawabkan

setiap pekerjaannya. Untuk membantu visi dan misi organisasi tersebut dibutuhkan

prinsip-prinsip administarasi yakni perencanaan, pembagian kerja, pelaksanaan dan

pengawasan. Dalam hal ini pengawasan akan membantu proses tanggung jawab setiap

pegawai atas pekerjaannya. Fungsi dari pengawasan adalah meningkatkan kinerja

organisasi secara berkelanjutan, karena semakin tinggi misi dari organisasi menuntut

organisasi untuk setiap saat mengawasi kinerjanya.

Bukti yang terlihat berdasarkan observasi di lapangan seperti, pada hari biasa

hanya beberapa pegawai yang meiliki prakarsa dan tanggungjawab melaksanakan setiap

(3)

3

Akuntabilitas Kerja dari instansi tersebut. Namun dibutuhkan pengawasan yang

menyeluruh dan sistematis terhadap semua program yang dilaksanakan untuk

memaksimalkan setiap anggaran yang digunakan, sehingga setiap pihak

bertanggungjawab dalam menyusun laporan pertanggungjawaban kerjanya sebagai

akuntabilitas kerja pegawai maupun akumtabilitas Dinas Pemuda, Olahraga,

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai “Hubungan Pengawasan Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Studi Pada

Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan”.

I.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki

arah yang jelas dalam menginterproduktivitaskan fakta dan data ke dalam penulisan

skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan

yang diajikan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Hubungan Pengawasan

Melekat Dengan Akuntabilitas Kerja Pegawai Studi Pada Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pengawasan Melekat di Dinas Pemuda, Olahraga,

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui Akuntabilitas Kerja pegawai di Dinas Pemuda,

Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Pengawasan dengan

Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Asahan.

(4)

4

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneitian ini adalah:

1. Bagi penulis secara subjektif adalah sebagai suatu tahapan untuk melatih dan

mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam

memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya

ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna

2. Bagi mahasiswa lainnya sebagi khasanah ilmiah untuk penelitian lainnya.

3. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai

bahan referensi, bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mereka yang

memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan pemasalahan ini.

1.5 Kerangka Teori

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis

didalam menyelesaikan penelitian ini, maka diperlukan suatu landasan berfikir yang

dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut

disebut kerangka teori. Menurut Sugiyono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu

ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar

perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dari penelitian ini

adalah :

1.5.1 Pengawasan

1.5.1.1 Pengertian pengawasan

Pengawasan mempunyai arti penting bagi setiap organisasi. Pengawasan

bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisiensi)

dan berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan

dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah

dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. (Manullang, 2008 : 172).

(5)

5

organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1985 ; 135). Menurut

Victor M. Situmorang (1994) Pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan dalam

rangka untuk mengetahui sampai dimana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson

(2006 : 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan

kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas

atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik

pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. George R. Tery (2006 : 395)

Menambahkan penjelasan bahwa pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah

dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan

tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan uraian yang telah di sebutkan dapat disimpulkan bahwa

pengawasan adalah sebagai suatu usaha sistematis oleh manajemen untuk

membandingkan kinerja standar, rencana, atau tujuan yang telah ditentukan terlebih

dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk

mengambil tindakan penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya

manusia digunakan dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.

1.5.1.2 Pengertian Pengawasan Melekat

Menurut Mustopadidjaja, (2000) mengemukakan pengertian Pengawasan

melekat (Waskat) yaitu pengawasan yang dilakukan oleh setiap pimpinan terhadap

bawahan dan satuan kerja yang dipimpinnya. Pengawasan melekat sebagai salah satu

kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk

menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan

(6)

6

Menurut Siagian (2008:115-116) proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh

administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu : (1)

pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Selanjutnya Menurut Saragih

(1982:97) pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara sebagai

berikut : (1) pengawasan langsung, (2) pengawasan tidak langsung. Menurut

Situmorang, (1994 : 71) mengatakan bahwa pengawasan melekat yaitu berupa tindakan

atau kegiatan usaha untuk mengawasi dan mengendalikan anak buah secara langsung,

yang harus dilakukan sendiri oleh setiap pimpinan organisasi. Nawawi, (1993)

menambahkan penjelasan bahwa pengawasan melekat adalah suatu proses pemantauan,

pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan secara berdaya dan berhasil guna oleh

pimpinan unit/organisasi kerja terhadap fungsi semua komponen untuk mewujudkan

kerja di lingkungan masing-masing agar secara terus menerus berfungsi secara

maksimal dalam melaksanakan tugas pokok yang terarah pada pencapaian tujuan yang

telah dirumuskan sebelumnya. Seperti yang tercantum dalam Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No.46 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengawasan Melekat, dijelaskan bahwa pengawasan melekat merupakan salah satu

bentuk pengendalian aparatur pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi dalam

meningkatkan mutu kinerja didalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan

instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Pengawasan melekat dapat

diwujudkan melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan dan penilaian yang dilakukan

pimpinan kepada para bawahannya. Dalam pelaksanaan pengawasan melekat seorang

pimpinan harus senantiasa memantau semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya,

apakah sesuai dengan program yang telah ditetapkan atau tidak. Dalam Intruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian

(7)

7

preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif

dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pengertian tersebut mengandung pemahaman bahwa fungsi pengawasan melekat

merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang harus dipunyai oleh seorang

pemimpin, dalam memberikan tugas atau tanggung jawab kepada orang-orang yang

dipimpinnya, agar arah, sasaran dan tujuan pelaksanaan tugas atau tanggungjawab

tersebut tidak menyimpang dan selesai sesuai dengan perencanaan atau ketentuan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, pengawasan melekat yang dimaksud

tentu bermakna luas dan menjadi bagian integral dari konsep dan gaya kepemimpinan

seseorang.

1.5.1.3 Unsur – unsur Pengawasan Melekat

Sesuai dengan KEMENPAN NO. 46 Tahun 2004 menjelaskan bahwa

unsur-unsur pengawasan melekat yaitu sebagai berikut:

1. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses pembentukan organisasi sehingga

cakupannya lebih luas dan lebih dinamis dari pada istilah organisasi. Melalui

pengorganisasian, bentuk suatu organisasi pemerintah dapat didesain sesuai dengan

kebutuhan dan tuntutan perkembangan.

2. Personil

Pembinaan personil merupakan upaya menjaga agar faktor sumber daya manusia

yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah memiliki kemampuan secara

profesional dan moral sesuai dengan kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya.

(8)

8

Kebijakan merupakan pedoman yang ditetapkan oleh manajemen untuk

mendorong tercapainya tujuan instansi pemerintah.

4. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses penetapan tujuan serta langkah-langkah

kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang dengan sumber daya yang diperlukan

dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuanorganisasi.

5. Prosedur

Prosedur merupakan rangkaian tindakan untuk melaksanakan aktivitas

tertentuyang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yangdiharapkan.

6. Pencatatan

Pencatatan merupakan proses pendokumentasi antransaksi/kejadian secara

sistematis yang relevan dengan kepentingan organisasi instansi.

7. Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk penyampaian informasi tertulis kepada unit kerja

yang lebih tinggi (pemberi tugas) atau kepada instansi lain yang mempunyai garis

kepentingan interaktif dengan instansi pembuat laporan.

8. Supervisi dan Review Intern

Supervisi merupakan pengawasan unsur pimpinan terhadap pelaksanaan tugas

yang dilaksanakan stafnya. Reviewintern adalah suatu aktivitasuntuk mengevaluasi

pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang telah ditetapkan yang dilakukan

oleh pimpinan ataupejabat yang berwenang bersama-sama dengan staf pimpinan atau

dilakukan oleh APIP, terhadap pelaksanaan tugas yang diberikan.

Menurut (Marnis, 2009 : 344) adanya banyak alasan mengapa pengawasan

penting dan dibutuhkan. Alasan yang sangat fundamental dan universal mengapa

pimpinan membutuhkan pengawasan adalah kebutuhan memonitor apa yang orang atau

(9)

9

Menurut (Rivai, 2009 : 530) menyatakan tujuan pengawasan adalah :

a. Meningkatkan kinerja organisasi secara berkelanjutan, karena kondisi

persaingan usaha yang semakin tinggi menuntut organisasi untuk setiap saat

mengawasi kinerjanya.

b. Meningkatkan efisiensi dan keuntungan bagi organisasi dengan menghilangkan

pekerjaan yang tidak perlu atau mengurangi penyalahgunaan alat atau bahan.

c. Menilai drajat pencapaian rencana kerja dengan hasil actual yang dicapai dan

dapat dipakai sebagai dasar pemberian kompensasi bagi seorang pegawai.

d. Mengkoordinasikan beberapa elemen atau program yang dijalankan.

e. Meningkatkan keterkaitan terhadap tujuan organisasi agar tercapai.

1.5.1.4 Proses Pengawasan Kerja

Menurut (Manaullang, 2001 : 129) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) proses yang

harus dilakukan dalam mengontrol pekerjaan itu :

a. Mendefinisikan parameter pekerjaan yang akan diawasi. Hal ini akan membantu

pegawai untuk mengetahui tingkat produktivitas yang akan dihasilkan secara

efektif dan efisien. Untuk itu atasan melakukan hal-hal sebagai berikut : (a)

Menetapkan tujuan (b) Standar ukuran, dan (c) Pengukuran.

b. Memfasilitasi kinerja yang hendak dicapai, atasan hendaknya memberikan

feedback kepada pegawai mengenai apa ynag harus dilakukan dan memberikan

fasilitas yang memadai.

c. Memotivasi pegawai, yang harus dilakukan atasan agar pegawai senantiasa

tertantang untuk mencapai target yang ditetapkan secara konsisten.

(10)

10

Menurut artikel blog ludiagung wahyudi pada tahun 2009 menjelaskan beberapa

program dan langkah-langkah pelaksanaan pengawasan melekat sebagai berikut :

1. Penyusunan Rencana

Setiap pimpinan unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan diwajibkan menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan

melekat tiap tahun yang meliputi 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat, manusia

dan budaya serta tugas unit kerja.

2. Pelaksanaan

Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

diwajibkan memantau pelaksanaan kegiatan pengawasan yang meliputi:

a. Sarana dan sistem kerjanya.

b. Kegiatan substansif dalam rangka pelaksanaan tugas pokok unit kerja di

lingkungan Departemen.

Pemantauan dapat dilakukan secara formal maupun informal. Pemantauan formal

dilakukan secara berkala dengan interval waktu tertentu disesuaikan dengan sifat dan

jenis tugas pokoknya, pemantauan formal dengan menggunakan formulir tertentu.

Pemantauan informal dilakukan secara terus-menerus melalui komunikasi terbuka

antara atasan dan bawahan. Pelaksanaan kegiatan pengawasan melekat hendaknya tidak

ditekankan pada aspek ketidakpercayaan kepada bawahan, tetapi hendaknya diarahkan

pada usaha membimbing dan memberi motivasi kepada bawahan.

Cara penilaian pegawasan melekat meliputi:

a. Ketepatan sarana dan sistem kerja yang digunakan dalam rangka mencapai unit

kerja.

b. Ketepatan pelaksanaan dengan rencana dan kebijaksanaan yang telah ditentukan.

c. Ketepatan hasil sesuai dengan yang direncanakan.

(11)

11

a. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan :

1. Sistem dan sarana kerja.

2. Pelaksanaan tugas unit kerja yang dinilai.

b. Menganalisis penggunaan sarana dan sistem kerja.

c. Membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana.

d. Menganalisis gejala dan penyebab terjadinya penyimpangan untuk selanjutnya

melakukan langkah-langkah tindak lanjut.

3. Tindak Lanjut

a. Jenis tindak lanjut.

Tindak lanjut terhadap hasil pengawasan melekat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa:

1) Tindakan administratif di bidang kepegawaian, termasuk penerapan hukuman

disiplin.

2) Tindakan tuntutan/gugatan perdata, antara lain tuntutan ganti rugi/penyetoran

kembali, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan perdata berupa pengenaan denda,

ganti rugi dll.

3) Tindakan pengaduan tindak pidana dengan menyerahkan perkaranya kepada

instansi yang berwenang.

4) Tindakan penyempurnaan aparatur pemerintah di bidang kelembagaan,

kepegawaian dan ketatalaksanaan.

5) Tindakan peningkatan dayaguna dan hasilguna terhadap fungsi pengendalian

maupun pemanfaatan berbagai sumber daya yang ada agar dapat terselenggara

dengan sebaik-baiknya dan tercapai hasil kerja yang optimal.

6) Tindakan pemberian pengharagaan kepada mereka yang memiliki prestasi yang

dinilai patut mendapat penghargaan.

(12)

12

1) Tindak lanjut hasil pengawasan melekat harus secepat mungkin

dilaksanakan setelah diyakini adanya penyimpangan dan diperoleh cara

mengatasinya, atau prestasi yang dinilai patut mendapat penghargaan.

2) Pelaksanaan tindak lanjut merupakan kewenangan atasan bersangkutan

kecuali apabila tindak lanjut tersebut di luar batas kewenangan.

3) Dalam hal tindak lanjut hasil pengawasan melekat bukan menjadi wewenang

atasan yanng bersangkutan, maka atasan tersebut wajib melaporkan kepada

atasannya atau kepada pejabat yang berwenang melaksanakan tindak lanjut.

4) Laporan tersebut pada butir 3 diatas disertai saran/rekomendasi pelaksanaan

tindak lanjut.

5) Tindak lanjut harus dipantau dan dievaluasi pelaksanaannya guna

memperoleh keyakinan bahwa tindakan-tindakan dalam tindak lanjut

tersebut mencapai sasaaran yang tepat.

4. Pelaporan

Setiap unit kerja di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan wajib

menyusun laporan Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

dan pelaksanaan tindak lanjut.

a. Materi laporan berupa kegiatan-kegiatan yang memenuhi salah satu atau lebih

dari kriteria dibawah ini:

1. Berkaitan dengan pelayanan umum.

2. Berkaitan dengan kepegawaian, keuangan dan materil.

3. Prioritas unit kerja/instansi.

4. Kegiatan yang dipandang oleh pimpinan unit kerja sifatnya rawan

terhadap penyimpangan-penyimpangan atau

penyelewengan-penyelewengan.

(13)

13

1) Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

meliputi:

a. Kegiatan yang terdiri dari 3 aspek yaitu sarana pengawasan melekat,

manusia dan budaya serta tugas unit kerja.

b. Program kerja pelaksanaan kegiatan di atas.

c. Waktu pelaksanaan kegiatan.

d. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan.

e. Tolak ukur dari keberhasilan peaksanaan kegiatan.

2) Pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat.

a. Menginvestrisasi penyimpangan dan prestasi kerja pegawai yang perlu

diberikan penghargaan.

b. Menyebutkan unit kerja dimana terjadinya penyimpangan atau prestasi

kerja pegawai.

c. Menguraikan peristiwa penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.

d. Menyebutkan nama pelaku penyimpangan atau prestasi kerja pegawai.

e. Menyebutkan jenis tindak lanjut terhadap penyimpangan atau prestasi

kerja pegawai.

c. Waktu Penyampaian Laporan

1) Pimpinan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten/Kotamadya menyusun program peningkatan pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari

unit kerja di lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Kepala Kantor

Wilayah.

3) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang dikoordinasikan oleh Kantor

Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan

(14)

14

a. Program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat (P3 Waskat) pada

awal bulan April tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.

4) Pimpinan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Unit Utama menyusun program

peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit

kerjanya, kemudian melaporkan kepada pimpinan unit utama yang terkait.

a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

pada awal bulan April tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.

5) Pimpinan pusat-pusat menyusun program peningkatan pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian

melaporkannya kepada pimpinan unit utama pembinanya.

a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

pada awal bulan April tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.

6) Pimpinan Sekolah Tinggi /Akademi/Politeknik dan Koordinasi Perguruan

Tinggi Swasta menyusun program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan

pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian melaporkannya kepada Direktur

Jenderal Pendidikan Tinggi dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini

Kepala Biro Organisasi.

a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

pada awal bulan September tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.

7) Pimpinan Universitas/Institut, menyusun program peningkatan pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut unit kerjanya, kemudian

(15)

15

dengan tembusan kepala ketua Lembaga Administrasi Negara (LAN), Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi dan Sekretaris Jenderal dalan hal ini Kepala Biro Organisasi.

a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

pada awal bulan September tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Juni tahun berjalan.

8) Pimpinan Kantor Wilayah, menyusun program peningkatan pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Kantor

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Unit Pelaksana Teknis, dan unit kerja di

lingkungannya, kemudian melaporkannya kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini

Kepala Biro Organisasi.

a. Program Peningkatan Pelaksanaan Pengawasan Melekat (P3 Waskat)

pada awal bulan April tahun berjalan.

b. Pelaksanaan tindak lanjut pada bulan Desember tahun berjalan.

9) Pimpinan Unit Utama menyusun program peningkatan pelaksanaan

pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan masukan dari Unit

Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungannya, kemudian melaporkannya

kepada Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi.

10) Sekretaris Jenderal dalam hal ini Kepala Biro Organisasi mengevaluasi

program program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak

lanjut dari Unit Utama, Kantor Wilayah, dan Perguruan Tinggi Negeri, serta menyusun

program peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat dan pelaksanaan tindak lanjut di

lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan hasil evaluasi,

kemudian melaporkannya kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

(MENPAN).

1.5.2 Akuntabilitas Kerja

(16)

16

Akuntabilitas Kerja adalah kemampuan memberi jawaban kepada otoritas yang

lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok orang terhadap masyarakat luas dalam

suatu organisasi (Syahrudin, Rasul, 2003 : 8) Sedangkan menurut UNDP, Akuntabilitas

Kerja adalah evaluasi terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk

dapat dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan organisasi

untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan datang.

Menurut the liang gie, (2001) akuntabilitas kerja adalah kesadaran dari seseorang

pengelola kepentingan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya tanpa

menuntut untuk di saksikan oleh pihak-pihak lain yang menjadi sasaran

pertanggungjawabannya.

Akuntabilitas Kerja merupakan konsep yang komplek yang lebih sulit

mewujudkannya dari pada memberantas korupsi. Akuntabilitas Kerja adalah keharusan

lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekan pada pertanggungjawaban

horizontal (masyarakat) bukan hanya pertanggungjawaban vertikal (otoritas yang lebih

tinggi)Turner and Hulme ,(1997). Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari

seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu

kepada pihak pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam

Akuntabilitas Kerja terdapat beberapa tingkatan. Tingkatan Akuntabilitas Kerja menurut

majalah Akuntansi:

1. Akuntabilitas Kerja Personal. Akuntabilitas Kerja berkaitan dengan diri sendiri.

2. Akuntabilitas Kerja Individu. Akuntabilitas Kerja yang berkaitan dengan suatu

pelaksanaan.

3. Akuntabilitas Kerja Tim. Akuntabilitas Kerja yang dibagi dalam kerja kelompok

atau tim.

4. Akuntabilitas Kerja Organisasi. Akuntabilitas Kerja Internal dan Eksternal

(17)

17

5. Akuntabilitas Kerja Stakeholders. Akuntabilitas Kerja yang terpisah antara

stakeholders dan organisasi.

1.5.2.2 Dimensi Akuntabilitas Kerja

Dimensi Akuntabilitas Kerja ada 5, yaitu (Syahrudin Rasul, 2003:11):

a. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran (accuntability for probity and

legality)

Akuntabilitas Kerja hukum terkait dengan dilakukannya kepatuhan

terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam organisasi,

sedangkan Akuntabilitas Kerja kejujuran terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan jabatan, korupsi dan kolusi. Akuntabilitas Kerja hukum

menjamin ditegakkannya supremasi hukum, sedangkan Akuntabilitas

Kerja kejujuran menjamin adanya praktik organisasi yang sehat.

b. Akuntabilitas Kerja manajerial yang dapat juga diartikan sebagai

Akuntabilitas Kerja kinerja (performance accountability) adalah

pertanggungjawaban untuk melakukan pengelolaan organisasi secara

efektif dan efisien.

c. Akuntabilitas Kerja program

Akuntabilitas Kerja program juga berarti bahwa programprogram

organisasi hendaknya merupakan program yang bermutu dan mendukung

strategi dalam pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Lembaga

publik harus mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat

sampai pada pelaksanaan program.

d. Akuntabilitas Kerja kebijakan

Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan

(18)

18

dimasa depan. Dalam membuat kebijakan harus dipertimbangkan apa

tujuan kebijakan tersebut, mengapa kebijakan itu dilakukan.

e. Akuntabilitas Kerja financial Akuntabilitas Kerja ini merupakan

pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk menggunakan dana

publik (public money) secara ekonomis, efisien dan efektif, tidak ada

pemborosan dan kebocoran dana, serta korupsi. Akuntabilitas Kerja

financial ini sangat penting karena menjadi sorotan utama masyarakat.

Akuntabilitas Kerja ini mengharuskan lembaga-lembaga public untuk

membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja financial

organisasi kepada pihak luar.

1.5.2.3 Aspek-Aspek Akuntabilitas Kerja

Berdasarkan dimensi yang dikemukakan Syahrudin Rasul, artikel kajian pustaka

menjelaskan beberapa aspek-aspek akuntabilitas kerja.

(http://www.kajianpustaka.com/2012/12/teori-akuntabilitas.html) sebagai berikut :

1. Akuntabitas adalah sebuah hubungan

Akuntabilitas Kerja adalah komunikasi dua arah sebagaimana yang diterangkan

oleh Auditor General Of British Columbia yaitu merupakan sebuah kontrak

antara dua pihak

2. Akuntabilitas Kerja Berorientasi Hasil

Pada stuktur organisasi sektor swasta dan publik saat ini Akuntabilitas Kerja

tidak melihat kepada input ataupun autput melainkan kepada outcome.

3. Akuntabilitas Kerja memerlukan pelaporan

Pelaporan adalah tulang punggung dari Akuntabilitas Kerja

(19)

19

Kata kunci yang digunakan dalam mendiskusikan dan mendefinisikan

Akuntabilitas Kerja adalah tanggung jawab. Tanggung jawab itu

mengindikasikan kewajiban dan kewajiban datang bersama konsekuensi.

5. Akuntabilitas Kerja meningkatkan kinerja

Tujuan dari Akuntabilitas Kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, bukan

untuk mencari kesalahan dan memberikan hukuman.

1.5.2.4 Alat-alat Akuntabilitas Kerja

Alat- alat akuntabilitas kerja menurut Rasul, (2003) menjelaskan bahwa :

1. Rencana Strategis

Rencana strategis adalah suatu proses yang membantu organisasi untuk

memikirkan tentang sasaran yang harus diterapkan untuk memenuhi misi mereka dan

arah apa yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran tersebut. Hal tersebut adalah

dasar dari semua perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

kegiatan suatu organisasi. Manfaat dari Rencana Stratejik antara lain membantu

kesepakatan sekitar tujuan, sasaran dan prioritas suatu organisasi menyediakan dasar

alokasi sumber daya dan perencanaan operasional; menentukan ukuran untuk

mengawasi hasil; dan membantu untuk mengevaluasi kinerja organisasi.

2. Rencana Kinerja

Rencana kinerja menekankan komitmen organisasi untuk mencapai hasil

tertentu sesuai dengan tujuan, sasaran, dan strategi dari rencana strategis organisasi

untuk permintaan sumber daya yang dianggarkan.

3. Kesepakatan Kinerja

Kesepakatan kinerja didesain, dalam hubungannya antara dengan yang

melaksanakan pekerjaan untuk menyediakan sebuah proses untuk mengukur kinerja dan

bersamaan dengan itu membangun Akuntabilitas Kerja.

(20)

20

Dipublikasikan tahunan, laporan Akuntabilitas Kerja termasuk program

dan informasi keuangan, seperti laporan keuangan yang telah diaudit dan

indikator kinerja yang merefleksikan kinerja dalam hubungannya dengan

pencapaian tujuan utama organisasi.

b. Penilaian Sendiri

Adalah proses berjalan dimana organisasi memonitor kinerjanya dan

mengevaluasi kemampuannya mencapai tujuan kinerja, ukuran capaian

kinerjanya dan tahapan-tahapan, serta mengendalikan dan meningkatkan

proses itu.

c. Penilaian Kinerja

Adalah proses berjalan untuk merencanakan dan memonitor kinerja.

Penilaian ini membandingkan kinerja aktual selama periode review

tertentu dengan kinerja yang direncanakan. Dari hasil perbandingan

tersebut, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, perubahan atas kinerja

yang diterapkan dan arah masa depan bisa direncanakan.

d. Kendali Manajemen

Akuntabilitas Kerja manajemen adalah harapan bahwa para manajer akan

bertanggungjawab atas kualitas dan ketepatan waktu kinerja,

meningkatkan produktivitas, mengendalikan biaya dan menekan

berbagai aspek negatif kegiatan, dan menjamin bahwa program diatur

dengan integritas dan sesuai peraturan yang berlaku.

Dari dimensi Akuntabilitas Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat

diturunkan menjadi indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut Rasul, (2003) :

1. Akuntabilitas Kerja hukum dan kejujuran

a. Kepatuhan terhadap hukum

(21)

21

2. Akuntabilitas Kerja Proses

a. Adanya kepatuhan terhadap prosedur

b. Adanya pelayanan publik yang responsif

c. Adanya pelayanan publik yang cermat

3. Akuntabilitas Kerja Program

a. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal

b. Mempertanggung jawabkan yang telah dibuat

4. Akuntabilitas Kerja Kebijakan

Mempertanggung jawabkan kebijakan yang telah diambil

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan

masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian.

Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta-fakta dan bukti-bukti

yang nyata. Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:

1. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pengawasan dengan

Akuntabilitas Kerja Pegawai di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Asahan.

2. Hipotesis Kerja (Ha)

Bahwa Pengawasan memberi hubungan yang positif dan signifikan terhadap

Akuntabilitas Kerja di Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Asahan.

(22)

22

Adapun Kerangka Berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengawasan Melekat dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan

pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi

dengan maksud supaya melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana semula

(Manullang, 2008 : 172).

b. Akuntabilitas Kerja adalah pertanggungjawaban dari seseorang atau sekelompok

orang yang diberi amanat untuk menjalankan tugas tertentu kepada pihak

pemberi amanat baik secara vertikal maupun secara horizontal.

Untuk memberikan gambaran umum mengenai definisi konsep penelitian ini, maka

peneliti mencoba menjelaskannya dalam bentuk gambar dengan tujuan mempermudah

pemahaman mengenai penulisan definisi konsep penelitian. Berikut adalah gambar

mengenai definisi konsep penelitian.

Variabel X Variabel Y

1.8. Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun (1995:46) Definisi Operasional adalah unsur

penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,

Definisi Operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur variabel. Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja

Pengawasan melekat

1. Kepatuhan terhadap hukum

2. Penghindaran korupsi dan kolusi

3. Adanya kepatuhan terhadap prosedur

4. Adanya pelayanan yang responsif

5. Adanya pelayanan publik yang cermat

6. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal

(23)

23

pendukung untuk dianalisis variabel-variabel tersebut. Adapun yang menjadi definisi

operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel bebas (X) Pengawaasan melekat adalah pengawasan

yang dilakukan pemimpin terhadap bawahan dan satuan kerja yang

dipimpinnya yang merupakan salah satu bentuk pengendalian aparatur

pemerintah disetiap instansi dan satuan organisasi yang di wujudkan

melalui kegiatan pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian yang

dilakukan pimpinannya kepada bawahannya dalam meningkatkan mutu

kinerja di dalam lingkungan tugasnya masing-masing agar tujuan

instansi/organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien sesuai dengan

rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(mustopadidjaja, 2000, Aparatur Negara no.46 tahun 2004, intruksi

presiden republik indinesia nomor 1 tahun 1989 tentang pedoman

pengawasan melekat) pengawasan melekat yang telah dijelaskan dan

disebutkan dapat diturunkan indikator sebagai berikut :

1. Pemantauan

Kesadaran tentang apa yang di ketahui dan bertujuan untuk

memberikan informasi serta mengevaluasi suatu kondisi demi

menuju kepada tujuan yang telah di tetapkan.

2. Pemeriksaan

Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterengan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan

propesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan dalam

(24)

24

3. Penilaian

Suatu proses untuk melakukan keputusan dengan menggunakan

informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil baik yang

menggunakan tes maupun non tes.

4. Preventif

Sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya suatu kejadian yang tidak di inginkan di masa depan.

5. Represif

Suatu tindakan yang dilakukan setelah kejadian terjadi untuk

menekan agar kejadian tidak meluas atau semakin parah.

6. Pengendalian

suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur kondisi tertentu agar

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Variabel (Y) Akuntanbilitas kerja adalah pertanggungjawaban dari

seseorang atau sekelompok orang yang diberi amanat untuk

menjalankan tugas tertentu pada pihak pemberi amanat baik secara

vertikal maupun secara horizontal dan sebagai nilai yang terdapat dalam

kesadaran diri seseorang untuk bertanggungjawab dalam memegang

amanat baik kepada ototritasnya maupun kepada orang lain dengan

sebaik-baiknya demi meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.

(liang gie, 2001, turner and hulme, 1997, syahrudin, 2003) Akuntabilitas

Kerja yang telah dijelaskan dan disebutkan dapat diturunkan menjadi

indikator Akuntabilitas Kerja adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan terhadap hukum

Seseorang dikatakan bertanggungawab apabila berperilaku dan

(25)

25

2. Penghindaran korupsi dan kolusi

Korupsi dan kolusi merupakan wujud dari penyalagunaan

wewenang yang harus dihindari karna itu merupakan hal yang

tidak bisa dipertanggungjawabkan dan melanggar hukum.

3. Adanya kepatuhan terhadap prosedur

Prosedur merupakan aturan yang ditetapkan dalam suatu

organisasi yang hendakmya dipatuhi oleh setiap

anggotanya,terutama pihak yang mendapat amanat/pihak yang

bertanggungjawab.

4. Adanya pelayanan publik yang responsif

Seorang pemimpin yang baik adalah yang peka terhadapa

lingkungan sekitarnya,mau menerima kritik dan saran serta

bertindak sebaik mungkin demi sebesar-besarnya kemakmuran

anggota/rakyat.

5. Adanya pelayanan publik yang cermat

Proses pelayanan publik hendaknya memiliki toleransi terhadap

setiap kondisi yang berbeda sehingga mampu menanggapinya

dengan cermat dan tepat sasaran.

6. Alternatif program yang memberikan hasil yang optimal

Adanya program-program alternatif ataupun pilihan lain yang

disediakan demi menawarkan gambaran lain untuk peningkatan

kinerja yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

Namun demikian hanya sebilangan kecil sahaja yang beranggapan demikian itu item “Pegawai Psikologi buka minda kenal pasti masalah saya” hanya 5 responden (3.1 %),

Klik Input Penggunaan Form Input Penggunaan Klik Tambah Klik Simpan Isi Data Data Tersimpan Pilih Data Ubah Data Klik Ubah Pilih Data Klik Hapus Data Terhapus

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa induk sapi bunting yang divaksin dengan vaksin in-aktif AI H5N1 mampu menghasilkan antibodi spesifik terhadap AI di dalam

Menghapus notifikasi transaksi Berhasil 24 Mengubah status transaksi Agen memilih menu melihat notifikasi transaksi dan memilih notifikasi

Faktor pendukung dalam pengelolaan zakat profesi ASN di Kabupaten Maros adalah potensi zakat profesi, dukungan pemerintah, dan zakat sebagai kewajiban umat Islam dan

Manfaat praktis penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. Bagi siswa, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut. 1) Membantu siswa untuk meningkatkan hasil

Setelah menyimak teks tentang permainan tradisional, siswa mampu menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf dari teks tulis dalam bentuk peta pikiran