• Tidak ada hasil yang ditemukan

Feminisme Dalam Novel Mawar Jepang Karya Rei Kimura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Feminisme Dalam Novel Mawar Jepang Karya Rei Kimura"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL MAWAR JEPANG DAN KONSEP FEMINISME

2.1 Definisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle dan dalam bahasa Yunani novellus, kemudian masuk ke Indonesia dengan sebutan novel. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995: 9).

(2)

sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan peperangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.

Fiksi menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel (Abram, dalam Nurdiantoro 1995: 4). Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa novel memiliki muatan yang sama dengan muatan-muatan karya fiksi seperti yang telah diuraikan di atas. Novel merupakan sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya bersifat imajiner (Nurdiantoro, 1995: 14).

Jenis-jenis novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Suharianto (1982: 67) membagi jenis novel berdasarkan tinjauan isi, gambaran dan maksud pengaran, yaitu sebagai berikut:

1. Novel Berendens, yaitu sebuah novel yan menunjukkan keganjilan-keganjilan dan kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Oleh karena itu novel ini sering disebut sebagai novel bertujuan.

2. Novel Psikologi, yaitu novel yang menggambarkan perangai dan jiwa seseorang serta perjuangannya.

(3)

4. Novel Anak-anak, yaitu novel yang melukiskan kehidupan dunia anak-anak yang dapat dibacakan oleh orangtua umtuk pembelajaran kepada anaknya, ada pula yang biasanya hanya dibaca oleh anak-anak saja.

5. Novel Detektif, yaitu novel yang isinya mengajak pembaca memutar otak guna memikirkan akibat dari beberapa kejadian yang dilukiskan pengaran dalam cerita.

6. Novel Perjuangan, yaitu novel yang melukiskan suasana perjuangan dan peperangan yang di derita seseorang.

7. Novel Propaganda, yaitu novel yang isinya semata-mata untuk kepentingan propaganda terhadap masyarakat tertentu.

Berdasarkan penjelasan pembagian novel-novel diatas, maka dapat dilihat bahwa novel “Mawar Jepang” karya Rei Kimura termasuk dalam novel jenis

Novel Sejarah dan Novel Perjuangan. Novel ini terinspirasi dari satu keping sejarah perang kontroversial Jepang. Satu simpul sejarah yang dibungkam selama sekian dekade dan tak pernah benar-benar diakui atau diterima keadaannya. Hingga suatu ketika seorang jurnalis dari NHK menemukan kejanggalan arsip di salah satu kamp bekas perang; fakta atas keberadaan pilot perempuan kamikaze.

(4)

pandangan hidup pengarang dan sebagainya. Unsur ini mencakup berbagai kehidupan sosial yang menjadi landasan pengarang untuk membuat suatu karya sastra.

2.2 Resensi Novel Mawar Jepang

2.2.1 Tema

Menurut Atar Semi (1993: 42), tema merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 68) tema adalah ide pokok atau gagasan yangmendasari karya sastra. Tema sebagai makna pokok karya fiksi tidak sengaja. Namun tema merupakan makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya.

Sesuai dengan cerita yang ada didalam novel Mawar Jepang, novel ini menceritakan tentang seorang pilot kamikaze yang keberadaannya dibungkam oleh Pemerintah Jepang karena Ia adalah seorang perempuan yang bernama Sayuri Miyamoto. Dalam Novel ini diceritakan bagaimana rintangan dan upaya yang dilakukan oleh Sayuri untuk membalas kematian orang-orang yang dicintainya dengan menjadi pilot kamikaze, Ia menyamar menjadi laki-laki dan berhasil mewujudkan keinginannya itu.

(5)

2.2.2 Plot / Alur Cerita

Plot merupakan unsur fiksi yang penting, karena kejelasan plot merupakan kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier akan mempermudah pemahaman pembaca tentang cerita yang ditampilkan. Atar Semi (1993:43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadiandalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandaiurutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

Alur/plot dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan. Menurut kualitasnya alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam cerita. Alur ganda ialah yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi pengurutan waktu alur/plot dibedakan ke dalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus adalah alur/plot yang melukiskan peristiwaperistiwa berurutan dari awal sampai akhir. Sedangkan alur tidak lurus adalah alur/plot yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (flash back).

(6)

mewujudkan keinginannya menjadi pilot kamikaze pada masa perang dunia kedua (flash back). Kemudian diakhir cerita alur kembali ke masa sekarang dan menceritakan bagaimana sejarah tetap membungkam keberadaan Sayuri Miyamoto sebagai satu-satunya pilot kamikaze perempuan yang pernah ada.

2.2.3 Penokohan

Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan tema serta menempati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

Pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya maupun pelaku yang mementingkan dirinya sendiri. Dalam cerita fiksi pelaku dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang diberi sifat manusia. Dalam menentukan tokoh utama dan tokoh pembantu, yang umumnya merupakan tokoh utama ialah tokoh yang sering dibicarakan oleh pengarang, sedangkan tokoh pembantu hanya dibicarakan alakadarnya.

(7)

1. Sayuri Miyamoto adalah tokoh utama dalam novel “Mawar Jepang” yangmerupakan seorang wanita yang berani menentang kodratnya karena keinginannya yang untuk menjadi pilot kamikaze.

“Aku bisa mendengarmu mentertawakanku dan memintaku untuk realistis

karena perempuan tak bisa menjadi pilot pesawat tempur. Tapi kau tahu Reiko? Aku akan menemukan cara untuk ada di atas sana, di dalam pesawat yang kupacu mesinnya menuju musuh kita sampai mereka terbakar layaknya kau terbakar hidup-hidup waktu itu, tanpa ampun!” (hal. 122).

2. Michio Miyamoto adalah Ayah Sayuri yang berjiwa patriotis. Ayah Sayuri tidak menentang keinginan Sayuri untuk bergabung dengan kemiliteran Jepang.

“Michio punya pemikiran yang berbeda dengan istrinya, dan ia percaya

bahwa anak-anaknya harus tau apa yang sedang terjadi dan bersiap untuk melaksanakan kewajiban mereka terhadap Jepang bila waktunya tiba. Maka setiap hari ia pulang sambil membawa cerita tentang serbuan Jepang ke Cina.” (hal. 31).

3. Tomi Miyamoto adalah Ibu dari yang sangat menentang keinginan Sayuri untuk bergabung dengan kemiliteran.

“Tomi berusaha mengalihkan ketertarikan anaknya pada sesuatu yang

dianggap tidak feminim dan terlalu dan mencampuri „daerah kekuasaan

(8)

4. Reiko adalah sahabat Sayuri yang mati karena bom yang dijatuhkan tentara Amerika. Reiko sangat mencintai tunangannya sehingga Ia memberanikan diri pergi ke Tokyo bersama Sayuri untuk bertemu dengannya.

“Aku tak pernah pergi ke Tokyo dan berada di sana sendirian tanpa

keluarga bersama dengan sekian banyak prajurit, oh Sayuri, aku sangat takut. Tapi aku harus berni, sebab Yukio-ku ada di sana, dan suatu hari bila ia dibawa dalam keadaan terluka, aku harus ada disanan untuknya. ” (hal. 48).

5. Takushi adalah kekasih Sayuri yang sangat mengagumi keberanian Sayuri dalam tekatnya menjadi pilot kamikaze.

“Takushi berkutat antara kemarahan karena telah ditipu serta kekaguman

yang kian menguat pada keteguhan hati dan patriotismenya yang telah mengatarkan gadis ini hingga ia sejauh ini untuk mati demi negaranya.” (hal.178).

2.2.4 Sudut Pandang (Point of View)

(9)

Nurgiantoro (1994: 256) mengemukakan pembedaan sudut pandang yang dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca, yaitu sebagai berikut :

1. Sudut Pandang Personal ketiga: “Dia”

Pengisahan cerita dengan mempergunakan sudut pandang personal ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar

cerita yang menampikan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus- menerus disebut dan sebagai dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

2. Sudut Pandang Personal Pertama: “Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang personal pertama, gaya “dia”, narrator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah,

mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang lain atau tokoh lain kepada pembaca. Kita, pembaca, menerima apa yang diceritakan oleh si “aku”, maka

kita hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku” tersebut.

(10)

Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran itu di dalam sebuah novel, mungkin berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku”

tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

Sebuah novel yang bersudut pandang persona ketiga, sering memanfaatkan teknik “dia” mahatahu dan terbatas, atau sebagai

observer secara bergantian. Terhadap sejumlah tokoh tertentu, narator bersifat mahatahu. Namun, terhadap sejumlah tokoh yang lain, biasanya tokoh-tokoh tambahan, termasuk deskripsi latar, narator berlaku sebagai pengamat, bersifat objektif, dan tak melukiskan lebih dari yang dapat dijangkau oleh indra. Kapan dan seberapa banyak frekuensi penggunaan kedua teknik tersebut tentu saja berdasarkan kebutuhan. Artinya, pengarang akan mempertimbangkan sifat dan masalah yang sedang digarap disamping juga efek yang ingin dicapai. Teknik observer biasanya dipergunakan untuk melengkapi teknik mahatahu, dan ia akan memberikan kesan teliti.

Dalam novel “Mawar Jepang” pengarang menggunakan sudut pandang

(11)

2.3 Setting Cerita Novel Mawar Jepang

Setiap karya sastra disusun dari unsur-unsur yang menjadikannya sebuah kesatuan. Salah satu unsur yang sangat mempengaruhi keberadaan karya sastraadalah unsur intrinsik. Setting merupakan salah satu unsur intrinsik yang terdapatdalam karya sastra dalam hal ini adalah novel.

Menurut Abraham dalam Nurgiantoro (1995: 216) setting atau latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

2.3.1 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan tejadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Oleh sebab itu dalam kaitannya sebagai latar waktu maka dalam novel “Mawar Jepang” Karya Rei Kimura mengambil setting pada masa perang dunia

ke-II sekitar tahun 1940-an, seperti dalam kutipan berikut ini:

(12)

2.3.2 Latar Tempat

Dalam Novel “Mawar Jepang” mengambil latar tempat di beberapa tempat

di Jepang salah satunya adalah suatu desa di kota Matsumoto. Matsumoto merupakan kota kecil yang terletak di prefektur Nagano. Dapat dilihat dalam cuplikan berikut ini:

Sekelompok petugas tanpa seragam dari Tokyo datang untuk mendirikan pusat rekrutmen di balai kota, sesuatu yang menimbulkan semangat dan kekhawatiran di wilayah Matsumoto (hal. 30).

Novel “Mawar Jepang juga mengambil latar tempat di Tokyo yang menjadi

tempat terjadinya gencatan senjata perang dunia ke II kala itu, seperti yang terdapat dalam cuplikan berikut ini:

Serangan bom diseluruh Tokyo begitu dahsyat bahkan bunker anti bom it bergetar oleh keberingasan dan dendam bom-bom itu.

Sambil gemetar, Sayuri dan Reiko berpelukan dan duduk meringkuk diatas beton yang keras dan dingin dari bunker itu sementara bom-bom berjatuhan dan memporakporandakan kota mereka bagai gelombang tanpa henti (hal. 77).

(13)

2.3.3 Latar Sosial

Dalam Novel “Mawar Jepang” digambarkan bagaimana pada zaman perang

dunia ke-II di Jepang perempuan tidak lazim untuk berkecimpung di dunia kemiliteran. Di masa sekitar Restorasi Meiji sampai berakhir-nya Perang Dunia II agaknya menjadi hal yang masih dianggap wajar dan bernilai tinggi apabila seorang wanita mengabdi dengan setia dan sepenuh hati kepada keluarga untuk seumur hidup. Sehingga menjadi salah satu pilot kamikaze di zaman ini adalah suatu hal yang mustahil.

Keinginan Sayuri Miyamoto saat itu membuat ibunya terkejut dan ia sangat menentang ketertarikan anaknya untuk menjadi pilot kamikaze. Keinginan Sayuri Miyamoto untuk menjadi pilot kamikaze dianggap tidak feminin dan terlalu mencampuri daerah kekuasaan laki-laki. Ibu Sayuri bahkan berusaha membuat Sayuri berkonsentrasi meningkatkan kemampuan memasak, menjahit, dan seni mencari suami yang baik untuk memenuhi yang seharusnya menjadi mimpi dan keinginan setiap gadis.

Pada akhirnya Ibu Sayuri mengizinkannya untuk mencapai keinginannya sebagai bentuk berbakti pada bangsa mereka. Seperti yang terdapat pada cuplikan berikut ini:

“Ayahmu benar, dan bila kau bertekad untuk pergi dan berbakti pada

(14)

Namun, tantangan terbesar bukan dari ibunya, melainkan dari pandangan masyarakat umum terhadap posisi seorang wanita di Jepang pada saat itu. Hal tersebut karena ada paham dalam masyarakat yakni paham yangmenganggap bahwa wanita itu lemah dan tidak akan pernah bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki, salah satunya menjadi pilot. Sehingga Sayuri Miyamoto harus berjuang dengan upaya apapun untuk menjadi seorang pilot kamikaze.

2.4 Hakikat Feminisme

2.4.1 Konsep Feminisme

Feminisme menurut Goefe (Sugihastuti, 2000 : 37) ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial; atau kegiatan ter-organisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Bhasin (1996 : 1) menjelaskan bahwa patriarki berarti kekuasaan bapak atau patriach. Istilah ini secara umum digunakan untuk menyebut kekuasaan laki-laki, hubungan kuasa dengan apa laki-laki menguasai perempuan, dan untuk menyebut sistem yang membuat perempuan tetap dikuasai melalui berbagai macam cara.

(15)

pun berkembang, begitupula dengan perempuan-perempuan dari berbagai dunia yang mulai berani mendobrak belenggu yang selama ini menjeratnya.

Feminisme menurut Bhasin dan Khan (1995: 5) adalah sebuah kesadaran tentang ketidakadilan yang sistematis bagi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut.

Feminisme mengandung 3 konsep penting, yaitu:

a. Feminisme adalah sebuah keyakinan bahwa tidak ada perbedaan seks, yaitu menentang adanya posisi hierarkis yang menyebabkan posisi superior dan inferior diantara jenis kelamin

b. Feminisme adalah sebuah pengakuan bahwa dalam masyarakat telah terjadi konstruksi sosial budaya yang merugikan perempuan

c. Feminisme menggugat perbedaan yang mencampuradukan seks dan gender sehingga perempuan dijadikan sebagai kelompok tersendiri dalam masyarakat.

(16)

Mustaqim (2008:85) mengatakan bahwa feminisme merupakan paham yang ingin menghormati perempuan sehingga hak-hak dan peranan mereka lebih optimal dan setara, tidak ada diskriminasi, marginalisasi dan subordinasi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa feminisme adalah perjuangan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Feminisme merupakan paham yang memperjuangkan kaum perempuan sebagai manusia merdeka seutuhnya. Sehingga menyadarkan para perempuan tentang eksistensi pribadinya. Feminisme adalah suatu gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak antara kaum laki-laki dan perempuan dalam dunia filsafat, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

2.4.2 Feminisme dalam Masyarakat Jepang Pada Masa Perang Dunia ke II

Dalam abad ke-5 dibuka hubungan resmi antara Jepang dengan dinasti-dinasti di Tiongkok Selatan (zaman 3 kerajaan dan 6 dinasti-dinasti). Sebagai misalnya: kebudayaan dari Cina Selatan masuk ke Jepang secara langsung: kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, barang-barang luks, menenun dan juga agama Budha (A. Dasuki. tth: 22). Dari berbagai pengaruh itu agaknya filsafat Konfusianisme paling berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Jepang terutama peranan wanitanya.

(17)

melanjutkan keturunan dari pada sebagai kawan hidup. Untuk menyembah para leluhur orang harus mempunyai anak laki-laki, dan menurut ajaran itu bila tidak mempunyai anak laki-laki maka hal itu ialah salah satu perbuatan "pu-hsiao" = tidak berbakti (Nio Joe Han, 1952: 46). Dengan demikian menurut ajaran Konfusius, bahwa wanita itu adalah lemah, tidak berdaya, dan hanya sekedar penerus keturunan.

Ajaran Konfusianisme menempatkan kaum pria pada kedudukan yang tinggi. Mereka mempunyai tugas mulia yang tidak dapat digantikan oleh wanita dalam melakukan upacara penghormatan pada leluhurnya. Pengaruh ajaran tersebut misalnya tampak pada kenyataan bahwa orang tua Jepang pada umumnya menginginkan anak bukan saja demi kepuasan emosional belaka, tetapi juga karena mereka akan merasa gagal dalam hidup apabila tak mampu meneruskan garis keluarga. Setiap pria Jepang menginginkan anak, terutama anak laki-laki. Anak itu diperlukan untuk melakukan penghormatan setiap hari kepada arwah le1uhurnya, di ruang pemujaan keluarga di depan batu nisan kecil (Ruth Benedict. 1982:267). Juga mereka memerlukannya untuk meneruskan garis keluarga demi menjaga kehormatan serta harta keluarga.

Sampai Perang Dunia II pengaruh ajaran Konfusianisme ternyata masih sangat dirasakan oleh wanita Jepang umumnya yang tak berdaya untuk melawannya.

(18)

melainkan juga kemenakan, paman, bibi, sepupu dan keluarga dekat dari kedua belch pihak. Anak sulung, biasanya yang laki-laki, walaupun sudah beristri, tetap tinggal bersama orang tuanya, sedangkan anak-anak yang lain pindah mencari rumah lain (Ajip Rosidi, 1981: 94).

Pada masa feodal, khususnya di masa isolasi di bawah kekuasaan Shogun Tokugawa, wanita Jepang pada hakekatnya berderajat lebih rendah dari pada pria. Wanita hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, belum ada pengakuan terhadap hak mereka sebagai wanita. Wanita hanya berhak untuk melahirkan serta membesar-kan anak-anaknya. Hingga pada zaman itu seorang wanita menginginkan anak, bukan demi kepuasan emosionalnya, tetapi karena hanya sebagai ibu ia akan mendapatkan status (Ruth Benedict, 1982: 267).

Di masa sekitar Restorasi Meiji sampai berakhir-nya Perang Dunia II ada hukum menetapkan bahwa seorang wanita pada kanak-kanak dan remaja tunduk pada ayah, kemudian pada suami dan pada hari tua kepada anak laki-lakinya. Seakan-akan Jepang adalah negara di mana kaum laki-laki menjadi raja dan wanita mengabdi sepenuhnya kepada sang suami atau rajanya (Ajip Rosidi, 1981: 97).

(19)

anak, umumnya mempunyai kedudukan yang sangat goyah di dalam keluarga, mungkin ia akan disisihkan atau dicerai (Ruth Benedict, 1982: 267).

2.5 Pendekatan Kritik Sastra Feminisme

Kritik sastra feminis merupakan salah satu disiplin ilmu kritik sastra yang lahir sebagai respons atas berkembang luasnya feminisme diseluruh penjuru dunia. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki. Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang dimiliki laki-laki.

(20)

kedua hasrat pengkritiksastra feminis memiliki kesamaan dalam hal kanon sastra. Kedua-duanyamenyangsikan keabsahan kanon sastra lama, bukan saja karena menyajikan tokoh-tokoh wanita stereotip dan menunjukkan rasa benci dancuriga terhadap wanita, tetapi juga karena diabaikannya tulisan-tulisan mereka.

Kajian sastra feminis mempunyai dua fokus. Pertama, menggali, mengkaji serta menilai karya penulis-penulis perempuan dari masa silam. Mereka mempertanyakan tolok ukur apa saja yang dipakai pengkritik sastra terdahulu sehingga kanon sastra didominasi penulis laki-laki. Tujuan kedua mengkaji karya-karya tersebut dengan pendekatan feminis. Ketiga, pengkritik sastra feminis terutama berhasrat mengetahui bagaimana cara menerapkan penilaian estetik, di mana letak nilai estetiknya serta apakah nilai estetik yang telah dilakukan sungguh-sungguh sah. Singkatnya menilai tolok ukur yang digunakan untuk menentukan cara-cara penilaian lama.

Berdasarkan ketiga tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa apa yang dikehendaki pengkritik sastra feminis adalah hak yang sama untuk mengungkapkan makna-makna baru yang mungkin berbeda dari teks-teks lama.

2.6 Biografi Pengarang

(21)

menjadikan sejarah yang tersembunyi menjadi “hidup” dan dapat diterima oleh

pembaca di abad 21.

Dengan cara itu, Kimura menyentuh beberapa sejarah tragis seperti tenggelamnya Kapal Awa Maru dan kisah pilot kamikaze perempuan di masa Perang Dunia II lalu merangkainya menjadi sebuah cerita yang menyentuh bagi orang-orang yang hidup dan meninggal pada masa kejadian itu.

Kimura memandang karya-karyanya sebagai pencarian atas kebenaran, tantangan dan kepuasan. Buku-bukunya diterjemahkan ke berbagai bahasa di Asia dan Eropa dan telah terbit di seluruh dunia.

Referensi

Dokumen terkait

The new standard obligates you to inquire ot management and others in the entity. However, it docs not restrict you to making only those inquiries. In fact, it encourages you to

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI Al 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS, MEKANIS, STRUKTUR MIKRO, DAN FASA DALAM PEMBUATAN KERAMIK BERBASIS BENTONIT.. DAN

ABSTRACT: Morphological variables such as phytomass, plant height, leaf area, number of leaves, have been used to express the influence of mineral nutrients on plant growth

Guru yang memiliki kinerja yang baik dan profesional memiliki beberapa kemampuan antara lain : (1) Guru harus memiliki ketrampilan untuk mendiagnosis siswanya dalam hal

Prosid ing Seminar N asional dan K ong res P erhimp unan A g ronomi Indonesia 2016 E valuasi penampilan vegetatif dan generatif dari genotipe sorgum yang tersedia akan

JUDUL : MEROKOK PERBESAR RISIKO KANKER PROSTAT MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 04

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri

Penelitian ini menggunakaan serat mengkuang dan abu terbang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuat tekan dan tarik belah beton dengan menggunakan tiga