MODUL PERKULIAHAN
Perencanaa
n
Permukiman
Introduksi, Elemen
Permukiman dan
Instrumen Pengendalian
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Teknik Arsitektur
02
12022 Rahmatyas AditantriAbstract
Kompetensi
Dalam mempelajari Permukiman, diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai kota itu sendiri.
.
Definisi Kota
Dalam mempelajari Permukiman, diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai kota itu sendiri. Kota, merupakan tempat bertemunya berbagai aktifitas manusia dan menjadi muara dari berbagai sistem yang ada. Beberapa definisi Kota dari berbagai sudut pandang antara lain sebagai berikut:
UU No. 22 th. 1999 Tentang Otonomi Daerah
Kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Amos Rappoport
Membagi definisi kota menjadi dua definisi, yaitu definisi klasik dan definisi modern. Definisi klasik
Kota adalah suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-indivudu yang heterogen dari segi sosial.
Definisi Modern
Kota adalah suatu permukiman yang dirumuskan bukan dari ciri morfolgi kota tetapi dari suatu fungsi yang menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian ruang dan hirarki tertentu.
Gambar 1 merupakan ilustrasi mengenai kota yang merupakan pusat dari berbagai aktifitas manusia.
KOTA
pemerintahan
Gambar 1. Kaitan antara fisik perkotaan dan peradaban
Ruang Lingkup Kota
Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial, ekonomi, budaya. Perkotaan mengacu pada areal yang memiliki suasana penghidupan dan kehidupan modern dan menjadi wewenang pemerintah kota. Ciri kehidupan kota umumnya ditandai dengan adanya dominasi sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa perdagangan) yang berperan besar dalam kehidupan ekonomi. Selain itu, jumlah penduduk relative meningkat akibat adanya urbanisai sehingga susuan sosial penduduknya sangat heterogen dibandingkan dengan pedesaan. Akibat banyaknya aktifitas di dalam kota itu sendiri menyebabkan bangunan-bangunan di perkotaan jumlahnya semakin banyak serta transportasi pun juga berkembang pesat.
Perumahan dan Permukiman
A. RUMAHDefisini mengenai rumah dari beberapa sudut pandang antara lain sebagai berikut: 1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
2. John F.C. Turner
Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu
3. Siswono Yudohusodo
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
Sehingga, selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah juga merupakan
‘1
3
3
Perencanaan Permukiman Pusat Bahan Ajar dan eLearningtempat awal pengembangan kehidupan. Hal terpenting dari rumah itu sendiri adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya. Selanjutnya dikatakan bahwa interaksi antara rumah dan penghuni adalah apa yang diberikan rumah kepada penghuni serta apa yang dilakukan penghuni terhadap rumah.
B. PERUMAHAN
Perumahan didefinisikan sebagai kumpulan rumah yang merupakan bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. (UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya.
C. PERMUKIMAN
Permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. (UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Sehingga, rumah merupakan satuan terkecil dari kawasan permukiman yang menjadi tempat berlangsungnya kegiatan paling awal dalam kehidupan masyarakat.
Lingkup Perumahan
Gambar 1 Kampung Hijau Banjarsari, Jakarta Selatan
(sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2014/11/14/08180041/Kampung.Banjarsari.Riwayatmu.Kini)
Gambar 2 Rumah Susun Komaruddin, Cakung
(sumber: http://www.tribunnews.com/images/regional/view/1037811/perbaikan-rusun-komarudin-terhambat#.VtZvWfl97IU)
Elemen Permukiman
Lingkungan permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen, yaitu:
1. Nature (unsur alami), mencakup sumber-sumber daya alam seperti topografi, hidrologi, tanah, iklim, maupun unsur hayati yaitu vegetasi dan fauna.
2. Man (manusia sebagai individu), mencakup segala kebutuhan pribadinya seperti biologis, emosional, nilai-nilai moral, perasaan, dan perepsinya.
3. Society (masyarakat), adanya manusia sebagai kelompok masyarakat.
‘1
3
5
Perencanaan Permukiman Pusat Bahan Ajar dan eLearning4. Shells (tempat), dimana mansia sebagai individu maupun kelompok melangsungkan kegiatan atau melaksanakan kehidupan.
5. Network (jaringan), merupakan sistem alami maupun buatan manusia, yang menunjang berfungsinya lingkungan permukiman tersebut seperti jalan, air bersih, listrik, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada dasarya suatu permukiman terdiri dari isi (contents) yaitu manusia, baik secara individual maupun dalam masyarakat dan wadah yaitu lingkungan fisik permukiman lingkungan fisik permukiman yang merupakan wadah bagi ruang wilayah dan rencana pemanfaatan ruang pada tingkat propinsi dan kabupaten.
Pemerintah selaku pelaku utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang, mempunyai bebrbagai instrumen atau alat pengendalian. Sesuai dengan UU Penataan Ruang No.26/2007, instrumen tersebut adalah peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
A. Peraturan Zonasi
Peraturan zonasi merupakan instrumen yang baru dipakai yaitu sejak diundangkannya UU Penataan Ruang No.26/2007. Sesuai UU ini, peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Selanjutnya peraturan zonasi ditetapkan dengan:
a) peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
b) peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan c) peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
B. Perizinan
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan ijin maupun yang tidak memiliki ijin, dikenai sanksi administratif, sanksi pidana kurungan/penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
C. Pemberian Insentif dan Disinsentif
Pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah. Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur), pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perijinan, dan pemberian penghargaan.
Disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan kompensasi dan penalti.
D. Pengenaan Sanksi
Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Dalam undang-undang ini pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
‘1
3
7
Perencanaan Permukiman Pusat Bahan Ajar dan eLearningDaftar Pustaka
1. Aditantri, Rahmatyas. (2015). Sustainable Home Based Enterprise. Tesis. ITS Surabaya 2. Budiharjo, Eko. (1998). Sejumlah Permasalahan Permukiman Kota. Penerbit Alumni.
Bandung
3. HABITAT, U. N. (2012). Sustainable Housing for Sustainable Cities: A Policy Framework for Developing Countries. United Nations Human Settlement Program. Nairobi
4. Turner, John. F. (1972). Freedom to Build, Dweller Control of the Housing Process .The Macmillan Company. New York