Seminar Nasional (2015 : Sukamandi)
Prosiding Seminar Nasional 2015: Temu Teknologi Padi/ editor Sarlan Abdulrachman ... [et al/]---Sukamandi: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2017
2 jil.:17 cm x 24 cm
Hak Cipta © 2017, pada penulis
Hak publikasi pada Penerbit Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh
Isi dari buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan ke- 01
Tahun 17
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jalan Raya No. IX Sukamandi, Subang Jawa Barat 41256
PENDAHULUAN
Mengacu pada agenda kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Nawa Cita, pemerintah telah melakukan berbagai upaya akselerasi pencapaian swasembada pangan khususnya beras. Swasembada beras perlu dipertahankan dengan peningkatan produktivitas dan produksi padi nasional tiap tahunnya. Untuk itu Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya strategis antara lain melalui perbaikan irigasi, distribusi benih atau bibit berbagai varietas unggul, distribusi pupuk, dan pengadaan alat pertanian. Program peningkatan produksi beras juga didukung oleh inovasi teknologi pertanian serta kegiatan pendampingan penerapan inovasi teknologi pertanian seperti UPSUS (Upaya Khusus) yang sedang dilakukan secara nasional.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi telah menghasilkan berbagai teknologi padi. Berbagai terobosan inovasi teknologi padi dibutuhkan untuk mengamankan produksi padi nasional di tengah perubahan iklim. Pengembangan inovasi teknologi padi membutuhkan sinergi dan integrasi berbagai disiplin baik dibidang pemuliaan, perbenihan, agronomi, fisiologi tanaman, ilmu tanah, proteksi, pascapanen, mekanisasi dan social ekonomi untuk mendukung swasembada beras berkelanjutan.
Dalam Temu Teknologi Padi Nasional 2015 ini telah terhimpun dan tersampaikan berbagai teknologi, gagasan dan dukungan dari Balitbangtan, lembaga penelitian lain dan perguruan tinggi guna peningkatan produktivitas dan produksi padi dan swasembada beras berkelanjutan.
Saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan andil atas terselenggaranya TemuTeknologi Padi dan terbitnya prosiding ini.
Jakarta, 06 Agustus 2015
Kepala Balitbangtan
Dr. Ir. M. Syakir, MS
KATA PENGANTAR
Pertanian Indonesia dihadapkan pada tantangan peningkatan produktivitas dan produksi tanaman, ketahanan pangan, dan perbaikan kesejahteran petani secara nasional. Peningkatan produktivitas dan produksi padi ini mutlak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri yang meningkat setiap tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia.
Dalam Temu Teknologi Padi Nasional 2015 ini dapat terhimpun serta dapat dipresentasikan tiga makalah utama dan seratus makalah bidang ilmu pemuliaan, perbenihan, budidaya (agronomi), proteksi tanaman, pascapanen dan social ekonomi padi yang berasal dari lembaga-lembaga penelitian di bawah Badan Litbang Pertanian maupun lembaga-lembaga penelitian lain serta perguruan tinggi.
Saya sampaikan terima kasih kepada seluruh peserta atas partisipasi dan dukungan yang diberikan, dan kepada panitia temu teknologi yang telah bekerja keras mempersiapkan kegiatan ini dan kemudian menyusun prosiding ini.
Sukamandi, 06 Agustus 2015
Kepala BB Padi
Dr. Ali Jamil
DAFTAR ISI
Pendahuluan ... i
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Korporasi Dalam Sistem Pertanian
Modern ... 489 Cahyati Setiani, Sodiq Jauhari, dan Umi Haryati
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Petani Terhadap Varietas
Unggul Baru Padi di Kabupaten Kendal Jawa Tengah ... 499 Anggi Sahru Romdon dan Joko Pramono
Kontribusi Balai Benih Terhadap Kebutuhan Benih Padi Sawah di Jawa
Barat ... 513 Iskandar Ishaq, Susi Ramdhaniati, Dian Firdaus dan Yaya Sukarya
Adopsi Teknologi PTT Padi pada Display VUB Padi Sawah di
Kabupaten Sumedang ... 531 Siti Lia Mulijanti, dan Anna Sinaga
Sistem Usahatani Padi Sawah Irigasi Teknis Tumpuan Adopsi Teknologi Tanpa Olah Tanah di Desa Namu Ukur Sumatera Utara ... 541
Wasito
Respon Petani Terhadap Display VUB Padi Sawah pada Pendampingan
PTT di Kabupaten Cianjur ... 555 Arti Djatiharti
Tingkat Adopsi dan Dampak Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi
di Kabupaten Brebes... 565 Elly Kurniyati, Anggi Sahru Romdon, dan Muryanto
Peluang Penyediaan Benih Padi Melalui Penumbuhan Calon Penangkar
pada Tingkat Kelompoktani di Kabupaten Majalengka ... 577 Yati Haryati, Bebet Nurbaeti, dan Titiek Maryati
Keputusan Petani Dalam Mengadopsi Varietas Unggul Baru pada
Usaha Tani Padi di Kelurahan Bakti Karya (Binjai) Sumatera Utara ... 587 Khairiah dan Wasito
Respon Petani Terhadap Inovasi Teknologi Padi di Jawa Tengah ... 597 Munir Eti Wulanjari, Cahyati Setiani dan Sodiq Jauhari
Penerapan Mekanisasi pada Usahatani Padi Dalam Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja dan Mendukung Tanam Serempak di Jawa
Tengah ... 607 Teguh Prasetyo, Cahyati Setiani, dan Sodiq Jauhari
Potensi dan Permasalahan Perbenihan di Sulawesi Barat ... 619 Religius Heryanto dan M. P. Sirappa
Analisis Pola Spasial Distribusi Indeks Pertanaman (IP) Padi di
Kabupaten Subang Tahun 2014 ... 629 Septian D.W. Putra dan Bram Kusbiantoro
Analisis Efisiensi Produksi dan Alokasi Penggunaan Input Usahatani
Padi Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat ... 637 Ismatul Hidayah dan Andriko Noto Susanto
Analisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi Usahatani Padi Sawah Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu) Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis di Kabupaten Buru
Provinsi Maluku ... 647 Ismatul Hidayah
Adaptasi dan Preferensi Petani Terhadap Varietas Unggul Baru Spesifik
Lokasi... 663 Susilawati dan Suparman
Persepsi Petani Terhadap Pemanfaatan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi Sawah Sistem Jajar Legowo (Indo Jarwo Transplanter 2:1) di Provinsi
Bengkulu ... 673 Yesmawati, Wahyu Wibawa dan Umi Pudji Astuti
Penguatan Lembaga Perbenihan Untuk Mendukung Program Kawasan
Mandiri Benih Padi di Provinsi Bengkulu ... 681 Wahyu Wibawa dan Dedi Sugandi
Sistem Modelling Swasembada Padi Berkelanjutan di Provinsi Aceh .. 693 Basri A. Bakar, Abdul Azis, T. Iskandar dan Aris Hairmansis
Kontribusi Usahatani Padi Hibrida Terhadap Pendapatan Petani Padi
Skala Kecil ... 707 I Putu Wardana dan Ade Ruskandar
Analisis Responsibilitas Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produksi
Padi Sawah di Provinsi Bali ... 721 Suharyanto dan Widyantoro
Usahatani Kacang Hijau Setelah Padi Di Tingkat Petani Pada Lahan
Sawah Irigasi (Kasus Di Wilayah Jatisari-Karawang)... 731 Ade Ruskandar, Tita Rusriati dan A. Guswara
Variasi Nukleotida pada Gen Trehalose 6 Phosphate Phosphatase pada
Varietas Padi Japonica ... 739 Ifa Manzila, Puji Lestari dan Tri Puji Priyatno
Evaluasi Fenotipik dan Molekuler Galur BC6F2 Ciherang-Pup1 Terkait
dengan Toleransi Terhadap Defisiensi Fosfor ... 749 Ma’sumah dan Joko Prasetiyono
Produksi Benih Kombinasi Padi Hibrida pada Tahap Evaluasi Daya
Hasil ... 763 Nita Kartina, Bayu P. Wibowo, Indrastuti A.Rumanti dan Satoto
Indeks Panen dan Sistem Perakaran Sepuluh Galur Padi Tipe Baru pada
Kondisi Lahan Aerob dan Anaerob ... 771 Suwarto, Agus Riyanto dan Rani Pramesthi
Keragaan Varietas Inpari di Rawa Lebak Tengahan Kabupaten Ogan
Ilir, Sumatera Selatan ... 783 Waluyo dan Suparwoto
Tingkat Polimorfisme Beberapa Marker SSR (Simple Sequen Repeat)
Untuk Identifikasi Sidik Jari DNA Plasma Nutfah Padi ... 791 Wage R. Rohaeni, Indria W. Mulsanti, A. Hidayatullah dan Satoto
Variasi genetik 12 varietas padi japonica berdasarkan gen Sucrose
Synthase 3 ... 799 Puji Lestari
Respon Padi Terhadap Suhu Rendah: Fisiologi dan Status Pemuliaan ... 811 Peni Lestari dan Wage Ratna Rohaeni
Periode Reseptivitas Putik Pada Tetua Padi Hibrida dan Varietas
Inbrida ... 823 Bayu Pramono Wibowo, Nita Kartina, Indrastuti A Rumanti, dan Satoto
Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Padi Gogo yang Ditanam di Lahan
Sawah ... 829 Atin Yulyatin, S. Ramdhaniati, I. Ishaq dan IGP. A. Diratmaja
Seleksi Galur Padi Gogo Generasi Menengah di Lahan Kering Dataran
Tinggi ... 835 Aris Hairmansis, Supartopo, Yullianida, Warsono, Sukirman, Sunaryo, Suwarno
Evaluasi Beberapa Galur Mutan Padi pada Kondisi Sawah Tadah
Hujan ... 845 Ali Imamuddin, Untung Susanto, dan M. Yamin Samaullah
Teknik Pengelolaan dan Mutu Benih yang Dihasilkan Dari Sektor
Perbenihan Informal ... 857 S. Wahyuni, A.F. V. Yuningsih dan M. L. Widiastuti
Dormansi Benih F1 Padi Hibrida dan Metode Efektif Untuk Pematahan
Dormansi ... 871 Sri Wahyuni, A. Yajid dan Aida F.V. Yuningsih
Hasil Galur Galur Harapan Padi Sawah di Beberapa Daerah Produksi
Padi ... 883 Buang Abdullah, Sularjo dan Cahyono
Teknologi Mandiri Benih Padi Berbasis Masyarakat Mendukung
Pengembangan Tanaman Padi Terpadu di Bali ... 891 AANB. Kamandalu, IBK. Suastika, A. Guswara dan I GK. Dana Arsana
Korelasi Tingkat Toleransi Galur-Galur Padi Gogo Terhadap Keracunan Aluminium Hasil Skrining di Rumah Kaca dengan Keragaan Tanaman
di Lahan Kering Masam ... 903 Yullianida, Aris Hairmansis, Supartopo dan Suwarno
Adaptasi Galur-Galur Elit Padi Toleran Salin pada Lingkungan Tumbuh
Normal ... 913 Nafisah, Trias Sitaresmi, Satoto
Daya Hasil Galur Toleran Salinitas di Lingkungan Tumbuh Pesisir
Indramayu pada Musim Hujan ... 923 Nafisah, Aris Hairmansis, Trias Sitaresmi, Untung Susanto, Ali Jamil
Toleransi Varietas Unggul Padi Terhadap Cekaman Kekeringan pada
Fase Bibit ... 937 Untung Susanto, Rina Hapsari Wening, Nafisah, Satoto, Ali Jamil
Teknologi Perbanyakan Benih Varietas Unggul Baru “IPB 3 S” Untuk
Mendukung Swasembada Padi di-Bali ... 947 I GK. Dana Arsana, AANB. Kamandalu, Priatna Sasmita, Agus Guswara dan Ali Jamil
Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari di Lahan Sawah
Dataran Rendah di Bali ... 959 IB. Aribawa dan SAN Aryawati
Daftar Hadir Peserta Pemakalah Seminar Temu Teknologi Padi 2015 ... 967 Tanggal 6 Agustus 2016
RESPON PADI TERHADAP SUHU RENDAH: FISIOLOGI DAN STATUS PEMULIAAN
Peni Lestari1) dan Wage Ratna Rohaeni2)
Pusat Penelitian Biologi. Komplek CSC Jl Raya Jakarta Bogor KM 46, Cibinong. 16911
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi e-mail : wagebbpadi@gmail.com
ABSTRAK
Padi masih menjadi primadona pangan utama bagi masyarakat Indonesia, walaupun upaya diversifikasi pangan sudah mulai dilakukan di sejumlah daerah. Masalah perluasan konversi lahan sentra produksi padi menjadi sektor non pertanian menggeser pusat lumbung padi ke daerah suboptimal. Saat ini program pemuliaan padi mulai melirik lahan dataran tinggi disamping tipe lahan marjinal lainnya untuk pengembangan padi selanjutnya. Tantangan yang timbul kemudian adalah mencari genotipe padi unggul toleran suhu rendah disamping ketahanannya terhadap penyakit blast. Selama ini seleksi untuk karakter suhu rendah difokuskan pada fase pembungaan. Sebab, tahap pembentukan malai padi adalah fase kritis terhadap cekaman suhu rendah. Namun demikian, terobosan untuk melakukan seleksi pada tahap pertumbuhan yang lebih awal, seperti tahap benih, penting dilakukan. Melakukan seleksi pada tahap ini akan mengurangi luas lahan yang diperlukan untuk seleksi tanaman padi, dibandingkan bila hanya melakukan seleksi setelah tanaman berbunga. Hanya tanaman yang dapat berkecambah dan tumbuh baik pada kondisi suhu rendah yang kemudian diseleksi untuk mengetahui umur berbunga dan produktivitasnya. Terkait seleksi untuk tahap benih, alat thermogradientbar dapat dijadikan pilihan. Alat ini memiliki rentang suhu yang lebar, yakni 2o – 45oC, dengan
gradient suhu 1.6oC per kolomnya. Dengan menggunakan alat ini, hanya benih yang
toleran suhu dingin yang dapat berkecambah. Beragamnya gradient suhu memungkinkan untuk dilakukan seleksi padi sekaligus untuk berbagai ketinggian tempat berdasarkan perbedaan suhu.
Kata Kunci: Thermogradienbar, skrining, suhu rendah, Padi
ABSTRACT
Until now, the rice is still be favorite food for the Indonesian people, although the food diversification efforts already underway in a number areas. Land conversion into non-agricultural sector in rice production centers area shifts the paddy granary center move to suboptimal region. Currently rice breeding program began leads rice development to plateau region and other marginal area. The challenge arises then is to find high-yielding rice genotypes that toleran to low temperatures and resistant to blast disease. All this time, the selection for low temperature character
were focused on flowering phase. That is becaused rice panicle formation stage is a critical phase of the low-temperature stress. However, a breakthrough for selection in the early growth stages, such as seed stages, is necessary. Doing Selection at this stage will reduce the required land area for the selection of rice plants, compared with doing selection after flowering stage. Only seed can germinate and grow well in low temperature conditions are then selected to determine the age of flowering and productivity. Thermogradientbar can be selected for temperature screening on paddy seed stage. This tool has a broad temperature range, namely 2o - 45oC, with a temperature gradient 1.6oC per room. By using this tool, only the seeds that are low-temperatures tolerant will germinate. The diversity of the temperature gradient allows for doing selection of rice at the same time for different altitude based on the difference in temperature.
Keywords: Thermogradienbar, screening, low temperature, Rice
PENDAHULUAN
Padi masih menjadi primadona komoditas pangan di Indonesia hingga saat ini, walaupun program diversifikasi pangan juga mulai kembali dipopulerkan di beberapa daerah, melalui pameran atau bahkan peraturan daerah. Penggunaan komoditas umbi dan spesies serealia lain umumnya menjadi pilihan dalam mengembangkan pangan non beras. Karena beras masih sangat diperlukan sebagai pangan utama, maka pengembangan padi tetap dilakukan guna mengamankan pangan Indonesia, selain pencarian plasma nutfah sumber karbohidrat alternatif. Pengembangan padi sendiri menemui banyak kendala, diantaranya serangan berbagai hama penyakit dan menurunnya tingkat kesuburan lahan sebagai akibat perubahan iklim. Untuk itu, pengembangan padi diarahkan pada seleksi dan perakitan genotipe padi unggul di berbagai kondisi cekaman.
Karakter Indonesia yang bersifat kepulauan dengan beragam tipe iklim menjadi dasar mengapa pengembangan padi perlu diarahkan pada sifat adaptif di spesifik lokasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya padi dapat dibudidayakan secara luas di nusantara. Dengan demikian, rantai distribusi beras dapat dipangkas. Biaya yang diperlukan untuk distribusi dari daerah sentra budidaya ke daerah target pemasaran dapat diminimalisasi. Dengan upaya tersebut, diharapkan status keamanan pangan, bahkan kemandirian pangan sejumlah daerah dapat ditingkatkan. Secara genetik, genotipe yang memiliki daya adaptasi luas juga cenderung berproduksi lebih rendah dibandingkan dengan genotipe yang memiliki daya adaptasi spesifik lokasi.
Dalam pengembangan padi beberapa tahun terakhir, lahan suboptimal menjadi pilihan pengembangan padi ke depan. Pengembangan padi di lahan tersebut membutuhkan perlakuan budidaya khusus serta varietas yang toleran cekaman abiotik tertentu. Hingga saat ini, telah dikembangkan padi yang adaptif pada lahan masam, seperti Varietas Kapuas, Lematang, Sei Lilim, dan Way Putih (Chairunas et.al 2014), juga IPB 1R Dadahup dan IPB 2R Bakumpai (Hairmanis
et.al 2013); varietas padi untuk lahan kering (varietas Inpago 4 – Inpago 6) (BB Padi, 2015), varietas yang unggul di lahan salin, seperti Inpari 34 Salin Agritan (BB Padi, 2015); serta varietas yang tahan genangan, seperti Inpari 29 rendaman (BB Padi, 2015). Namun, selain tetap merakit padi unggul di semua tipe lahan tersebut, penelitian mulai mengarah pada pembentukan verietas adaptif dataran tinggi. Pengembangannya akan sangat mendukung program kemandirian pangan untuk masyarakat daerah pegunungan.
Perakitan varietas padi sawah di dataran tinggi diarahkan pada terbentuknya tanaman padi toleran suhu rendah, efisien dalam pemanfaatan air dan cahaya matahari, tahan kelembaban tinggi, serta tahan hama dan penyakit, terutama penyakit blast. Pada akhirnya, padi yang diharapkan akan berumur genjah dan berdaya hasil tinggi. Tulisan ini akan membahas mengenai pengaruh cekaman suhu rendah pada pertumbuhan dan produksi padi di dataran tinggi. Berdasarkan kondisi fisiologi tanaman, kemudian dijelaskan penelitian dan jenis seleksi yang telah dikembangkan serta peluang teknologi alternatif yang dapat digunakan untuk mendukung pemuliaan padi toleran suhu rendah.
Pengaruh Cekaman Suhu Rendah Pada Pertumbuhan Dan Produksi
Tanaman Padi
Padi relatif sensitif terhadap suhu rendah. Hal ini terlihat pada setiap tahap pertumbuhannya, mulai perkecambahan benih hingga pengurangan hasil panen (Toriyama dan Inoue, 1984). Lee (2001) menyatakan bahwa cekaman suhu rendah mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi dengan menghambat perkecambahan; pertumbuhan akar, daun, dan tinggi tanaman pada fase vegetatif; memperlambat pembungaan dan pembentukan malai; terganggunya meiosis, pembentukan pollen dan penyerbukan, serta terganggunya pertumbuhan dan pengisian malai. Cekaman suhu rendah dilaporkan dapat mengurangi jumlah malai yang terbentuk (Toriyama, 1994). IRRI (1986) menyatakan bahwa toleransi suhu rendah terutama diperlukan pada tahap perkecambahan, pertumbuhan anakan, pembentukan malai, dan pembungaan; tergantung pada ketinggian tempat dan letak lintang.
Secara alami padi membutuhkan suhu hangat di awal pertumbuhannya. Dugaan ini didasarkan pada fakta bahwa spesies ini membutuhkan perendaman dengan air panas selama semalam, bersuhu sekitar 80oC, untuk memecahkan dormansinya. Oleh
karena itu, cekaman suhu rendah pada fase perkecambahan akan sangat menurunkan daya kecambah benih padi (Basnayake et.al 2003; Ali et.al 2006), bila tanpa perlakuan. Bilapun benih berhasil tumbuh, Mertz et al. (2012) dan Shimono et.al (2001; 2007) menyatakan bahwa suhu rendah dapat merusak pertumbuhan, mengurangi tinggi tanaman, dan menyebabkan peningkatan persaingan dengan gulma pada padi di usia muda. Yunita (2009) menjelaskan, bahwa secara fisiologis, tanaman akan mengakumulasi gula dan senyawa kompatibel lainnya untuk mengurangi kehilangan air akibat suhu rendah. Penurunan setiap 5oC dimulai dari
25oC, menyebabkan kecepatan berkecambah
benih berkurang yang ditandai dengan lambatnya pertumbuhan radikula (Soares et al, 2014). Hasil percobaan menggunakan 40 nomor padi menunjukkan bahwa suhu rendah memang dapat menghambat perkecambahan benih padi secara signifikan (Gambar 1). Pada suhu rendah, benih tetap dapat berkecambah normal namun memerlukan waku lebih lama untuk berkecambah.
Gambar 1. Daya berkecambah benih padi pada berbagai perlakuan suhu
Pada suhu rendah, benih padi tidak mati, hanya mengalami dormansi. Bila benih yang sebelumnya diperlakuan suhu rendah kemudian diberi perlakuan suhu hangat, benih padi tersebut dapat berkecambah normal.
Pemberian nutrisi pada pertanaman padi, terutama unsur nitrogen, di lingkungan bersuhu rendah sebenarnya dapat membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Limbongan et al., 2009). Sumber nitrogen bisa berasal dari pupuk organik, seperti kompos atau pupuk kandang, maupun pupuk kimia (Lee, 2001). Pemberian nitrogen pada tahap perkembangan vegetatif di lingkungan suhu rendah meningkatkan jumlah anakan dan jumlah malai per rumpun (Toriyama, 1994; Gunawardena et.al 2003), tetapi sayangnya, suhu rendah menurunkan kemampuan tanaman untuk mengikat nitrogen. Walaupun baik bagi pertumbuhan vegetatif, pemberian nitrogen dapat mengganggu perkembangan organ generative (bunga), meningkatkan jumlah spikelet steril (Lee, 2001; Gunawardena et.al 2003), pengurangan jumlah serbuk sari viabel, sehingga meningkatkan persentase malai hampa (Lee, 2001; Gunawardena et.al 2003; Ghadirnezhad dan Fallah, 2014), terutama bila suhu rendah tersebut terjadi di malam hari (Hamdani, 1979). Berbagai pengaruh tersebut akan berujung pada penurunan kuantitas hasil panen dan keberagaman waktu panen. Oleh karena itu diperlukan penelitian-penelitian terkait dosis dan waktu aplikasi pupuk yang tepat.
Banyak data hasil penelitian yang menerangkan bahwa fase generatif adalah kritis padi terhadap suhu rendah, yang dimulai dari terlambatnya umur berbunga, perkembangan bunga, sterilitas malai, hingga pengurangan hasil panen. Lu et.al (2007) melaporkan bahwa kisaran suhu yang cocok untuk proses pembungaan
pada berbagai tipe hasil persilangan terjadi pada kisaran suhu 22.5o- 23.3oC. Pada
suhu di bawah 23oC, mulai terjadi sterilitas malai (Yuan, 1998) yang kemudian
akan berdampak pada pengurangan hasil. Tingkat kehampaan malai akibat suhu rendah tergantung pada kepekaan spikelet varietas tertentu terhadap cekaman suhu rendah. Tingkat kepekaan ini bervariasi antar stadia pertumbuhan dalam fase produktif. Kepekaan paling ekstrim terjadi pada fase pembentukan mikrospora muda.
Data mengenai penurunan hasil panen pada berbagai ketinggian tempat di berbagai lintang telah terdokumentasi di Korea (Lee et al., 1987), Bagian utara dan selatan Cina, Bangladesh, India, Nepal (Lee, 2001), sampai di Jepang (Shimono et al. 2007). Suhu rendah telah menyebabkan kehilangan hasil padi sebanyak 15% dari total kehilangan hasil yang terjadi di jepang (Shimono, 2005). Farrell et.al (2001) juga mendokumentasikan penurunan hasil panen padi akibat suhu rendah di Australia.
Perkembangan Pemuliaan Padi Untuk Cekaman Suhu Rendah
Pemuliaan padi toleran suhu rendah telah dilakukan sejak sebelum tahun 2005. Ini terdokumentasi dari hasil refleksi BB Padi, bahwa dalam kurun waktu 5 tahun (2005-2009), BB Padi telah melepas 27 varietas padi tahan cekaman suhu rendah, dengan daya adaptasi sedang hingga tinggi (BB Padi, 2009). Diantaranya adalah INPARI 28 Kerinci (<1100 m dpl),Aek Sibundong untuk padi sawah dan varietas Sarinah untuk padi gogo (Infopublik, 2013). Upaya perakitan varietas padi sawah toleran suhu rendah yang dikombinasi dengan ketahanan terhadap penyakit blas dan produktivitas tinggi berlanjut hingga kini, dimulai dengan pembentukan gen pool baru sumber plasma nutfah pada tahun 2009 (BB Padi, 2010).Tidak hanya padi sawah, tetapi juga padi gogo (Wening dan Untung, 2015). Selain BB Padi, Perguruan tinggi juga terdokumentasi turut menyumbang keragaman plasma nutfah padi sawah toleran suhu rendah (Zen, 2013).
Selain perakitan varietas, penelitian pendukung program pemuliaan padi untuk lahan bersuhu rendah juga dilakukan di tanah air, diantaranya Pada tahun 2004, Silitonga (2004) mengumpulkan informasi ragam plasma nutfah padi yang adaptif di lingkungan ekstrim. Lalu Limbongan et al. (2008) telah meneliti pola pewarisan sifat toleransi padi sawah terhadap cekaman suhu rendah, dimana efek gen aditif lebih besar dibandingkan efek gen dominan. Studi tentang pewarisan sifat toleran suhu rendah pada padi juga dipublikasikan di beberapa Negara (Sakai, 1949; Shimono et.al, 2001; Shimono et.al, 2007).
Penelitian mengenai sistem budidaya yang dapat diterapkan untuk padi sawah di dataran tinggi juga telah dilakukan (Susanti et.al , 2010). Penelitian mengenai kultur anthera untuk memangkas waktu perakitan galur murni (Dewi dan Purwoko, 2001; Sasmita, 2007). Saat ini bahkan telah diketahui respon tanaman terhadap suhu rendah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain, seperti kekeringan dan salinitas tinggi (Hadiarto, 2013).
Membahas mengenai jenis seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas, banyak penelitian di tanah air umumnya menggunakan karakter generatif, seperti persentase umur berbunga, bunga fertil; yang dikombinasi dengan karakter hasil, seperti bobot gabah per rumpun, persentase gabah isi; untuk menyeleksi galur-galur harapan padi toleran suhu rendah (Zen, 2012; Wening dan Susanto, 2015). Seleksi dilakukan dengan uji lapang terbatas di beberapa lokasi.
Seleksi yang dilakukan menggunakan organ generatif sebagai marka pada pengujian lapang, tentunya memiliki beberapa tantangan. Selain lahan yang luas untuk penanaman sejumlah galur kandidat, waktu yang diperlukan cukup lama, hingga tanaman padi mencapai fase generatif. Padahal, belum tentu semua galur yang ditanam dapat tumbuh pada lingkungan seleksi, menghasilkan bunga atau mencapai umur berbunga yang diharapkan. Untuk itu, Beberapa penelitian mulai menggunakan karakter vegetatif sebagai penanda seleksi galur padi untuk cekaman abiotik (Susanti et al., 2010; Rusd, 2011) untuk mempercepat proses seleksi.
Alternatif lain yang ditawarkan adalah penggunaan jalur in vitro untuk menyeleksi galur padi. Seleksi dengan cara ini dilakukan dengan menempatkan planlet padi pada kondisi lingkungan rendah. Tanaman yang terseleksi pada kondisi ini, kemudian di validasi dengan uji di lapang. Yunita (2009) melaporkan bahwa teknik ini efektif digunakan untuk program pemuliaan padi toleran suhu rendah.
Selain menggunakan jalur in vitro, seleksi pada tahap perkecambahan diduga juga dapat dilakukan untuk menyeleksi padi toleran suhu rendah. Hal ini mengacu pada banyak penelitian yang membuktikan bahwa suhu rendah juga sangat mengganggu proses perkecambahan dan pertumbuhan kecambah padi.
Penggunaan seleksi cepat tahap perkecambahan telah berhasil dilakukan di Jepang sejak tahun yang lampau (Sasaki dan Honma, 1977). Penelitian mereka dilakukan untuk menyeleksi pada generasi bersegregasi. Pada aplikasinya, seleksi cepat pada tahap bibit tidak harus dilakukan dengan membawa benih ke dataran target. Seleksi dapat dilakukan pada uji terbatas di laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Pusat Penelitian Biologi – LIPI, dengan menggunakan alat thermogradientbar.
Peluang Penggunaan Alat Thermogradientbar Untuk Seleksi Suhu
Rendah Pada Fase Benih
Merujuk pada berbagai literatur dan kejadian empiris mengenai efek suhu rendah terhadap perkecambahan dan pertumbuhan awal bibit padi, serta bagaimana tanaman tersebut merespon dan beradaptasi terhadap suhu rendah, maka, seleksi pada tahap seed dan seedling sebagai metode seleksi cepat dapat dilakukan. Metode seleksi ini dapat menggunakan alat thermogradientbar, untuk seleksi pada tahap benih. Penggunaan alat ini akan sangat berguna untuk menyeleksi sejumlah galur padi pada fase perkecambahan sampai tahap seedling pada kondisi cekaman
suhu rendah. Dengan demikian, luas lahan yang diperlukan untuk penyeleksian pada tahap pembungaan dapat dikurangi.
Alat termogradientbar bekerja berdasarkan gradien suhu. Dalam alat ini, total terdapat 35 kolom yang memiliki perbedaan suhu satu dengan yang lain lebih kurang 1.6 oC, di mulai dari suhu 2oC pada kolom pertama dan 45oC pada
kolom ke 35. Media tanam yang digunakan adalah tissue tebal. Kontrol kelembaban dalam alat ini diatur dengan mengalirkan air dari penampung yang berada di luar alat ke dalam media tanam, menggunakan prinsip kapilaritas.
Perbedaan suhu yang bertahap memungkinkan seorang peneliti padi menyeleksi galur pada berbagai tingkat suhu. Selain seleksi, dapat pula diketahui rentang perkecambahan dan suhu optimum perkecambahannya. Bila dihubungkan dengan ketinggian tempat, maka suatu galur dapat diketahui rentang adaptasinya berdasarkan ketinggian tempat. Alat hasil karya Profesor benih Pusat Penelitian Biologi -LIPI, Prof. Hadi Sutarno, mulanya dirakit untuk mengidentifikasi persebaran ketinggian tempat spesies baru yang diperoleh dari lapangan. Sebagai spesies hutan yang belum banyak dikenal masyarakat, penting untuk mengetahui kemungkinan persebaran spesies tersebut. Kemudian, berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diputuskan area eksplorasi selanjutnya. Profil alat thermogradientbar ditampilkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Alat thermogradientbar. 1) pengatur on-off alat dan pengaturan suhu tertinggi dan terendah, 2) penutup alat thermogradientbar, 3) pengatur kelembapan alat, 4) kamar thermogradientbar, 5) thermometer
Pada tanaman yang telah dibudidayakan secara lokal, seperti tanaman obat Picrasma javanica (Sutarno dan Utami, 2008) dan Basela (Basella alba) (Lestari et.al 2012), penggunaan thermogradientbar berguna untuk mendeteksi lingkungantumbuh potensial untuk tumbuhan tersebut. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan sementara daerah yang potensial untuk menjadi sentra budidayanya. Dalam penelitian Lestari et.al (2012) pada basela, hasil pengujian menggunakan thermogradientbar terdeteksi tanaman ini memiliki suhu kardinal berkisar antara 30.3o- 36.9oC, dengan suhu optimum perkecambahan 31.2o
sampai 35.8oC. Pengecekan di lapangan, menunjukkan hal yang tidak berbeda.
Basela memang umum dijumpai di dataran rendah. Bahkan hingga wilayah savana, namun pertumbuhannya agak terhambat saat dibudidayakan di dataran tinggi. Budidaya pada suhu 25oC dilaporkan menyebabkan daun basela
menguning (Gimena et al. 2000).
Alat thermogradientbar juga terbukti dapat digunakan untuk seleksi beberapa galur padi berdasarkan suhu. Hasil seleksi terhadap 40 nomor padi diperoleh beberapa nomor yang toleran suhu rendah, suhu tinggi, serta memiliki rentang suhu adaptasi yang luas.
Alat rakitan LIPI ini bukan berarti tanpa kelemahan. Ukuran kamar yang kecil menyebabkan hanya beberapa galur saja yang dapat diseleksi pada suhu tertentu, sehingga membutuhkan beberapa kali pengujian bila jumlah galur yang akan diseleksi cukup banyak. Satu kamar thermogradientbar hanya memuat 30 biji basela, atau setara dengan 30 biji padi. Namun bila alat tersebut akan digunakan untuk seleksi padi pada ketinggian tertentu, maka beberapa kamar dapat dijadikan satu, karena tidak diperlukan suhu yang spesifik.
KESIMPULAN
Terkait seleksi untuk tahap seed, alat thermogradientbar memiliki potensi untuk dijadikan pilihan sebagai alat skrining. Alat ini memiliki rentang suhu yang lebar. Dengan menggunakan alat ini, hanya benih yang toleran suhu rendah yang dapat berkecambah. Beragamnya gradient suhu memungkinkan untuk dilakukan seleksi padi sekaligus untuk berbagai ketinggian tempat berdasarkan perbedaan suhu.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar tanaman Padi. 2010. Laporan Akhir. Pembentukan gen pool genotipe padi sawah dataran tinggi (>800 m dpl) toleran suhu rendah (< 21oC), tahan blas dan produktivitas tinggi (>6t/ha). Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jawa Barat. 29 hal. http://km.ristek.go.id/assets/files/KEMTAN/538%20 D%20n/538.pdf. [diakses tanggal 1 Agustus 2015].
Balai Besar tanaman Padi. 2015. Ragam pilihan varietas unggul padi untuk lahan kering. http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info- teknologi/content/6-ragam-pilihan-varietas-unggul-padi-untuk-lahan-kering [diakses tanggal 1 Agustus 2015].
Chairunas, Yardha, A. Yusuf, Firdaus, Tamrin, MN Ali. 2014. Rakitan teknologi budidaya padi di lahan gambut. http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/
images/dokumen/Rekomtek/06- RAKITAN%20TEKNOLOGI%20
BUDIDAYA%20PADI.pdf [diakses tanggal 1 Agustus 2015].
Dewi IS, BS Purwoko. 2001. Kultur antera untuk mendukung program pemuliaan tanaman padi. Jurnal Agronomi Indonesia. 29(2). Abstrak online. http://202.124.205.111/index.php/jurnalagronomi/article/ viewArticle/1548[diakses tanggal 12 agustus 2015]
Ghadirnezhad R, A Fallah. 2014. Temperature effect on yield and yield components of different rice cultivars in flowering stage. International Journal of Agronomy 2014. E-Journal. http://dx.doi.org/10.1155/2014/846707
Gimena EF, K Kazuhide, M Toshiyuki. 2000. Effect of storage temperature on the keeping quality of malabar spinach (Basella alba L.). Food Preservation Science 26(4): 211-217.
Gunawardena, S Fukai, FPC Blamey. 2003. Low temperature induced spikelet sterility in rice. I Nitrogen fertilization and sensitive reproductive period. Australia Journal Agriculture Res. 54:937-947.
Hadiarto T. 2013. Kompleksitas sistem respon tanaman padi terhadap cekaman kekeringan, suhu rendah, dan salinitas tinggi. http://biogen.litbang. pertanian.go.id/index.php/2013/08/kompleksitas-sistem-respon-tanaman-padi-terhadap-cekaman-kekeringan-suhu-rendah-dan-salinitas-tinggi/ [diakses tanggal 12 Agustus 2015].
Hairmanis A, H Aswidinnoor, Supartono, WB Suwarno, B Suprihatno, Suwarno. 2013. Potensi hasil dan mutu beras sepuluh galur harapan padi untuk lahan rawa pasang surut. Jurnal Agronomi Indonesia 41(1):1-8.
Hamdani AR. 1979. Low temperature problems and cold tolerance research activities for rice in india. Report of a Rice Cold Tolerance Workshop. IRRI Los Banos. P39-48.
Infopublik. 2015. BB padi subang: Jalan panjang ketahanan pangan nasional. http://infopublik.id/read/8280/bb-padi -subang--jalan-panjang-ketahanan-pangan-nasional.html [diakses tanggal 13 Agustus 2015].
IRRI. 1986. Rice Genetics. Proceedings of the international rice genetic symposium. Manila. Philipines.
Lee MH, DJ Park, SK Rho, YD Lee, RK Park. 1987. Varietal diffrerences in low temperature damage at the reproductive, heading and ripening stages of the rice plant. Research report on Phytotron Experiment,II. Suwon, Korea. National Crop Station.p38-59.
Lee MH. 2001. Low temperature tolerance in rice: the Korean experience. ACIAR. Proceedings. International Rice research Institute (IRRI). Philipines.
Lestari P, NW Utami, T Juhaeti. 2012. Studi penentuan rentang suhu kardinal perkecambahan Basella alba L. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI. Bogor, 1-2 Mei 2012.p376-380.
Limbongan YL, BS Purwoko, Trikoesoemaningtyas, H Aswidinnoor. 2009. Respon genotipe padi sawah terhadap pemupukan nitrogen di dataran tinggi. Jurnal Agronomi Indonesia 37(3):175-182.
Limbongan YL, H Aswidinnoor, BS Purwoko, trikoesoemaningtyas. 2008. Pewarisan sifat toleransi padi sawah (Oryza sativa L) terhadap cekaman suhu rendah. Jurnal Buletin Agronomi 36(2):111-117
Mertz LM, FA Henning, RC Soares, RF Baldiga, FB Peske, D. Moares. 2012. Alterações fisiológicas em sementes de arroz expostas ao frio na fase de germinação. Revista Brasileira de Sementes. Jurnal dalam bahasa Brazil abstrak bahasa Inggris. 31(2): 254-262
Rusd AMI. 2011. Pengujian toleransi padi (Oryza sativa L.) terhadap salinitas pada fase perkecambahan. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sakai K. 1949. Effects of deep-flood irrigation on grain yield of rice plants in a cool summer year. Agriculture and Horticulture 24: 405-408
Sasaki T, A Honma. 1977. Studies on breeding for germinability at low temperature of rice varieties adapted to direct sowing cultivation in flooded paddy field in cool region: VI. Effectiveness of individual selection for generability at low temperature on some agronomic characters in early segregating generations. Japanese Journal of Breeding 27(2): 157-166. Abstract in English. https://www.jstage.jst.go.jp/article/jsbbs1951/27/2/27_2_157/_ article [diakses tanggal 13 Agustus 2015].
Sasmita P. 2007. Aplikasi teknik kultur antera pada pemuliaan tanaman padi. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007: 595-609. http://www.litbang. pertanian.go.id/special/padi/bbpadi_2008_p2bn2_04.pdf. [diakses tanggal 13 Agustus 2015].
Shimono HT, Hasegawa, K Iwama. 2001. Quantitative expression of developmental processe as a function of water temperature in rice (Oryza sativa L) under cool climate. Journal Faculty of Agriculture Hokkaido university. 70:29-40.
Shimono K, M Okada, E Kanda, I Arakawa. 2007. Low temperature-induced sterility in rice; evidence for the effects of temperature before panicle initiation. Field Crop Res. 101(5): 221-231.
Silitonga TS. 2004. Pengelolaan dan pemanfaatan plasma nutfah padi di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 10(2): 56-71.http://indoplasma.or.id/publikasi/ buletin_pn/pdf/buletin_pn_10_2_2004_56-71_tiur.pdf. [diakses tanggal 13 Agustus 2015].
Soares VN, AK Radke, MAATillmann, AB Moura, LOB Schuch. 2014. Physiological performance of rice seeds treated with thiamethoxam or rhizobacteria under different temperatures. Journal Seed Science 36(2).
http://www.scielo.br/
scielo.php?pid=S2317-15372014000200007&script=sci_arttext [[diakses tanggal 1 Agustus 2015].
Susanti D, A Riyanto, T Widiatmoko. 2010. Evaluasi adaptasi genotip padi sawah dataran tinggi dan uji paket pemupukan di dataran tinggi banjarnegara dan wonosobo. Agronomika 10(1): 51-63.
Sutarno H, NW Utami. 2008. Perkecambahan dan vigor semai Picrasma javanica Blume pada berbagai suhu. Berita Biologi 9(2):213-218.
Toriyama K, K Inoue. 1984. The effect of micrometeorological elements on sterility due to cool injury in rice plants; An application of simulation model for the prediction of canopy climate. (In Japanese with English Abstract). Jpn. Journal Crop Science. 53:387-395.
Toriyama, K. 1994. Studies on estimation of nitrogen mineralization pattern of lowland rice field and nitrogen fertilizing model for rice plant. Agric. Exp. Stat. 36:147–198.
Wening RH, U Susanto. 2015. Uji toleransi plasma nutfah padi terhadap cekaman suhu rendah pada agroekosistem gogo. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. 1(1): 155-161. http://biodiversitas. mipa.uns.ac.id/M/M0101/M010127.pdf. [diakses tanggal 13 Agustus 2015].
Yunita R. 2009. Pemanfaatan variasi somaklonal dan seleksi in vitro dalam perakitan tanaman toleran cekaman abiotik. Jurnal Litbang Pertanian 28(4): 142-148.
DAFTAR HADIR PESERTA PEMAKALAH SEMINAR TEMU TEKNOLOGI PADI 2015 Tanggal 6 AGUSTUS 2016
No Nama Peserta Instansi
1 A Suismo BBP3TP
9 Abdul Rohman Ashari BP3K Tambakdahan
10 Ade Ruskandar BB Padi
11 Ade Taufik PT. Pertani
12 Adi Hardiana BP3K Sukasari
13 Adi Sumardi BPP Tambakdahan
14 Agus Distan Kab. Bandung
22 Ali Bahtiar, SP BP3K Pamanukan
23 Ali Imamuddin BB Padi
24 Ali Jamil Kepala BB Padi
25 Aman Rasna KP. Pusakangara
26 Ami T. Rakhmi BB Padi
27 Ami Teja Rakhmi BB Padi
28 Andriko Noto Susanto BPTP Maluku Utara
29 Anggi Sahru Romdon BPTP Jawa Tengah
30 Anggiani Nasution BB Padi
31 Anna Sinaga BPTP Jawa Barat
32 Ari Januari BB Padi
No Nama Peserta Instansi
33 Aris Hairmansis BB Padi
34 Arti Djatiharti BPTP Jawa Barat
35 Asep Dedi S BB Padi
36 Asmawati BB Biogen
37 Atin Yulyatin BPTP Jawa Barat
38 Aviv Ayun P BP3K Pamanukan
39 Ayub Darmanto BB Padi
40 Bambang Basuki PT. Petrosida Gresik
41 Bambang Nuryanto BB Padi
42 Baniyati Poktan Ngesti AT
43 Bardi Anggota
44 Basri A. Bakar BPTP Aceh
45 Bayu Pramono Wibowo BB Padi
46 Bebet Nurbaeti BPTP Jawa Barat
47 Bram Kusbiantoro BB Padi
48 Buang Abdullah BB Padi
49 Cahyati Setiani BPTP Jawa Tengah
50 Celvia Roza BB Padi
51 Chayono BB Padi
52 Cucu Gunarsih BB Padi
53 Dadang M. Hasbi BKP5K Kab. Cirebon
54 Dano Nurdik Benih Pertiwi
55 Dede Kusdiaman BB Padi
56 Dede Munawar BB Padi
57 Dede Riana BB Padi
58 Deden Jaenudin BP3K
59 Dedi Mulyadi BPP Pabuaran
60 Dedi Sugandi BPTP Bengkulu
61 Dedy Qhodarisman BP3K Legonkulon
62 Deni Rahayu Petani
63 Dessy Andriani Universitas Brawijaya
64 Diah Arismiati BB Padi
65 Dian Firdaus BPTP Jawa Barat
66 Diki Kelompok Tani
67 Dini Yuliani BB Padi
No Nama Peserta Instansi
68 Dody D. Handoko BB Padi
69 Drajyo Poktan Ngesti AT
70 E. Fidiyawati BPTP NTB
71 Edi Husen BBSDLP
72 Edy Suwandar BKP5K Kab. Cirebon
73 Eka Rahayu BB Pascapanen
74 Eka Silpi Siregar BB Padi
75 Eko Hari Iswanto BB Padi
76 Eko Juli PT. Bisi
77 Eko Srihartanto BPTP Yogyakarta
78 Elda BPTP Riau
79 Elis Septianingrum BB Padi
80 Elly Kurniyati BPTP Jawa Tengah
81 Endang Suhartatik BB Padi
82 Endjang Sujitno BPTP Jawa Barat
83 Era Adi Chandra BB Padi
84 Erwin Budiman PT. Tritama
85 Espi BP3K Ciasem
86 Eswanto Gapoktan
87 F. Rudi Prasetyo H BPTP Jawa Tengah
88 Fibrianti BPTP Yogyakarta
89 Firly Erwindawaty BB Padi
90 Forita Dyah Arianti BPTP Jawa Tengah
91 Gagad Restu Pratiwi BB Padi
92 Galang Kelompok Tani
93 Gigin Ginanjar Poltek Agroindustri Sbang
94 Gunawan BPTP Jawa Timur
95 H. Abdul Gopur Poktan
96 H. Abdullah Gapoktan Tj. Sari
97 H. Zaeni A Kelota
98 Hairil Anwar BPTP Jawa Tengah
99 Helista BPP Binong
100 Hendi Supriyadi BPTP Jawa Barat
101 Hendrik Poktan Ngesti AT
102 Herry Sukmaja BP3K Cipeundeuy
No Nama Peserta Instansi
108 I Putu Wardana Puslitbang TP
109 I. Ishaq BPTP Jawa Barat
110 I. Khairullah Balittra
111 I.G.K. Dana Arsana BPTP Bali
112 IB. Aribawa BPTP Bali
113 IBK. Suastika BPTP Bali
114 Ichsan S Poktan Ngesti AT
115 Ida Bagus Kade Suastika BPTP Bali
116 Idham PT. Petrosida Gresik
117 Idrus H BB Padi
118 Ifa Manzila BB Biogen
119 IGP Alit Diratmaja BPTP Jawa Barat
120 Iin Setyowati BPTP Banten
121 Ikhwani Puslitbang TP
122 Imamuddin F BB Padi
123 Indrastuti A Rumanti BB Padi
124 Indria W. Mulsanti BB Padi
125 Ipuk Syarifah BB Padi
126 Irma Villayanti Distanhut Kab. Bogor
127 Iskandar Ishaq BPTP Jawa Barat
128 Ismatul Hidayah BPTP Maluku
129 Jayadi Semarang
130 Jeng Supriyanti BPP Purwodadi
131 Jetyo Arin POPT Jateng
132 Johan Satar, SP BP3K Cikaum
133 Joko Pramono BPTP Jawa Tengah
134 Joko Prasetiyono BB Biogen
135 Js. Bahroni Poktan
136 Jubaedah Balittanah
137 Jumali BB Padi
No Nama Peserta Instansi
138 Khaerul Muttaqien Universitas Brawijaya
139 Khairiah BPTP Sumatera Utara
140 Kiki Kusyaeri Hamdani BPTP Jawa Barat
141 Komalawati BPTP Jawa Tengah
142 Kurnia BPTP Jawa Barat
143 Ladiyani R. Widowati Balittanah
144 Laila Nur Milati BB Padi
145 Lailan Nizar L. Tobing Universitas Islam Sumatera Utara
146 Lalu Muhamad Zarwazi BB Padi
147 Leni Marliani, SP BP3K Ciasem
148 Linca Anggria Balittanah
149 Liyanan BB Padi
150 Loso Winarto BPTP Sumatera Utara
151 M. Hari R. BB Padi
152 M. Munir Poktan
153 M. P. Sirappa LPTP Sulawesi Barat
154 M. Yamin Samaullah BB Padi
155 Ma’sumah BB Biogen
156 Made Jana Mejaya Puslitbang TP
157 Masgauti BPTP Riau
158 Mastam Gapoktan
159 Mastomi Kelota
160 Miftah A. Pamungkas BB Padi
161 Mira Landep Widi Astuti BB Padi
162 Miranti Dian Pertiwi BPTP Jawa Tengah
163 Muchamad Yusron BPTP Banten
164 Muh. Ismail BPTP Jateng
165 Muh. Ricky LPTP SULBAR
166 Muhdimun Ngenti Ajining Tani
167 Mulyadi BPTP Yogyakarta
168 Munir Eti Wulanjari BPTP Jawa Tengah
169 Muryanto BPTP Jawa Tengah
170 Muta Aris Poktan Ngesti AT
171 Mutya Norvyani BB Padi
172 N. Usyati BB Padi
No Nama Peserta Instansi
173 Nafisah BB Padi
174 Nana S KP. Kuningan
175 Nana Taryana Poktan
176 Nandang Sunandar BPTP Jawa Barat
177 Nani Yunani BB Padi
178 Nasli Chotna Anggota
179 Nasri Joni BPTP Riau
180 Nia Kurniawati BB Padi
181 Nindy Malinda Sari Universitas Jenderal Soedirman
182 Niran BB Padi
183 Nisra Hapsoh Simamora BB Padi
184 Nita Kartina BB Padi
185 Nokar PT. SSA
186 Nu Luh Putu Sri Ratmini BPTP Sumatera Selatan
187 Nuki Poktan Ngesti AT
188 Nur Ciptono BPTP Jawa Tengah
189 Nurasiah Djaenuddin Balitserealia
190 Nurhalim BPTP Jawa Tengah
191 Nurhayati BPTP Riau
192 Nurianty Distanhut Kab. Bogor
193 Nurkholish Nugroho BB Padi
194 Nurul Hidayatun BB Biogen
195 Panjana Ngenti Ajining Tani
196 Peni Lestari Pusat Penelitian Biologi
197 Pipit Pitria BB Padi
198 Prabowo Yosaphat BBP Mektan
199 Prayitno BB Padi
205 Rani Pramesthi UNSOED
206 Rasam KP. Kuningan
207 Rathi Frima Zona BPTP Riau
No Nama Peserta Instansi
208 Ratima Sianipar BPTP Jawa Barat
209 Ratna Sari Dewi BB Padi
210 Religius Heryanto LPTP Sulawesi Barat
211 Resa Setia Adiandri BB Pascapanen
212 Resmayeti Purba BPTP Banten
213 Retno Dwi Wahyuningrum BPTP Yogyakarta
214 Ria Oktaviani Institut Pertanian Bogor
215 Rina Hapsari Wening BB Padi
216 Riska Sari Universitas Jenderal Soedirman
217 Rizki Raja S PT. Bukaka
218 Rizky Utami Universitas Jenderal Soedirman
219 Rochimun Poktan Ngesti AT
220 Rohandi BP3K
221 Rosadi Nurdin PT. Bukaka
222 Rozakurniati BB Padi
223 Rusman Distanhutbun Pwk
224 S. Ramdhaniati BPTP Jawa Barat
225 S.A.N. Aryawati BPTP Bali
226 Saefudin BBP3TP
227 Saeful Hadi BP3K
228 Sahnti Agustriningsih BP3K Patokbeusi
229 Saleh Mokhtar BPTP Kalimantan Tengah
230 Saptani Wiramiharja BPP Patokbeusi
231 Saras Bintan Amalia Universitas Jenderal Soedirman
232 Sarjana BPTP Jawa Tengah
233 Sarjiman BPTP Yogyakarta
234 Sarlan Abdulrachman BB Padi
235 Sartono BRI
236 Satoto BB Padi
237 Septian D.W. Putra BB Padi
238 Setyo Budiyanto BPTP Jawa Tengah
239 Sigit Nugraha BB Pascapanen
240 Siti Poktan Ngesti AT
241 Siti Afrianingsih Universitas Brawijaya
242 Siti Lia Mulijanti BPTP Jawa Barat
No Nama Peserta Instansi
243 Siti Maesaroh BPP Pabuaran
244 Sodiq Jauhari BPTP Jawa Tengah
245 Sodirin PT. SSA
246 Sri Hery. S PSEKP
247 Sri Wahyuni BB Padi
248 Srimurtiati BPTP Jawa Tengah
249 Sriyanti BB Padi
250 Sudarsono BPTP Papua
251 Sudarti BBPOPT
252 Sudibyo Utomo BB Padi
253 Sudir BB Padi
254 Suharna BB Padi
255 Sudirman Kelota
256 Suharyanto BPTP Bali
257 Suismono BB Pascapanen
258 Sujinah BB Padi
264 Suparman BPTP Kalimantan Tengah
265 Supartopo BB Padi
266 Suparwoto BPTP Sumatera Selatan
267 Suriani Balitserealia
268 Susi Ramdhaniati BPTP Jawa Barat
269 Susilawati BPTP Kalimantan Tengah
270 Sutardi BPTP Yogyakarta
271 Sutrisna BB Padi
277 Tantri Putri P BPP Patokbeusi
No Nama Peserta Instansi
278 Tasliah, M.Si BB Biogen
279 Teguh Prasetyo BPTP Jawa Tengah
280 Tia Rostaman Balittanah
281 Tita Rusriati BB Padi
282 Titiek Maryati BPTP Jawa Barat
283 Tono Poktan Ngesti AT
284 Toto Suharto Petani
285 Tri Puji Priyatno BB Biogen
286 Trias Sitaresmi BB Padi
287 Triny Suryani Kadir BB Padi
288 Trisnaningsih BB Padi
289 Turi Basari BP3K Legonkulon
290 Umi Haryati Balittanah
291 Umi Pudji Astuti BPTP Bengkulu
292 Ummi Barokah BB Padi
293 Untung Susanto BB Padi
294 Wage Ratna Rohaeni BB Padi
295 Wagiman Saprotan Utama
296 Wahyu Wibawa BPTP Bengkulu
297 Waluyo BPTP Sumatera Selatan
298 Warno Poktan Ngesti AT
299 Warsono BB Padi
300 Wasito BPTP Sumatera Utara
301 Wawan Ermawan KP. Pusakangara
302 Widyantoro BB Padi
303 Y. Apriyana
304 Yahya KP. Pusakangara
305 Yati Haryati BPTP Jawa Barat
306 Yaya Sukarya BPTP Jawa Barat
307 Yayah Kelota
308 Yesmawati BPTP Bengkulu
309 Yosup Suran Man Universitas Nusa Cendana
310 Yuliantoro Baliadi BB Padi
311 Yullianida BB Padi
312 Yuni Fatmayanti BP3K Ciasem
No Nama Peserta Instansi
313 Yunizar BPTP Riau
314 Yuti Giametri BPTP Banten
315 Zahara Mardiah BB Padi
316 Zaqiah Mambaul H BB Padi
317 Zomin Poktan Ngesti AT
318 Zuziana Susanti BB Padi