• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT CERAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT CERAM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

CERAMAH HALAL BIHALAL

DI SMP IT AL-FURQAN AMBAL

Oleh :

Asep Supriyanto, S.Th.I., M.Ag.

NIDN : 0615099003

POLITEKNIK DHARMA PATRIA

KEBUMEN

(2)
(3)

iii

BAB III METODE PELAKSANAAN ... 4

(4)

iv

RINGKASAN

Peserta yang mengikuti halal bihalal terdiri dari siswa kelas VII, VIII, IX dan guru-guru SMP IT Al-Furqan Ambal. Materi yang disampaikan kepada peserta yaitu tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam acara halal bihalal. Pada dasarnya, halal bi halal adalah salah satu sarana untuk mempererat tali persaudaraan khususnya antar sesama umat Islam. Diharapkan setelah mengikuti halal bihalal ini, peserta dapat mengambil hikmah dibalik acara halal bi halal yang rutin tiap tahun diadakan oleh umat Islam, terutama umat Islam di Indonesia.

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Mengingat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, maka untuk mewujudkannya diperlukan tindakan-tindakan nyata yang langsung berinteraksi dengan masyarakat secara luas. Dalam peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Sedangkan Pendidikan

keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama. Pendidikan agama ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Oleh karena itu, Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.

Pendidikan agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau mata kuliah agama. Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Salah satu wujud pengajaran agama adalah dengan memberikan ceramah atau

wawasan keagamaan kepada peserta didik pada khususnya dan masyarakat umum pada umumnya pada acara-acara tertentu. Acara-acara tersebut bisa diselenggarakan oleh institusi pendidikan, lembaga pemerintah, lembaga sosial dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat. Adapun pendanaannya bisa dilakukan secara mandiri ataupun bantuan dari

pemerintah.

(6)

2 1.2 Gambaran Umum Obyek Pengabdian

SMP IT Al-Furqan merupakan salah satu sekolah swasta yang berada di Desa Kembangsawit Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen. Sekolah ini didirikan pada tahun 2010 oleh Yayasan Al-Hidayah Ambal dengan akeditasi sekolah B.

1.3 Rumusan Masalah

Penanaman nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan sejak dini khususnya mengenai sikap toleransi beragama, kejujuran tolong menolong dan sikap positif lainnya. Hal ini penting karena tanpa adanya nilai-nilai tersebut, moral dan sikap kaum muslimin akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat bahkan mereka akan menilai negatif terhadap umat Islam. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka kegiatan ceramah dan diskusi keagamaan menjadi sesuatu yang sangat diperlukan dalam upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan

sejak dini.

1. Apa makna halal bihalal?

2. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam halal-bihalal?

3. Bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam halal bihalal dalam

kehidupan sehari-hari? 1.4 Tujuan Kegiatan

Ceramah agama dalam acara halal bihalal ini bertujuan memberikan wawasan baru kepada masyarakat, khususnya warga SMPIT Al-Furqan dalam memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam acara halal bihalal.

1.5 Manfaat Kegiatan

1. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta dapat memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam acara halal bihalal

(7)

3

BAB II

TARGET LUARAN

(8)

4

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ceramah ini disediakan oleh penyelenggara yaitu SMP IT Al-Furqan Ambal, terdiri dari :

- Ruang pelaksanaan di Mushola SMP IT Al-Furqan Ambal. - Meja kecil

- Sound system 3.3 Susunan Acara

08.00 Upacara Pembukaan

08.15 Pembacaaan Susunan Acara oleh MC

08.30 Sambutan pembukaan oleh Kepala SMP IT Al-Furqan Ambal. 08.45 Ikrar Halal Bihalal

Kegiatan ceramah agama ini menggunakan metode pelaksanaan : 1. Ceramah

(9)

5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengabdian

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ceramah halal bihalal ini dapat dilihat dari tolok ukur sebagai berikut :

1. Respon positif dari peserta halal bihalal

Respon peserta akan diukur melalui observasi selama kegiatan berlangsung dan mengadakan tanya jawab interaktif dengan peserta sekitar aplikasi nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Meningkatnya antusiasme peserta untuk mengikuti ceramah halal bihalal.

4.2 Pembahasan

Selama pelaksanaan ceramah ini, mulai tahap persiapan sampai pelaksanaannya, dapat disampaikan temuan-temuan sebagai berikut:

1. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti acara halal bihalal hal ini dapat

dilihat dari sepatu yang tertata rapi di depan Mushola SMP IT Al-Furqan Ambal.

2. Materi yang disampaikan secara urut dan disampaikan secara gamblang uraian : a. Makna Halal bihalal

b. Nilai-nilai yang terkandung dalam Halal bihalal

c. Aplikasi nilai-nilai Halal bihalal dalam kehidupan sehari-hari

(10)

6

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan ceramah ini sebagai salah satu wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi ini telah mampu memberikan informasi dan motivasi kepada para peserta untuk tetap merajut tali silaturahmi meski tidak dalam suasana hari raya idul fithri.

Pelaksanaan kegiatan tri dharma perguruan tinggi ini yaitu menyampaikan wawasan baru kepada masyarakat, khususnya peserta halal bihalal di SMP IT Al-Furqan Ambal

mengenai Makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam halal bihalal. 5.2 Saran

Sesuai dengan hasil evaluasi respon yang telah dilakukan, dapat penulis sarankan hendaknya program-pogram pengabdian pada masyarakat seperti ini dilaksanakan secara

(11)

7

DAFTAR PUSTAKA

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

Materi Ceramah

MAKNA HALAL BI HALAL A. Pengertian

Secara bahasa, halal bi halal adalah kata majemuk dalam bahasa Arab dan berarti halal dengan halal atau sama-sama halal. Tapi kata majemuk ini tidak dikenal dalam kamus-kamus bahasa Arab maupun pemakaian masyarakat Arab sehari-hari. Masyarakat Arab di Mekah dan Madinah justru biasa mendengar para jamaah haji Indonesia (dengan keterbatasan kemampuan bahasa Arab mereka) bertanya halal? Saat bertransaksi di pasar-pasar dan pusat perbelanjaan. Mereka menanyakan apakah penjual sepakat dengan tawaran harga yang mereka berikan, sehingga barang menjadi halal untuk mereka. Jika sepakat, penjual akan balik mengatakan

“halal”. Atau saat ada makanan atau minuman yang dihidangkan di tempat umum, para jama’ah

haji biasanya bertanya “halal?” untuk memastikan bahwa makanan/minuman tersebut gratis dan halal untuk mereka. dibalas dengan jiwa dan mata dibalas dengan mata" (QS. Al-Maidah: 45).

Merujuk kepada keterangan Prof Dr Quraish Shihab, bahwa istilah Halal bi Halal adalah bentuk kata majemuk yang pemaknaannya dapat ditinjau dari dua sisi: sisi hukum dan sisi bahasa. Pada tinjauan hukum, halal adalah lawan dari haram. Jika haram adalah sesuatu yang dilarang dan mengundang dosa, maka halal berarti sesuatu yang diperbolehkan dan tidak mengundang dosa. Dengan demikian, Halal bi Halal adalah menjadikan sikap kita terhadap pihak lain yang tadinya haram dan berakibat dosa, menjadi halal dengan jalan mohon maaf. Pada perkembangannya, kegiatan ini ditiru oleh Ormas-Ormas Islam dengan nama Halal bi Halal. Kemudian ditiru juga oleh instansi-instansi tertentu. Kegiatan ini mulai ramai berkembang setelah pasca-Kemerdekaan RI. Dan biasanya dilaksanakan tidak hanya pada tanggal 1 Syawal saja, melainkan juga pada hari-hari berikutnya yang masih hangat dengan nuansa Idul Fitri.

Sedangkan pada tinjauan bahasa, kata halal yang darinya dapat terbentuk beberapa

bentuk kata memiliki varian makna, antara lain: “menyelesaikan masalah”, “meluruskan benang kusut”, “melepaskan ikatan”, “mencairkan yang beku”, dan “membebaskan sesuatu”. Bahkan jika langsung dikaitkan dengan kata dzanbin; halla min dzanbin, akan berarti “mengampuni kesalahan”. Jika demikian, ber-Halal bi Halal akan menjadi suatu aktivitas yang mengantarkan pelakunya untuk menyelesaikan masalah dengan saudaranya, meluruskan hubungan yang kusut, melepaskan ikatan dosa dari saudaranya dengan jalan memaafkan, mencairkan hubungan yang beku sehingga menjadi harmonis, dan seterusnya. Kesemuanya ini merupakan tujuan diselenggarakannya Halal bi Halal.

(18)

beragam acara sesuai dengan kearifan lokal masing-masing daerah, dengan catatan tetap mengindahkan norma-norma Islam yang sudah ditentukan. Maka tidak boleh tercampuri kemaksiatan apa pun dalam implementasinya.

Kata halal bi halal justru diserap Bahasa Indonesia dan diartikan sebagai “hal maaf -memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dsb) oleh sejumlah orang dan merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia”. Halal bi halal adalah suatu tradisi berkumpul sekelompok orang Islam di Indonesia dalam suatu tempat tertentu untuk saling bersalaman sebagai ungkapan saling memaafkan agar yang haram menjadi halal. Umumnya, kegiatan ini diselenggarakan setelah melakukan shalat Idul Fithri. Kadang-kadang, acara halal bi halal juga dilakukan di hari-hari setelah Idul Fithri dalam bentuk pengajian, ramah tamah atau makan bersama.

B. Sejarah Halal Bi Halal

Konon, tradisi halal bi halal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I (lahir 8 Apri 1725), yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah shalat Idul Fithri diadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam dengan istilah halal bi halal.

Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bi halal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama. Halal bi halal dengan makna seperti di atas juga tidak ditemukan penyebutannya di kitab-kitab para ulama. Sebagian penulis dengan bangga menyebutkan bahwa halal bi halal adalah hasil kreativitas bangsa Indonesia dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Indonesia.

C. Makna Halal bi halal

Jika dilihat dari beberapa ayat dalam Al-Qur an di antaranya dalam (QS. 2: 168, QS. 8: 69, QS. 5: 88, QS. 16: 114), kata halal bihalal selalu dirangkaikan dengan kata thayyib (halalan thayyiba) yang berarti yang halal lagi menyenangkan.

Dengan pendekatan Qur’ani, maka yang dimaksudkan dengan halal bihalal adalah terbangunnya komitmen bersama untuk selalu melakukan yang baik dan bermafaat serta menyenangkan semua pihak. Dalam konteks ini halal bihalal merupakan media yang paling efektif untuk merajut kembali hubungan yang membeku dengan cara saling memaafkan dan menyadari kekhilafan masing-masing.

Sangatlah tepat pada acara halal bihalal semua orang mengucapkan mohon maaf lahir batin. Bisa jadi setelah lahiriah semua orang bisa memaafkan namun secara batiniah tidak tertutup kemungkinan masih tersisa dendam, rasa sakit hati. Orang yang seperti ini biasanya secara lahir telah memaafkan dengan ditandai dengan berjabat tangan, namun secara batin belum memaafkan sepenuhnya.

(19)

Setelah menyadari hakikat halal bihalal yang penuh pesan-pesan moral sosial-religius tersebut, maka selanjutnya halal bihalal bisa dimanfaatkan sebagai ajang komunikasi produktif antar berbagai komponen bangsa.

Suasana halal bihalal yang penuh dengan nuansa reigius, kekeluargaan dan keterbukaan membuat semua orang yang hadir tidak memiliki beban psikologis tertentu. Pada saat itulah komunikasi sehat bisa terbangun dengan baik. Pada gilirannya muncul keinginan untuk saling membantu dan saling membesarkan.

D. Nilai-Nilai Halal bihalal

Ada tiga nilai/pelajaran yang bisa kita petik dari kegiatan Halal Bi Halal.

Pelajaran pertama adalah pembersihan diri dari segala bentuk kesalahan. Ibarat pemudik yang pulang ke kampung halamannya setelah sekian tahun merantau ke negeri seberang. Dalam perjalanan itu tidak sedikit ia isi dengan kesalahan, seperti lupa salat, lalai menunaikan janji setia kepada Allah, lupa berdzikir, bersikap angkuh atau berlaku aniaya kepada diri sendiri.

Pelajaran kedua dari Halal bi Halal adalah membersihkan hati dari rasa benci kepada sesama. Pada suatu hari, ketika Nabi SAW tengah duduk-duduk dengan para sahabatnya, ada seorang pria asing berjalan di hadapan mereka. Orang itu berjalan lalu pergi entah ke mana.

Setelah pria asing itu berlalu, Nabi berkata kepada para sahabat, “Dialah ahli surga.” Kalimat itu

beliau ucapkan tiga kali. Sahabat Abdullah bin Umar penasaran tentang amal perbuatan yang dikerjakannya sampai sampai Nabi menyematinya sebagai ahli surga. Abdullah memutuskan

untuk menyusul si “ahli surga” di kediamannya. Abdullah minta izin menginap selama 3 hari di rumahnya. Pria ini memberinya izin. Ternyata selama 3 hari itu Abdullah tidak melihat amalan-amalannya yang istimewa. Abdullah semakin penasaran.

Akhirnya ia bertanya, “Wahai saudaraku, sewaktu engkau lewat di hadapan kami,

Rasulullah berkata bahwa engkau adalah ahli surga. Amalan apa yang engkau kerjakan sehingga

Rasul sangat memuliakanmu?” Pria sederhana ini menjawab, “Sesungguhnya aku tidak pernah

melakukan apa-apa. Aku tidak punya ilmu dan harta yang bisa kusedekahkan. Aku hanya punya rasa cinta kepada Allah, Rasulullah dan sesama manusia. Setiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta itu sekaligus berusaha menghilangkan rasa benci terhadap

siapa saja.”

Pelajaran ketiga adalah memupuk kepedulian dan kebersamaan. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari pergaulan dan kebersamaan yang dibangun lewat sikap tolong-menolong. Muslim yang kaya membantu saudaranya yang miskin. Sepatutnya rasa gembira seseorang juga memberikan bentuk kenikmatan yang lain, yaitu kenikmatan bersyukur dengan berupaya membagi kebahagiaan itu kepada sesamanya. Kini, saatnya setiap Muslim membumikan berkah-berkah kesalehan Ramadhan dengan menebar rasa bahagia ke setiap orang, memupuknya, merawat dan menjaga agar mendapatkan buah indahnya ikatan persaudaraan.

E. Kesimpulan

(20)

orang-orang mau saling memberi karena-Ku, cinta-Ku berhak diperoleh bagi orang-orang yang mau saling tolong menolong karena-Ku, cinta-Ku berhak diperoleh bagi orang-orang yang saling berlaku adil karena-Ku dan cinta-Ku berhak bagi orang-orang yang saling berziarah karena-Ku.”

Dengan demikian, hikmah halal bi halal dapat kita ambil hikmahnya baik ketika hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Ketika di dunia hikmahnya adalah kehidupan di lingkungan masyarakat menjadi aman, damai dan menciptakan ketertiban dalam beragama dan bernegara. Ketika di akhirat, akan meringankan beban kita dari hak-hak dan kewajiban terhadap sesama manusia. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1439 H. Minal Aidin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin.

Sumber rujukan:

1. Al-Qur’an dan terjemahnya 2. Lidwa Pusaka: Hadis 9 Imam 3. http://www.hidayatullah.com 4. http://www.republika.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan fisik motorik kasar anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina 1 P ekanbaru yang dilihat dari aspek

Pemeliharaan saluran tepi jalan, saluran penghubung dan kelengkapannya di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat.. 62,994,037,580 Anggaran untuk se

Pengelolaan lingkungan yang mencekam komoditi panenan dilakukan sedemikian rupa sehingga produk tersebut masih dapat mampu mempertahankan hidupnya yang direfleksikan

Sebagai komponen kesehatan reproduksi, pelayanan KB diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda,

Perlu di jelaskan sebagai istilah dari Ekonomi Kreatif adalah : merupakan upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim

Aspek kepuasan kerja selanjutnya adalah kepuasan terhadap rekan kerja, berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa peran rekan kerja dalam membentuk

Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok dengan menggunakan strategi restrukturisasi kognitif sebanyak 8 pertemuan dengan alokasi waktu

Para isteri juga tidak lagi menjadi ”obyek” utama sasaran KB karena para suami telah mau berbagi peran dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui