0
RESUME KEPERAWATAN PADA KLIEN BY.G
DENGAN GEA (GASTROENTERITIS AKUT)
DIPOLIK KLINIK ANAK RSUD ABEPURA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
M. Agus Maulana
Yerselina Maubuai
Nur M. I. Mangnga
Muh. Fatris Irianto
Suci
Bernadetha Yamsarev
Ilyas Saefudin
Widya Sukma Wijaya
Yean Frilanda Wainggai
Mariati Nona Januaria
Kain Asmer H. Kansai
Yulanda L. Warkawani
Fidya Ayu Larasati
Welinson Lengka
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY
JAYAPURA
1
BAB I
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFINISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011)
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana: a. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya
kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005).
b. Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono, 2004).
c. Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Pitono, 2006).
d. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010).
e. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Dewi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.
2. ETIOLOGI
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
2) Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
3) Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4) Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
2
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
3. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :
a. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
b. Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
3 4. PATHWAY
4 5. MANIFESTASI KLINIS
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan).
Tanda-tandanya BAB cair 1-2 kali sehari, kadang muntah (-), haus (-), nafsu makan tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain.
b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Tanda-tandanya: BAB cair 4-9 kali sehari, kadang muntah 1-2 kali sehari, suhu tubuh kadang meningkat, haus, tidak ada nafsu makan, badan lesu lemas.
c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.
Tanda-tandanya: BAB cair terus-menerus, muntah,terus-menerus, haus, mata cekung, bibir kering dan biru, tanfan dan kaki dingin, sangat lemah, tidak ada nafsu makan, tidak ada keinginan untuk bermain, tiada BAK selama 6 jam atau lebih, kadang-kadangm dengan kejang dan panas tinggi.
Diare akut karena infeksi dapat disertai dengan muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun) serta suara menjadi serak, keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik, karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan kussmaul).
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguira/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
6. KOMPLIKASI
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
a.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b.Syok hipovolemik.
c.
Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
d.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktose.
e.
Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f.
Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004). Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
a. Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
5 8. PENATALAKSANAAN
a. Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan). Tindakan :
1) Untuk mencegah dehidrasi, beri anak minum lebih banyak dari biasanya. 2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan – makanan diberikan seperti biasanya 3) Bila keadaan anak bertambah berat, segera bawa ke Puskesmas terdekat b. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Tindakan : 1) Berikan oralit
2) ASI (Air Susu Ibu) diteruskan 3) Teruskan pemberian makanan
4) Sebaiknya yang lunak, mudah dicerna dan tidak merangsang
5) Bila tidak ada perubahan segera bawa kembali ke Puskesmas terdekat c. Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat
Tindakan :
1) Segera bawa ke Rumah Sakit/Puskesmas dengan fasilitas Perawatan 2) Oralit dan ASI diteruskan selama masih bisa minum
Takaran pemberian Oralit Dibawah 1 tahun :
3 jam pertama 1½ gelas, selanjutnya ½ gelas setiap kali mencret Dibawah 5 tahun (anak balita) :
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret Anak diatas 5 tahun :
3 jam pertam 6 g;elas, selanjutnya 1½ gelas setiap kali mencret Anak diatas 12 tahun dan Dewasa
3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200cc)
Dasar Pengobatan Diare
1) Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. a) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/I, pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/I. Formula lengakap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
b) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit = 3 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes /kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit = 3 tetes/kgBB/menit (infus set berukuran 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/oralit
Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes atau 10 tetes/kgBB/menit ( 1 ml = 20 tetes).
Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
6
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB/ oralit per oral Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml = 250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5%+1 bagian NaHCO3 1½ %).
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Untuk bayi BBLR
Kebutuhan cairan : 250 ml/kgBB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10%+1) bagian NaHCO3 1½ %).
2) Pengobatan dieteic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan BB < 7 kg. Jenis makanan :
a) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh) b) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
3) Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN a. Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan. 2) Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010).
3) Riwayat penyakit sekarang Menurut Suharyono (2004), yaitu:
a) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
7
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.
4) Riwayat kesehatan
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien. b) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
c) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
5) Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
6) Pemeriksaan fisik
Menurut Suharyono (2004), yaitu: a) Keadaan umum
1. Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
2. Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang). 3. Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat) b) Berat badan
Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:
Tabel 2 Tingkat Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi Kehilangan Berat Badan Dalam %
Bayi Anak Besar
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg) Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg) Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.
c) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.
8 d) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
e) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
f) Mulut dan lidah
1. Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
2. Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang). 3. Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat). g) Abdomen
1. Kemungkinan distensi. 2. Mengalami kram.
3. Bising usus yang meningkat. h) Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang
berlebihan.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.
4. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.
c. Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
1. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Tidak terjadi dehidrasi b) TTV dalam batas normal c) Turgor kulit kembali elastis d) Kulit tidak kering
e) Mukosa bibir basah f) Tidak pucat lagi
NIC : Manajemen cairan dan elektrolit a) Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
b) Support
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.
9 c) Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk mengganti cairan yang hilang.
d) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan metabolik.
e) Collaboration
Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.
Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.
2. Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Pasien tidak lagi mual muntah b) Pasien sudah bisa makan c) BB pasien kembali normal NIC : Manajemen nutrisi a) Guidance
Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien
Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki defisit.
b) Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
c) Teaching
Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.
Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status nutrisinya.
d) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik.
e) Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi pasien.
Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi pasien.
3. Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Suhu tubuh pasien tidak meningkat
b) Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5ºC)
10 NIC : Manajemen suhu tubuh a) Guidance
Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk mengetahui adanya infeksi,
b) Support
Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.
Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi panas tubuh.
c) Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare.
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare dan dapat waspada.
d) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik.
e) Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.
Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh yang meningkat pada pasien.
4. Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan. NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Mau menerima tindakan keperawatan b) Klien tampak tenang dan tidak rewel NIC : Manajemen ansietas
a) Guidance
Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang salah pada perawat dan rumah sakit.
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah sakit.
b) Support
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.
c) Teaching
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan. Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga. d) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas. e) Collaboration
Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak. Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.
11
5. Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a) Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien
b) Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya NIC : Manajemen informasi
a) Guidance
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
b) Support
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya.
c) Teaching
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dalam proses perawatan klien.
d) Environment
Buat lingkungan yang tenang dan bersih.
Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat. e) Collaboration
Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan. Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adyanastri, F 2012, Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP dr.
Kariadi Semarang, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Adisasmito, W 2007, Faktor Risiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic
Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta : 1-10.
Korompis, F, Tjitrosantoso, H dan Goenawi, LR 2013, Studi Penggunaan Obat pada
Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. dr. R.
D. Kandou Manado Periode Januari-Juni 2012, Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT.
Poerwati, E 2013, Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare, vol. 27, Jurnal
Kedokteran Brawijaya.
Putra, S et al. 2008, Faktor Risiko Diare Persisten pada Pasien yang Dirawat di Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, vol. 10.
Rollins, NC 2013, Exclusive Breastfeeding, Diarrhoeal Morbidity and All-Cause Mortality
in Infants of HIV-Infected and HIV Uninfected Mothers : An Intervention Cohort Study
in KwaZulu Natal, South Africa. PLOS ONE, 8 (12): 1-10.
Simadibrata, M dan Hardjodisastro, D 2009, Diare akut, In : Simadibrata et al.
2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Jakarta : Interna Publishing, 548-556.
Subagyo, B dan Santoso, NB 2009, Diare Akut, In: Juffrie, M, ed. Buku Ajar
Gastroenterologi-Hepatologi, Jakarta: Balai Penerbit IDAI 61-96.
13
BAB II
Resume Poliklinik Anak
A. Identitas Anak
Nama
: An. G
Umur
: 10 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Jln. Biak
Tgl. Kunjungan
: 2 Agustus 2017
Tgl. Pengkajian
: 2 Agustus 2017
B. Penanggung Jawab
Ibu
: Ny. P
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
: IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat
: Jln. Biak
C. Diagnosa Medis
: GEA
D. Keluhan Utama
: Mencret
E. Gambaran Kasus (Data Fokus) :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mencret dari ± 8 hari yang lalu ± 5x/hari
Ibu klien mengatakan bahwa klien kurang minum
Ibu klien mengatakan bahwa batuk ± seminggu kering
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah ± 3x/hari (hari pertama ± 7x)
Ibu klien mengatakan bahwa klien demam hilang timbul ± seminggu dan disertai
keringat dingin
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan
F. Hasil observasi pada anak
Ibu klien tampak cemas
Klien tampak pucat
Klien tampak lemas
Akral teraba hangat
Mukosa bibir kering
Turgor kulit jelek
Kulit tampak kering
Klien tampak tidak tenang dan rewel
BB 7,2 kg
14
G. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
H. Pemeriksaan Lab
:
Leukosit
: 15.200
(4.000 – 10.000) mmk
DDR
: Negative (-)
I. Terapi
:
Zink 1 x 20 mg
Ceprolac 1 x 1 saset
Oralit
Paracetamol 3 x 80 gr
Contrimoxazole 2 x 1 cth
J. Masalah Keperawatan :
1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
2. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare. 3. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.
K.
Intervensi Keperawatan
1. DP 1: Defisit velume cairan dan elaktrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan.
DS :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mencret dari ± 8 hari yang lalu ± 5x/hari
Ibu klien mengatakan bahwa klien kurang minum
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah ± 3x/hari (hari pertama ± 7x)
DO :
Klien tampak pucat
Mukosa bibir kering
Klien tampak lemas
Rencana Tindakan :
1)
Kaji tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.2)
Anjurkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih sedikit tapi sering ± 300 cc pada dot atapun gelas kecil pada pasien.3)
Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.Tujuan :
a) Tidak terjadi dehidrasi b) TTV dalam batas normal c) Turgor kulit kembali elastis d) Kulit tidak kering
e) Mukosa bibir basah f) Tidak pucat lagi
15
IMPLEMENTASI (tanggal 1 Agustus 2017/jam 12.10 )
1) Mengkaji tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan
Respon : Ibu klien mengatakan bahwa masih mencret ± 2x pada pagi hari
2)
keluarga untuk sering memberikan minum air putih sedikit tapi sering ± 300 cc padadot atapun gelas kecil pada pasien.
Respon : Ibu klien kooperatif
3) Berkolaborasi dengan analisis dan dokter dalam pemberian obat
Respon : Dokter meresepkan pemberian Oralit
EVALUASI
S
: Ibu klien mengatakan akan memberikan minum sedikit tapi sering
O : Klien tampak Turgor kulit jelek, Mukosa bibir kering
A : Masalah Belum Teratasi
P
: Anjurkan klien kontrol kembali jika belum ada perubahan
2. DP 2:
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.DS :
Ibu klien mengatakan bahwa klien demam hilang timbul ± seminggu dan
disertai keringat dingin
DO :
Akral teraba hangat
Klien tampak tidak tenang dan rewel
SH 37,6 ºC
Rencana Tindakan :
1) Kaji suhu tubuh pasien2) Anjurkan keluarga klien untuk membrikan pasien kompres dengan kompres hangat 3) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang
meningkat pada diare
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.
Tujuan :
a)
Suhu tubuh pasien tidak meningkatb)
Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5ºC)c)
Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)IMPLEMENTASI (tanggal 1 Agustus 2017/jam 12.20)
1) Mengkaji suhu tubuh pasien
Respon : Suhu 37,6 ºC saat dikaji
2) Menganjurkan keluarga klien untuk memberikan pasien kompres hangat
Respon : Ibu klien kooperatif
3) Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh
yang meningkat pada diare
Respon : Ibu klien kooperatif
4) Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-batan penurun panas
Respon : Dokter meresepkan Paracetamol 3 x 80 gr
16
EVALUASI
S
: Ibu klien mengatakan demam klien munculnya hilang timbul
O : Klien tampak akral terba hangat, dengan suhu tubuh 37,6 ºC
A : Masalah Belum Teratasi
P
: Anjurkan klien memberikan kompres hangat dan obatnya dihabiskan
3. DP 3 :
Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.DS :
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa yang harus dilakukan
DO :
Ibu klien tampak cemas
Rencana Tindakan :
1)
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.2)
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan aktivitas sehari-hari.Tujuan :
a) Keluarga klien mengetahui kondisi penyakit pada klien
b) Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya