• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN INDONESIA PENDAHULUAN eletrolit imbalance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN INDONESIA PENDAHULUAN eletrolit imbalance"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

ELEKTROLIT IMBALANCE HIPOKALEMIK

A. Gangguan Keseimbangan Elektrolit Hypokalemia 1. Pengertian :

Hipokalemia atau hypopotassaemia (ICD-9), mengacu pada kondisi di mana konsentrasi kalium (K+) dalam darah rendah. Tingkat normal kalium serum adalah antara 3,5-5,0 mEq / L, setidaknya 95% dari kalium tubuh ditemukan di dalam sel, dengan sisanya dalam darah. Ini gradien konsentrasi dipertahankan terutama oleh pompa Na+/K+.

2. Etiologi

Penyebab hipokalemia meliputi:

a. Antibiotik (penisilin, nafcillin, karbenisilin, gentamisin, amfoterisin B, foskarnet)

b. Diare (termasuk penggunaan pencahar terlalu banyak, yang dapat menyebabkan diare)

c. Penyakit yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk mempertahankan kalium (sindrom Liddle, sindroma Cushing, hiperaldosteronisme, Bartter sindrom, sindrom Fanconi)

d. Diuretik obat, yang dapat menyebabkan buang air kecil yang berlebihan

e. Gangguan makan (seperti bulimia)

f. Makan dalam jumlah besar licorice atau menggunakan produk seperti teh herbal dan mengunyah tembakau yang mengandung licorice dibuat dengan asam glycyrrhetinic (zat ini tidak lagi digunakan dalam licorice dibuat di Amerika Serikat)

g. Magnesium Kekurangan h. Berkeringat

(2)

3. Patofisiologi

Bagan Periodik Hipokalemia a. Perpindahan Trans-selular

Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan

cadangan kalium sel. Ini disebabkan faktor-faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari intravaskular ke intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat adrenergik, bikarbonat, dsb. Insulin dan obat

katekolamin simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium ke dalam sel otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase yang berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan ini adalah retensi natrium dan sekresi kalium 1.

Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami penurunan kadar K serum sebesar 0,2 —0,4 mmol/L2,3, sedangkan dosis kedua yang

(3)

sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin, yakni obat penghambat kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai serendah 2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.

Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi bisa merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta meningkatkan aktivitas Na+/K+ ATP ase. Hipokalemia berat hampir selalu merupakan gambaran khas dari keracunan akut teofilin. Kafein dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum sebesar 0,4 mmol/L. Karena insulin

mendorong kalium ke dalam sel, pemberian hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara dari kalium serum. Namun, ini jarang merupakan masalah klinik, kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama penatalaksanaan ketoasidosis diabetes.

b. Deplesi Kalium

Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan deplesi cadangan kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada

(4)

tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode tersebut, kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari, sedangkan lansia yang tinggal

sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat cukup kalium dalam diet mereka.

c. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal

Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna. Pencahar dapat menyebabkan

kehilangan kalium berlebihan dari tinja. Ini perlu dicurigai pada pasien-pasien yang ingin menurunkan berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa

mengakibatkan deplesi kalium adalah drainase lambung (suction), muntah-muntah, fistula, dan transfusi eritrosit.

d. Kehilangan K+ Melalui Ginjal

Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang bisa menguras cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah dua diuretik yang

terbanyak dilaporkan menyebabkan hipokalemi. e. Implikasi Klinik pada Pasien Penyakit Jantung

Tidak mengherankan bahwa deplesi kalium sering terlihat pada pasien dengan CHF. Ini membuat semakin bertambah bukti yang memberi kesan bahwa

(5)

Efek proteksi kalium terhadap tekanan darah juga dapat mengurangi risiko stroke.

Deplesi kalium telah dikaitkan dalam patogenesis dan menetapnya hipertensi esensial. Sering terjadi salah tafsir tentang terapi ACE-inhibitor (misal Kaptopril). Karena obat ini meningkatkan retensi

kalium, dokter enggan menambah kalium atau diuretik hemat kalium pada terapi ACE-inhibitor. Pada banyak kasus gagal jantung bendungan yang diterapi dengan ACE-inhibitor, dosis obat tersebut tidak cukup untuk memberi perlindungan terhadap kehilangan kalium.

Potensi digoksin untuk menyebabkan komplikasi aritmia jantung bertambah jika ada hipokalemia pada pasien gagal jantung. Pada pasien ini dianjurkan untuk mempertahankan kadar kalium dalam kisaran 4,5-5 mmol/L. Nolan dkk. mendapatkan kadar kalium serum yang rendah berkaitan dengan kematian kardiak mendadak di dalam uji klinik terhadap 433 pasien di UK.

Hipokalemia ringan bisa meningkatkan

kecenderungan aritmia jantung pada pasien iskemia jantung, gagal jantung, atau hipertrofi ventrikel kanan. Implikasinya, seharusnya internist lebih "care" terhadap berbagai konsekuensi hipokalemia. Asupan kalium harus dipikirkan untuk ditambah jika kadar serum antara 3,5--4 mmol/L. Jadi, tidak menunggu sampai kadar < 3,5 mmol/L.

4. Tanda dan Gejala :

(6)

menimbulkan aritmia jantung. Hipokalemia moderat, dengan konsentrasi kalium serum 2,5-3 mEq / L (Nl: 3,5-5,0 mEq / L), dapat menyebabkan kelemahan otot, mialgia, dan kram otot (karena terganggu fungsi otot rangka), dan sembelit (dari terganggu fungsi otot halus). Dengan hipokalemia yang lebih parah, dan hyporeflexia flaccid paralysis bisa terjadi. Ada laporan dari rhabdomyolysis terjadi dengan hipokalemia yang mendalam dengan kadar kalium serum kurang dari 2 mEq / L. Depresi pernapasan dari kerusakan parah fungsi otot rangka ditemukan pada banyak pasien. Beberapa elektrokardiografi (EKG) temuan yang terkait dengan hipokalemia mencakup diratakan atau terbalik gelombang T, gelombang U, depresi ST dan interval PR yang luas. Karena repolarisasi berkepanjangan dari serat Purkinje ventrikular, gelombang U menonjol terjadi, yang sering ditumpangkan pada gelombang T dan oleh karena itu menghasilkan penampilan dari suatu interval QT berkepanjangan.

5. Pengobatan :

(7)

membutuhkan pemantauan intensif. Tingkat umumnya aman adalah 10 mEq / jam. Bahkan di hipokalemia parah, suplementasi oral lebih disukai diberikan profil keamanannya. Formulasi rilis berkelanjutan harus dihindari dalam pengaturan akut. Kasus-kasus sulit atau resisten dari hipokalemia mungkin dapat digunakan untuk diuretik hemat kalium, seperti amilorid, triamterene, atau spironolactone atau eplerenone.

B. Pengkajian Keperawatan 1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

1. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)

2. Tanda umum masalah elektrolit

3. Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering, konsentrasi urine dan urine output 4. Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas

dan BB meningkat.

5. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan

6. Status perkembangan seperti usia atau situasi social b. Pengukuran klinik

Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan : Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat

Turun 15 % - 20 % Kematian

(8)

1. Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :

a) suhu : kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC

b) Tekanan darah: Kekurangan volume ciran : < 120/80

Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau tetap c) nadi : kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt

Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt

d) pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/ menit, Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/menit

e) Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral termasuk obat-obatan IV, makanan yang cenderung mengandung air, irigasi kateter atau NGT.

f) Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses (jumlah dan konsistensi), muntah, tube drainase, IWL.

g) Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/-200 cc.

2. Pemeriksaan fisik

Kesadaran : mengkaji GCS Kepala : mesocepal

Fontanel : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan volume cairan)

Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak ada (kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan volume cairan)

Telinga : bentuk simetris kanan dan kiri

(9)

Sistem Kadiovaskuler Inspeksi :

Kekurangan volume cairan : Vena leher datar Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum, punggung, Lambatnya

Palpasi :

 Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh dependent : punggung,sacrum, tungkai)

 Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler menurun

Auskultasi :

 Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia : Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada posisi orthostatic

 Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Sistem Pernapasan Inspeksi :

Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea Auskulatasi :

Kelebihan volume cairan : krekels

Sistem Gastrointestinal Inspeksi :

 Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung

 Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah  Hiponatremia : diare

(10)

Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik

Perkusi : Thympani

Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian kanan bawah

Sistem Ginjal Inspeksi :

 Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat

 Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat

 Kulit Suhu tubuh :

Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic

Menurun : Kekurangan volume cairan Inspeksi :

kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan

Palpasi :

Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab

3. Diagnosa Keperawatan Nanda

(11)

ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas digitalis karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI : 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner & Suddarth, 2002, hal.261)

Defisit Volume Cairan

Berhubungan dengan: - Kehilangan volume cairan secara aktif - Kegagalan mekanisme pengaturan DS : - Haus DO:

- Penurunan turgor kulit/lidah

- Membran mukosa/ kulit

kering

- Peningkatan denyut nadi,

penurunan tekanan darah,

penurunan volume/tekanan nadi

- Pengisian vena menurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat

- Kehilangan berat badan

secara tiba-tiba - Penurunan urine output

- HMT meningkat

NOC:

 Fluid balance  Hydration

 Nutritional Status : Food

and Fluid Intake Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…..

defisit volume cairan teratasi dengan kriteria

hasil:

 Mempertahankan urine

output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,

 Tekanan darah, nadi,

suhu tubuh dalam batas

normal

 Tidak ada tanda tanda

dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan  Orientasi terhadap waktu dan tempat baik

 Jumlah dan iramapernapasan dalam

batas normal

 Elektrolit, Hb, Hmt

NIC :

Pertahankan catatan intake 

dan

output yang akurat

Monitor status hidrasi 

( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

Monitor hasil lab yang 

sesuai

dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,

osmolalitas urin, albumin, total protein )

Monitor vital sign setiap 

15menit – 1 jam

Kolaborasi pemberian cairan 

IV

Monitor status nutrisi 

Berikan cairan oral 

Berikan penggantian 

nasogatrik

sesuai output (50 – 100cc/jam) Dorong keluarga untuk 

membantu pasien makan

Kolaborasi dokter jika tanda 

cairan

berlebih muncul meburuk Atur kemungkinan tranfusi 

Persiapan untuk tranfusi 

Pasang kateter jika perlu 

Monitor intake dan urin 

(12)

- Kelemahan dalam batas normal  pH urin dalam batas normal

 Intake oral dan intravena adekuat Kelebihan Volume

Cairan

Berhubungan dengan : - Mekanisme pengaturan melemah - Asupan cairan berlebihan DO/DS : Berat badan meningkat pada waktu yang singkat

Asupan berlebihan dibanding output Distensi vena jugularis

Perubahan pada pola

nafas,

dyspnoe/sesak nafas,

orthopnoe, suara nafas

abnormal (Rales atau crakles), , pleural effusion Oliguria, azotemia Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan

NOC :  Electrolit and acid base balance  Fluid balance  Hydration Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….

Kelebihan volume cairan

teratasi dengan kriteria:

 Terbebas dari edema, efusi, anaskara

 Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu  Terbebas dari distensi vena jugularis,

 Memelihara

tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau bingung

NIC :

Pertahankan catatan intake 

dan

output yang akurat

Pasang urin kateter jika 

diperlukan

Monitor hasil lab yang 

sesuai

dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,

osmolalitas urin ) Monitor vital sign 

Monitor indikasi retensi / 

kelebihan

cairan (cracles, CVP , edema, distensi

vena leher, asites)

Kaji lokasi dan luas edema 

Monitor masukan makanan / 

cairan

Monitor status nutrisi 

Berikan diuretik sesuai 

interuksi

Kolaborasi pemberian obat: 

... Monitor berat badan 

Monitor elektrolit 

Monitor tanda dan gejala 

dari Odema

Intoleransi aktivitas Berhubungan dengan :

Tirah Baring 

atau imobilisasi Kelemahan  Toleransi aktivitas  Konservasi eneergi

Setelah dilakukan

NIC :

 Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

(13)

angan antara suplei oksigen dengan kebutuhan Gaya hidup yang dipertahankan. DS:

Melaporkan 

secara

verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

Adanya 

dyspneu atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas. DO :

Respon 

abnormal

dari tekanan darah atau

nadi terhadap aktifitas

Perubahan 

ECG :

aritmia, iskemia

tindakan

keperawatan selama ….

Pasien bertoleransi terhadap

aktivitas dengan Kriteria

Hasil :

 Berpartisipa

si dalam aktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Mampu

melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secaramandiri  Keseimbang an aktivitas dan istirahat

kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan

 Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia,

sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

 Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam

merencanakan progran terapi yang tepat.

 Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan

 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

 Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,

krek

 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

 Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emosi, sosial

(14)

Hipertermia Berhubungan dengan :

- penyakit/ trauma - peningkatan metabolisme - aktivitas yang berlebih

- dehidrasi DO/DS:

kenaikan suhu 

tubuh diatas rentang normal

serangan atau 

konvulsi (kejang) kulit  kemerahan

pertambahan 

RR

takikardi 

Kulit teraba 

panas/ hangat

NOC:

Thermoregulasi Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama………..pasien menunjukkan :

Suhu tubuh dalam batas

normal dengan kreiteria

hasil:  Suhu 36 – 37C  Nadi dan

RR dalam rentang normal

 Tidak ada

perubahan warna kulit dan tidak ada pusing,

NIC :

 Monitor suhu sesering mungkin

 Monitor warna dan suhu kulit  Monitor tekanan darah, nadi dan RR

 Monitor penurunan tingkat kesadaran

 Monitor WBC, Hb, dan Hct  Monitor intake dan output  Berikan anti piretik:  Kelola Antibiotik: ………..  Selimuti pasien

 Berikan cairan intravena  Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

 Tingkatkan sirkulasi udara  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

 Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,

kelembaban membran mukosa) Ketidakseimbangan

nutrisi

lebih dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan : Intake yang berlebihan

terhadap kebutuhan metabolisme tubuh DS :

- Laporan adanya sedikit

aktivitas atau tidak ada

aktivitas DO:

NOC :  Nutritiona l Status : food and Fluid Intake  Nutritiona l Status : nutrient Intake

 Weight control

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….

Ketidak seimbangan nutrisi

lebih teratasi dengan kriteria hasil:

NIC :

Weight Management

 Diskusikan bersama pasien mengenai

hubungan antara intake makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan

BB

 Diskusikan bersama pasien mengani

kondisi medis yang dapat mempengaruhi

BB

 Diskusikan bersama pasien mengenai

(15)

- Lipatan kulit tricep > 25

mm untuk wanita dan >

15 mm untuk pria - BB 20 % di atas ideal

untuk tinggi dan kerangka tubuh ideal

- Makan dengan respon

eksternal (misalnya : situasi sosial, sepanjang hari)

- Dilaporkan atau diobservasi adanya disfungsi pola makan

(misal : memasangkan makanan dengan aktivitas yang lain) - Konsentrasi intake makanan pada menjelang malam

 Mengerti factor yang

meningkatkan berat badan

 Mengiden

tfifikasi tingkah laku dibawah kontrol klien  Memodifi

kasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol berat badan  Penuruna n berat badan 1-2 pounds/mgg  Menggun

akan energy untuk aktivitas sehari hari

mempengaruhi BB

 Diskusikan bersama pasien mengenai

risiko yang berhubungan dengan BB

berlebih dan penurunan BB  Dorong pasien untuk merubah kebiasaan

makan

 Perkirakan BB badan ideal pasien

Nutrition Management

 Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.  Anjurkan pasien untuk meningkatkan

intake Fe

 Anjurkan pasien untuk meningkatkan

protein dan vitamin C  Berikan substansi gula  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

 Berikan makanan yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)  Ajarkan pasien bagaimana membuat

catatan makanan harian.

 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

kalori

 Berikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi

 Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

Weight reduction Assistance  Fasilitasi keinginan pasien untuk

(16)

 Perkirakan bersama pasien mengenai

penurunan BB

 Tentukan tujuan penurunan BB  Beri pujian/reward saat pasien berhasil

mencapai tujuan

 Ajarkan pemilihan makanan Gangguan mobilitas

fisik

Berhubungan dengan : - Gangguan metabolisme sel - Keterlembatan perkembangan - Pengobatan - Kurang support lingkungan - Keterbatasan ketahan

kardiovaskuler - Kehilangan integritas struktur tulang - Terapi pembatasan gerak

- Kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik - Indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia - Kerusakan persepsi sensori - Tidak nyaman, nyeri

- Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler - Intoleransi

aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

NOC :

 Joint Movement : Active

 Mobility Level  Self care : ADLs  Transfer

performance Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:  Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

 Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas  Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

 Memperagakan penggunaan alat Bantu

untuk mobilisasi (walker)

NIC :

Exercise therapy : ambulation  Monitoring vital sign

sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan

 Konsultasikan dengan terapi fisik

tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan

 Bantu klien untuk menggunakan

tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera

 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi

 Kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi

 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai

kemampuan

 Dampingi dan Bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan

ADLs ps.

 Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

 Ajarkan pasien bagaimana merubah

(17)

- Depresi mood atau cemas

- Kerusakan kognitif - Penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa

- Keengganan untuk memulai

gerak

- Gaya hidup yang menetap,

tidak digunakan, deconditioning - Malnutrisi selektif atau

umum DO:

- Penurunan waktu reaksi

- Kesulitan merubah posisi

- Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan,

kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)

- Keterbatasan motorik kasar dan halus - Keterbatasan ROM

Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan : Eksternal :

- Hipertermia atau hipotermia

- Substansi kimia - Kelembaban - Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat

NOC :

Tissue Integrity : Skin and

Mucous Membranes Wound Healing : primer dan sekunder

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…..

kerusakan integritas

NIC : Pressure Management  Anjurkan p asien untuk menggunakan

pakaian yang longgar

Hindari kerutan pada tempat tidur

 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

dan kering

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)

(18)

menimbulkan luka, tekanan, restraint) - Immobilitas fisik - Radiasi

- Usia yang ekstrim - Kelembaban kulit - Obat-obatan Internal :

- Perubahan status metabolik

- Tonjolan tulang - Defisit imunologi - Berhubungan dengan

dengan perkembangan - Perubahan sensasi - Perubahan status nutrisi

(obesitas, kekurusan)

- Perubahan status cairan

- Perubahan pigmentasi - Perubahan sirkulasi

- Perubahan turgor (elastisitas kulit) DO:

- Gangguan pada bagian tubuh - Kerusakan lapisa kulit

(dermis) - Gangguan permukaan kulit (epidermis)

kulit

pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Integritas

kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

 Tidak ada

luka/lesi pada kulit  Perfusi

jaringan baik  Menunjukka n pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya sedera berulang

 Mampu

melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami  Menunjukka n terjadinya proses penyembuhan luka

Monitor kulit akan adanya kemerahan

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

Monitor status nutrisi pasien Memandikan pasien dengan sabun dan air

hangat

 Kaji lingkungan dan peralatan yang

menyebabkan tekanan Observasi luka : lokasi, dimensi,

kedalaman luka, karakteristik,warna

cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tandatanda

infeksi lokal, formasi traktus  Ajarkan pada keluarga tentang luka dan

perawatan luka

 Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin

Cegah kontaminasi feses dan urin

 Lakukan tehnik perawatan luka dengan

steril

 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap informasi yang

NOC:

 Kowlwdge : disease process

 Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

NIC :

Kaji tingkat pengetahuan 

pasien dan keluarga

Jelaskan patofisiologi dari 

penyakit dan

(19)

salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

DS: Menyatakan secara verbal

adanya masalah DO:

ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

….

pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan

kriteria hasil:

 Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan

program pengobatan

 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/tim kesehatan lainnya

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

Gambarkan tanda dan gejala 

yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara

yang tepat

Gambarkan proses penyakit, 

dengan

cara yang tepat

Identifikasi kemungkinan 

penyebab,

dengan cara yang tepat

Sediakan informasi pada 

pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat Sediakan bagi keluarga 

informasi

tentang kemajuan pasien dengan cara

yang tepat

Diskusikan pilihan terapi 

atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan 

sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

(20)

Potter, P.A dan Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 2. Jakarta:EGC

Smeltzer, S. C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 1. Jakarta : EGC.

http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Rabu,5 Agustus 2015 pukul 15.00 Wita.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Rasional : jalur yang paten untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan output cairan dan pembedahan ditunjukan pada

Kurangnya volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, intake cairan peroral yang kurang (mual, muntah).. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan

Volume cairan berlebih ( overhidrasi ) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan kelebihan ( retensi ) cairan dan natrium diruang ekstrasel. Umumnya terjadi akibat

 Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat cairan berlebihan, misalnya obat-abatan spironolakton dan sitotoksik ( imunosupresif

 Rehidrasi. Bila pasien umum dalam keadaan baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila

Cairan adalah volume air bisa berupa kekurangan atau kelebihan air. Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan cairan internal. Volume cairan intrasel tidak

Monitor intake dan output cairan serta pemenuhan asupan cairan anak dengan demam berdarah dengue sangat penting di berikan, hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan homeostatis

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin, penurunan intake oral, status hipermetabolisme Tujuan : klien mendapatkan nutrisi yang adekuat Kriteria