• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA MANAJEMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PADA PT BANK BUKOPIN Tbk CABANG UTAMA SURABAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA MANAJEMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PADA PT BANK BUKOPIN Tbk CABANG UTAMA SURABAYA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA MANAJEMEN DALAM PENYALURAN KREDIT PADA PT BANK BUKOPIN Tbk CABANG UTAMA SURABAYA

Mukhamad Nurhidayat nurhidayatae@yahoo.com

Sapari

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

This research is meant to find out the policy of credit provision at PT. Bank BUKOPIN Tbk, Main Branch Office Surabaya has implemented the 5C principles (Character, Collateral, Capital, Capacity, Condition of economic) and the prudential principle. On the other hand, this research is meant to find out the role of analysis which has been done by the Bank to the Bank customer which propose a credit is the analysis of financial aspect and non-financial. Qualitative method with case study is applied in this research at PT. Bank BUKOPIN Tbk which is a financial institution which fund is raised from the public in the form of savings and transfer back in the form of credit. The implementation of credit provision, congestion credit risk is a problem which severely affects the health of a bank, so bank is required to have a reliable management credit.

Keywords: Credit analysis, Non Financial Analysis, and Financial analysis.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam kebijakan pemberian kredit pada PT, Bank BUKOPIN Tbk, Kantor Cabang Utama di Surabaya telah menerapkan prinsip 5C (Character, Collateral, Capital, Condition of economic) dan prinsip kehati-hatian, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peranan analisa yang dilakukan bank kepada calon nasabah yang akan mengajukan kredit adalah analisa aspek keuangan dan non keuangan. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, yang merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit. Di dalam pelaksanaan pemberian kredit , resiko kemacetan kredit merupakan masalah yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan bank, maka bank memerlukan manajemen kredit yang handal.

Kata kunci: Analisa kredit, Analisa non keuangan dan Analisa keuangan.

PENDAHULUAN

Globalisasi Ekonomi telah mendorong masyarakat untuk selalu memperhatikan perusahaan perbankan, untuk melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perbankan. Oleh karena itu masyarakat sangat membutuhkan informasi perusahaan perbankan agar dapat membandingkan, menganalisa, menyimpulkan dan selanjutnya mengambil keputusan berkaitan dengan kondisi perusahaan perbankan dimana dana mereka di simpan dan melihat penawaran kredit yang dilakukan oleh bank.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang tujuannya mengelola dana masyarakat dan wajib menjaga dana masyarakat dan juga didalam penyaluran kredit dapat dipertanggung jawabkan, sesuai dengan UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

(2)

menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Departemen perizinan dan informasi perbankan dalam ketentuan yang dikeluarkan BI mengeluarkan kebijakan perbankan tahun 2012 yaitu prinsip kehati-hatian bagi bank umum yang melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada pihak lain, penerapan strategi anti fraud bagi bank umum, penerapan manajemen resiko pada bank umum yang melakukan layanan nasabah prima, pedoman perhitungan ATMR (Aset Tertimbang Menurut Resiko) resiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar, transparansi informasi suku bunga dasar kredit, fungsi kepatuhan bank umum penerapan manajemen resiko pada bank yang melakukan aktivitas pemberian kredit kepemilikikan rumah dan kredit kendaraan bermotor, dan beberapa perubahan ketentuan perbankan sebelumnya.

Pelayanan yang unggul dan pengembangan produk/jasa perbankan yang berkualitas pada gilirannya akan memberikan kontribusi bagi kinerja bank. Kinerja bank harus dikelola secara berkesinambungan agar dapat menghasilkan kinerja yang diinginkan. Untuk mengelola kinerja harus didukung oleh informasi yang tepat guna, tepat waktu, dan akurat serta adanya kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan.

Keberhasilan suatu perbankan dalam meningkatkan penghasilan usaha perbankan tergantung pada kemampuan menyalurkan kreditnya kepada masyarakat walaupun ada target dalam penyaluran kredit, manajemen bank harus melakukan analisa kredit agar dalam penyaluran kredit tidak menimbulkan kredit bermasalah, Akibat dari besarnya kredit bermasalah maka banyak bank yang mengalami kesulitan dana dan terpaksa di sehatkan atau dilikuidasi.

Kondisi bank yang buruk dapat menimbulkan ketidak percayaan dari masyarakat. Bank-bank yang sangat buruk kinerjanya dilikuidasi oleh Bank indonesia dan disatu sisi pemerintah melakukan penjaminan penuh sejak 1998 hingga pertengahan tahun 2005 dan sejak itu hingga saat ini pemerintah memberlakukan penjaminan terbatas untuk simpanan masyarakat. Disamping itu otorisasi pengawas memperketat regulasi perbankan dan telah menetapkan arah kebijakan perbankan yang tercermin pada Arsitekture Perbankan Indonesia.

Penyebab dan terjadinya kredit bermasalah tersebut salah satunya adalah berkaitan dengan system dan prosedur penyaluran kredit yang terdapat dibank, penyimpangan biasanya yang sering terjadi dapat berupa pemberian kredit kepada pihak yang seharusnya tidak layak diberikan kredit. Hal ini terjadi dapat dilakukan dengan melakukan manipulasi data nasabah dengan melakukan mark up data keuangan nasabah yang seharusnya diberikan sesuai kemampuan dia bayar. Selain itu juga di data agunan, nilai agunan di besarkan tidak sesuai dengan harga pasar wajar dan nilai likuidasinnya. Untuk itulah diperlukan adanya prosedur penyaluran kredit yang memenuhi unsur-unsur dalam analisa pencairan kredit, sehingga dapat meminimalkan terjadinya penyimpangan dalam prosedur penyaluran kredit Sistem dan prosedur penyaluran kredit mempunyai system analisa kredit yang baik apabila telah terdapat pemisahan fungsi-fungsi yang berkaitan dengan proses penyaluran kredit, yaitu pihak penerima pengajuan kredit (calon nasabah), penilai jaminan atau survey lokasi dan usaha, dan juga pemberi otorisasi pencairan kredit, sehingga dalam pelaksanaan pencairan kredit terdapatnya satu system analisa kredit yang menimbulkan adanya internal check antar bagian yang terlibat dalam penyaluran kredit.

Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibanya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, pemberian kredit harus memenuhi prinsip 5 C‟s Analisis kredit yaitu Character,

(3)

Capital, Capacity, Collateral, and Condition of Economic. Apabila calon nasabah memenuhi

prinsip 5 C‟s analisis maka bank akan melakukan pemberian kredit sesuai dengan kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibanya.

Sebuah perusahaan atau individu yang menerima kredit dari bank akan direspon positif oleh pasar, karena sebelum keputusan pemberian kredit yang dilakukan bank harus menyeleksi dan mengevaluasi beberapa aspek dalam perusahaan yang akan melakukan pengajuan kredit, aspek tersebut meliputi aspek non keuangan dan aspek keuangan. Pasar menganggap bahwa perusahaan yang menerima pinjaman dari bank adalah perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik.

Mengambil keputusan pemberian kredit bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, pengambilan keputusan memegang peran penting bagi bank karena sangat menentukan profit resiko kredit suatu bank. Kesalahan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit akan berakibat bank menempatkan dananya kepada debitur dengan resiko tinggi dan dapat menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur yang berkualitas baik.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah di uraikan penulis maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: „‟Bagaimana analisa manajemen dalam penyaluran kredit pada PT. Bank BUKOPIN Cabang Utama Surabaya ?‟‟

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara analisa manajemen dalam kebijakan pemberian kredit kepada calon nasabah PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama Surabaya untuk mengurangi risiko kredit dan mitigasi risiko kredit.

TINJAUAN TEORETIS

Pengertian Bank dan Perbankan

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan sebagai perantara dana yaitu dari nasabah yang ingin menyimpan uangnya dan nasabah yang membutuhkan uang. Menurut undang-undang no 14 tahun 1967, Bank adalah Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu-lintas pembayaran dan peredaran uang. Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya ke dalam masyarakat

Pengertian bank menurut undang undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no 10 tahun 1998 sebagai berikut:

(1) „‟Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. (2) Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (

3)

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”

Dari pengertian diatas bank mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi utama perbankan Indonesia adalah (1) Penghimpun dana masyarakat. Kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat atau pihak ketiga dengan biaya yang relative rendah merupakan masalah pokok dalam pengelolaan bank, selain masalah dalam hal

(4)

pengalokasikan sumber-sumber dana dimana bank memperoleh keuntungan atas selisih biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diperoleh bank. (2) Penyalur dana masyarakat. Di dalam bank selain sebagai tempat penghimpun dana masyarakat, juga sebagai tempat penyaluran dana, dalam bentuk kredit. Penyaluran dana dalam bentuk kredit merupakan kegiatan utama selain menghimpun dana karena pendapatan utama bank berasal dari kegiatan penyaluran dana dalam bentuk kredit, sehingga tetap menjadi suatu masalah dalam pengelolaan bank bisa dilihat dari kolektabilitasnya.

Menurut Taswan (2010:310) bank adalah suatu lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkanya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada giliranya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

Pengertian dan Manfaat Analisa Kredit

Definisi sistem analisa kredit tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan unsur-unsur yang membentuk system tersebut. Dengan demikian pengertian analisa kredit tersebut berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan pembukuan mesin maupun komputer.

Tujuan dari pengendalian adalah menjaga keamanan harta milik suatu organisasi, memeriksa efesiensi dalam operasi, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akutansi, memajukan efesiensi dalam operasi dan membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan bahwa tujuan analisa kredit dapat dilihat dari dua segi kategori dasar tujuan manajerial yaitu pengendalian akutansi dan pengendalian administratif, tujuan pengendalian akutansi berhubungan dengan masalah pengamanan kekayaan perusahaan, mencegah terjadinya kewajiban yang tidak semestinya dan memastikan kecermatan dan keandalan catatan keuangan, adapun tujuan pengendalian administratif terutama menyangkut pencapaian sasaran- sasaran operasional seperti humas, efesiensi produksi atau efesiensi operasional dan keefektifan operasional.

Sistem Pengendalian Risiko Perbankan

Banyak jenis risiko yang dihadapi bank dalam kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu pengawasan analisa kredit harus dilaksanakan dan diawasi, mengadakan tindakan koreksi bila ada perbedaan. Risiko kredit yaitu merupakan kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan (default) debitur yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit. Risiko pasar yaitu merupakan resiko kerugian dalam nilai portofolio yang diakibatkan oleh fluktuasi tingkat suku bunga, nilai tukar, harga komoditi, dan harga saham. Risiko Operasional yaitu resiko kerugian yang langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh kegagalan atas proses-proses operasional yang kurang memadai.

Kredit

Kredit berasal dari bahasa Italia „‟credere yang artinya kepercayaan yaitu kreditur percaya bahwa debiturnya akan mengembalikan pinjaman sesuai perjanjian. Bank memberikan jasa kredit kepada debiturnya adalah untuk memperoleh pendapatan dari bunga kredit tersebut. Debitur mau mengambil kredit dari bank untuk memenuhi kebutuhannya dan menambah permodalan atau investasi sehingga akan saling mendapatkan keuntungan.

Ada beberapa pengertian dari kredit, Pengertian kredit menurut Muljono (2001:9) adalah “kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu

(5)

pinjaman dengan suatu janji”. Kredit merupakan untuk melaksanakan suatu pembelian atau pengadaan suatu janji pembayaran akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu tertentu adalah „‟semua jenis pinjaman uang dan barang yang wajib dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam.

Dalam undang-undang pokok perbankan No. 10 tahun 1998 disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Berdasarkan definisi kredit diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kredit adalah semua jenis pinjaman berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu bertentu beserta bunga, imbalan atau hasil pembagian.

Kebutuhan modal kerja tergantung pada lamanya modal kerja berputar, besarnya perusahaan untuk membiayai operasional usaha, dan kemampuan perusahaan mendapatkan kredit dari supplier, permohonan kredit yang melebihi kebutuhan akan berakibat penyimpangan penggunaan kredit, sedangkan pemberian yang terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan akan berakibat bisnis yang dijalankan debitur akan tersendat.

Jenis- jenis Kredit

Kredit pada dasarnya dapat di golongkan berdasarkan sebagai berikut: (a) Kredit berdasarkan jangka waktu. Berdasarkan jangka waktu kredit dapat dibedakan menjadi kredit jangka pendek (short term loan) adalah kredit yang pengembalianya kurang dari satu tahun. Kredit jangka waktu menengah (medium term loan): kredit jangka waktu pengembaliannya satu sampai tiga tahun. Kredit jangka panjang (long term loan ): kredit yang jangka waktunya melebihi tiga tahun biasanya berbentuk investasi. (b) Kredit berdasarkan penggunannya. Berdasarkan penggunaanya atau motif yang digunakan adalah sebagai kredit modal kerja yaitu kredit modal jangka pendek yang diberikan sebagai modal dalam mengembangkan usaha, kemudian kredit investasi yaitu kredit jangka menengah atau panjang untuk pembelian barang produksi atau jasa yang sifatnya untuk investasi dan kredit konsumsi, kredit yang diperlukan untuk dikonsumsi atau digunakan untuk kepentingan perseorangan atau pribadi. (c) Jenis berdasarkan angsuran. Kredit berdasarkan dengan angsuran yaitu kredit yang penarikan dilakukan sekaligus, sepenuhnya dipergunakan oleh nasabah dan di kembalikan sesuai kesepakatan yang telah disepakati. Kredit tanpa angsuran (rekening koran) penarikannya dilakukan sekaligus sesuai atau nasabah melakukan penarikan-penarikan kreditnya sesuai dengan yang dibutuhkan sampai dengan maksimal

kreditnya. Untuk angsuran pokoknya dapat dibayar sewaktu-waktu sedangkan untuk

bunga dapat dibedakan ke pinjaman sampai jangka waktu selesai.

Sistem Pemberian Kredit

Pengertian prosedur kredit menurut Muljono (2001:298) adalah suatu rangkaian kesatuan kegiatan dari berbagai komponen yang saling berhubungan secara sistematis dalam penyelenggaraan proses kegiatan pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu bank pada umumnya dan khususnya dibidang perkreditan.

Dari pengertian tersebut manfaat dari administrasi kredit itu sendiri antara lain : (a) Sebagai alat dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dari proses perkreditan itu secara individual maupun secara keseluruhan. (b) Sebagai alat dalam pengumpulan umpan balik melalui system informasi manajemen yang dibangun didalamnya sebagai dasar untuk

(6)

pelaksanaan fungsi manajemen bank secara umum maupun manajemen perkreditan secara khusus. Fungsi manajemen yang memerlukan umpan balik tersebut memiliki fungsi

planning, organizing, actuating, dan controlling.

Tujuan utama analis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman sampai dengan bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhi prinsip 5 C‟s Analysis, yaitu sebagai berikut: (1) Character. Adanya penyerahan uang kepada debitur itu didasari kepercayaan. Kepercayaan timbul karena debitur memiliki character berupa moral,watak maupun sifat-sifat personality yang positif dan kooperatif serta memiliki tanggung jawab. Debitur yang memiliki character baik adalah debitur yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan integritas yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. (2) Capacitymerupakan menyangkut kemampuan debitur untuk melunasi kreditnya. Penilaian ini akan dilihat dari kemampuan jenis usahanya untuk mendatangkan penghasilan guna melunasi kredit.

Capacity ini dapat didekati dari aspek keuangan dan aspek yuridis. Aspek keuangan dilihat

dari cashflow yang dihasilkan dan dari aspek yuridis akan terlihat bahwa debitur itu mempunyai kepastian untuk melakukan perjanjian kredit dan melunasi kembali sesuai perjanjian. (3) Capitalmenyangkut modal yang dimiliki oleh perusahaan debitur. Semakin besar modal sendiri yang dimiliki, maka akan semakin tangguh menghadapi kemungkinan resiko yang dihadapi dikemudian hari. Capital ini umumnya dicerminkan oleh neraca calon debitur dengan melihat komponen modal. Kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan pembiayaan sendiri dalam praktik, yang jumlahnya lebih besar dari pada, kredit yang dimintakan kepada bank. Bentuk pembiayaan ini tidak harus dalam bentuk uang tunai, namun juga bisa dalam bentuk barang modal, seperti : tanah, bangunan, mesin-mesin dan sebagainya. (4) Collateralmerupakan jaminan perusahaan atas kredit yang diterima. Bank memerlukan jaminan ini untuk menutup kemungkinan resiko terburuk, yaitu tidak terbayarnya utang akibat apapun. Jaminan merupakan pengamanan bagi dana perbankan yang dikucurkan. Jaminan tersebut akan dianggap aman apabila mampu meng-cover 120% dari total kreditnya. Hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, tetapi juga yang tidak berwujud atau non material seperti jaminan pribadi. (5) Condition of Economic. Kondisi ekonomi yang dimaksud adalah kondisi makro yang mempengaruhi kredit perbankan. Secara spesifik adalah kondisi makro yang mempengaruhi bisnis debitur. Pada kondisi perekonomian yang relatif stabil akan mendorong pertumbuhan dunia usaha sehingga pengucuran kredit akan aman. Sebaliknya kondisi ekonomi yang buruk akan mendorong dunia bisnis kearah kebangkrutan.untuk itu bank harus berhati-hati.

Kebutuhan modal kerja tergantung pada lamanya modal kerja berputar, besarnya perusahaan untuk membiayai operasional usaha, dan kemampuan perusahaan mendapatkan kredit dari supplier, permohonan kredit yang melebihi kebutuhan akan berakibat penyimpangan penggunaan kredit, sedangkan pemberian yang terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan akan berakibat bisnis yang dijalankan debitur akan tersendat.

Analisa Dan Evaluasi Pemberian Kredit

Analisa kredit adalah tugas yang sangat menentukan profit resiko kredit dimasa depan suatu bank. Kesalahan dalam pemutusan pemberian kredit akan berakibat bank menempatkan dananya kepada debitur dengan resiko tinggi dan dapat menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur yang berkualitas baik.

(7)

Menurut Taswan (2010-373) menyebutkan bahwa ada dua kelompok aspek yang harus dianalisi dan harus dievaluasi oleh loan officer bank sebelum membuat kebijakan pemberian kredit, kelompok aspek tersebut antara lain : (1) Aspek Non Keuangan terdiri dari: (A) Asimetri Informasi dan Konsekuensinya Dalam Perkreditan. Analisi kredit adalah tugas yang sangat menentukan profil risiko kredit di masa depan suatu bank. Kesalahan dalam analisis kredit akan berakibat bank menempatkan dananya kepada debitur berisiko tinggi. Kesalahan analisis kredit bisa menimbulkan kerugian bagi bank maupun debitur yang berkualitas baik. Oleh karena itu dalam analisis kredit diperlukan kemampuan tinggi analisis atau officer dalam menentukan kelayakan pemberian kredit, diperlukan instrumen penilaian yang memadai dan dibutuhkan informasi yang komprehensif, lengkap dan benar, tidak ada informasi yang disembunyikan.

Dalam pemberian kredit, bank bertindak sebagai principal dan debitur bertindak sebagai agen. Hubungan principal dan agen akan selaras bila semua dilakukan secara

fair.Dalam banyak hal, hubungan keagenan ini tidak fair karena adanya informasi yang

tersembunyi. Dalam istilah perbankan sering disebut asimetri informasi, yang ini terjadi karena agen memiliki informasi yang lebih baik, lengkap dan komprehensif tentang bisnisnya daripada kreditur. Tingginya asimetri informasi akan menyesatkan bank dalam pengambilan keputusan kredit dan bahkan menyulitkan kreditur dalam melakukan pengawasan, sebaliknya semakin rendah asimetri informasi maka bank semakin berkualitas dalam pengambilan keputusan kredit dan semakin mudah bagi bank dalam melakukan pengawasan. Pada kondisi asimetri begitu tinggi, akan menimbulkan masalah yaitu bank bisa melakukan salah pilih (adverse selection). Bank dapat melakukan kesalahan pengambilan keputusan kredit karena bank kesulitan membedakan antara calon debitur yang berkualitas baik dengan debitur yang berkualitas buruk. Kesalahan bank itu misalnya dalam hal menetapkan tingkat suku bunga kredit. Akibat asimetri informasi yang tinggi, dimana bank tidak mengetahui seluruh informasi tentang debitur dan debitur menyembunyikannya (debitur lebih banyak mengetahui), maka bank bisa menetapkan tingkat bunga kredit yang lebih mahal terhadap debitur yang berkualitas baik dan menetapkan tingkat bunga yang lebih murah terhadap debitur yang berkualitas buruk. Ini jelas merugikan bank dan debitur berkualitas baik dan menguntungkan debitur berkualitas rendah.

Secara teoritis semakin tinggi asimetri informasi maka semakin tinggi tingkat bunga kredit, dan sebaliknya semakin rendah asimetri informasi maka semakin rendah harga atau tingkat bunga kredit yang ditetapkan. Bank asing sering dipandang sebagai bank yang jauh posisi geografisnya berpotensi memiliki asimetri informasi tinggi, bank asing kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi lokal, sehingga tidak mudah mendapatkan informasi yang utuh dan berkualitas. Konsekuensinya ini adalah bank asing menjadi lebih tinggi dalam menetapkan tingkat bunga kredit dari pada bank domestik. Namun bila bank asing mampu mengurangi asimetri informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang modern, beroperasi dengan biaya yang lebih efisien, memiliki sistem pengawasan yang lebih baik, maka bank asing dapat menetapkan bunga kredit lebih murah dari pada bank domestik.

Masalah perkreditan juga bisa terjadi ketika ada kesamaan pemegang saham antara pemegang saham bank dengan pemegang saham calon debitur. Kesamaan pemegang saham di bank dengan debitur akan berakibat pemegang saham dengan menggunakan power-nya untuk menekan manajer bank agar memberikan kredit dengan bunga murah pada perusahaannya. Namun demikian, rendahnya harga kredit ini juga karena kepemilikan saham yang sama antara bank dan debitur memang bisa menguntungkan bank berupa rendahnya asimetri informasi yang dimiliki perusahaan debitur kelompok usahanya.

(8)

Dengan adanya asimetri informasi di pihak debitur, maka analis kredit atau pengambilan keputusan kredit perlu memahami cara dalam mengurangi kerugian akibat asimetri informasi tersebut antara lain melalui cross monitoring maupun loan covenant. Cross monitoring dilakukan bila debitur memiliki sekuritas yang telah diterbitkan di pasar modal. Bank bisa menggunakan informasi dari analisis pasar modal, lembaga pemerintahan dan Bursa. Namun demikian pengawasan ini sering dianggao kurang efektif karena pada hakekatnya bank lebih mampu memiliki informasi yang lebih valid daripada informasi atau data sekunder. Cara kedua adalah melalui loan covenant. Pada loan covenant, kreditur akan melihat karakteristik debitur lebih lanjut. Bila debitur dipandang berkualitas buruk atau mempunyai asimetri informasi tinggi maka bank dapat menetapkan kontrak kredit jangka pendek; (B) Aspek Yuridis. Analisa terhadap aspek ini terkait dengan kemungkinan resiko hukum pemberian kredit. Aspek ini umumnya menyangkut status usaha dan kewenangan pihak calon debitur dalam membuat perjanjian kredit. Resiko hukum adalah potensi timbulnya kerugian yang diakibatkan oleh kelemahan aspek yuridis, baik dalam hal adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundangan yang mendukung aktivitas, transaksi atau kelemahan-kelemahan perikatan yang dilakukan. Dalam hal ini bank perlu meneliti kelengkapan dokumen-dokumen hukum baik atas kepemilikan dan atau penguasaan aset fisik maupun atas transaksi atau aktivitas yang dijalankan calon debitur. Aspek yuridis yang lain adalah menyangkut siapa yang berwenang menandatangani perjanjian kredit dan siapa yang bertanggung jawab atas kredit tersebut. Kalau dia berwenang apakah orang tersebut memiliki kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum dalam arti membuat perjanjian. Bila perjanjian kredit dilakukan dengan orang yang salah, maka perjanjian akan batal demi hukum dan berarti resiko hukum muncul bagi bank;(C) Aspek Pemasaran. Aspek pemasaran merupakan aspek yang bermuara pada arus kas perusahaan oleh karena itu harus dikaji agar bank dapat memperoleh informasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas masuk yang dapat mendukung penjadwalan angsuran kredit. Menurut Taswan (2010:379), evaluasi aspek pemasaran bagi calon debitur sedikitnya memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:(1) Siklus Kehidupan Produk. Produk life cycle suatu produk akan membimbing bank dalam menentukan jangka waktu kredit yang akan diberikan yang dikaitkan dengan kemungkinan calon debitur memiliki kemampuan membayar angsuran. (2) Variabel-Variabel Struktur dalam Persaingan. Variabel-variabel struktural ini mempengaruhi persaingan dan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Menurut Taswan (2010:380). Faktor-faktor tersebut adalah: (a) Persaingan Akibat Barang Substitusi. Dalam evaluasi pemasaran hendaknya bank memperhatikan produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau calon debitur tersebut termasuk produk yang memiliki sedikit atau banyak barang substitusi. Bila produk tersebut memiliki banyak barang substitusi maka pembeli akan sensitif terhadap harga. Artinya sedikit harga jual berubah, maka pembelian akan besar kemungkinan untuk berpindah kebarang substitusi. (b) Ancaman dari Pendatang Baru. Perusahaan yang sudah mendapatkan return yang relatif tinggi dari penjualan produk yang dihasilkan, dipastikan cepat atau lambat akan menghadapi pesaing baru. Return yang tinggi menjadi pemicu pelaku baru untuk masuk pada pasar yang telah dikuasai. Bila pendatang baru masuk tanpa rintangan, jelas akan menurunkan return yang diperoleh;(D) Aspek Jaminan. Aspek jaminan merupakan aspek yang sangat penting dalam menghindari debitur melakukan moral hazard. Aspek jaminan menjadi cover resiko ketika pihak debitur tidak mampu lagi melaksanakan kewajiban terhadap bank. Eksekusi jaminan biasanya dilakukan terakhir oleh bank bila alternatif penyelesaian lain tidak memungkinkan lagi. Eksekusi jaminan tersebut tentu harus melalui proses pengadilan, dengan demikian eksekusi jaminan pun menimbulkan biaya bagi bank. Eksekusi terhadap jaminan akan memberikan nilai manfaat bila nilai bersih jaminan dapat

(9)

menutup kerugian bank akibat kredit macet. Untuk itu penilaian jaminan menjadi mutlak dilakukan oleh bank bila kredit yang telah diberikan ingin tetap memberikan keamanan bagi bank.

Menurut Taswan (2010:383), jenis jaminan kredit perbankan secara umum dikelompokkan menjadi dua macam yaitu: (1) Jaminan material / harta perusahaan /perorangan / badan. Jaminan ini dapat berupa harta lancar atau harta tetap. Harta lancar misalnya berupa piutang dagang, persediaan sertifikat deposito, surat berharga. Sedangkan harta tetap berupa gedung, tanah, mesin, peralatan atau kendaraan. (2) Jaminan non material. Jaminan non material sering disebut jaminan pihak ketiga. Jaminan pihak ketiga ini dapat berupa jaminan perorangan, jaminan perusahaan atau jaminan bank. Jaminan pribadi/personal dapat diterima karena bonafiditas atau kemampuan seseorang untuk

meng-cover kredit tersebut; (E) Aspek Teknis. Aspek teknis sering diterjemahkan sebagai

aspek operasional yang menyangkut aspek lokasi objek investasi, aspek fasilitas gedung,

plan layout, proses produksi. Untuk menilai aspek ini diperlukan kemampuan multidisiplin

keilmuan.

Menurut Taswan (2010:387). Beberapa aspek teknis yang dipertimbangkan dalam perkreditan adalah (1) Aspek lokasi pabrik. Untuk pertimbangan aspek ini perlu diperhatikan faktor dominan atau titik kritis yang mendukung operasional perusahaan yang bersangkutan yang akan dibiayai. (2) Aspek bangunan. Aspek ini perlu dilihat kesesuaian desain dan kontruksi bangunan dengan kemampuan untuk mengakomodasi setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa pihak calon debitur. (3) Aspek layout pabrik. Pada evaluasi masalah ini, perlu diperhatikan desain maupun layout pabrik dalam kaitannya dengan kemampuan untuk mendukung rencana perusahaan, kemampuan penyesuaian dengan perubahan teknologi dan alur pekerjaan. (4) Aspek mesin, pada aspek ini perlu diperhatikan kapasitas mesin dalam mendukung permintaan pasar, kemudahan reparasi, biaya operasional mesin, fasibilitas dengan perubahan teknologi. (5) Aspek proses produksi, pada aspek ini akan dipertimbangkan mengenai efisiensi arus proses produksi, standar proses produksi, desain perencanaan dan pengawasan proses produksi, faktor lingkungan kerja dan masalah kemudahan melakukan reparasi mesin; (F) Aspek Sosial Ekonomi. Menurut Taswan (2010:388). Aspek Sosial Ekonomi Aspek ini berkaitan dengan: (1) Aspek sosial, aspek ini akan dilihat dari manfaat proyek bagi lingkungan masyarakat sekitarnya. Proyek dapat menyerap tenaga kerja dan sekaligus mendukung program padat karya. (2) Aspek ekonomi, pada aspek ini menyangkut kemungkinan proyek bisa memberikan kontribusi bagi kemakmuran investor dan masyarakat. (3) Aspek profesionalisme, aspek ini memberikan penilaian terhadap proyek tentang kemungkinan proyek investasi itu dapat merubah pola berfikir masyarakat, pelaku bisnis, dan manajemen. Dengan demikian profesioanlisme menjadi kebutuhan setiap individu. (4) Aspek pendidikan, aspek ini memberikan informasi tentang kontribusi proyek ini pada motivasi masyarakat untuk mendorong tumbuhnya suasana yang kondusif, dan menyenangkan bagi warga desa dengan menyediakan jasa pelayanan pendidikan, kesehatan dan fasilitas infrastruktur lain; (G) Aspek Dampak Lingkungan. Pembangunan proyek investasi dapat mempunyai dampak pada lingkungannya baik secara langsung maupun tidak langsung, baik positif maupun negatif terhadap komponen ekosistem. Proyek investasi yang layak dibiayai dengan kredit adalah proyek yang tidak mengganggu ekosistem yang telah ada. Semakin kecil dampak negatif terhadap lingkungannya, maka biaya ini semakin kecil.

(2) Aspek Keuangan

Aspek ini umumnya dievaluasi terakhir setelah aspek-aspek lain analisis kredit dievaluasi. Untuk dapat mengevaluasi aspek keuangan, seorang analis kredit perlu memahami laporan keuangan calon debitur, analisis kinerja keuangan (analisis rasio

(10)

keuangan), evaluasi arus kas yang mencerminkan kemampuan membayar angsuran, analisis kebutuhan kredit bagi calon debitur.

Menurut Baridwan (2008:17) Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan transaksi-transaksi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan Keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.

Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan digunakan terutama untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, serta membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Fungsi Laporan Keuangan adalah: (a) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan; (b)Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; (c) Untuk memberikan informasi penting lainya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi; (d) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Standart Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi Indonesia) tahun 2012 merumuskan tujuan laporan keuangan sebagai berikut: Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakainya dalam pengambilan keputusan.

Menurut Hanafi dan Halim (2007:12) menyatakan bahwa secara umum ada tiga (3) bentuk laporan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu: (1) Neraca. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Neraca bisa digambarkan sebagai kondisi potret keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu (snapshot) Yang meliputi aset perusahaan dan klaim atas aset tersebut. Aset perusahaan menunjukkan keputusan menggunakan dana atau keputusan investasi dalam masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber dana tersebut atau keputusan pendanaan pada masa lalu; (2) Laporan Rugi-laba. Laporan Rugi-laba merupakan laporan presatasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Berbeda dengan neraca yang merupakan snapshot, maka laporan rugi-laba mencakup suatu periode tertentu. Dalam jangka waktu tertentu, total aset perusahaan berubah disebabkan oleh kegiatan investasi, pendanaan, dan kegiatan operasional; (3) Laporan Aliran Kas. Komponen laporan keuangan yang ke tiga adalah Laporan Aliran Kas atau laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini menyajikan informasi tentang aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan, yaitu kegiatan operasi, kegiatan investasi dan pendanaan.

Kredit bermasalah

Kredit bermasalah adalah ketika pembayaran kembali pinjaman pokok maupun bunganya sudah lewat waktu jatuh tempo, tidak sesuai jangka waktu dan rencana yang telah ditetapkan. Dalam menangani kredit bermasalah ada kemungkinan pihak bank terpaksa melakukan tindakan hukum atau menderita kerugian dalam jumlah yang jauh

(11)

lebih besar dari jumlah yang diperkirakan. Kolektibilitas atau pembayaran kredit dapat di golongkan menjadi kredit lancar, dimana pinjaman dibayarkan sesuai dengan jangka waktu dan tanggal, DPK (Dalam Perhatian Khusus) yaitu adanya keterlamabatan pembayaran 2,3 bulan menunggak, kredit kurang lancar di mana pembayaran tersebut terdapat tunggakan pokok dan bunga lebih dari 4 bulan, Kredit diragukan, jika pembayaranya sudah lebih dari 5 bulan dan pihak bank sudah memberikan surat panggilan dan peringatan atas tunggakannya, kemudian adalah Kredit Macet, pembayarannya lebih dari 9 bulan menunggak dan pihak bank akan menyerahkan ke pengadilan atau pihak asuransi penjamin untuk dilelang dan nasabah di daftar hitamkan di BI. dan juga saldo di bank di hapus bukukan dari jumlah tunggakan atau sisa pinjaman semua nasabah dan dipindahkan di daftar hitam.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: (1) Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: (a) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan (2)Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau (c)Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). (2) Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau (b)Kadang-kadang terjadi cerukan; atau (c)Mutasi rekening relatif aktif; atau (d)Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau (e) Didukung oleh pinjaman baru. (3) Kurang Lancar (Substandard), apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau (b) Sering terjadi cerukan; atau (c) Frekuensi rekening relatif rendah; atau (d) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau (e) Terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau (f) Dokumentasi pinjaman lemah. (4) Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau (b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau (c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau (d) Terjadi kapitalisasi bunga; atau (e) Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. (5) Macet (loss), apabila memenuhi kriteria: (a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau (b). Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau (c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Dampak Kredit bermasalah

Kredit bermasalah adalah suatu resiko yang harus dilalui di dunia perbankan tetapi bank berupaya untuk meminimalkan keadaan tersebut, empat dampak negative bagi bank adalah: (a) Aktiva produktif lainya bermasalah; (b) Menurunkan profitibilitas usaha; (c) Menambah beban operasional; (d) Menurunkan persentase (capital adequacy ratio).

Kunci sukses dari bisnis kredit adalah analisis kredit yang sistematis. Bila analisis kurang cermat maka membuat kredit tersebut menjadi kredit yang berbahaya, bisa menimbulkan resiko kredit. Analisis kredit selalu mengutamakan jaminan, dimana jaminan dan karakter dari debitur dianggap sebagai determinan utama resiko kredit.

Penelitian Terdahulu

Yudiarini (2004), dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Penyaluran Kredit pada PT Bank Jatim cabang Jombang saat ini sedang menghadapi permasalahan dalam prosedur penyaluran kredit yaitu masih terdapat berbagai kelemahan yang dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dengan cara bagian analisa kredit melakukan

(12)

mark up atas nilai jaminan kredit dan mendapatkan fee dari nasabah dan bagian otorisasi atau

pemutus kredit dalam hal ini pimpinan cabang memberikan jumlah kredit yang lebih besar dari pada kemampuan debitur untuk membayar karena mendapat komisi dari debitur, hal ini terjadi karena masih belum bisa dipenuhinya unsur internal control dan secara keseluruhan dalam prosedur penyaluran kredit hal ini bisa di audit dalam nilai harga pasar jaminan yang tidak sesuai dengan harga pasar yang sesungguhnya, perbandingan yang cukup besar.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian

Di dalam penyusunan Penelitian ini penulis mengambil tentang analisa faktor-faktor manajemen dalam kredit. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Moleong (2004:4) adalah; (1) Penelitian dilakukan pada latar belakang ilmiah atau konteks keseluruhan. Penulis melakukan penelitian pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama Surabaya; (2) Manusia sebagai alat, maksudnya manusia merupakan pengumpul, pengolah, dan penganalisa data; (3) Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif. Profil organisasi dan data lainnya dikumpulkan untuk mendapatkan gambaran situasi calon nasabah; (4) Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini adalah metode studi kasus (case study) atas analisis laporan keuangan para calon nasabah PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya. Penggunaan metode studi kasus pada penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan lebih mendalam tentang subyek dan obyek penelitian. Peneliti berusaha menggambarkan kondisi non keuangan dan kondisi keuangan calon nasabah PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya melalui ratio-ratio keuangan yang mewakili dan pendekatan umum yang selanjutnya dianalisis dan disimpulkan apakah calon nasabah layak untuk mendapatkan kredit.

Teknik Pengumpulan data

a. Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait didalam perusahaan dan dapat berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan, atau obyek studi. (a) Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

(1) Interview. Interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan wawancara langsung pada pihak yang dapat memberikan informasi serta penjelasan tentang penelitian. Jenis wawan cara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawan cara yang dilakukan dengan mempersiapkan pokok-pokok permasalahan terlebih dahulu yang kemudian dikembangkan dalam wawancara, kemudian responden akan menjawab secara bebas sesuai dengan permasalahan yang diajukan sehingga kebekuan atau kekakuan proses wawancara dapat terkontrol. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada staf-staf bank bukopin, account officer dan beberapa karyawan bagian kredit untuk mengetahui prosedur pemberian kredit serta analisis yang digunakan dalam keputusan pemberian kredit.

(13)

(2) Observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian. Untuk mengetahui secara langsung jalannya prosedur pemberian kredit. Dalam penelitian ini dilakukan observasi pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, Cabang Utama di Surabaya yang menjadikan obyek penelitian untuk mendapatkan data-data yang berupa dokumen dan bagaimana suatu permohonan kredit yang diajukan calon nasabah kepada pihak bank supaya dapat diiterima. (3) Dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara menguntip dan mencatat data-data dari objek penelitian. Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan adalah: (a) Sejarah PT. Bank BUKOPIN Tbk; (b) Struktur organisasi Bank Umum Koperasi Indonesia beserta tugas dan tanggung jawab dari setiap unit organisasi Bank Umum Koperasi Indonesia, Cabang Utama di surabaya; (c) Laporan keuangan beberapa nasabah yang digunakan sebagai sampel.

Satuan Kajian

Penelitian kualitatif umumnya dilakukan melalui pendekatan studi kasus, namun tidak semua studi kasus berupa penelitian kualitatif karena studi kasus dapat juga dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. pada penelitian kualitatif juga perlu menjelaskan satuan kajian yang merupakan satuan terkecil obyek penelitian yang diinginkan peneliti sebagai klasifikasi pengumpulan data. Didalam penelitian ini obyek yang dibutuhkan meliputi:

(A) Data non keuangan calon debitur, didalam kebijakan pemberian kredit, harus

dilakukan analisis terhadap data non keuangan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

(1) Aspek Yuridis; (2) Aspek Pemasaran; (3) Aspek Jaminan; (4) Aspek Teknis; (5) Aspek

Sosial Ekonomi; (6) Aspek Dampak Lingkungan (B) Laporan Keuangan Calon Debitur

Laporan keuangan debitur merupakan salah satu hal yang terpenting dalam analisa pemberian kredit, dengan laporan keuangan tersebut kita dapat melakukan analisa kinerja keuangan (analisis ratio keuangan), evaluasi arus kas yang mencerminkan kemampuan membayar angsuran, dan analisis kebutuhan kredit bagi calon debitur. Dalam penelitian ini laporan keuangan yang dibutuhkan terdiri dari neraca dan laporan laba rugi calon nasabah selama 2 tahun terakhir.

Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang penting dalam penyusunan suatu karya ilmiah. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga menjadi informasi yang berguna untuk memecahkan masalah. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif. Langkah-langkah analisa model tersebut diuraikan sebagai berikut: (a) Pengumpulan data. Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah diuraikan diatas yang terdiri dari wawancara dan studi dokumenter. (b) Reduksi Data. Reduksi data merupakan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang kasar yang dimuat dicatatan tertulis. (c) Penyajian Data. Sajian data merupakan rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (d) Penarikan kesimpulan (verifikasi). Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang perlu untuk di verifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap pengumpulan data dan pendekatan umum yang selanjutnya dianalisis dan disimpulkan apakah calon nasabah layak mendapatkan kredit.

(14)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat PT. Bank Bukopin, Tbk.

Keberadaan PT Bank Bukopin Tbk, Cabang Surabaya merupakan perwujudan partispasi aktif dari usaha untuk melaksanakan dan melayani kepentingan gerakan koperasi di Indoneisa. Dulu perusahaan ini didirikan dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia, yang disingkat BUKOPIN. Berdasarkan surat keputusan Direktorat Jenderal Koperasi Nomor 13/Dirjen/1970, tanggal 10 Juli 1970 BUKOPIN telah mendapatkan pengesahan sebagai perusahaan berbadan hukum dan telah pula terdaftar dalam daftar umum Direktorat Jendral Pajak Nomor 8521, tanggal 10 Juli 1970. sejak tanggal 16 Maret 1971, perusahaan telah melakukan usaha sebagai Bank Umum Koperasi Indonesia. Usaha tersebut dilaksanakan setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan dengan Surat Keputusan No. 78/DDk/II/1971.

Di dalam anggaran penderiaannya, dikatakan bahwa usaha bank mencakup segala kegiatan bank umum sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Perbankan dengan tujuan utama memperhatikan gerakan koperasi di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Perkoperasian yang berlaku.

Analis Calon Debitur Dengan Menggunakan Metode Analisis 5C

Dalam penilaian suatu kelayakan dalam pemberian kredit pada Bank Umum Koperasi Indonesia menggunakan berbagai analisis baik secara non keuangan (kualitatif) maupun keuangan (kuantitatif). Namun pertimbangan yang digunakan tidak hanya kedua analisis tersebut, tapi juga memperhitungkan terhadap berbagai macam factor, misalnya kondisi ekonomi, kondisi bank, serta factor-faktor internal bank yang juga mempengaruhi.

Dalam hal ini penulis menggunakan dua contoh debitur yang akan dianalisi. Debitur ini mengajukan kredit untuk investasi dan menambah modal kerja dalam rangka mengembangkan usahanya. Dua debitur yang dianalis yaitu PT.XYZ dan PT. ABC mengajukan kredit dengan jumlah Rp. 2.452.000.000,- (Dua miliar empat ratus lima puluh dua juta rupiah) dan Rp. 5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah). Berikut adalah latar belakang dan analisis 5C dari kedua nasabah tersebut.

Gambaran Umum Debitur

PT. XYZ adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan transportasi. PT. XYZ adalah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2008 dan Ybs dikenal sebagai salah satu pedagang yang bergerak dibidang perdagangan tetes tebu. Usaha yang dikelola tersebut merupakan usaha keluarga.

PT. XYZ adalah merupakan sister company dari PT. OPQ yang merupakan debitur Bank BUKOPIN sejak tahun 2007 dengan plafond kredit sebesar Rp.5.000.000.000,- (Lima miliar rupiah).

Dalam perjalanan usahanya, Ybs dibantu oleh sekitar 3 orang karyawan baik untuk tenaga lapangan maupun administrasi.Ditahun 2009 omset penjualan tetes tebu PT.XYZ adalah sebesar Rp. 1.240.230,-. Sedangkan penjualan tetes tebu s/d bulan September 2010 sudah mencapai sebesar Rp. 15.864.916.800,-

Aspek Pengadaan Tetes Tebu

Dalam pengadaan barang dagangannya berupa tetes tebu, Ybs memperolehnya dari APTR-APTR dibawah PTPN X seperti sbb:PG. Candi, PG. Rejo Agung, PG. Pesantren Baru, PG. Ngadirejo

(15)

Aspek Pemasaran Tetes Tebu

Kontrak kerja yang sudah dan akan dilakukan dengan PT.Miwon atas penjualan tetes tebu.

Aspek Perbankan:

Sesuai dengan Bank Checking yang telah dilakukan pada tanggal 19 oktober 2010 PT.XYZ tidak tercatat sebagai debitur bank atau data tidak ditemukan dan sesuai dengan hasil investasi yang dilakukan bahwa PT. XYZ tidak mempunyai fasilitas pinjaman dari bank dan untuk rekening hanya mempunyai rekening Giro di Bank BUKOPIN.

Aspek Financial:

Analisis keuangan terhadap PT. XYZ harus dimulai dengan melengkapi seluruh komponen dalam laporan keuangan PT.XYZ selama dua tahun terakhir sebagai bahan analisis laporan keuangan dengan menggunakan metode rasio.

Keterangan:

Current Ratio 106,68 % di bulan September menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya cukup baik dengan indikator setiap Rp. 1,- kewajiban lancer discover dengan aktiva lancer sebesar 1,06

Cash Ratio 19,82 % dibulan September 2010 menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi setiap Rp.1,- kewajiban jangka pendek discover dengan uang tunai sebesar Rp. 0,9

Debt to Asset Ratio 93,74 % di bulan September 2010, ratio yang menunjukkan porsi

hutang dibandingkan dengan total asset pada bulan September 2010 ini menunjukkan angka 93,74 % yang berarti dalam setiap RP. 1 Asset di biayai oleh Rp. 0,93 hutang. Dengan angka tersebut menunjukkan bahwa untuk semua mendanai asset, 93,74% menggantungkan pada hutang.

Debt to Equity Ratio 1,496,68 % di bulan September 2010 porsi hutang cukup besar

yakni sebesar 1,496,68 % dibandingkan dengan porsi modal dalam struktur modal nya. Hal ini menunjukkan komposisi hutang yang lebih besar dari pada modal nya, sehingga aktivitas usaha Ybs lebih banyak didanai dengan hutang.

ROA (Return On Assets)4,63 % di bulan September 2010, menunjukkan bahwa atas setiap RP. 1,- dana yang diinvestasikan dapat menghasilkan laba sebesar Rp.0,0463 atau 4,63 %.

ROE (Return On Equity) 73,85 % di bulan September 2010, menunjukkan bahwa atas setiap Rp. 1,- yang diinvestasikan dengan modal sendiri dapat menghasilkan laba atau keuntungan sebesar RP. 0,73 atau 73,85 %.

NPM (Net Profit Margin) sebesar 5,54 % di bulan September 2010, menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- penjualan bersih yang dilakukan, perusahaan memperoleh laba bersih sebesar RP. 0,0554 atau 5,54 %.

Kondisi Usaha Pada Saat ini dan Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Debitur Aspek usaha :

Sejak awal berdirinya dalam tahun 2008, PT. XYZ merupakan perusahaan yang disiapkan untuk menangani pengadaan tetes tebu kepada PT. Miwon Indonesia dan PT. Etanol namun dalam perjalanannya juga dilibatkan dalam penjualan tetes tebu kepada PT. Sasa Inti yang selama ini selalu dihandle oleh PT. Z penjualan kepada PT. Sasa Inti yang merupakan perusahaan industry bumbu masak / vistin dan apabila ada tetes tebu yang tidak lolos uji kualitas di PT. Sasa Inti atau PT. Miwon Indonesia maka PT. XYZ akan menjualnya ke PT. Molindo, PT. Indo Acida Tama dan PT. Utama Jaya.

(16)

Sehubungan dengan kerjasama yang telah dilakukan dengan PT. Sasa Inti maupun PT. Miwon Indonesia dalam hal pengadaan tetes tebu dimana untuk kebutuhan di tahun 2010 PT. Z dan PT. XYZ telah mendapatkan order dari PT. Sasa Inti untuk pengadaan tetes tebu -/+ sebesar 85.000 ton atau senilai -/+ Rp 154.050.000.000,- maka untuk mendukung kelancaran pengangkutan tetes tebu dari Pabrik Gula ke PT. Sasa Inti dan PT. Miwon Indonesia dibutuhkan armada angkutan berupa Truck Tangki.

Adanya penawaran dari PT. Sasa Inti untuk pengangkutan limbah MSG dipergunakan sebagai pupuk cair untuk perkebunan tebu. Sehingga hal ini menjadi peluang bisnis untuk devisi pengangkutan dimana Truck Tangki yang mengangkut tetes tebu dari poabrik gula ke pabrik PT.Sasa Inti pada saat kembali akan dimanfaatkan untuk mengangkut limbah cair MSG ( pupuk cair ) yang dikirim ke APTR-APTR atau Pabrik Gula yang membutuhkan.

Selama ini untuk pengangkutan tetes tebu, PT. XYZ maupun PT. Z bekerja sama dengan PT. Rajawali yang mempunyai armada Truck Tangki sebanyak -/+ 150 unit dan karena hubungan yang sudah baik, maka Truck Tangki yang akan dibeli nantinya akan dititipkan atau dibawah pengawasan PT. Rajawali.

Aspek Kebutuhan Dana

Sehubungan dengan adanya pembelian 5 unit Truck Tangki Tronton merk Hino Rangger maka perhitungan kebutuhan dananya adalah sbb :

H. Truck Tronton + BBN @ Rp 543.000.000 x 5 unit = Rp 2.715.000.000 H. Tangki kapasitas 35 ton @ Rp 70.000.000 x 5 unit = Rp 350.000.000

Total Investasi = Rp 3.065.000.000

Uang Muka 20% dari Total Investasi ( dana sendiri ) =Rp 613.000.000

Dana yg dibiayai bank (80% ) = Rp 2.452.000.000

Aspek PengembalianKredit

Pengembalian kredit berasal dari hasil operasional Truck Tangki yang digunakan untuk menunjang pengangkutan tetes tebu dari Pabrik Gula ke pabrik PT. Sasa Inti di Gending Kab.Pasuruan atau mengangkut pupuk cair yang merupakan limbah MSG dari Pabrik PT. Sasa Inti ke Pabrik Gula.

Asumsi yg digunakan dalam perhitungan pendapatanm angkutan Truck Tangki adalah sbb : Pendapatan ongkos angkut = Rp 70,- per kg

Kapasitas angkut = Rp 35 ton per sekalim angkut

Biaya – biaya = 40% dari total pendapatan untuk tahun ke 1

= 45% dari total pendapatan untuk tahun ke 2 = 50% dari total pendapatan untuk tahun ke 3

Hari kerja = 15 kali dalam 1 bulan

Perhitungan pendapatan dan biaya setiap bulan untuk 5 unit Trucknya:

Pendapatan : Rp 70 x 35.000 Kg x 15 x 5 unit = Rp 183.750.000,-

Biaya- biaya : Rp 183.750.000 x 40% = Rp 73.500.000,-

Pendapatan bersih per bulan untuk 5 unit truck = Rp 110.250.000,-

Kewajiban angsuran setiap bulannya untuk 5 unit truck= Rp 82.617.570,- Pendapatan bersih perbulan setelah dikurangiangsuran = Rp 27.632.430,-

Berdasarkan proyeksi cash flow, maka prediksi keuntungan ( setelah dikurangi angsuran bank ) yang akan diperoleh Ybs adalah sbb :

Tahun ke 1 sebesar = Rp 331.589.160,-

Tahun ke 2 sebesar = Rp 221.339.160,-

(17)

Aspek Agunan

Agunan yang diserahkan oleh PT. XYZ adalah sbb :

5 ( lima ) unit Truck Tangki Trinton merk HINO Rangger type FL 235 tahun 2010

Harga Truck Rp 507.500.000 x 5 unit = Rp 2.537.500.000,-

BBM Rp 35.000.000 x 5 unit = Rp 177.500.000,-

Harga Tangki Rp 70.000.000 x 5 unit = Rp 350.000.000,-

= Rp 3.065.000.000,- Ratio Jaminan adalah 125%

Aspek Analisa Resiko

Resiko yang mungkin timbul berkaitan dengan pembiayaan ini adalah ketidak lancaran/ ketidak mampuan debitur dalam memenuhi kewajiban bunga maupun pembayaran pokok pinjaman, namun kemungkinan reiko tersebut dapat dielimir dengan beberapa hal sbb : (1) PT. XYZ adalah merupakan sosok pengusaha tetes yang cukup berpengalaman, karena Ybs dibesarkan dikeluarga yang berkecimpung dengan bisnis gula dan tepung. (2) PT. XYZ adalah merupakan sister company dari PT. Z yang sejak tahun 2007 telah bermitra sengan Bank Bukopin ddan selama ini performancenya sangat baik. (3) Komoditi yang dijual adalah berupa tetes tebu dengan pembeli adalah perusahaan yang cukup besar, yakni PT. Sasa Inti dan PT. Miwon. (4) Truck Tangki yang dibeli akan digunakan untuk mendukuing usaha perdagangan tetes tebu yang saat ini sudah ada kerjasama dengan PT. sasa Inti dan PT. Miwon Indonesia sehingga merupakan captive

market. (5) Jaminan berupa 5 ( lima ) unit Truck Tangki Tronton senilai Rp 3.065.000,- cukup

mengcover hutang sebesar Rp 2.452.000.000,- (6) Jaminan Truck Tangki Tronton merk Hino Rangger FL235 relatif mudah dijual.Akan diupayakan adanya personal guaranti dari Direksi dan Komisaris PT. XYZ

Aspek Manfaat

Manfaat Bagi Debitur

Dengan pemberian fasilitas kredit tersebut oleh Bank Bukopin kepada Ybs, maka Ybs dapat merealisasikan rencananya untuk melakukan pembelian 5 unit Truck Tangki Tronton sebagai alat transportasi sehingga dapat lebih menunjang usaha penjualan tetes tebu baik kepada PT. Sasa Inti maupun kepada PT. Miwon dan pada akhirnya diharapkan Ybs akan memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut.

Bagi Bank Bukopin

Dengan diberikannya fasilitas kredit tersebut manfaat bagi Bank Bukopin adalah sbb : (1) Adanya pendapatan berupa bunga , provisi & administrasi bagi Bank Bukopin, (2) Dapat meningkatkan asset bank Bukopin, khususnya Cabang Surabaya. (3) Adanya mutasi keuangan yang sangat aktif dimana dalam 3 ( tiga ) bulan terakhir ( Juli 2010 s/d September 2010 ) rata-rata mutasi hariannya mencapai Rp 1.061.180.690,- kondisi ini merupakan sumber Funding yang potensi bagi Cabang.

Kesimpulan Analisis 5C Character (Watak)

(a) PT. XYZ adalah merupakan subjek hukum yang sah dan berwenang melakukan perbuatan hukum, sesuai hasil analisa yuridis No. 2XX/XX-XXX/X/2010 tanggal 20-10-2010. (b) Berdasarkan hasil investigasi serta hasil Bank Cheking, PT. XYZ belum pernah mendapatkan fasilitas kredit bank manapun dan sejak tercatat nasabah Giran di Bank Bukopin. (c) Selama berhubungan dengan Bank Bukopin, performance PT. XYZ dapat terjaga dengan baik. (d) Direktur PT. XYZ merupakan figure pengusaha muda yang cukup berpengalaman. Hal ini dapat dilihat dari trackrecord Ybs bersama dalam dengan

(18)

perusahaan yang dikelolanya telah memiliki hubungan yang baik dengan beberapa produsen tetes tebu, selain itu Ybs juga berasal dari keluarga pengusaha gula pasir, tepung terigu yang telah lama berhubungan dengan Bank Bukopin.

Capacity (Kemampuan)

(a) Kondisi keuangan secara umum cukup baik, walaupun laba usaha sampai dengan bulan September 2010 mengalami peningkatan dari sebesar Rp 91.491.623,- ditahun 2009 dan sampai dengan bulan September 2010 mencapai sebesar Rp 879.542.699,- namun secara persentase mengalami penurunan, hal ini disebabkan harga beli tetes tebu yang meningkat sehingga Ybs menurunkan margin keuntungannya. (b) Mutasi rekening Koran cukup baik dengan rata-rata saldo harian dalam 3 bulan terakhir sebesar -/+ Rp 1.061.180.690,-(c) Sumber pengembalian atas fasilitas kredit tersebut sangat jelas yaitu dari hasil operasional perusahaan.

Capital(Modal)

Modal awal disetor perusahaan adalah sebesar Rp 220 juta, namun selama ini untuk membiayai usaha perdagangan tetes tebu yang mulai menunjukan peningkatan, Ybs selain menggunakan dana sendiri juga dibantu pihak ke 3 ( keluarga ) , sehingga untuk pembelian 5 unit seharga Rp 3.065.000.000,- Ybs menyiapkan dana sendiri sebagai uang muka Rp 613.000.000,- atau 20% dari harga Truck Tangki

Collateral (Jaminan)

Jaminan berupa 5 unit Truck Tangki Tronton Merk Hino Rangger FL 235 seharga Rp 3.065.000.000,- relative mempunyai nilai jual yang stabil kerena tingkat populasi untuk merk Hino cukup banyak

Adanya Personal guanranti dari Direksi dan Komisaris PT. XYZ.

Condition of Economy (Kondisi Ekonomi)

Tetes tebu merupakan bahan baku dari industry bumbu masak vistin, etanol/alcohol, dan pakan ternak yang kebutuhannya relative cukup besar , selain itu sejak tahun 2004 s/d 2009 produksi gula di Indoneia meningkat secara otomatis ikut meningkat.

Latar Belakang dan Legalitas PT. ABC

PT. ABC adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar gula pasir dan bahan pokok lainnya di Surabaya. Perusahaan ini membutuhkan tambahan modal sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah) untuk mengembangkan usahanya, karena hal tersebut PT. ABC mengajukan permohonan kredit pada PT. Bank BUKOPIN Tbk, dengan jumlah yang sesuai dengan modal kerja yang diperlukan.

KONDISI DEBITUR SAAT INI Aspek Usaha:

Sejak awal berdirinya, perusahaan ini berangkat dari perdagangan hasil bumi yang dijual keseluruh wilayah Jawa maupun luar Jawa. Dengan semakin banyaknya realisasi bisnis yang dimiliki, maka PT. ABC kemudian mengembangkan bisinisnya sebagai distributor minyak goreng.

Pada tahun 1995, perusahaan ini bisnisnya banyak berkembang dibidang perdagangan gusir, yang pada akhirnya membuat perusahaan ini terdaftar sebagai rekan lelang PTPN X dan XI sejak tahun 2000.

Dalam penjualan hasil bumi dan minyak goreng. Omzet yang dapat diraih oleh perusahaan ini sekitar 45% dari total omzet dengan profit bersih anatar 3% s/d 5% sedangkan omzet penjualan gusir ( terutama saat musim gusir lokal ) dapat mencapai sebesar di atas 50% dari total omset yang diraih dengan jumlah antara 1.000 hingga 3.000 ton dalam sebulan ( terutama saaat ramainya perdagangan gusir). Dari kondisi diatas Nampak,

(19)

bahwa meskipun gusir adalah barang yang lebih baru diantara barang dagangan yang lain, namum omzetnya tertinggi diantara yang lain.

Aspek Pemasaran PT. ABC: Bisnis Perdagangan :

Pola pemasaran yang diterapkan oleh PT. ABC adalah sebagai supplier bagipedagang gusir level 2 dan 3, dimana wilayah pemasartan gusirnya saat ini meliputi sebagian besar Jatim dan daerah di Jawa lainnya,Sumatra,Kalimantan, dan Sulawesi. Dalam hal pemasaran gusir, perusahaan ini hampir tidak memenuhi masalah mengingat barang tersebut merupakan salah satu kebutuhan pokok, sehingga seringkali permasalahan bukan bagaimana menjual gusir tersebut, melainkan seberapa besar stok yang bisa disediakan untuk dijual.Pola pembelian gusir dari pedagang D-1 ini secara umum harus dilakukan secara tunai, namun ada beberapa supplier yang memberi kelonggaran pembayaran hingga 1 minggu. Namun kepada pada pelanggannya, Ybs sebagain besar dibayar mundur hingga 2 minggu terutama kepada para pelanggan dengan volume beli yang cukup besar( di atas 200 ton per bulan) dan sudah menjadi pelanggan tetap.

Untuk mempermudah distribusi barang dagangannya PT. ABC saat ini memiliki 24 truk besar, 4 truk kecil dan 3 mobil operasional.

Bisnis Perumahan

Dalam perkembangannya, pada tahun 2005, perusahaan ini mengembangkan bisinisnya dalam bidang real estate. Pengembangan bisnis ini didasari pada kondisi dimana PT. ABC banyak memiliki asset tanah didaerah yang saat ini menjadi daerah yang strategis ( kawasan Surabaya Barat ). Didukung adanya pengalaman Ybs dalam bidang pembangunan perumahan sebelumnya. Dalam bidang real estate ini Ybs membuat perumahan dengan nama The WEestern Regency dengan luas lahan 5 Ha dan saat ini sudah terjual sekitar 50 Unit.Sekilas mengenai bisnis property ini, bahwa perumahan milik PT. ABC dibangun didaerah yang saat ini tumbuh dan berkembang di Surabaya Barat. Hal ini dikarenakan saat ini Pemkot Surabaya sedang merencanakan pembangunan GOR 10 NOPEMBER yang akan direlokasi ke tempat ini dan menjadi Sport Center. Disamping itu daerah ini juga berdiri beberapa komplek perumahan elite, termasuk komplek Bukit PALMA milik P.Citraland.

Untuk dapat cepat dalam melakukan penjualan unit rumahnya, maka PT. ABC aktif dalam mengikuti pameran perumahan yang ada di Surabaya maupun tempat lainnya. Secara bisnis ,agar devisa perumahan ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan, maka pemilik menyewa beberapa tenaga ahli dalam desain, finance dan pemasaran. Saat ini Ybs sudah merencanakan realisasi penjualannya melalui KPR bank BNI sebanyak 40 unit rumah dengan nilai sekitar 6,7 Milyard.

Hubungan Perbankan :

Berdasarkan hasil bank Cheking yang yang dilakukan oleh Bank BUKOPIN No 5XX/ ID-XX tanggal 26 September 2006, dapat kami sampaikan bahwa PT. ABC tidak tercatat sebagai debitur Bank Manapun.Namun dari investigasi kami dilapangan.Dapat kami sampaikan bahwa saat ini PT. ABC memiliki pinjaman dibeberapa Bank. Yaitu: (a) Di Bank BNI ( Surabaya ) dengan plafond sebesar 7 milyard dalam bentuk PRK ( Rp O/S per akhir Agustus 2006 sebesar Rp 3,6 Milyard ) dan plafond sebesar 3 Milyard dalam bentuk PRK ( O/S per akhir Agustus 2006 sebesar 1,8 Milyard. (b) Di Bank BRI plafond sebesar 1,8 Milyard untuk modal kerja perdagangan . sedangkan untuk mutasi bisnisnya Ybs menggunakan beberapa bank, seperti BCA, Danamon dan BNI.

Permasalahan yang dihadapi

Selama ini PT. ABC menjadi debitur Bank BNI, dengan plafond yang didapatkan sebesar Rp 10 milyar untuk modal kerja perdagangan sembakonya. Sejak dikembangkannya

(20)

usaha real estate pada tahun 2005, pihak BNI akhirnya membagi plafond kredit tersebut nenjadi 7 Milyar untuk real estate dan sisanya tetap untuk perdagangan sembako.Atas kondisi ini Ybs saat ini merasa kesulitan dengan modal kerja perdaganganya mengingat bisnis yang semula di dukung dengan kredit Rp 10 Milyar, saat ini hanya Rp 3 Milyar.Berkaitan dengan hal tersebut, Ybs bermaksud untuk mengajukan kredir modal kerja perdagangan sembakonya sebesar 5 Milyar kepada Bank Bukopin, mengingat usaha ini adalah usaha inti yang kondisinya semakin berkembang.

Terkait dengan sumber pengembalian dari kredit kontruksi yang Rp 7 Milyar diatas dapat kami sampaikan bahwa dengan adanya rencana realisasi penjualan rumah sebanyak 40 unit di Bank BNI, maka diperkirakan pinjaman tersebut juga akan lunas, sehingga dana yang akan diterima dari Bank Bukopin, posisinya lebih dari kemungkinan digunakannya dana kredit tersebut untuk pembayarann kewajiban BNI.

Analisa Likuiditas

Dari data keuangan yang disampaikan diatas, nampak bahwa current Ratio mengalami penurunan dari 181% pada Desember 2005 menjadi 160% pada Juni 2006. penurunan ini dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar pada Juni 2006. Namun secara keseluruhan perusahaan ini masih cukup likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Analisa Solvabilitas.

Dari ratio antara Total hutang dengan asset maupun modal, menunjukkan adanya pergerakan yang relatif stabil antara tahun 2005 dengan posisi Juni 2006. Yang menunjukkan bahwa perusahaan ini relatif stabil dalam menggunakan hutang untuk operasionalnya.

Analisa Profitabilitas.

Net Profit Margin sebesar 1,09 % di tahun 2005 dan sedikit meningkat menjadi 1,77 % pada Juni tahun 2006, yang menunjukkan bahwa perusahaan ini dapat melakukan efisiensi biaya operasional perusahaan.

Aspek Kebutuhan Kredit

Dalam mengetahui kebutuhan kredit Ybs, maka Bukopin melakukan pendekatanlaporan keuangan Ybs, mengingat bisnisnya dalam bidang perdagangan. Dalamperhitungan ini kami asumsikan bahwa bisnis Ybs akan mengalami peningkatan omset sebesar 10% dan atas asumsi ini Ybs membutuhkan dana kredit modal kerja tambahan sebesar Rp. 6,3 milyar dan akan di penuhi oleh Bank Bukopin sebesar Rp. 3,25 milyar atas pertimbangan bank tehnis.

Rencana Pembiayaan Dan Proyeksi Pengembalian Kredit Rencana Pembiayaan:

Terhadap pengajuan calon debitur, maka staff Bukopin bermaksud untuk merekomendir permohonan Ybs dengan syarat dan ketentuan bahwa Fasilitas kredit ini diberikan untuk mendukung modal kerja khusus perdagangan sembako yang dilakukan oleh PT. ABC, dengan plafond sebesar Rp. 3,5 milyar dan ratio kredit terhadap jaminan sebesar 121% (kurang dari ketentuan minimal 125%). Kondisi ini kami ajukan dengan pertimbangan ;Upaya ini dalam rangka untuk menarik prembiayaan kepada pedagang Gusir (D-2)yang saat ini menjadi target market Bank Bukopin Surabaya.Jaminan Ybs terletak di kawasan strategis yang memiliki potensi untuk berkembang, sehingga harganya akan cepat meningkat.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data berupa jenis-jenis kursi yang diproduksi PT AJC (Alis Jaya Ciptatama) serta mengetahui tujuan diproduksinya jenis-jenis

pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.. Persediaan

Unit Kerja/Unit Pengolah Kantor Pusat/PPTN Serpong/PPTN Bandung/PPTN Yogyakarta, membubuhkan paraf dan tanggal di lembar kedua Lembar Disposisi, Buku Pengendalian

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 003/009/KLP-RSUD/BLUD/POKJA-I/2016 tanggal 22 Februari 2016, maka Pokja I Pengadaan Barang/Jasa Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten

Purwanto, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wijayanti Dwi Astuti, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.

Konsep dasar spiritualisasi marketing adalah tata olah cipta , rasa,

“ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Peserta didik Kelas V MIN Pucung Ngantru Tulungagung”