• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUASIN

N/A
N/A
RSUD banyuasin

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUASIN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD BANYUASIN

Disusun oleh :

1. Saparudin

2. Imelda Damayanti 3. Yuliana

4. Adi Kurniawan 5. Neri

6. Wiwin Kusuma 7. Arifianti

8. Umi Kalsum 9. Nirmawati

10. Ropi

11. Rosmalinda 12. Masitho

13. Dina Oktasari 14. Murtini

15. Yulia Arita Sari 16. Benny Azhari 17. Titin Mustika

18. Iis Tariyah

(2)

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

1.1 DEFINISI

Gastroeritis atau diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan tidak berbentuk ( Potter & Perry, 2005 )

Gastroeritis atau diare adalah kondisi dimana terjadi periode defektasi yang abnormal ( lebih dari 3 kali perhari ), serta perubahan dalam isi lebih 200g/hari dan konsistensi feses cair ( Smelzer & Bare, 2001 )

Gastroenteritis adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja terbentuk cairan atau setegah cairan ( setegah padat ) dengan demikian air pada tinja lebih banyak dari biasnya ( normal 100-200 ml/jam tinja) ( Hendarwanto , 2006.) 1.2 ANATOMI FISIOLOGI

1. Mulut

Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi oleh palatum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan struktur lain dari dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi

(3)

oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju faring (Sodikin, 2012).

Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum menelan, proses mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak (Simon, 2003 dalam Muttaqin &

Kumala, 2011).

2. Lidah

Menurut Sodikin (2012), lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan samping oleh membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara langsung pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi oleh berbagai saraf. Bagian sensorik diinervasi oleh nevrus lingualis, yang merupakan cabang saraf kranial V (trigeminal). Nevrus ini menginervasi dua pertiga anterior lidah untuk pengecapan. Saraf kranial VII (fasialis) meninervasi dua pertiga anterior untuk rasa kecap. Saraf kranial IX (glosofaringeal) meginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap. Sementara itu, inervasi motorik dilakukan oleh saraf kranial XII (hipoglosus).

Fungsi utama lidah meliputi 1) proses mekanik dengan cara menekan, melunakkan, dan membagi material; 2) melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan melakukan fungsi dalam proses menelan; 3) analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa; serta 4) menyekresikan mukus dan enzim (Muttaqin & Kumala, 2011).

3. Gigi

Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat menyebabkan salvias yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri).Manusia mempunyai dua set gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atau desisua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi

(4)

permanen) pada orang dewasa. Set kedua atau set gigi permanen berjumlah 8 buah pada setiap setengah rahang (jumlahnya seluruhnya 32) dan mulai tumbuh pada usia sekitar 6 tahun. Pada usia 25 tahun ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi sulung (Sodikin, 2012).

Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di atas gigi, lehernya dikelilingi gusi, dan akarnya berada dibawahnya. Gigi dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email, yang jauh lebih keras daripada dentin (Pearce, 2009).

4. Esophagus

Esophagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekitar 2 cm yang berjalan menembus diafragma untuk menyatu dengan lambung di taut gastroesofagus. Fungsi utama dari esofagus adalah membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung (Gavaghan, 2009 dalam Muttaqin & Kumala, 2011).

Merupakan saluran otot yang membentang dari kartilago krikoid sampai kardia lambung. Esophagus dimulai di leher sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah leher dan toraks, kemudian melalui crus sinistra diagfragma memasuki lambung. Secara anatomis bagian depan esophagus berbatasan dengan trachea dan kelenjar tiroid, jantung, dan diafragma. Dibagian belakang esophagus berbatasan dengan kolumne vertebra, sementara ditiap sisi berbatasan dengan paru-paru dan pleura. Bagian tersempit esophagus bersatu dengan faring. Area ini mudah mengalami cidera akibat instrument, seperti bougi, yang dimasukkan ke dalam esophagus (Sodikin, 2012).

5. Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernan yang dapat mekar paling banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian di sebelah kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, batang utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan dengan esofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui

(5)

orisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus (Pearce, 2009).

Fungsi utama lambung adalah menyimpan makanan untuk pencernaan didalam lambung, deudenum, dan saluran cerna bawah, mencampur makanan dengan sekresi lambung hingga membentuk campuran setengah cair (kimus) dan meneruskan kimus ke deudenum (Sodikin, 2012).

6. Usus Halus

Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum.

Panjang usus halus saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50%

selama tahun pertama kehidupan. Saat dewasa panjang usus halus mencapai ± 6 meter (Sodikin, 2012). Duodenum merupakan bagian terpendek usus, sekitar 7,5- 10 cm, dengan diameter 1-1,5 cm. Jejenum terletak diantara duodenum dan ileum. Panjang jejunum 2,4 m. panjang ileum sekitar sekitar 3,6 m. Ileum masuk sisi pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol oleh sfinker otot (Sodikin, 2012).

7. Usus Besar

Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap, seperti zat besi, kalium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, yang mempermudah perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke anus. Panjang usus besar bervariasi, sekitar ± 180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum adalah kantong besar yang terletak pada fosa iliaka kanan. Sekum berlanjut ke atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks membuka ke dalam sekum (Sodikin, 2012)

8. Hati

Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat

±1300-1550 g. hati merah cokelat, sangat vascular, dan lunak. Hati terletak pada kuadran atas kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta. Bagian tepi bawah mencapai garis tulang rawan kosta.

Tepi hati yang sehat tidak teraba. Hati dipertahankan posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan ligamentum peritoneum

(6)

(Sodikin, 2012).

9. Pankreas

Merupakan organ panjang pada bagian belakang abdomen atas, memiliki struktur yang terdiri atas kaput (didalam lengkungan duodenum), leher pankreas, dan kauda (yang mencapai limpa).

Pancreas merupakan organ ganda yang terdiri atas dua tipe jaringan, yaitu jarinagan sekresi interna dan eksterna (Sodikin, 2012).

10. Peritoneum

Peritoneum ialah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, yang melapisi dinding rongga abdominal, dan peritoneum viseral, yang meliputi semua organ yang berada di dalam rongga itu (Pearce, 2009).

Fisiologi saluran cerna terdiri atas rangkaian proses memakan atau ingesti makanan dan skresi getah pencernaan kedalam sistem pencernaan.

Getah pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan. Hasil pencernaan akan diabsorbsi kedalam tubuh, berupa zat gizi

11. Kolon dan Rektum

Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum. Secara fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta mengeluarkan kalium, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat

pencernaan karbohidrat dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi bakteri untuk menghasilkan vitamin K (Muttaqin & Kumala, 2009).

1.3 ETIOLOGI

Etiologi dari diare adalah proses infeksi virus. Bakteri ( disentri, shigelosis, dan keracunan makanan), obat obatan tertentu misalnya penganti hormone tiroid, pelunak feses, dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan antasida), gangguan metabolik dan endrokrin misalnya diabetes, addision, tirotoksikosis, pemberian makanan per selang, gangguan nutrisi, dan malabsorpsi misalnya sindrom usus peka, colitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit seliaka. Defisit sfingeter anal, sindrom zolinger elison, paralitik ileus, dan obstuksi usus ( Smelter & bare, 2001)

Penyebab dari diare ada beberapa faktor yaitu

(7)

1. Faktor infeksi terdiri enternal pada pencernaan disebabkan oleh infeksi pada bakteri misalnya vibrio, E.coli, salmonella, shigella, campylobacter. Infeksi pada virus mialnya enterovirus, edeno- virus, rotavirus, astovirus, infeksi pada parasit misalnya cacing (ascaris, trichuris, oxycuris), protozoa ( entamoeba histolytica, giardia lambia), jamur (candidaalbicans). Infeksi parental diluar alat pencernaan makanan seperti otoritis media akut (OMA), Tonsilitis bronkopneumonia, dan ensefasis.

2. Faktor malabsorpi yaitu terdiri dari malabsorpsi karbohidrat, malabsorpsi lemak, dana malabsorpsi protein.

3. Faktor makanan yaitu makanan basi, beracun, dan alergi pada makanan.

4. Faktor psikologis (Ngastiah, 2005).

1.4 TANDA DAN GEJALA

Beberapa tanda dan gejala menurut suriadi (2001)

1. Sering buang air besar dengan konstipasi tinja yang cair dan encer.

2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgo kulit jelek(elestyisitas kulit menurun) ubun ubun dan nada cengkung, membran mukosa kering.

3. Diare 4. Muntah 5. Demam

6. Nyeri abdomen

7. Membran mukosa mulut Dan bibir kering 8. Fontanel cekung

9. Perubahan tanda tanda vital 1.5 KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi diare dibagi menjadi dua golongan

1) Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococus disentri baisiler, dan enterotolitis nektrotikans.

2) Diare non spesifik : diare dietesis

a. Tinjauan dari organ yang terkena infeksi diare

 Diare infeksi enternal atau nfeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.

 Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus misalnya : diare karena bronkhitis

b. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:

 Diare akut : diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berkhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25 % samapai 30 % pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari

 Diare kronik adalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.

( Brunner & Suddart, 2002)

(8)

sekresi air & elektrolit naikBakteri Tumbuh

Diare Keterbatasan Informasi

1.6 PATOFISIOLOGI

Infeksi Malabsorbsi Makanan Makanan Beracun Faktor Psikologis

Reaksi inflamasi Tek Osmotik meningkat Rangsang Saraf

Sekresi cairan dan Pergeseran cairan & elektrolit Gangguan Moltilitas Usus elektrolit naik ke usus

Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas

Dehidrasi Kerusakan mukosa usus Defekasi sering Output >>

Absorbsi ber <

Penurunan vol. Cairan Ekstra sel

Kemerahan Di kulit sekitar anus

Penurunan cairan intertitil

Kurang Pengeta huan

Nyeri Akut

Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh Resiko Infeksi

Kekurangan Volume Cairan Hipertermi

Kerusakan integritas kulit

(9)

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan laboraturium

 Pemeriksaan tinja

 Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila memungki kan.

 Pemeriksaan kadar urem dan creatinin untuk mengetahui pungsiginjal.

b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantiatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

c. Pemeriksaan darah

 Ph darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( natrium, kalium, kalsium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asambasa.

 Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faalginjal.

d. Doudenallnubation

Untuk mengetahui jasad renik atau prasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilkukan pada penderita diare kronik.

1.8 TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN

Menurut Mansyoer (2000) penatalaksaan untuk GE pada penderita adalah Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi redrasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai direnya berhenti.

1. Makanan harus ditersukan untuk mencegah perubahan ststus gizi 2. Antibiotic dan anti parasit tidak boleh digunakan secara rutin 3. Obat atau terapi anti diare meliputi anti motilitis (missal

loperaroid, difenoksilat, kodeinopium) 1.9 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Menurut wicaksana ( 2011 ) a. Identitas klien

b. Riayat keperawatan

 Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare

 Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, kehilangan banyaknya air dan elektrolit terjadinya gejala dehidrasi, BB turun, tonus dan turgo kulit berkurang feses semakin cair, muntah , kehilangan, selaput lendir

(10)

mulut dan bibir kering, frekuensi buang air besar lebih dari 4 x dengan konsisten cair.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi e. Riwayat psikososial kelurga

f. Kebutuhan dasar 1. pola eliminasi

mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4x sehari 2. pola nutrisi

diawali dengan mual, muntah , anoreksia, menyebabkan penurunan BAB 3. Pola istirahat dan tidur

Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa ketidakyamanan

4. Pola aktivitas

Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan yang nyeri akibat disentri abdomen

g. Pemeriksaan penunjang

 Darah: ht meningkat, leukosit menurun

 Feses : bakteri atau parasite

 Elektrolit : natrium dan kalium menurun

 Urinalisasi urin pekat, Bj meningkat e, analisa gas darah antidosis metabolik ( bila sudah kekurangan cairan)

h. Data fokus a. Subjektif

 Kelemahan

 Diare lunak / cair

 Anoreksia mual dan muntah

 Tidak toleran terhadap diit : perut mulas s/d neri pada kuadran kanan bawah, abdomen tegah bawah )

 Haus, kencing menurun

 Nadi meningkat, tekanan darah turun, respirasi reteturun cepat dan dalam (kompenasasiascidosis)

b. Objektif

 Lemah, gelisah : penurunan lemak/ masa otot, penurunantonus

 Penurunan turgo, pucat, mata cengkung

 Nyeri tekananabdomen

 Urine kurang dari normal

 Hipertemi

(11)

1.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Kurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake output tidak adekuat

3) Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis

1.11 TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosis Tujuan Intervensi

keperawatan 1 Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

ketidakseimbangan cairan pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil :

 Td normal

 Nadi normal

 Balance cairan dalam 24 jam

 Turgo kulit membaik

 Kelembapan membran mukosa

Manajemen cairan - Monitor status

hidrasi ( misal : membran mukosa lembab, denyut nadi adekua ) - Jaga intake /

asupan yang akurat dan cacat output klien

- Monitor makanan/caira n yang

dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian

- Kaloborasi pemberian cairan iv - Monitor status

nutrisi - Timbang bb

setiap hari dan monitor statu pasien

- Monitor tanda tanda vital - Dorong

keluarga untuk membantu pasien makan 2 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

setelah dilakukan ashan keperawatan 3x24jam

- kaji adanya

(12)

kebutuhan tubuh dengan intake output tidak adekuat

diharapkan diare berkurang

- nutritional status: food and fluid intake

- nutritional

status:nutrient intake - weight control dengan kriteria hasil

- frekuensi BAB berkurang

- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan BB ideal sesuai dengan TB - Mampu

mengindetifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi - Menunjukkan

peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi

penurunan BB yang bearti

alergi makanan - kolaborasi

dengan ahli gizi

- anjurkan pasien untuk meningkatan intake

- anjurkan pasien

meningkatkan makanan yang tinggi serat - kaji BB pasien - kaji TTV

Kolaborasi - pemberian

terapi

3 Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang atau hilang Dengan kriteria hasil :

- Skala nyeri 0-3 - Klien merasa rileks/

Pain managemen : - Kaji nyeri

secara

komprehensif - Ajarkan klien

untuk kompres air

(13)

nyaman

- Ttv dalam batas normal - Mengenali kapan nyeri

muncul

- Melaporkan nyeri

hangat diperutnya - Berikan posisi

senyaman mungkin dan lingkungan tenang - Kaloborasi

dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik 1.12 INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosis Tujuan Intervensi

keperawatan 1 Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

ketidakseimbangan cairan pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil :

 Td normal

 Nadi normal

 Balance cairan dalam 24 jam

 Turgo kulit membaik

 Kelembapan membran mukosa

Manajemen cairan - Monitor status

hidrasi ( misal : membran mukosa lembab, denyut nadi adekua ) - Jaga intake /

asupan yang akurat dan cacat output klien

- Monitor makanan/caira n yang

dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian

- Kaloborasi pemberian cairan iv - Monitor status

nutrisi - Timbang bb

setiap hari dan monitor statu pasien

- Monitor tanda tanda vital - Dorong

(14)

keluarga untuk membantu pasien makan 2 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake output tidak adekuat

setelah dilakukan ashan keperawatan 3x24jam diharapkan diare berkurang

- nutritional status: food and fluid intake

- nutritional

status:nutrient intake - weight control dengan kriteria hasil

- frekuensi BAB berkurang

- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan BB ideal sesuai dengan TB - Mampu

mengindetifikasi kebutuhan nutrisi - Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi - Menunjukkan

peningkatan fungsi pengecapan dari menelan - Tidak terjadi

penurunan BB yang bearti

- kaji adanya alergi makanan - kolaborasi

dengan ahli gizi

- anjurkan pasien untuk meningkatan intake

- anjurkan pasien

meningkatkan makanan yang tinggi serat - kaji BB pasien - kaji TTV

Kolaborasi - pemberian

terapi

(15)

3 Nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang atau hilang Dengan kriteria hasil :

- Skala nyeri 0-3 - Klien merasa rileks/

nyaman

- Ttv dalam batas normal - Mengenali kapan nyeri

muncul

- Melaporkan nyeri

Pain managemen : - Kaji nyeri

secara

komprehensif - Ajarkan klien

untuk kompres air hangat diperutnya - Berikan posisi

senyaman mungkin dan lingkungan tenang - Kaloborasi

dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hendrawanto. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Ngastiyah, 2005. Keperawatan Anaka Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Potter, P, A., Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik ed 4 vol 2. Jakarta: EGC

Smeltezer, S, C.,Bare,B G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed 8 vol 2, Jakarta: EGC

Suriadi, Rita Yuliani.2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit dalam. Edisi 1. Agung Seto.

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait