• Tidak ada hasil yang ditemukan

132213900 Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "132213900 Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar pdf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar”

Knowledge and Innovation

MM5001

By

E. Teguh Suryadi (29112135) – YP47B

Lecturer:

Prof. Jann Hidajat Tjakraarmadja Rudy Bekti., Ir. MM.

Benny S. Gunawan, Ir. MBA.

Master of Business Administration

School of Business and Management

Bandung Institute of Technology

Bandung

(2)

BAB 1 - Paradigma Baru Era Pengetahuan

Era pengetahuan menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang manusia terhadap segalam

macam hal. Dalam hal ini, terhadap sejarah di mana manusia berada dalam tiga gelombang

perubahan menurut Alvin Toffler (1980), yaitu: Era manual, suatu zaman dimana faktor

dominan dari manusia yang dibutuhkan untuk mengelola sistem industri tradisional adalah otot.

Produktivitas ditentukan oleh kekuatan energi fisik yang dimiliki pekerja. Era mesin industri,

suatu zaman dimana faktor dominan dari manusia yang dibutuhkan untuk mengelola sistem

industri adalah keterampilan bekerja dengan menggunakan mesin. Era pengetahuan,

pengetahuan telah menjadi modal virtual yang sangat menentukan perkembangan dan

pertumbuhan organisasi, mengutamakan kualitas pikiran, baik dalam bentuk kreativitas maupun

inovasi. Arie de Geus (1997) melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang berumur di

atas 200 tahun dan menemukan karakteristik umum pendeknya umur perusahaan adalah

ketidakmampuan belajar atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan

zaman. Perusahaan yang berumur panjang yaitu perusahaan diibaratkan sebagai makhluk hidup

dimana memiliki pikiran dan karakter, sehingga perusahaan tersebut mampu bertingkah laku

seperti entitas yang hidup. Adapun karakteristik agar suatu perusahaan dapat berumur panjang

yaitu: Sensitif terhadap lingkungan, memiliki identitas / jati diri yang kuat, memiliki sikap

toleran terhadap perbedaan dan mampu melaksanakan proses desentralisasi kewenangan

berdasarkan rasa saling percaya, serta melaksanakan manajemen investasi yang rasional. Era

pengetahuan menuntut organisasi pembelajar, yaitu organisasi yang mampu menyesuaikan diri

dengan tuntutan perubahan zaman, dan memelihara nilai maupun prinsip-prinsip yang universal.

Selalu menerapkan konsep manajemen pencegahan dan menerapkan strategi perubahan. Juga

mampu untuk menciptakan kebhinnekaan dan memelihara keanekaragaman dalam satu kesatuan,

serta mampu mensinergikan perbedaan, sehingga dapat dicapai nilai maksimal dari adanya

kelebihan masing-masing dan meminimasi dampak dari berbagai kelemahan para anggotanya.

Terdapat 2 macam tipe misi perusahaan komersil, yaitu:

1. Economic company, perusahaan yang hanya dijalankan untuk tujuan ekonomi.

Kehidupan perusahaan sangat bergantung pada lingkungan bisnisnya, jika baik,

(3)

2. River company, perusahaan yang dijalankan meniru falsafah sungai, mampu belajar atau

mampu beradaptasi sesuai dengan perubahan zaman. Terdapat 4 karakteristik perusahaan

yang berumur panjang, yaitu sensitif terhadap lingkungan, memiliki identitas/jati diri

yang kuat, memiliki sikap toleran terhadap perbedaan dan mampu melaksanakan proses

desentralisasi kewenangan berdasarkan rasa saling percaya dan melaksanakan

manajemen investasi yang rasional.

BAB 2 - Mengapa Reformasi Bangsa Indonesia Sangat Lambat

Krisis yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan kehancuran fundamental ekonomi Indonesia

yang merambat ke semua sektor. Terdapat beberapa alasan mengapa pada saat itu banyak

organisasi di Indonesia mengalami kebangkrutan dan reformasi berjalan sangat lambat, antara

lain Bangsa kita kehilangan kepekaan (mati) rasa, Reformasi bangsa kita kebablasan,

Masyarakat sedang kehilangan jati diri, Kehilangan kesabaran dan kearifan, Masyarakat kita

terobsesi oleh kejayaan masa lalu, Bangsa kita terbiasa berpikir jangka pendek, Bangsa kita

masih suka membenarkan kebiasaan daripada membiasakan kebenaran, Modal manusia belum

mencapai “critical mass”, dan Krisis kepemimpinan sejati.

Perubahan yang dilakukan, dalam hal ini reformasi, akan membuat gairah baru dalam iklim

usaha. Ada sepuluh indikator yang digunakan untuk mengkur tingkat kenyamanan berbisnis di

suatu negara, yaitu tingkat kemudahan untuk memulai usaha, berurusan dengan lisensi,

mempekerjakan pegawai, mendaftarkan properti, mendapakan kredit, melindungi investor,

membayar pajak, perdagangan antar negara, menerapkan kontrak, dan menutup usaha.

BAB 3 - Pengetahuan dan Proses Belajar Manusia

Perkembangan ilmu pengetahuan ini dipicu oleh berkembangnya naluri intelektual dan naluri

kemanusiaan. Perkembangan ini menimbulkan dua tantangan utama, yaitu tentangan untuk

mampu menghadapi persaingan bisnis global dan tantangan untuk memahami pengaruh

perkembangan teknologi.

Pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling terhubungkan (terstruktur) secara

(4)

dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui bahasa, grafik,

atau tabel) sehingga memiliki arti. Bentuk pengetahuan untuk memahami dunia yang dimiliki

manusia, dapat dibentuk dalam tiga kategori, yaitu:

1. Pengetahuan Kultural, model untuk memahami dunia yang diekspresikan dalam

asumsi-asumsi, nilai-nilai, dan norma-norma yang dimiliki manusia.

2. Pengetahuan Tasit, memahami dunia dalam bentuk konsep, diekspresikan dalam bentuk

teori dan pengalaman.

3. Pengetahuan Eksplisit, memahami dunia dalam bentuk keahlian atau kognitif,

diekspresikan dalam bentuk sistem, peraturan-peraturan, prosedur-prosedur, dan tata cara

kerja yang dipahaminya.

Pengetahuan yang diperoleh, digunakan oleh kita dalam setiap proses berpikir. Berpikir adalah

suatu proses dalam membentuk pengetahuan yang ditentukan oleh struktur informasi yang

dimilikinya. Kecerdasan merupakan potensi dasar seseorang untuk mampu berpikir,

menganalisis, dan mengelola tingkah lakunya atau bertindak efektif di dalam lingkungan

kerjanya. Namun ada dua dimensi dari kecerdasan yang mengacu kepada perilaku setiap

individunya, yaitu kapasitas untuk belajar dari pengalaman sebelumnya dan kapasitas untuk

beradaptasi dengan lingkungannya dengan proses integrasi maju. Pemahaman akan pengetahuan

dan dunia kerja erat kaitannya dengan kompetensi kerja. Kompetensi dibagi dalam dua tipe,

yaitu: kompetensi teknikal (tipe kompetensi yang diekspresikan dalam keterampilan kerja - hard

competence atau hard skills) dan kompetensi perilaku (tipe kompetensi yang diekspresikan

dalam perilaku seseorang saat bekerja - soft competence atau soft skills). Kompetensi terbentuk

dari lima unsur (motif, watak, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan).

Manusia merupakan makhluk yang mampu berubah dan belajar, serta merupakan makhluk yang

rasional sekaligus spiritual, sehingga manusia dapat belajar dan berubah menjadi manusia

dewasa. Manusia mengalami 2 periode menuju itngkat kedewasaan, yaitu periode pertumbuhan

dan periode aktualisasi kedewasaan diri. Manusia dewasa memiliki 4 karakteristik, yaitu otentik,

(5)

Pada dasarnya, manusia memiliki 7 kemampuan, yang ia sebut dengan seven tools

(Kemampuan berpikir persepsional – rasional , Kemampuan berpikir kreatif, Kemampuan untuk berpikr kritikal, Kemampuan memilih dari sejumlah alternatif yang ada, Kemampuan

berkehendak secara bebas, Kemampuan merasakan dan Kemampuan memberi tanggapan moral).

Kegagalan suatu proses perubahan disebutkan oleh Raka (2000), antara lain: (1) tidak adanya

“sense of urgency” (2) tidak memiliki “agen of change” (3) tidak memiliki visi dan misi yang

jelas (4) tidak melakukan sosialisasi visi dan misi organisasi (5) tidak berhasil menghilangkan

hambatan perubahan (6) tidak melakukan manajemen perubahan dengan sistemik (7) terlalu

cepat merasa terlalu berhasil, dan yang terakhir (8) tidak berhasil menanamkan akar perubahan

menjadi budaya perusahaan.

Bab 4 - Model Belajar Individual dan Organisasional

Pembelajaran individu merupakan proses peningkatan potensi individu karena terjadi proses

transformasi modal informasi menjadi kopetensi baru, akibat perluasan atau pendalaman

kompetensinya. Beberapa konsep belajar yang sudah terpaparkan adalah Model Belajar

Individual Single-Loop (proses belajar individual dalam belajar siklus tunggal, mencakup

bagaimana menghasilkan metode-metode baru atau strategi-strategi tindakan baru untuk

mencapai nilai-nilai yang ada), Model Belajar Individual Double-Loop (belajar untuk mengubah

“the field of constancy itself”, yaitu mengubah tujuan (goal) untuk menyesuaikan pada kondisi

lingkungan), Model Belajar Jann Hidajat (kemampuan untuk belajar dan berubah untuk

mendewasakan dirinya yang dituntut untuk selalu belajar mengenali lingkungannya (outside-in),

mengenal kemudian mengaktualisasikan dirinya (inside-out)) serta Model Belajar Nonaka dan

Hirotaka (Nonaka dan Hirotaka menjelaskan bahwa terdapat empat model utama proses

transformasi pengetahuan yaitu Perubahan pengetahuan tasit individual menjadi pengetahuan

tasit organisasional, Perubahan pengetahuan tadit individual menjadi pengetahuan eksplisit

organisasional, Perubahan pengetahuan eksplisit individual menjadi pengetahuan tasit

organisasional dan Perubahan pengetahuan eksplisit individual menjadi pengetahuan eksplisit

organisasional).

Kompetensi Generik Pekerja antara lain: (1) kompetensi intelektual (kemampuan berprestasi,

(6)

konseptual, berpikir praktikal, kemampuan berkomunikasi) (2) kompetensi emosional (sikap

pengertian, kepedulian terhadap kepuasan pelanggan, pengendalian diri, percaya diri,

kemampuan beradaptasi, komitmen pada organisasi) (3) kompetensi sosial pekerja (pengaruh

dan dampak, kesadaran berorganisasi, membangun hubungan kerja, mengembangkan orang lain,

mengarahkan bawahan, kerjasama tim, kepemimpinan kelompok).

Bab 5 - Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar

Knowledge management telah menjadi faktor penentu keberhasilan perusahaan karena era

ekonomi baru akan mengacu pada era ekonomi pengetahuan. Pengertian knowledge management

antara lain: (Langkah-langkah sistematik untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi, untuk

menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif) dan (Proses sistematik untuk

menemukan, memilih, mengorganisasikan, menyaringkan dan menyajikan informasi dengan cara

tertentu, sehingga para pekerja mampu memanfaatkan dan meningkatkan penguasaan

pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik, untuk kemudian

menginstitusionalisasikannya menjadi pengetahuan perusahaan). Makna knowledge management

bagi perusahaan antara lain: (Menumbuhkembangkan pengetahuan organisasi, sebagai modal

utama untuk meningkatkan daya saing perusahaan), (Terbentuknya lingkungan belajar yang

kondusif) dan (Menumbuhkembangkan pengetahuan individual di dalam organisasi, sehingga

pada akhirnya tercipta suasana berbagi pengetahuan baru untuk menjadi pengetahuan

organisasi). Knowledge management dipandang sebagai perwujudan dari sebuah integrasi dan

kulminasi metode organisasi yang sudah ada.

Organisasi yang cerdas adalah organisasi yang mampu mengembangkan keunggulannya secara

berkelanjutan, berdasarkan kegiatannya yang berbasis ada pengetahuan dan pelayanan, dengan

mengandalkan kekayaan intelektualnya. Tiga unsur pembentuk organisasi pembelajar yaitu

proses belajar, manusia sebagai pelaksana proses belajar, serta pengetahuan sebagai hasil proses

belajar. Merupakan realisasi dari perkembangan konsep dan aplikasi konsep organisasi

pembelajar, yaitu di era paradigma manajemen kualitas total: fokus pada membangun proses

kerja, era paradigma organisasi pembelajar: fokus pada membangun pola berpikir, dan era

paradigma institusionalisai disiplin belajar: pengetahuan diinstitusionalkan sebagai displin

(7)

Bab 6 - Tiga Pilar Organisasi Pembelajar

Perubahan oranisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

yang dapat dicapai melalui proses transformasi cara berpikir atau transformasi mental dari para

anggotanya. Tidak ada organisasi yang dapat bertahan hidup tanpa kemampuannya untuk

beradaptasi. Untuk menjamin terjadinya proses belajar dan proses transformasi pengetahuan dari

hasil belajar individu menjadi organisasi pembelajar dibutuhkan tiga pilar organisasi pembelajar,

yaitu: pilar belajar individual, pilar belajar organisasional, dan jalur transformasi pengetahuan.

Organisasi pemebelajaran dikonsepkan dalam dua bentuk, yaitu:

Konsep tiga pilar organisasi pembelajar, yang menjelaskan bagaimana terjadinya proses

belajar dan proses transformasi pengetahuan (kompetisi individual) dari hasil belajar individual

menjadi disiplin organisasi pembelajar (human capital) sebagai hasil belajar organisasional

sehingga dibutuhkan tiga pilar organisasi pembelajar sebagai berikut:

1. Pilar belajar individual (Konsep manusia pembelajar menjelaskan secara implisit bahwa

manusia memiliki kemampuan untuk belajar dan berubah, baik secara fisik maupun

mental).

2. Pilar belajar organisasional (Pada dasarnya manusia merupakan makhluk pembelajar,

sebagai sumber pengungkit dan penghela pengetahuan. Sebagai individu, manusia

memiliki karakteristik personal yang unik, lengkap dengan kelebihan dan kelemahan

dirinya yang berbeda dengan manusia lainnya).

3. Pilar jalur transformasi pengetahuan (Jalur transformasi pengetahuan merupakan pilar

ketiga dari organisasi pembelajar, yang berfungsi untuk mengintegrasikan,

mengkombinasikan, dan mensinerjikan pengetahuan hasil belajar individual menjadi

human capital organisasi sebagai hasil belajar organisasional).

Konsep bangunan organisasi pembelajar, yang menjelaskan tentang elemen organisasi

pembelajar yang berpengaruh dalam mendukung, memfasiltasi, mempercepat atau melidungi

terjadinya proses pertumbuhan dan akumulasi disiplin organisasi pembelajar (human capital).

(8)

Konsep lainnya tentang organisasi pembelajar yaitu konsep bangunan organisasi pembelajar,

dimana konsep ini menjelaskan tentang elemen-elemen organisasi pembelajar yang berpengaruh

dalam mendukung, memfasilitasi, mempercepat atau melindungi terjadinya proses pertumbuhan

dan akumulasi disiplin organisasi pembelajar (human capital). Komponen penyusun bangunan

organisasi pembelajar yaitu:

Fondasi: rasa saling percaya dan budaya belajar.

 Yang dimaksud dengan saling percaya disini adalah suatu keyakinan yang digambarkan oleh perilaku dan kemampuan untuk membiarkan pikiran kita terbuka atas semua fakta,

meyakini akan pentingnya komunikasi dan dialog secara etikal.

 Budaya belajar didefinisikan sebagai nilai-nilai atau kepercayaan yang diyakini atau kebiasaan kerja sehari-hari, yang melandasi perilaku dan persepsi karyawan dalam proses

pertukaran dan atau kombinasi pengetahuan di antara anggota organisasi dan mitra kerja,

sehingga organisasi lebih adaptif dalam menghadapi perubahan lingkungan.

Pilar pertama: keterampilan belajar.

 Proses belajar membutuhkan keterampilan untuk “melihat, menulis, mendengar,

menyampaikan dan merasakan”, sehingga dapat menggabungkan secara seimbang antara kecerdasan intelektual maupun emosional yang dimiliki, untuk dieksplisitkan di

lingkungan kerja.

Pilar kedua: fasilitas belajar.

 Terdiri dari komponen informasi sistemik, struktur organisasi, dan sistem penghargaan.  Informasi sistemik berfungsi untuk memotivasi dan memfasilitasi lancarnya proses

belajar organisasional, dengan menyediakan informasi terkini secara cepat, tepat dan

akurat, melalui ketersediaan struktur dan konfigurasi jaringan informasi di suatu

perusahaan.

 Struktur organisasi didefinisikan sebagai perilaku organisasi yang dapat mempengaruhi

kualitas “habitat” belajar organisasi, dan efektivitas hubungan kerja antar karyawan baik

dalam organisasi maupun dengan mitra kerjanya.

 Sistem penghargaan disini merupakan pengakuan formal atas prestasi kerja.

Atap: disiplin belajar.

 Disiplin belajar berfungsi untuk “melindungi” komunitas organisasi dari pengaruh negatif

(9)

Enabler: kualitas kepemimpinan.

 Pemimpin dalam konteks organisasi pembelajar, yaitu pemimpin yang dapat berperan ganda, yaitu memiliki peran sebagai energi penguat ke semuayaitu empat dimensi /

komponen bangunan organisasi pembelajar.

Modal organisasi terdiri dari modal fisik (gedung, mesin uang, dan sebagainya) dan human

capital (modal intelektual, kredibilitas, dan sosial). Untuk menghasilkan human capital,

organisasi harus memiliki media (habitat belajar yang baik), moderator (pemimpin), dan

karyawan yang kompeten.

 Modal intelektual merupakan integrasi kompetensi anggota yang disinergiskan untuk organisasi. Modal ini memiliki dua dimensi, modal intelektual internal (perilaku

berprestasi, berinovasi, belajar, dan komunikasi) dan modal intelektual eksternal

(semangat dalam meningkatkan kualitas data base, teknologi inti, dan quick response)  Modal kredibilitas organisasi merupakan disiplin emosional seluruh karyawan. Modal ini

juga memiliki dua dimensi, modal kredibilitas internal (rasa aman, senang dan bangga

pada perusahaan) dan eksternal (spesifikasi/standar mutu, memenuhi kewajiban

keuangan, ketepatan waktu pelayanan, terbuka dan jujur).

 Modal sosial organisasi merupakan kerjasama yang terbentuk antar anggota organisasi. Modal ini memiliki dua dimensi, modal sosial internal (kerjasama sinerjetik,

kompetitif-kooperatif, and kerjasama tim) dan eksternal (hubungan baik pemerintah, pemasok, dan

masyarakat).

Bab 8 - Studi Empirik Implementasi Konsep Bangunan Organisasi Pembelajar

Organisasi pembelajar adalah organisasi yang mampu melakukan proses transformasi

pengetahuan secara siklikal-berkelanjutan, dari individu belajar menjadi organisasi pembelajar

untuk menghasilkan human capital organisasi.

Kualitas Belajar

 Studi empirik bertujuan untuk menguji implementasi konsep kualitas jalur transformasi pengetahuan dan konsep organisasi pembelajar terhadap sembilan perusahaan berkinerja

(10)

tahun 2001 dengan teknik pengumpulan datanya berupa pengisian kuesioner, yang

disebar kepada manajer tingkat menengah ke atas.

 Analisis dilakukan dengan langkah-langkah perhitungan nilai korelasi dari kelima disiplin organisasi pembelajar (Senge – 1990) yaitu disiplin personal mastery, disiplin berbagi visi, disiplin model mental, disiplin pembelajaran tim, disiplin berpikir sistemik.  Studi empirik mencoba meneliti lebih jauh untuk mengetahui faktor-faktor penghambat

terbentuknya kualitas jalur transformasi pengetahuan (habitat belajar) yang baik. Dapat

disimpulkan bahwa hambatan-hambatan yang dimaksud yaitu :

- Hambatan personal (terutama kedewasaan intelektual maupun emosional).

- Hambatan karena lemahnya dukungan relasional belajar (faktor rasa saling

percaya, budaya belajar, dan pola kepemimpinan yang kurang efektif).

- Hambatan karena lemahnya dukungan manajerial.

- Hambatan infrastruktur belajar.

Dengan memahami faktor-faktor yang menjadi penghambat tersebut, diharapkan menjadi

masukan bagi para pemimpin perubahan, sehingga dapat memfokuskan perhatiannya

pada upaya untuk meminimasi atau memperbaiki faktor-faktor dominan tersebut sejak

awal rencana operasinya.

 Pembuktian lainnya yang diperoleh melalui studi empirik ini yaitu :

- Implementasi konsep organisasi pembelajar yang bijaksana jika dilakukan secara

bertahap, mulai dari skala kecil kemudian menjadi benchmark bagi unit lainnya.

- Proses belajar organisasional harus didahului oleh proses belajar individual.

- Proses belajar individual dan organisasional akan membentuk suatu siklus belajar

yang berlangsung terus-menerus secara berkelanjutan untuk membangun

kesejahteraan bersama.

- Konsep-konsep rasa saling percaya, budaya belajar, dan kepemimpinan serta

pendekatan sistem manajemen cenderung akan efektif ketika anggota organisasi

tersebut belum dewasa.

- Masyarakat yang dinilai telah dewasa membutuhkan sistem manajemen dan

kepemimpinan yang sangat berbeda dibandingkan dengan masyarakat yang belum

dewasa.

(11)

sifat maupun perannya harus disesuaikan dengan kondisi kedewasaan para

anggota organisasinya.

BAB 9 - Getting Start

Perubahan organisasional dapat dilakukan dengan kombinasi antara inner shifts yang bersumber

dari nilai, aspirasi dan perilaku setiap individu karyawan dengan outer shifts yang diwujudkan

dalam bentuk strategi, program kerja, sistem dan proses implementasinya. Karakteristik

organisasi pembelajar dapat dirumuskan dengan formula yang dikembangkan berdasarkan

bangunan organisasi pembelajar. Formula Organisasi Pembelajar:

Organisasi pembelajar = Kepemimpinan x Fondasi Belajar x Keterampilan Belajar x Fasilitas

Belajar x Disiplin Belajar

Hambatan utama untuk merealisasikan organisasi pembelajar di perusahaan-perusahaan yang di

studi, yaitu hambatan personal, hambatan karena lemahnya dukungan faktor relasional belajar,

hambatan karena lemahnya dukungan manajerial dan hambatan faktor infrastruktur belajar.

Langkah-langkah praktis untuk memulai upaya membangun organisasi pembelajar yaitu

menetapkan pilot group, langkah-langkah implementasi (membangun keterampilan belajar

individual, membangun belajar tim, dan membangun kemampuan belajar organisasional) dan

menjaga proses profound change di setiap tahap.

Jika proses belajar dan berubah telah menjadi sebuah kebiasaan, dapat diartikan bahwa

prosesnya telah berjalan secara berkelanjutan, dan dapat digunakan sebagai indikasi bahwa para

Referensi

Dokumen terkait

Whitney U-Test kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan media game petu-

Sensor 1 dan 2 adalah rotary encoder yang digunakan untuk mengetahui posisi sudut Pusat pengendalian sistem menggunakan Digital Signal Processor TMS320F2812 yang

Uređaji koji koriste LCD tehnologiju su, prema rezultatima mjerenja, pokazali vjerniji prikaz boja originala, no isto tako i manji raspon boja, odnosno gamut.

Volume lalu lintas untuk perencanaan geometrik umumnya ditetapkan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) sehingga masing – masing jenis kendaraan yang diperkirakan yang

Desa Tandengan, Kecamatan Eris, Kabupaten Minahasa belum memiliki sistem penyediaan air bersih dari PDAM yang saat ini masih kekurangan air bersih untuk keperluan

Memasukkan (resume) data hasil kliping mengenai berita Kota, Regional dan Nasional ke Komputer. Memasukkan Arsip yang Asli ke File Box.. Galamedia, Radar Bandung, dan Republika)

(2) Kepala Bidang Keluarga Berencana, Ketahanan, dan Kesejahteraan Keluarga mempunyai tugas melaksanakan dan mengoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan jaminan dan

Oleh karena itu pengukuran kepuasan akan pelayanan yang diberikan oleh PT.Sarana Utama Transindo pada konsumen harus selalu dilakukan untuk mengetahui dan merencanakan