• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FILSAFAT SEMESTER 2 UNIDA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FILSAFAT SEMESTER 2 UNIDA.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Qui apeur de la philosophie? Siapa takut filsafat?

--Jacques Derrida

Ya, siapa takut filsafat? Pertanyaan Filsuf Perancis tersebut memang cukup menjadi alasan mengapa kita tak mesti takut mempelajari filsafat. Filsafat kata Derrida adalah hak semua orang, karena filsafat adalah puisi. Filsafat layaknya karya sastra mesti dipelajari bahkan oleh murid sekolah.

Filsafat itu bertanya. Dan, kita selalu bertanya. Apapun yang ada di hadapan kita selalu kita pertanyakan. Namun kita, kata Franz Magnis-Suseno adalah makhluk yang tak pernah sampai. Mangapa? setidaknya, kata Franz ada dua kenyataan pada manusia yang tampaknya berlawanan dan membuatnya selalu ingin mengetahui lebih jauh.1

Pertama, karena hanya dengan tahu manusia dapat bertindak. Ia bertindak karena segala macam alasan, diantaranya yang paling dasar adalah bahwa ia terdorong memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, jadi apa yang dirasakan dibutuhkannya: ya makan dan minum dan lain-lain kebutuhan jasmani, tetapi juga kebutuhan akan manusia lainnya. Untuk itu ia harus tahu, misalanya tahu dari mana memperoleh makanan atau di mana ibunya.

Kedua, yang khas bagi manusia adalah bahwa ia selalu mau tahu lebih jauh. Itu karena sifat manusia yang kedua: manusia berwawasan tak terbatas. Pengetahuan manusia selalu terbatas. Tetapi wawasannya tidak terbatas. Maka tak pernah ada pengetahuan yang dapat memenuhi cakrawala perhatiannya. Karena itu manusia bertanya terus.

Gambaran cukup jelas tentang karakter manusia ini bisa kita lihat dari testimoni Al-Ghazali (1058-1111 M) yang fenomenal,

Sejak muda hingga saat ini, ketika usiaku menjelang limapuluh tahun, kuarungi ombak lautan yang dalam ini, kutemukan berbagai rahasia aliran semua kelompok. Aku tidak meninggalkan kelompok batiniah kecuali telah kutelaah kebatiniahannya. Aku tidak meninggalkan kelompok zhahiri kecuali telah kukuasai kezhahiriahannya. Tidak kutinggalkan kelompok filosof kecuali setelah aku menguasai hakikat filsafatnya. Tidak kutinggalkan kelompok teologis, kecuali kau telah benar-benar mengkaji puncak teologis dan perdebatannya, tidak kutinggalkan kelompok sufi kecuali aku telah menelusuri kesufiannya, tidak juga kelompok zindik kecuali aku telah meneliti sebab-sebab di balik keberanian dan kezindikannya.

(2)

Rasa penasaran untuk mengetahui hakikat semua persoalan di atasa selalu menghantuiku sejak aku masih muda. Tampaknya, hal itu merupakan instink dan fitrah dari Allah swt yang disimpan dalam benakku, bukan karena kemauan dan keinginanku.2

Uraian Al-Gazali tersebut memberi gambaran bahwa manusia senantiasa bertanya. Karena memang manusia memiliki perangkat yang memadai: akal. Kata akal adalah translasi dari bahasa Arab aqala. Di lain kesempatan Al-Gazali memuji akal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertiana filsafat adalah; 1) pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; 2) teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; 3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology; 4) falsafah.3

Jadi filsafat adalah penyelidikan dengan akal budi. Dengan kemampuan logika kita. Dan karena itu salah satu definisi filsafat adalah usaha memahami dan mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya.4

Nicolaus Driyarkara mendeskripsikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi murni (philosophy is the science which by the natural light of reason studies the first causes or highest principles of all things). Selanjutnya Driyarkara menyimpulkan bahwa;

 Objek filsafat: segala sesuatu yang ada;

 Sudut pandangnya: sebab-sebab yang terdalam;

 Sifat-sifat filsafat: sifat-sifat ilmu;

 Jalannya filsafat dalam usaha mencari jawaban-jawaban: dengan berdasarkan kekuatan pikiran manusia, tak berdasarkan wahyu Tuhan atau pertolongan istimewa dari agama/Tuhan.5

Kemudian dengan menggunakan silogisme ala Aristoteles, Driyarkara menyimpulkan: 1). Dorongan untuk mengerti timbul dari kodrat manusia.

2). Filsafat timbul dari dorongan untuk mengerti ini. 3). Jadi filsafat timbul dari kodrat manusia.6

2 Muhammad Iqbal, 100 Tokoh Islam Terhebat dalam Sejarah, Jakarta, Intimedia dan Ladang

Pustaka, hal. 113 lihat juga Yusuf Qardhawi, Kebudayaan Islam Ekslusif atu Inklusif, 2001, Solo, Era Intermedia hal. 157-160

3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007,

Jakarta, Balai Pustaka, hal. 317

4 Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, Filsafat Ilmu, 1996, Yogyakarta, Universitas Gajah Mada, hal.

1

(3)

Namun demikian, meskipun kodrat manusia kata Driyarkara condong akan filsafat, atau karena memang manusia mempunyai akal yang memadai, perlu diingat bahwa akal itu tetap mempunyai keterbatasan. Baik kita ikuti penjelasan Prof. Nasrun bahwa filsafat sejati harus berdasarkan agama. Harus berdasar wahyu. Karena ada sesuatu yang beyond logic yang tidak mampu ditangkap rasio kita.7

B. Permasalahan

Dalam makalah ini kami mengangkat 3 (tiga) permasalahn utama, yaitu; 1. Bagaimana asal mula perkembangan filsafat Yunani?

2. Bagaimana periodisasi filsafat Yunani? dan,

3. Bagaimana pemikiran filsafat 3 (tiga) filsuf besar Yunani; Socrates, Plato, dan Aristoteles?

C. Tujuan Makalah

1. Memahami sejarah kelahiran Filsafat Yunani; 2. Memahami periodisasi filsafat Yunani; dan

3. Memahami pemikiran tiga tokoh filsafat besar Yunani; Plato, Socrates, dan Aristoteles.

(4)

BAB II PEMBAHASAN A. Lahirnya Filsafat Yunani

Bangsa Yunanai adalah bangsa yang ulung dalam berpikir. Pikirannnya realistis, penuh dengan pengakuan keadaan nyata; peraturan dan keseimbangan adalah sifat-sifatyang senantiasa dipertahankan. Pikiran Yunani selalu mencari kesatuan dalam kebanyakan (ketunggalan dalam kemajemukan), yang umum dalam yang khusus, yang kekal dalam yang berubah-ubah.8 Faktor di atas itulah yang mendorong berkembangnya filsafat di Yunani.

Asmoro Achmadi meringkas ada tiga faktor yang mendorong lahirnya filsafat Yunani. 1. Bangsa Yunani kaya akan mitos (dongeng), di mana mitos dianggap sebagai awal dari upaya

orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orperus, dan lain-lain.

2. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang di dalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.

3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah Sungai Nil. Kemudian mereka kembangkan secara teoretis dan kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Dan pengertian filsafat waktu itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang mandiri.9

B. Periodisasi Filsafat Yunani

Filsafat Yunani terbagi menjadi dua periode yakni Yunani Kuno dan Yunani Klasik.10 1. Periode Yunani Kuno

Periode Yunani Kuno lazim disebut dengan periode filsafat alam. Hal ini dikarenakan saat itu banyak bermunculan ahli pikir alam. Yang tentu perhatian dan pemikirannya masih seputar alam sekitar yang ada di sekeliling mereka.

Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang penuh dengan nuansa dan ritme. Mereka berusaha mencari jawab atas misteri yang ada di balik semua itu.

8 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara..hal. 1084

(5)

Para pemikir yang tergolong kelompok ini antara lain Thales (625-545 SM), Anaximandros (640-546 SM), Pythagoras (±572-497 SM), Xenophanes (570-? SM), Heraclitos (535-475 SM), Parmenides (540-475 SM), Zeno (±490-430 SM), Empedocles (490-435 SM), Anaxagoras (±499-420 SM), serta Democritos (460-370 SM).

2. Periode Yunani Klasik

Pada periode Yunani klasik perkembangan filsafat makin pesat. Ditandai dengan minat oarng yang makin besar. Di kota-kota berdiri berbagai perguruan yang pada tahap berikutnya melahirkan berbagai aliran filsafat.

Aliran yang mengawali priode Yunani klasik ini adalah aliran Sofisme. Kata Sofisme merujuk pada kata sophos yang artinya serdik pandai. Keberadaan sofime ini dengan keahliannya dalam bidang-bidang bahasa, politik, retorika, dan terutama memaparkan tentang kosmos dan kehidupan manusia membawa perubahan budaya dan peradaban Athena.

Salah satu tokoh sofisme adalah Gorgias (480-380 SM). Diantara pemikirannya adalah pandangan tentang norma. Menurutnya norma yang sifatnya umum tidak ada. Yang ada adalah norma yang individualistis (subjektivisme). Sebagian orang mengangap kaum sofis telah merusak filsafat. Menimbulkan berbagai kontra. Salahsatunya Socrates. Sebagai pemikir Socrates enggan disebut Sofis (=cerdik pandai; bijaksana). Socrates lebih senang menyebut dirinya philosophia yang artinya pecinta kebijaksanaan.

Ungkapan Socrates itulah yang abadi hingga sekarang, karena dari akar kata philosophia itulah orang mengenal berbagai ajaran Yunani. Bahkan hingga kini berabad-abad telah berlalu ajaran kaum philosohia tetap menjadi kurikulum di dunia akademik. Dengan kata lain bisa kita katakana kaum sofis ikut berperan melahirkan tiga filsuf besar Yunani: Socrates, Plato, dan Aristoteles.

C. Filosof Besar Yunani 1. Socrates

Socrates (470-399 SM) barangkali adalah tokoh paling penuh teka-teki dalam seluruh sejarah filsafat. Dia tidak pernah menulis sebaris kalimat pun. Namun, ia merupakan salah seorang filosof yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap pemikiran Eropa, dan itu sama sekali bukan karena cara kematiannya yang dramatis.11 Itulah kalimat yang digambarkan oleh Jostein Gaarder tentang sosok Socrates.

Socrates memang misterius. Tak banyak diketahui. Buruk rupa. Perutnya gendut, matanya menonjol, dan hidungnya pendek serta besar. Tapi ia rujukan filsafat yang tak bisa

(6)

kita menemukan padanannya. Begitu kata Gaarder. Semua informasi tentangnya diperoleh dari tulisan muridnya, utamanya Plato.12

Socrates lahir tahun 470 SM di Athena. Ayahnya adalah seorang pemahat patung sedangkan ibunya melakukan pekerjaan bidan. Dengan budi pekertinya yang halus lagi tinggi, dengan tabiatnya yang tidak mencari keuntungan, dengan cita-citanya tentang moral yang luhur, dengan hidupnya yang lurus murni, ia sangat dihormati dalam masyarakat pada zaman itu.13

Berbeda dengan kaum sophis yang mengajarkan kebijaksanaan untuk mendapatkan uang, Socrates sama sekali tak memungut bayaran. Bahkan dirinya lebih menyebut dirinya philosophia. Seorang yang cinta kebijaksanaan. Seorang pecinta kebijaksanaan yang menebar ilmu tanpa menggurui. Tanpa minta upah.

Namun akhir hayatnya tragis. Socrates dihukukum mati. Socrates dianggap tidak menghormati dewa-dewa serta berpengaruh buruk bagi kaum muda. Pengadilan Rakyat Athena yang berjumlah limaratus orang mayoritas menganggapnya bersalah. Ia dihukum mati dengan minum racun.14

Meskipun tak mewariskan tulisan, pikiran-pikiran Socrates banyak mewarnai pemikiran filsafat Eropa hingga menyebar ke segala penjuru.

a. Seni Berdiskusi

Hakikat seni Socrates adalah fakta bahwa ia tidak ingin menggurui orang. Sebaliknya justru ia member kesan sebagai orang yang ingin belajar dari orang-orang yang diajaknya berbicara.15 Dalam dialogos tersebut Socrates menggunakan cara yang disebut eironeia, pura-pura tidak menegerti.16

Karena “tidak tahu apa-apa” Socrates terus bertanya dengan cara-cara jitu, dengan menerobos yang kongkret pikiran kea rah yang abstrak. Yang sudah dimengerti dijadikan pangkalan untuk mencapai yang belum dimengerti. Dengan jalan itu lambat laun Socrates membangun pengertian. Quote terkenal dari Socrates adalah hanya satu yang aku tahu, yaitu aku tidak tahu apa-apa. Socrates sendiri menamakan metodenya maieutika, teknik kebidanan. Menurut pendapatnya, jiwa manusia itu mengandung

12 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, 2014, Jakarta, Rajawali Press, hal. 49

13 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara, 2006, Jakarta, Gremedia, hal. 1035 14 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1136

15 Jostein Gaarder, Dunia Sophie… hal. 118

(7)

kebenaran yang harus dilahirkan. Maka dengan teknik kebidanan tersebut Socrates menolong jiwa dalam bersalin intelektual.

b. Kebenaran Umum

Ajaran meragukan sesuatu. Ajaran yang menganggap kebenaran relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang telah mapan, mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Socrates bangkit. Ia meyakinkan orang-orang bahwa tidak semua kebenaran relatif. Ada kebenaran umum yang bisa dipegang semua orang.

Menurut Socrates kebenaran umum itu ada, yaitu definisi itu sendiri.Sebagai contoh, apakah kursi itu? Orang bisa periksa semua kursi. Semua kursi di dunia ini kalau perlu. Misal kita temukan kursi di sekolah terdiri dari tempat duduk dan sandaran, berkaki empat terbuat dari kayu jati. Ada lagi kursi di kantor, memiliki tempat duduk dan sandaran, berkaki empat terbuat dari logam. Jadi kursi itu memiliki tempat duduk dan sandaran. Sedangkan ciri lain, missal terbuat dari apa, tidak ditemukan pada semua kursi.

Maka semua orang akan sepakat bahwa tempat duduk yang ada sandarannya adalah kursi. Contoh tersebut adalah kebenaran yang obyektif, umum, tidak subyektif, relatif. Cara berfikir Socrates untuk mencapai definisi tersebut adalah induksi. Induksi yang dimaksud Socrates adalah memperbandingkan secara kritis. Ia mencari persamaan dan diuju dengan saksi dan lawan saksi, tesis dan anti tesis.

c. Tentang Manusia

Jiwa manusia itu ruh. Telah ada sebelum ada kita. Tanpa kita ketahui. Jiwa manusia, bagi Socrates adalah realitas yang lebih tinggi, yang sifat-sifatnya berlainan dengan sifat-sifat badan.Jiwalah yang memberi hidup badan, karena itu ia luput dari maut.17 Jadi Socrates berkeyakinan jiwa itu tidak mati. Ketika mati, yang mati adalah jasadnya saja. Saat hendak dieksekusi mati Socrates bertutur,

Kematian mungkin sama dengan tidur tanpa mimpi—yang jelas baik—atu mungkin berpindahnnya jiwa ke alam lain. Dan adakah yang memberatkan manusia jika ia diberi kesempatan untuk berbincang dengan Orpheus, Musaeus, Hesiodus, dan Homerus? Maka sekiranya hal ini benar, biarlah aku mati berulang kali. Di dunia lain itu mereka tak akan menghukum mati sesorang karena suka bertanya: tentu tidak. Sebab kecuali sudah lebih berbahagia daripada kita saat ini, mereka yang di dunia lain itu abadi, sekiranya apa yang sering dikisahkan itubenar.

(8)

d. Tentang Tuhan

Socrates mempercayai adanya Tuhan. Adanya alam ini mesti ada sumber asalnya. Sebagaimana ia mempercayai keabadian roh, ia juga mempercayai adanya Sesuatu yang abadi di balik alam fana ini.

Mengenai hal ini Plato menuliskan dialog Socrates dengan Aristodium, seseorang yang mengingkari adanya Tuhan,

Socrates : Coba sebutkan adakah orang-orang yang menarik bagimu karena kemahiran dan keindahan perbuatannya?

Aristodium : Tentang syair kagum dengan Homerus, tentang gambar kagum pada Zokses.

Socrates : Tukang-tukang mana yang menarik kekagumanmu?

Aristodium : Dewi Yupiter adalah yang pantas sekali dikagumi yang membuat barang-barang yang mempunyai akal yang hidup, apabila alam yang ada ini terjadi secara kebetulan saja.

Socrates : Tetapi alam wujud manakah yang pantas engkau pandang terjadi secara kebetulan saja, atau terjadi oleh sebab pengetahuan

Aristodium : Alam yang terjadi oleh sebab pengetahuan.

Socrates : Begitu yang tak bisa engkau lihat, jiwa engkau yang menguasai seluruh anggota engkau. Dapatkah engkau menyatakan bahwa segala perbuatan engkau terbit tanpa akal, tanpa pengetahuan, tetapi semuanya dengan kebetulan saja?

Plato juga menuliskan dialog Socrates dengan Alkibiades; Socrates : Aku memiliki satu penjaga (epithropos)

Alkibiades : Siapakah dia, Socrates?

Socrates : Tuhan (Qeos), wahai Alkibiades.

Di lain kesempatan Socrates pernah mengatakan, inilah juga yang menjadi faktor penyebab mengapa aku dibawa ke muka pengadilan. Orang Athena mengatakan aku sesat karena aku tidak mempercayai dewa-dewa yang sukar diterima kebenarannya itu.18

e. Tentang Politik

Dilapangan politik, Socrates mempunyai pendirian yang pada zaman sekarang barangkali tampak tidak simpatik. Ia menolak demokrasi. Menurut Socrates

18 Muhammad Alexander, Luqmanul Hakim adalah Socrates Berkulit Hitam, 2013, Selangor:

(9)

pemerintahan hanya harus diserahkan kepada orang-orang yang betul-betul mempunyai tentang mengemudi Negara.19

2. Plato

Plato (427-347 SM) adalah nama panggilan. Ia di panggil demikian karena memiliki dahi dan bahu yang lebar (plato = yang berbentuk lebar). Nama aslinya adalah Aristokles. Ia adalah bangsawan yang dikenal selain sebagai filsuf dan ahli pikir yang relijius, juga sebagai penyair dan seniman yang inspirasinya bertaraf tinggi.20

Plato adalah murid dan pengagum Socrates, tidak heran pemikirannya sangat di pengaruhi gurunya tersebut. Namun berbeda dengan Socrates yang tidak mewariskan buku, Plato sangat produktif menulis. Karangannya yang terakhir, Nomoi (undang-undang) bahkan belum rampung ditlis saat ia meninggal. Dan kalau kita cermati, ada tiga ciri dalam filsafat Plato; 1) ia termasuk Socratik, 2) hampir semua karyanya berbentuk dialog, dan 3) ia selalu menampilkam mite-mite yang adduniawi dalam karyanya.21

Plato adalah Filsuf yang sangat berpengaruh di Eropa hingga abad modern. Bahkan Alfred Whitehead mengatakan bahwa semua filsafat Barat adalah catatan kaki dari filsafat Plato (all western philosophy is but a series of footnotes to Plato).22

a. Dunia Idea

Plato berkeyakinan bahwa ada realitas di balik dunia materi. Plato menyebutnya dunia ide. Ide dalam pandangan Plato adalah citra pokok dan perdana realitas (eidos = gambar atau citra). Jadi ide di sini tidak boleh disamakan begitu saja dengan kata “ide” dalam bahasa Indonesia yang berarti gagasan.23

Di dunia ide tersimpan pola-pola yang kekal dan abadi di balik berbagai fenomena yang kita temui di alam. Jadi ada dua realitas. Penjelasan Gaarder cukup popular untuk kita simak.

Satu wilayah adalah dunia indra, yang mengenainya kita hanya dapat mempunyai pengetahuan yang tidak tepat atau tidak sempurna dengan menggunakan lima indra kita. Di dunia indra ini, segala sesuatu berubah dan tidak ada yang permanen. Dalam dunia indra ini tidak ada sesuatu yang selalu ada, yang ada hanyalah segala sesuatu yang datang dan pergi.

19 Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1141 20 Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1146

21 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Filsuf dari Zaman

Yunani Hingga Zaman Modern, 2004. Yogyakarta, Kanisius, hal. 47

(10)

Wilayah yang lain adalah dunia ide, yang mengenainya kita dapat memiliki pengetahuan sejati dengan menggunakan akal kita. Dunia ide ini tidak dapat ditangkap dengan indra, tetapi ide (atau bentuk-bentuk) itu kekal dan abadi.24 Jadi menurut Plato pengetahuan sejati kita hanyalah pengetahuan berdasarkan indera dan akal semata.

b. Jiwa Manusia

Plato percaya bahwa jiwa telah ada sebelum dia mendiami tubuh kita. Tubuh itu bagian dari dunia indera. Dunia indera itu hanyalah bayang-bayang. Dunia yang tidak sempurna. Karenanya menurut Plato, jiwa selalu rindu akan dunia yang kekal. Jiwa selalu rindu untuk terbang pulang dengan sayap-sayap cinta ke dunia ide, dunia yang kekal itu.

Ini karena Plato percaya bahwa semua fenomena alam itu hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal. Tapi kebanyakan orang, kata Plato sudah puas dengan kehidupan di tengah-tengah bayang. Mereka mengira hanya bayang-bayang itulah yang ada.

c. Tuhan

Menurut Plato, alam ini ada karena diadakan oleh Demiourgos (yang membuat, yang menciptakan). Lalu timbullah soal Demiourgos. Siapakah Demiourgos tersebut? Tuhankah? Banyak ahli yang memaparkan bahwa Demiourgos sam dengan ide kebaikan, sama dengan Tuhan. Van Litsenburg menerangkan bahwa Demiourgos itu hanya menggambarkan satu aspek dari Tuhan. Demiourgos hanya menggambarkan Tuhan sebagai Pencipta dan Penyelenggara alam raya sebagi Persona. Dengan demikian ajaran Plato ini belum menggambarkan konsep tentang Tuhan yang Maha Esa dengan pikiran yang jelas dan selsai.25

Akan tetapi dalam Kongres Filsafat yang ke-10 di Amsterdam pada tahun 1948 dinyatakan bahwa meskipun Plato tidak pernah mempergunakan istilah Tuhan untuk menunjuk dunia ide-ide, namun dengan alasan yang benar orang dapat mempertahankan monoteisme filsafat Plato.26

d. Negara

24 Jostein Gaarder, Dunia Sophie… hal. 153

(11)

Menurut Plato, manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik dapat dicapai dalam polis. Dalam Negara. Karena memang dalam kodratnya manusia adalah makhluk social. Makhluk social tidak mungkin hidup sendirian. Ia butuh orang lain. Dan tentu juga butuh Negara.

Dan menurut Plato, dalam Negara yang baik harus ada tiga golongan. Pertama golongan penjaga, yaitu filsuf. Mereka menjaga kehidupan dan ketentraman jiwa. Kedua pembantu atau prajurit. Mereka menjaga stabilitas dan keamanan Negara. Dan ketiga golongan pekerja atau petani yang menanggung beban ekonomi.

Hal Tersebut diilustrasikan dari tubuh manusia,27

Tubuh Jiwa Sifat Negara

Kepala Akal Kebijaksanaan Pemimpin

Dada Kehendak Keberanian Pelengkap

Perut Nafsu Kesopanan Pekerja

3. Aristoteles

Aristoteles (384-322 SM) lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya adalah dokter pribadi Raja Macedonia. Saat usianya 18 tahun ia dikirim ke Athena untuk belajar kepada Plato. Selama 20 tahun ia belajar dengan Plato. Setelah Plato meninggal Aristoteles mendirikan sekolah di (Assos) Asia Kecil. Pada tahun 342 ia kembali ke istana Raja Philippos di Macedonia untuk menjadi pendidik Pangeran Iskandar Agung (Alexander the Great). Setelah Iskandar naik tahta, Aristoteles kembali dan mendirikan sekolah di Athena.28

Di perguruannya tersebut, Aristoteles menjadi guru besar. Kelak perguruannya disebut Peripatetika. Ya, karena Aristoteles memberikan pengajarannya dalam gymnasion yang terletak kuil dewa Apollo Lukeios. Kuliah itu diberikan dengan berjalan bersama-sama di serambai-serambi yang memang dimaksud sebagai ruangan untuk berjalan bersama-sama. Serambi semacam itu dalam bahasa Yunanai disebut Peripatos.29

Tulisan karya Aristoteles banyak sekali. Ada yang membaginya ke dalam delapan bagian; logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi, serta retorika dan poetika.30

a. Logika

27 Jostein Gaarder, Dunia Sophie… hal. 157

28 Harun Hadiwijono, Seri Sejarah Filsafat Barat, 2010, Yogyakarta, Kanisius, hal. 45 29 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1168

(12)

Menurut Aristoteles Logika merupakan Kunci segala pengetahuan. Logika tidak masul wilayah filsafat, melainkan persiapan atau propedeutika. Istilah logika tidak digunakan oleh Aritoteles, ia menggunakan istilah analytika artinya ajaran tentang pemecahan.31

Bidang logika inilah salah satu pencaoaian Aristoteles paling signifikan. Plato memang telah mengerti bahwa pengetahuan harus ditemukan dengan dialektika (argumentasi percakapan yang berasal dari bentuk tanya jawab ), tetapi Aristoteleslah yang melakukan formalisasi dan meningkatkanmetode tersebut melalui silogisme (syllogismus) yang ditemukannya. Menurut Aristoteles sologisme menunujukan bahwa ketika suatu hal tertentu dinyatakan, maka tentunya dapat ditunjukan tentang sesuatu yang lain yang akan mengikutinya. Misalnya jika kita menyatakan dua hal berikut:  Semua manusia adalah makhluk hidup

 Semua orang Yunani adalah manusia.

 Kesimpulannya, semua orang Yunani adalah makhluk hidup.32

Dengan silogisme kita bisa ambil contoh lainnya:  Semua manusia akan mati.

 Adul adalah manusia.

 Kesimpulanya, Adul akan mati.

b. Metafisika

Terma metafisika bukanlah dari Aristoteles. Yang disebut metafisika olehnya disebut filsafat pertama atau theologia. 33Secara harfiah metfisika berarti sesuatu yang

ada di belakang benda fisik. Sesuatu yang di luar fisik. Artinya sesuatu yang gaib.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Plato telah mempunyai konsep, bahwa “ada” dua bentuka yang ada, yaitu bentuk yang bisa diamati yang senantiasa berubah-ubah, dan yang tidak berubah. Hubungan antara kedua bentuk ada itu adalah bahwa yang tampak adalah pengungkapan dari yang tidak tampak.

Namun Aristoteles tidak setuju dengan Plato.”Ada” yang olehnya disebut ousia, dalam arti yang sebenarnya hanya dimiliki oleh benda-benda yang kongkrit, meja, kursi, rumah, dan lain-lain. Di luar benda-benda yang kongkrit dan di sampingnya tiada sesuatu yang berada.”Ada” yang bersifat umum, yang mengungkapkan jenis sesuatu terdapat di dalam benda-benda yang kongkrit dan bersama-sama dengan benda yang kongkrit itu.

31 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1174

(13)

Dapat dikatakan bahwa pengertian-pengertian yang umum (manusia, binatang, dan lain-lain) hanya mengungkapkan yang dimiliki bersama oleh sekelompok benda. Pengertian umum hanya sebutan saja, bukan benda, sekalipun hal yang dimaksud dengan benda itu hal yang gaib, seperti yang diajarkan oleh Plato. Yang benar-benar berada hanya benda-benda kongkrit yang bermacam-macam itu. Umpamanya manusia yang bermacam-macam itu. “Manusia” atau “Sang Manusia” adalah pengertian umum, dan kenyataannnya tidak ada. “Manusia” secara umum hanya ada dalam pikiran saja.34

Untuk mempermudah pikiran Aristoteles mengenai metafisika baik kiranya kita ikuti ulasan Gaarder dalam Dunia Sophie berikut.

Aristoteles mengemukakan bahwa tidak ada sesuatu pun di dalam kesadaran yang belum pernah di alami oleh indra. Plato sebelumnya mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ala mini yang sebelumnya tidak ada di dunia ide. Aristoteles berpendapat bahwa dengan begitu Plato “menggandakan jumlah benda-benda”. Dia menjelaskan seekor kuda dengan mengacu pada kuda “ide”. Tapi penjelasan macam apa itu, Sophie? Pertanyaanku adalah, dari mana datangnya kuda “ide” itu? Mungkinkah nantinya akan ada kuda ketiga, Karena kuda “ide” itu hanyalah tiruan darinya?

Aristoteles berpendapat bahwa seluruh pemikiran dan gagasan kita masuk ke dalam kesadaran kita melalui apa yang pernah kita dengar dan lihat. Namun, kita juga mempunyai kekuatan akal bawaan. Kita tidak mempunyai ide bawaan, seperti yang diyakini Plato, tapi kita mempunyai kemampuan bawaan untuk mengorganisasikan seluruh kesan indrawi ke dalam kategori-kategori dan kelompok-kelompok. Dengan cara inilah konsep seperti “batu”, “tanaman”, “binatang”, dan “manusia” timbul. Dan timbul pula konsep seperti “kuda”, “lobster”, dan “kenari”.

Aristoteles tidak menyangkal bahwa manusia mempunyai akal bawaan. Sebaliknya justru akal itulah, menurut Aristoteles, yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Tapi akal kita sama sekali kosong sampai kita mengalami sesuatu. Jadi manusia tidak mempunyai “ide-ide” bawaan.35

Aristoteles juga mengenalkan tentang sebab terakhir. Aristoteles berkeyakinan ada sebab-sebab yang berbeda di alam. Kita ambil contoh, mengapa hujan turun? Pertama sebab materialnya adalah bahwa uap (awan) ada di sana pada saat yang tepat ketika udara mendingin. Kedua sebab efisien, bahwa uap mendingin, dan ketiga sebab formal adalah bahwa “bentuk”, atau sifat air adalah jatuh ke bumi. Aristoteles tidak berhenti di sana. Ia akan menambahkan bahwa hujan turun karena tanaman dan binatang

(14)

membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berkembang. Ini dinamakannya sebab terakhir. Aristoteles yakin bahwa ada tujuan di balik segala sesuatu di alam ini.

Perlu kita kutip pernyataan Aristoteles dalam karyanya, Physika,

Dengan demikian, gerakan merupakan sesuatu yang abadi. Sehingga, bila ada penggerak utama, maka penggerak itu tentu juga abadi…dan dalam hal ini sudah cukuplah untuk mengandaikan adanya satu penggerak, yakni yang pertama kalinya menggerakkan segala sesuatu yang tak bergerak. Dan penggerak yang abadi ini tentulah akan menjadi prinsip gerakan bagi segala sesuatu yang lain.36 Aristoteles mengingatkan bahwa pasti ada Tuhan yang memulai semua gerakan di dunia alam ini. Aristoteles membayangkan gerakan bintang-bintang dan palnet-planet yang memandu seluruh gerakan di atas Bumi. Tapi ada sesuatu yang menyebabkan benda-benda angkasa bergerak. Aristoteles menamakan ini penggerak pertama atau “Tuhan”. “Penggerak Pertama” itu sendiri tidak bergerak (unmoved mover), tapi ia merupakan sebab formal dari gerakan benda-benda angkasa, dan karenanya juga semua gerakan di alam ini.37

Namun menurut Nicolaus Driyarkara, salah satu pemikir filsafat Indonesia, filsafat Aristoteles belumlah sampai. Ya, awalnya Aristoteles mempunyai konsepsi yang sangat mendekati Tuhan. Akan tetapi pada akhirnya, pikirannya membelok ke arah pandangan bahwa yang disebut Dewata yang tertinggi itu hanya prinsip alam yang sekali-kali tidak mengatasi alam itu. Dengan demikian filsafat Aristoteles kehilangan sifat transendensi, sifat meninggi atau melayang ke Ada yang kekal dan abadi.38

Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada latar belakang ilmu pengetahuan, tidak didasarkan pada religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan sebagai substansi yang bersifat internal terpisah dari dunia kongkrit, tidak bersifat mater, tidak memiliki potensi. Tuhan adalah aktus murni yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak memiliki perhatian pada alam. Tuhan bukan personal yang menjawab doa-doa dan keinginan manusia. Apab ila kita mencinatinya jangan harap kembali. Sebagai aktus murni, aktivitas tuhan tidak lain kecuali melalui berfikir: is thinking is thinking on thinking. Tuhan adalah pemikir yang sedang berpikir di atas pemikiran.39

Karen Armstrong menggambarkan Tuhan Aristoteles adalah Tuhan yang tidak banyak terkait dengan agama. Tuhan ini tidak menciptakan dunia, karena tindakan itu akan mengakibatkan perubahan dan aktivitas temporal yang tidak sepantasnya. Meskipun segala sesuatu merindukannya, tuhan ini tetap tidak 36 Paul Strathern, 90 Menit Bersama Aristoteles.. hal. 61

37 Jostein Gaarder, Dunia Sophie… hal. 191

38 A Sudiarja dkk, Karya Lengkap Driyarkara… hal. 1194

39 Amroeni Drajat, Suhrawardi, Kritik Falsafah Peripatetik, 2005, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta

(15)

peduli pada eksistensi alam semesta, karena dia tidak dapat berkontemplasi tentang sesuatu yang lebih rendah dari dirinya. Dia jelas tidak mengarahkan atau membimbing dunia dan tidak dapat membawa perubahan dalam kehidupan kita, dengan cara apapun. Adalah pertanyaan tak terjawab, apakah tuhan mengetahui keberadaan kosmos ini, yang telah beremanasi darinya sebagai akibat niscaya dari keberadaannya.40

c. Etika

Jika Aristoteles ditanya apa yang diperlukan manusia untuk mencapai kehidupan yang baik? Jawabanya: Manusia dapat mencapai kebahagiaan dengan memanfaatkan seluruh kemampuan dan kecakpannya. Selanjutnya Aristoteles berpendapat ada tiga bentuk kebahagiaan. Bentuk pertama hidup senang dan nikmat. Bentuk kedua adalah menjadi warga Negara yang bebas dan bertanggungjawab. Dan bentuk yang ketiga adalah menjadi ahli pikir dan filosof.

Aristoteles menekankan agar ketiga kriteria tersebut harus ada pada saat yang sama agar kita hidup bahagia. Aristoteles sangat menolak ketidakseimbangan. Jadi bisa kita katakan menurut Aristoteles orang yang hanya mengisi perutnya saja sama tidak tidak seimbangnya dengan orang yang hanya mengisi kepalanya saja.

Hal yang sama berlaku dalam hubungan antar manusia. Aristoteles mendukung “jalan tengah”. Kita tidak boleh bersikap pengecut dan tidak pula gegabah, tetapi berani. Kita juga harus ambil jalan tengah antar kikir dan boros. Dari sini kita pahami etika Yunani bahwa hanya dengan menjaga keseimbangan dan kesederhanaan sajalah kita mencapai hidup bahagia.41

d. Politik

Menurut Aristoteles pada dasarnya manusia adalah hewan politik. Ingat istilah zoon politicoon. Dan menurutnya bentuk tertinggi persahabatan manusia hanya dapat ditemukan dalam Negara.

Aristoteles mengemukakan tiga bentuk konstitusi yang baik; . 1) Monarki atau Kerajaan

Monarki berarti hanya ada satu kepala Negara. Agar bentuk konstitusi ini berjalan dengan baik, ia tidak boleh melenceng menjadi tirani. Tirani terjadi jika kepala Negara mengatur jalannya pemerinyahan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. 2) Aristokrasi

40 Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, Kisah Pencarian 4.000 tahun Pencarian tuhan dalam

Agama-agama Manusia, 2011, Jakarta, Mizan Media Utama, hal. 77

(16)

Dalam aristokrasi ada sekelompok besar atau kecil pemimpin. Bentuk konstitusi ini hendaknya jangan melenceng menjadi oligarki. Yakni Negara hanya dikendalikan oleh beberapa orang untuk kepentingan mereka.

3) Polity

Referensi

Dokumen terkait

• Paham diatas mengakibatkan suatu anggapan dimana hukum nasional & hukum internasional adalah dua sistem hukum yang berbeda &.. terpisah satu

N mineralization estimation using first-order kinetics equation shows that organic matter from groundnut and maize biomasses affected mineralization rate constant (k).. The k value

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur yang dilakukan dengan mencari bahan – bahan pustaka baik yang berasal dari buku, jurnal, e-book , brosur,

Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang Hukum kepada Instansi Pemerintah didaerahnya, apabial diminta (Pasal 52 Undang-undang Nomor

sistem dan jika diperlukan tambahan sumber daya maka harus meminta peranti terlebih dahulu. Dan

Artinya pemeriksaan dan penyelesaian perkara tidak mutlak digantungkan atas kehadiran tergugat di persidangan, apabila ketidak hadiran itu tanpa alasan yang sah

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ramuan jamu hiperurisemia terhadap fungsi ginjal hari ke-28, dilakukan analisis perbedaan kadar ureum dan kreatinin sebelum perlakuan (H0)

Untuk melihat 7 3 % , klik tab 7 3 pada halaman Data Akademis yang berada di bagian atas. Riwayat Akademik dibagi menjadi 3 bagian yaitu Laporan per Term seperti Gambar 19, Laporan